Uji Asumsi Klasik Deskripsi Variabel

kinerja karyawan Y melalui variabel intervening semangat kerjaZ adalah variabel stressor lingkungan psikis X 2 yaitu sebesar 46,4.

4.3.5 Uji Asumsi Klasik

Untuk mendapatkan model empiris yang tepat maka koefisien regresi harus memenuhi syarat Best Linear Unbiased Estimation BLUE. Untuk memperoleh hasil koefisien yang BLUE harus memenuhi asumsi klasik yaitu data berdistribusi normal atau mendekati normal, tidak ada multikolinearitas, tidak heteroskedastisitas, dan tidak terjadi autokorelasi. a. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas berarti terjadi interkorelasi antar variabel bebas yang menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linier yang signifikan. Apabila koefisien korelasi variabel yang bersangkutan nilainya terletak di luar batas-batas penerimaan critical value maka koefisien korelasi bermakna dan terjadi multikolinearitas. Apabila koefisien korelasi terletak di dalam batas-batas penerimaan maka koefisien korelasinya tidak bermakna dan tidak terjadi multikolinearitas. Tabel 4.9 Collinearity Statistic Pengujian Variabel VIF Keterangan Z X 1 X 2 1,583 1,583 VIF 5 Tidak ada multikolinearitas Y X 1 X 2 Z 1,965 1,992 2,271 VIF 5 Tidak ada multikolinearitas Sumber: Lampiran 7 Berdasarkan hasil analisis Collinearity Statistic diketahui bahwa dalam model tidak terjadi multikolinearitas. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 7 dimana nilai VIF dari masing-masing variabel kurang dari 5. b. Uji Heteroskedastisitas Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan mengunakan uji Glasjer Glasjer Test. Adapun hasil pengujiannya dapat dinyatakan sebagai berikut: Tabel 4.10 Hasil Uji Glajser Pengujian Variabel t hitung Sig. Z X 1 X 2 -0,030 0,858 0,976 0,395 Y X 1 X 2 X 3 0,762 -1,245 -1,167 0,450 0,220 0,249 Sumber: Lampiran 8 Berdasarkan hasil analisis uji Glajser diketahui bahwa dalam model tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat dengan diperolehnya nilai probabilitas t hitung untuk masing-masing variabel lebih besar dari α = 5. c. Uji Autokorelasi Autokolerasi didefinisikan sebagai korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Untuk menguji adanya autokorelasi dapat dideteksi dengan Durbin-Watson test. Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan nilai Durbin-Watson test dengan tabel uji Durbin-Watson. Adapun nilai Durbin-Watson tabel untuk n = 49 dan k = 2 pada level of significant 5 didapatkan nilai L d sebesar 1,536 dan nilai U d sebesar 1,662, sedangkan nilai Durbin-Watson tabel untuk n = 49 dan k = 3 pada level of significant 5 didapatkan nilai L d sebesar 1,503 dan nilai U d sebesar 1,696. Dari hasil uji Durbin-Watson d yang dilakukan didapatkan nilai sebesar 1,699 untuk pengujian terhadap Z dan 2,080 untuk pengujian terhadap Y. Berdasarkan uji autokorelasi yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa model empiris yang dibangun telah memenuhi asumsi berdasarkan kriteria, yaitu Ho akan diterima jika U d d 4 - U d atau 1,6621,699 2,338 dan 1,6962,080 2,304. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi antar variabel independen.

4.4 Pembahasan