1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Melihat tentang perkembangan dunia perfilman, sejarah perfilman nasional tidak akan pernah terlupakan, karena sejarah yang mengemukakan
perfilman di Indonesia sangatlah penting, betapa perlunya masyarakat juga mengetahui sejarah perfilman. Perfilman nasional itu tidak ada langsung begitu
saja, ada sejarahnya, ada proses kelahirannya, ada masalah-masalah di hadapannya pada masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Semua itu
harus dirangkum, dikemukakan dan dicatat, untuk bisa ditinggalkan kepada generasi-generasi berikutnya.
Saat ini perfilman nasional berada di 60 tahun perjalanannya, kemajuan serta dominasi film hollywod terhadap perfilman nasional sering terjadi. Bahkan
pada era 1990an perfilman nasional sempat mati suri. Berbagai macam faktor menjadi permasalahan matinya perfilman nasional. Produksi yang menurun atau
tingkat apresiasi penonton film nasional tidak begitu antusias dan pendidikan di bidang seni perfilman kurang begitu menyeluruh di Indonesia.
Perkembangan perfilman nasional tidak lepas dari peran serta masyarakat. Antusias masyarakat terhadap kreativitas film dalam negeri ini cendrung
meningkat di ikuti oleh banyaknya penikmat dan pecinta perfilman nasional dan banyak juga dari mereka yang membentuk organisasi ataupun klub para pecinta
film.
Di Indonesia lahirnya Kine Klub bermula atas dorongan adanya kebutuhan sekelompok peminat film serius di kalangan intelektual dan seniman film, untuk
mendapatkan kesempatan mengapresiasi film-film alternatif atau yang tidak beredar di jalur pemasaan komersial.
1
Masalah pembinaan penonton saat ini kurang di perhatikan, sebelum akhrinya tingkat kepercayaan kepada film Indonesia runtuh kembali seperti pada
dekade 1990-2000. pada masa itu untuk datang ke bioskop menjenguk film Indonesia saja, penonton film Indonesia tidak bersemangat. Indikasi masyarakat
akan semakin jenuh dengan film nasional mulai terasa ketika film-film dengan tema seks dan horor sebagai mana di produksi menjelang 1990-an saat ini
mendominasi.
2
Apresiasi film di Indonesia, seperti halnya dengan apresiasi seni lainnya, masih dirasakan belum berkembang dengan baik dan merata di tengah masyarakat
luas. Seiring dengan perkembangan kreativitas seni itu sendiri, secara umum tingkat pengamatan dan pengkajian seni film yang ada masih terbatas kemampuan
selektifitas alami yang terpengaruh dari latar belakang pendidikan umum, ekonomi, dan lingkungan sosial budaya, serta penyerapan informasi media massa
dinilai belum cukup memadai untuk menjadi bekal masyarakat untuk menyeleksi dan menginterpretasikan seni film, tanpa mengikut sertakan jalur organisasi dan
pendidikan guna membina dan meningkatkan pengetahuan apresiasi masyarakat.
3
1 Akhlis suryapati. “SENAKKI dan strategi pemberdayaan masyarakat untuk perfilman”
FFI hal.64
2
Wawancara dengan Akhlis Suryapati
3
Sejarah singkat dan permasalahan SENAKKI hal.1
Oleh karenanya pembinaan penonton di Indonesia sangatlah perlu diperhatikan agar produktivitas perfilman menjadi berkembang dengan baik, tidak
hanya berkuantitas namun harus berkualitas dalam pertunjukannya. Akhirnya pada tanggal 22 September 1990, melalui Musyawarah Besar
Kine Klub Indonesia di Pusat Kesenian Taman Ismail Marzuki TIM Jakarta, dibentuk organisasi Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia sebagai induk
organisasi Kine Klub di Indonesia. Seiring berjalannya waktu Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia
mereformasikan diri sebagai organisasi perfilman yang independent berbasis apresiasi dan pemberdayaan film, dengan tekanan pada penyelamatan organisasi
melalui program reorientasi dan reaktualisasi. Bersemangat reformasi dengan mengusung paradigma baru sebagai organisasi perfilman berbasis budaya yang
mandiri dan independent. Apresiasi dan pemberdayaan masyarakat untuk perfilman itulah pijakan
operasional organisasi Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia SENAKKI didalam kerangka visi dan misi menjadikan film sebagai karya cipta seni budaya,
selain sebagai produk industri, punya peran strategis dalam memberikan konstribusi bagi kemanusiaan, termasuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Pengabaian film dari fitrahnya sebagai karya cipta seni dan budaya, akan bias mengalihkan peran film dari jendela kebudayaan, menjadi sebaliknya
sebagai perusak kebudayaan bahkan peradaban.
4
4
Akhlis suryapati. “SENAKKI dan strategi pemberdayaan masyarakat untuk perfilman” FFI hal.64
Pentingnya apresiasi pembinaan dan pemberdayaan masyarakat untuk perfilman, tercantum dalam berbagai kajian, bahkan secara tegas juga di sebutkan
dalam UU tentang perfilman dan pernah terulang di dalam garis-garis besar haluan negara GBHN 1998.
Dalam konteks inilah tugas dan tanggung jawab SENAKKI sesuai dengan cita-citanya, di rasakan cukup berat dan penting. Pada era demokrasi secara global
dan pasar bebas yang sekarang dirasakan, masyarakat menjadi sumber dan pijakan akan pertumbuhan perfilman. Apresiasi dan pemberdayaan masyarakat untuk
perfilman yang akan menentukan tingkat kualitas dan kemampuan hidup dari film dan industri perfilman di suatu Negara.
Masyarakat perlu mengerti, paham dan kritis, terhadap film dan perfilman. Masyarakat harus diberdayakan untuk mencintai dan mendapatkan manfaat dari
film dan perfilman. Itulah jika sebuah bangsa dan negara menghendaki film dan perfilman sebagai bagian dari wajah kebudayaannya, baik sebuah karya seni
maupun sebagai sebuah industri.
5
Film dapat bermanfaat dalam kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia sebagai sebuah karya seni, perlu adanya upaya dan kegiatan yang senantiasa
menggunakan film sebagai sarana komunikasi massa. Upaya dan kegiatan yang berkesinambungan memerlukan sebuah
organisasi dalam bidangnya. Lembaga itu adalah Kine Klub, yang kehadirannya dan keberadaannya sudah tumbuh di Indonesia sejak 22 september 1990. Peran
sekretariat nasional kine klub Indonesia dalam pemberdayaan serta apresiasi terhadap masyarakat menjadi pijakan kine klub dengan harapan menjadikan
5
SENAKKI dan strategi pemberdayaan masyarakat untuk perfilman. FFI 2006 hal. 64
masyarakat yang kritis, cerdas dan kreative agar dapat membantu pertumbuhan perfilman nasional ini dengan baik.
Atas dasar inilah penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi sebuah aktivitas yang dilakukan oleh sebuah organisasi sekretariat nasional kine
klub Indonesia SENAKKI. Maka penulis membuat penelitian ini dengan tema
“Peran Sekretariat Nasional Kine Klub Indonesia Dalam Perkembangan Perfilman Nasional”
B. Batasan dan Rumusan Masalah