DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah 1.2
Perumusan Masalah 1.3
Ruang Lingkup Permasalahan 1.4
Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.5
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.6
Metode Penelitian BAB II POHON DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI MASYARAKAT
JEPANG 2.1 Pohon Dalam Kehidupan Masyarakat Jepang
2.1.1 Pohon Dan Lingkungan Hidup 2.1.2 Pohon Dan Tempat Tinggal
2.1.3 Pohon Dan Peralatan Sehari-hari 2.2 Mitologi Tentang Pohon
BAB III ANALISIS POHON DALAM KEPERCAYAAN JEPANG 3.1 Kepercayaan Rakyat Jepang Shomin Shinko
3.1.1 Pohon Sebagai Penghubung Dunia Atas dan Dunia Bawah 3.1.2 Pohon Sebagai Tempat Tinggal Para Dewa
3.2 Pohon Sebagai Tempat Penyembahan
Universitas Sumatera Utara
v
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan
4.2 Saran DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Di abad pertengahan berkembang mitologi Jepang abad pertengahan Chusei Nihongi dengan isi yang berbeda dari mitologi sebelumnya. Mitologi
Jepang abad pertengahan tetap berpedoman pada Nihonshoki tapi dikembangkan hingga menjadi sangat berbeda dengan versi aslinya.
Mitologi Jepang abad pertengahan ditemukan dalam epik perang seperti Taiheki, buku penggubahan syair dan anotasinya, serta berbagai Engi buku
catatan asal-usul dan sejarah milik kuil agama Buddha dan Shinto.
Dalam mitologi Jepang abad pertengahan, berbagai kami dalam Kojiki dan Nihonshoki berdasarkan teori Honji Suijaku dikenali sebagai perwujudan
sementara para Buddha dan Bodhisattva atau dianggap sejajar. Selain itu, mitologi Jepang abad pertengahan bercampur dengan unsur-unsur yang diambil dari seni
dan cerita rakyat, mitologi berbagai daerah, serta menampilkan tingkat kedewaan dan benda-benda yang tidak ada di dalam Kojiki dan Nihonshoki.
Menurut kepercayaan Jepang bahwa Dunia berawal di Takamonahara di sana lahir berbagai kami seperti Kotoatmasuki dan Kaminoyonayo Kami yang
lahir paling akhir adalah dua bersaudara Izanagi Izanaki dan Izanami.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat Jepang terkenal sebagai masyarakat yang patuh terhadap adat istiadat yang telah diturumkan oleh para leluhurnya. Dalam penyelenggaraan ritus
atau upacara keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat Jepang, banyak hal yang dipersiapkan seperti halnya dalam penyambutan kehadiran dewa-dewa di bumi.
Masyarakat Jepang percaya bahwa pada saat upacara atau ritual-ritual dilakukan, dewa akan turun dari langit melalui pohon yang besar dan tinggi
menjulang dan pohon tersebut akan berfungsi sebagai yorishiro atau tempat bersemayamnya para dewa. Pohon yang paling tepat untuk dijadikan yorishiro
adalah pohon yang senantiasa hijau sepanjang tahun dan menjulang tinggi. Pohon yang biasa digunakan adalah pohon cemara. Dari anggapan tentang yorishiro,
kemudian muncul pemikiran untuk membangun yashiro atau jinja kuil untuk tempat beribadah penganut Shinto, di tempat yang tinggi dan di sekitarnya
banyak terdapat pohon cemara Matsuhara, 1986 : 157. Ketika diadakan upacara-upacara untuk dewa, ranting-ranting pohon dari
tanaman yang senantiasa hijau ini dipajang tegak lurus dan mereka percaya bahwa itulah tangga bagi dewa yang akan mendengarkan permohonan atau memberi
keselamatan dan kebahagiaan bagi keluarga, kelompok atau wilayah pada tahun itu. Ranting-ranting itu diambil dari pohon cemara atau sakaki pohon yang
Universitas Sumatera Utara
3 digunakan untuk oharai atau upacara penyucian dalam kepercayaan Shinto.
Ada beberapa konsep yang mengatakan pohon memiliki nilai tersendiri dalam religi atau keberadaan kepercayaan jepang, maka ada beberapa pohon yang
dianggap bermakna. Dan pohon cemara bermakna sebagai kepercayaan umum Shinto. Hal tersebut menyebabkan masyarakat Jepang menghargai keberadaan
pohon dan tidak sembarangan menebangnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN