66
BAB III WAJAH PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK SYARIAH
A. Pembiayaan Murabahah
Murabahah dalam kitab Lisan al-Arab berasal dari kata al- ribah} artinya beruntung atau memberikan keuntungan
97
. Murabahah berarti suatu akad jual beli barang dimana penjual menyebutkan harga
beli barang kepada pembeli kemudian ia mensyaratkan laba atau keuntungan margin dalam jumlah tertentu yang disepakati oleh kedua
belah pihak
98
. Para ahli hukum Islam mendefinisikan
bai‟ al- murabah}ah sebagai berikut :
1. „Abd ar-Rahman al-Jaziri mendefinisikan bai‟ al-murabah}ah
sebagai menjual barang dengan harga pokok beserta keuntungan dengan syarat-syarat tertentu
99
. 2.
Menurut Wahbah az-Zuhaili adalah jual-beli dengan harga pertama pokok beserta tambahan keuntungan
100
.
3.
Ibn Rushd –filosof dan ahli hukum Maliki– mendefinisikannya
sebagai jual-beli di mana penjual menjelaskan kepada pembeli harga pokok barang yang dibelinya dan meminta suatu margin
keuntungan kepada pembeli
101
. 4.
Ibn Qudamah ahli hukum Hambali mengatakan bahwa arti jual- beli murabahah adalah jual-beli dengan harga pokok ditambah
margin keuntungan. Murabah}ah sebuah akad dalam bentuk akad jual beli yang
telah dikaji dan dibahas oleh para ulama dalam fiqh mu‟amalah terbilang sangat banyak jumlahnya dan bisa mencapai puluhan. Namun demikian,
dari sekian banyak kajian dan bahasan tersebut, Cuma ada tiga jenis jual
97
Ibnu Manz}ur, Lisan al-Arab Juz III Ttp: D ậr al-Maârif, tt, 1553
98
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah Beirut: Dâr el Fikr, 1992, Vol. 12 h. 83. Lihat pula Ibnu Rusyd, Bidayah al-Mujtahid, Semarang: Toha Putra, tt juz II, h. 161.
Lihat pula Taqyuddin Abi Bakar, Kifayat al-Akhyar fi Halli Ghayat al-Ikhtis}ar Juz II, Bandung: Syirkah al-Maârif, t.t., h. 239 Lihat pula Muhammad Rawis Qalahji
dan Hamid Shadîq Qaniby, Mujam Lughat al-Fuqaha, Beirut: Dar al-Nafais, 1985, Cet I, hlm. 219: Lihat pula: al-Jurjani, Kitab al-Tarifat Beirut: Dar al-
Kitab al Arabiy,1996, Cet III,. 266;
99
„Abd ar-Rahman al-Jaziri, al-Fiqh „ala al-Mazahibh al-Arba‟ah Beirut : Dar al-Fikr al-
„Ilmiyyah, 1990, jld. II, h. 250.
100
Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh Damaskus : Dar al- Fikr, 1989, jld. IV, h. 703.
101
Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Ibn Rusyd al-Qurtubi, Bidayat al- Mujtahid wa Nihayat al-Muqtas}id Beirut : Dar al-Fikr, t.t., juz II, h. 161.
67
beli yang telah dikembangkan secara terus menerus sebagai dasar utama dalam pembiayaan modal kerja dan investasi dalam produk perbankan
syari‟ah, yaitu akad bai‟murâbahah, bai‟ al- salam, dan bai‟ al- Istishna‟
102
. Murabah}ah adalah salah satu bentuk jual-beli yang bersifat
amanah. Bentuk jual-beli ini berlandaskan pada hadits Rasulullah SAW dari Shuhaib ar Rumy
103
. Al Murabah}ah adalah kontrak jual-beli atas
barang tertentu. Pada transaksi jual-beli tersebut penjual harus menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan dan tidak
termasuk barang haram. Demikian juga, harga pembelian dan keuntungan yang diambil dan cara pembayarannya harus disebutkan
dengan jelas. Yang dimaksud dengan keuntungan adalah selisih harga jual dari harga yang pertama dalam kesepakatan bersama atau yang
disepakati
104
. Dalam teknis perbankan, murabah}ah adalah akad jual-beli
antara bank selaku penyedia barang penjual dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang. Bank memperoleh keuntungan dari
jual-beli yang disepakati bersama. Rukun dan syarat murabah}ah adalah sama dengan rukun dan syarat dalam fiqih, sedangkan syarat-
syarat lain seperti barang, harga dan cara pembayaran adalah sesuai dengan kebijakan bank yang bersangkutan. Harga jual bank adalah harga
beli dari pemasok ditambah keuntungan yang disepakati bersama. Jadi nasabah mengetahui keuntungan yang diambil oleh bank.
Selama akad belum berakhir maka harga jual-beli tidak boleh berubah. Apabila terjadi perubahan maka akad tersebut menjadi batal.
Cara pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama, bisa secara lumpsum ataupun secara angsuran. Melalui akad murabahah, nasabah
dapat memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh dan memiliki barang yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang tunai lebih dulu. Dengan
kata lain nasabah telah memperoleh pembiayaan dari bank untuk pengadaan barang tersebut.
102
Ataul Haque, Reading in Islamic Banking Dhaka: Islamic Foundation 1987 bandigkan dengan pendapat Mannan, MA., Ekonomi Islam Teori dan Praktek,
Seri Ekonomi Islam,Terjemahan Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1992.
103
Sabda Rasulullah Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai murabahah, muqaradhah nama lain dari mudharabah dan mencampur
tepung dengan gandum untuk kepentingan rumah, bukan untuk diperjualbelikan.HR. Ibnu Majah
104
Muhammad Ibn Ahmad Ibnu Muhammad Ibn Rushd, Bidayat al-Mujtihad wa Nihayat al-Muqtas}id, vol. II, 216
68
Seperti uraian di atas bahwa pembiayaan akad murabahah yang telah di laksanakan pada Bank Syariah dipahami sebagai berikut adalah
sebuah pembiayaan atas dasar jual beli dimana harga jual didasarkan atas harga asal yang di ketahui bersama ditambah keuntungan yang telah
disepakati bersama. Yang dimaksud keuntungan adalah selisih harga jual dari harga yang pertama dalam kesepakatan bersama atau yang
disepakati
105
. Pada Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru, pembiayaan
murabahah sangat diminati oleh nasabah ini terbukti adanya peningkatan nasabah menggunakan pembiayaan ini setiap tahunnya. Pada tahun 2006
di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru mempunyai nasabah pembiayaan sebanyak 1050 orang dengan saldo keseluruhan berjumlah
Rp. 162.318.405.224, tahun 2007 nasabah pembiayaan sebanyak 1.619 dengan saldo keseluruhan berjumlah Rp. 283.903.103.290, tahun 2008
nasabah pembiayaan sebanyak 1.203 dengan saldo keseluruhan berjumlah Rp. 167.912.075.402, tahun 2009 nasabah pembiayaan
sebanyak
1.015 dengan
saldo keseluruhan
berjumlah Rp.
124.235.847.815, dan untuk tahun 2010 nasabah pembiayaan sebanyak 1.154 dengan saldo keseluruhan berjumlah Rp. 133.873.181.750
106
. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2008 Tentang Perbankan Syariah, Murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan
pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati
107
. Dengan demikian melalui skim transaksi pembiayaan murabahah nasabah bank dapat memenuhi kebutuhannya untuk
memperoleh barang yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang tunai terlebih dahulu.
Murabahah mencerminkan transaksi jual beli dimana harga jual merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk
mendatangkan obyek transaksi harga belipokok dengan tambahan keuntungan tertentu yang diinginkan penjual margin, dimana harga beli
dan jumlah keuntungan yang diinginkan diketahui oleh pembeli.
105
Muhammad Ibn Ahmad Ibnu Muhammad Ibn Rusdy, Bidayat al-Mujtihad wa Nihâyat al Muqtas}id, vol. II. 216.
106
Data nasabah pembiayaan dalam lima tahun terakhir di PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. cabang Pekanbaru.
107
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, Undang-Undang Perbankan Syariah Dan Surat Berharga Syariah Negara, Bandung: Fukusmedia, 2008, 92
69
Dalam arti, pembeli diberitahu berapa harga belinya dan tambahan keuntungan yang diinginkan
108
. Ibnu Abidin mengatakan, murabahah adalah menjual sebuah harta
benda yang dimiliki dengan harga pokok pembelian yang telah dikeluarkan, dengan adanya tambahan margin
109
. Dengan syarat, barang yang diperjualbelikan merupakan harta mit}li atau qimi
110
yang dimiliki penuh oleh penjual, dan menyebutkan tingkat margin secara jelas.
Pembiayaan prinsip jual beli murabahah pada dasarnya sama dengan kredit pembiayaan sistem bunga yang dioperasikan bank
konvensional
111
. Namun begitu antara pembiayaan sistem kredit dengan pembiayaan murabahah terdapat perbedaan yang sangat esensial,
perbedaan itu terletak pada sistem bunga dan prinsip keuntungan jual beli yang sudah disepakati bersama untuk pembiayaan murabahah.
Menurut hukum Islam, Bank Syariah dalam operasionalnya tetap diperbolehkan mengambil keuntungan atau ujrah ongkos dalam segala
bentuk pembiayaan atau jasa, akan tetapi dalam mengambil ujrah
ongkos Bank Syariah tidak diperkenankan menggunakan sistem bunga, maka ditetapkanlah prinsip bagi hasil yang menyeluruh pada semua
108
Surahman Hidayat, ” Al-Mas}aryf al-Islamiyah fî Indonesia wa Siyasatuha
al-Istitsmariyah:Muqaranah bi Al-Masharif al- Islamiyah fî Mishr”, Disertasi Fakultas
Syariah dan Qanun Jurusan Siyasah Syar ‟iyah, Kairo:Universitas Al-Azhar, 1999,
214.
109
Muhammad Amin Ibnu Abidin, Hashiyah Radd al-Mukhtar Ala al- Durar al-Mukhtar: Syarh Tanwiir al-Abshar fî Fiqh Madzhab Imam Abu Hanifah
al-Nu ‟man Beirut: Dâr al-Fîkr, 1992, jld V. 132-135.
110
Al-mal al-mitsli adalah harta yang terdapat padanannya di pasaran, tanpa adanya perbedaan atas bentuk fîsik atau bagian-bagiannya, atau kesatuannya. Harta
mitsli dapat dikategorikan menjadi 4 bagian: al-makilât sesuatu yang dapat ditakar seperti; gandum, terigu, beras; al-Mauzunât sesuatu yang dapat ditimbang seperti;
kapas, besi, tembaga; al- „adadiyat sesuatu yang dapat dihitung dan memilki
kemiripan bentuk fîsik seperti; pisang, telor, apel, begitu juga dengan hasil-hasil industri, seperti; mobil yang satu tipe, buku-buku baru, perabotan rumah, dan lainnya;
al-dzira ‟iyat sesuatu yang dapat diukur dan memiliki persamaan atas bagian-
bagiannya seperti; kain, kertas, tapi jika terdapat perbedaan atas juz-nya bagian, maka dikategorikan sebagai harta qimi, seperti tanah. Lihat Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh al-
Islami wa Adillatuhu, jld IV, h. 49. Al-mâl al-qimi adalah harta yang tidak terdapat padanannya di pasaran, atau
terdapat padanannya, akan tetapi nilai tiap satuannya berbeda, seperti domba, tanah, kayu, dan lainnya. Walaupun mungkin sama jika dilihat dari fîsiknya, akan tetapi setiap
satu domba memiliki nilai yang berbeda antara satu dan lainya. Juga termasuk dalam harta qimi adalah durian, semangka yang memiliki kualitas dan bentuk fîsik yang
berbeda. Lihat Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, jld IV, . 49.
111
A. Mannan, Ekonomi lslam Teori dan Praktek terjemahan Abd. Rasyid Jogyakarta: Seri Ekonomi lslam, Dana Bakti Wakaf, Prima Yasa, 1997.160
70
produk pembiayaan Bank Syariah sebagai pengganti dari sistem bunga
112
. Sistem ekonomi Islam, di samping mencari keuntungan juga
mempunyai misi luhur yaitu tolong-menolong ta„awun di antara
sesama, hal ini didasari atas rasa persaudaraan di antara sesama manusia ukhuwah insaniyah, dengan prinsip prinsip
mu„awanah atau tolong menolong al-Maidah:2, musyawarah atau dialog Ali-Imran:159,
musyawamah atau persamaan sesama manusia al-Hujurat:13, al-Ikhâ atau
persaudaraan al-Hujurat:10
inilah antara
lain yang
melatarbelakangi dari konsep-konsep ekonomi Islam dalam hal ini konsep bagi hasil.
Bai„ al-Murabahah dapat dilakukan untuk pembelian secara pemesanan dan biasa disebut sebagai murabahah kepada pemesan
pembelian, menurut Imam Syafi‟i dalam kitabnya al-Umm, Imam Syafii menamai transaksi sejenis ini dengan istilah al-Amir bi alsyira
113
.
a. Landasan Syariah Yang Menjadi Acuan
Murabahah memiliki landasan yuridis yang kuat karena disyariatkannya berdasarkan Alquran, Sunnah dan Ijma.
1. Alquran, berdasarkan Surat Al-Baqarah ayat 275:
¨ Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Dari ayat Alquran di atas, walaupun secara tekstual tidak disebut kata
murabahah, akan tetapi murabahah merupakan al-bai jual-beli
114
. 2. Sunnah,
Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka. H.R. al-Baihaqy dan Ibnu Majah dan Ibnu Hibban menshahihkannya dari Abu
Said al-Khudry. 3. Ijma
Orang-orang Islam telah mempraktekkan dan bermuamalah dengan murabahah sepanjang masa tanpa ada yang menolak dan
mengingkari keabsahannya. Hal ini sebagai petunjuk adanya ijma akan kebolehan murabahah
115
. Ibnu Rushd berkata bahwa jumhur ulama
112
Ahmad Ibnu Qudâmah, Syamsudin Abu al-Farj bin Abdurahman bin Syaikh al-
Imam al „Alim al-„Amil al-Zahid Abu Umar Muhammad W. 682H, Al-Sharh} al-Kabir.Jilid II
Riyad: Jami„ah al- Imam Muhammad bin Su„ud al-Islamiyah, Tt, 161.
113
Muhammad ibn Idris al- Syafi„i w. 204H., al-Umm Kairo: Maktabah
Kuliyyat al-Azhariyah, 1961M. Pembahasan lebih lanjut tentang konsep ini, Sami Hasan Hamoud, Tathwiiral-Amal al-Mashrafiyyah bima Yattafiqu al-
Syari„ah al- Islamiyyah Amman: Matbaatu al-Syarq wa Maktabatuha,1982
114
Fayadh Abd al- Mun‟im Hasanain, Bay al-Muurabahah fi al-Masharif al-
Islamiyah Kairo: Al- Ma‟had al-Alami li al-Fikri al-Islami, 1996, 19.
115
Al-Kassani, Bada‟i al-Shana‟i Beirut: Dar al-Kitab al-Araby, cet.2, 1982
juz 5, 222.
71
berijma tentang jual beli terbagi dua yaitu musawamah jual beli tawar menawar dan murabahah
116
. Jual beli dan riba sungguh berbeda substansi. Jual beli adalah
transaksi yang menguntungkan kedua belah pihak, sedangkan riba merugikan s;ah satu pihak. Keuntungan yang pertama diperoleh melalui
kerja manusia. Jual beli menurut aktivitas manusia, sedangkan riba tergantung kepada kepandaian mengelola, kondisi dan situasi pasar pun
ikut menentukan, sedangkan riba menjamin keuntungan bagi yang meminjamkan, dan tidak menanggung kerugian. Riba tidak
membutuhkan kepandaian, dan kondisi pasarpun tidak terlalu menentukan.
Sebenarnya persoalan riba telah dibicarakan al- Qur‟an sebelum
ayat ini. Kata riba ditemukan dalam empat surah al- Qur‟an, yaitu al-
Baqarah, Ali‟Imran, an-Nisa, dan ar-Rum. Tiga surah pertama turun di Madinah setelah Nabi berhijrah dari Mekah, sedangkan ar-Rum turun di
Mekkah. Ini berarti ayat pertama yang berbica tentang riba adalah ayat 39 surah tersebut yang menyatakan ,
“Suatu ribaKelebihan yang kamu berikan agar ia menambah kelebihan pada harta manusia, maka riba itu
tidak bertambah disisi Allah” sedangkan ayat terakhir tentang riba adalah ayat-ayat yang terdapat dalam surah al-Baqarah, dimulai dari ayat
275 ini. Bahkan ayat ini dinilai sebagai ayat hukum terakhir, atau ayat terakhir yang diterima Rasulullah saw. Umar ibn Khattab berkata, bahwa
Rasulullah saw. Wafat sebelum sempat menafsirkan maknanya yakni keseluruhan
117
.
b. Syarat akad murabahah
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi kedua belah pihak dalam melakukan transaksi pembiayaan murabahah
118
: 1.
Penjual memberitahu harga jual kepada nasabah. 2.
Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. 3.
Kontrak harus bebas dari riba. 4.
Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian.
116
Muhammad bin Ahmad bin Rusydi al-Qurtubi, Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid Jeddah : Al-Haramain, t.t juz 2, 213.
117
Lihat, M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Jakarta: Lentera hati, 2000, 550.
118
M. Syafi‟I Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum Jakarta: Tazkia Institute, 1999, 146.
72
5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. Secara prinsip jika syarat dalam nomor 1,4 atau 5 tidak terpenuhi,
pembeli memiliki pilihan, melanjutkan pembelian seperti apa adanya, kembali kepada penjual dan menyatakan ketidak setujuan atas barang
yang dijual, membatalkan kontrak. Jual beli secara murabahah diatas hanya untuk barang atau produk yang telah dikuasai atau dimiliki oleh
penjual pada waktu negosiasi atau berkontrak. Bila produk tersebut tidak dimiliki oleh penjual, sistem yang digunakan adalah murabahah
kepada pemesan pembelian. Hal ini dinamakan demikian karena sipenjual semata-mata mengadakan barang untuk memenuhi kebutuhan
sipembeli yang memesannya
119
. Disamping syarat-syarat jual beli secara umum tadi, jual beli
dengan cara murabahah menuntut terpenuhnya syarat khusus yang membedakan dari bentuk transaksi lainnya, yaitu
120
: 1.
Si pembeli nasabah harus tahu harga pembelian barang pembelian awal yang akan dijual kepadanya, apabila pihak bank
berbohong dalam menyebutkan harga beli aslinya maka sipembelinasabah mempunyai hak pilih khiyarOption apabila
dia setuju dengan harga tersebut maka transaksi boleh dilangsungkan, apabila ia tidak setuju maka transaksi boleh
dibatalkan. Dan sipembeli nasabah berhak juga meminta transaksi dilangsungkan dengan harga pembelian awal ditambah
keuntungan dan biaya operasional pengadaan barang
2. Keuntungan yang diminta pihak bank penjual kedua harus jelas
dan diketahui, karena keuntungan itu bagian dari harga transaksi,baik dalam bentuk jumlah nominal ataupun presentasi
dari harga penjual barang.
3. Transaksi pembelian awal harus terlaksana dengan benar dan sah
antrara pihak bank sebagai penjual kedua dan pihak pabrik sebagai penjual pertama, apabila pembelian awalnya tidak sah
dan cacat, maka transaksi murabahah yang didasarkan pada dasar yang cacat dan tidak sah akan melahirkan transaksi yang cacat
dan tidak sah pula.
119
Surahman Hidayah, “Al-Masharif al-Islamiyah Fi Indonesia wa Siyâsatuha
al-Istit}mariyah :Muqâranah bi al-Mashârif al-Islamiyah fi Mishr ”, Disertasi fakultas
Syari‟ah, al-Azhar University.
120
Uqinu Attaqi, Produk-Produk Investasi Bank Islam Teori dan Praktek Kairo:ICMI Orsat Kairo, 2005,68.
73 4.
Pembayaran transaksi awal antara pihak bank dan pihak industri tidak boleh dilakukan dengan cara barter antara barang dengan
barang sejenisnya yang masuk dalam kategori barang riba enam jenis barnag yang apabila dilakukan barter satu dengan yang
lainnya, dan dengan cara tukar tambah maka hukumnya haram
121
.
c. Pengetahuan Masyarakat Tentang Jenis-Jenis Pembiayaan
Murabahah
Menurut Adiwarman A. Karim transaksi murabahah di perbankan syariah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Murabahah Tanpa Pesanan
Dalam transaksi murabahah di perbankan syariah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu murabahah berdasarkan pesanan dan murabahah
tanpa pesanan. Murabahah tanpa pesanan maksudnya ada yang pesan atau tidak, ada yang beli atau tidak, bank syariah menyediakan barang
dagangannya
122
. Penyedian barang pada murabahah ini tidak terpengaruh atau terkait langsung dengan ada tidaknya pesanan atau pembeli.
Murabahah tanpa pesanan tidak perduli ada yang pesan atau tidak, ada yang beli atau tidak, bank syariah selalu menyediakan barang
dagangannya. b. Murabahah Berdasarkan Pesanan
Murabahah berdasarkan pesanan, maksudnya adalah bank syariah baru akan melakukan transaksi murabahah apabila ada nasabah yang
memesan barang sehingga penyediaan barang baru dilakukan jika ada pesanan. Kedua belah pihak akan mengakhiri penjualan setelah
kepemilikan aset pindah ke nasabah. Ketentuan dalam Accounting and Auditing Organization for Islamic Finantial Institution dan mengutip
pandangan Adimarwan Karim dalam murabahah si penjual boleh
121
Dari ubadah bin Tsamitl: Rasulullah bersabda: “ Emas bertukar denga emas harus sama, biji dan logamnya, perak dan perak harus sama biji dan logamnya,
gandum dengan gandum harus sama ukurannya satu mud dengan satu mud, korma dengan korma harus sama takarannya, satu mud dengan satu mud, garam dengan
garam harus sama ukurannya satu mud dengan satu mud, barang siapa yang menambah atau meminta tamabahan maka ia telah mekakukan riba, dan tidak apa jual
beli emas dengan perak atau perak dengan emas dengan dilebihkan asal tunai dengan
tunai, adapun bila diberikan tenggang waktu maka tidak boleh” HR. Abu Daud. Lihat Ibn Atsur: “Tafsir Attahreer wan Tanweer”, h 387-89. Dan dalam riwayat Abi Saeed
Al-Khudriy disebutkan jenis enam yaitu jelai sejenis gandum
122
Wiroso, Jual Beli Murabahah Yogjakarta: UII Press, 2005 38.
74
meminta pembayaran haamish ghadiyah, yakni uang tanda jadi ketika terjadi ijab qabul. Hal ini menunjukan bukti keseriusan si pembeli
123
. Ide tentang jual beli murabahah yang berbentuk pesanan
tampaknya berakar pada dua alasan berikut : Pertama, mencari pengalaman satu pihak yang berkontrak pemesan pembelian meminta
pihak lain yakni pembeli untuk membeli sebuah aset, pemesan dalam hal ini berjanji untuk mengganti membeli aset tersebut dan memberinya
keuntungan. Pemesan memilih sistem pembelian ini, yang biasanya dilakukan secara kredit, lebih karena ingin mencari informasi dibanding
alasan kebutuhan yang mendesak terhadap aset tersebut. Kedua, mencari pembiayaan.
Dalam operasi perbankan syariah, motif pemenuhan pengadaan aset atau modal kerja merupakan alasan utama yang mendorong datang
ke bank. Pada gilirannya, pembiayaan yang diberikan akan membantu memperlancar arus kas cash flow yang bersangkutan. Cara menjual
secara kredit sebenarnya bukan bagian dari syarat sistem murâbahah atau murâbahah kepada pemesan pembelian. Meskipun demikian, transaksi
secara angsuran ini mendominasi praktik pelaksanaan kedua jenis murâbahah tersebut, hal ini karena memang seseorang tidak akan datang
ke bank kecuali untuk mendapat kredit dan membayar secara angsur
124
. Beberapa Bank syariah menggunakan istilah arboun sebagai kata
lain dari uang muka”. Dalam yurisprudensi Islam, arboun adalah jumlah uang yang dibayar di muka kepada penjual. Ringkasnya, arboun adalah
uang muka untuk sebuah pembelian. Bila pembeli memutuskan untuk tetap membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga. Bila ia
batal membeli, uang muka tersebut akan hangus dan menjadi milik penjual. Dengan demikian, seluruh uang arboun akan menjadi milik
pembeli penerima pesanan yang telah membelikan barang pesanan tersebut. Adapun uang muka akan diperhitungkan sesuai besar kerugian
aktual pembeli. Bila uang muka melebihi kerugian, pembeli penerima pesanan harus mengembalikan kelebihan itu kepada pemesan
125
. B.
Tahapan Praktek Murabahah.
123
Adiwarman A Karim, Bank Islam: Analisis fiqh dan Keuangan, 115.
124
Muhammad Nejatullah Siddiqi, Issue In Islamic Banking The Islamic Foundation London:tp, 1983 156.
125
The Islamic Fiqh Academy dalam sidang tahunannya yang ke-8 di Brunai pada tahun 1414 H, telah menyatakan keabsahan sistem arboun ini. Lihat Wahbah
Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu Damaskus: Dâr al-Fikr, 1997, cet. ke4, vol. V, him. 3435.
75
Pemberian Pembiayaan berarti memberikan kepercayaan, yakni kepercayaan kemampuan seseorang untuk membayar. Kepercayaan ini
didasarkan atas suatu perjanjian. Hal ini sesuai dengan pasal 1 12 Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun 1998.
Perbedaan antara Bank Syari‟ah dan Bank Konvensional dalam memberikan kredit adalah bahwa pada Bank Konvensional memungut
bunga dalam persen, sedangkan pada Bank Syari‟ah mengenakan ezpected of profit perkiraan keuntungan dalam jumlah uang. Dalam
memberikan fasilitas murabahah ini, Bank Syari‟ah mengadakan
perjanjian terlebih dahulu dengan calon nasabah, yaitu perjanjian pembiayaan.
Perjanjian pembiayaan
tersebut merupakan
suatu persetujuan antara pihak dan nasabah. Dengan adanya perjanjian ini,
maka timbul suatu hak dan kewajiban yang merupakan tanggung jawab dari masing-masing pihak.
Kesesuaian dengan prinsip-prinsip Islam dapat dilihat dari: 1.
Didalam perjanjian pembiayaan Murabahah ini tidak terdapat riba, tetapi menggunakan mark-up atau margin keuntungan yang
ditetapkan dimuka kontrak berdasarkan kesepakatan bersama, yang nilainya tidak boleh berubah atau bertambah sampai
pelunasan Q.S Al-Luqman:34
2. Melakukan pembelian terhadap berang-barang yang halal
3. Adanya jaminan kebendaan atas hutang Q.S Al-Baqarah:282
4. Jika terjadi masalah dengan nasabah dilakukan dengan cara
musyawarah dan pendekatan dengan cara persuasif, hal ini sesuai dengan konsep Islam yang mementingkan perdamaian dalam
menyelesaikan masalah. Jika terjadi wanprestasi maka pihak bank telah mempunyai
langkah-langkah antisipatif untuk mengatasinya, yaitu: 1.
Melakukan pemantauan terhadap nasabah sejak pembiayaan diberikan
2. Dengan pendekatan secara kekeluargaan terhadap nasabah
3. Mengamankan obyek yang dibiayai dan jaminannya untuk
menjamin kepentingan keamanan bank 4.
Sebagai upaya terakhir, diserahkan kepada Badan Arbitrase Syariah Nasional BASYARNAS untuk diselesaikan
76
Selanjutnya pembahasan tentang prosedur dan tahapan pemberian pembiayaan secara umum, skim besar pembiayaan dapat dibagi menjadi
dua bagian besar
126
,yaitu:
1.
Pembiayaan Produktif, yakni pembiayaan yang diberikan untuk kebutuhan usaha. Pembiayaan produktif ini terbagi menjadi dua
2. macam, yaitu: pembiayaan investasi dan pembiayaan modal
kerja. 3.
Pembiayaan konsumtif, yakni pembiayaan yang diberikan untuk pembelian ataupun pengadaan barang tertentu yang tidak
digunakan untuk tujuan usaha. Perbedaan perlakuan antara pembiayaan produktif dan konsumtif terletak pada metode
pendekatan analisanya. Pada pembiayaan konsumtif, jelas analisa dilakukan
pada kemampuan
finansial pribadi
dalam mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya. Sedangkan
pada pembiayaan produktif, fokus analisa diarahkan pada kemampuan finansial usaha untuk melunasi pembiayaan yang
telah diterimanya. Dari sisi prosesnya, analisa pembiayaan produktif jauh lebih rumit daripada pembiayaan konsumtif.
Di bawah ini adalah bentuk standart pola pembiayaan murabahah
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan yang harus diterapkan oleh perbankan syariah yang ada di Indonesia yang merupakan pola secara
umum yaitu
127
:
126
Adiwarman A Karim, Bank Islam: Analisis fiqh dan Keuangan,
127
Telah diperbaharui agar tidak ada lagi kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pembiayaan murabahah di bank syariah.
77
Gambar 3.1: Skema Pembiayaan Murabahah Sumber: Bank Muamalat Indonesia, 2010
Dari gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Bank dan Nasabah mengadakan negosiasi dan persyaratan untuk pelaksanaan
pembiayaan murabahah,
sehingga terjadi
kesepakatan antara kedua belah pihak, 2.
Setelah mengadakan kesepakatan, bank membeli barang kepada penjual barang suplier sesuai dengan kesepakatan dengan
nasabah tersebut. 3.
Bank dan nasabah mengadakan perjanjian akad pembiayaan murabahah, yang mana nantinya akan mengikat masing-masing
pihak berdasarkan kewajiban dan haknya. 4.
Supplier mengirimkan barang yang telah dibeli oleh pihak bank kepada nasabah.
5. Setelah barang terkirim, maka nasabah melakukan pembayaran ke
bank sesuai dengan akad atau perjanjian yang telah ditentukan. Proses pelaksanaan pembiayaan Murabahah melalui
tahap-tahap yang ada telah sesuai dengan prinsip- prinsip syari‟ah
Islam. Sedangkan untuk syarat pembiayaan dibedakan berdasarkan jenisnya,
yaitu: 1.
Syarat pembiayaan konsumtif
128
.
128
Lihat lampiran, Hasil wawancara dengan staff marketing PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 31.
NASABAH BANK
SUPPLIER MURABAHAH
1 2
3 4
5
78
a. Mengisi formulir pembiayaan individu syaratnya yaitu, foto copy
KTP suami istri, foto copy kartu keluarga, surat persetujuan suami istri yang ditandatangani dengan matrai 6000, foto copy surat nikah,
slip gaji 3 bulan terakhir, surat keterangan atau rekomendasi dari perusahaan, dan rekening bank 3 bulan terkhir.
b. Ketentuan umumnya, usia 21-54 tahun tidak melebihi usia pensiun
normal, masa kerja minimal dua bulan, angsuran tidak melebihi 35 dari gaji pokok, nominal pembiayaan minimal Rp. 50.000.000.,
sistem pembiayaan jual beli dengan akad murabahah, biaya administrasi 1,5 sampai 2, biaya notaris Rp. 50.000 sampai
dengan Rp. 200.000, jaminan berupa sertifikat atau BPKB mobil, jangka waktu pengembalian pembelian rumah: 1 sampai 7 tahun,
renovasi rumah: 1 sampai 5 tahun, pembelian kendaraan: 1 sampai 3 tahun.
2. Syarat pembiayaan produktif.
a. Pembiayaan koperasi.
Surat permohonan, foto copy NPWP, foto copy SIUP, foto copy TDP, ADART koperasi dan perubahannya, surat pengesahan dari
departemen koperasi, susunan pengurus koperasi yang disahkan oleh departemen koperasi, laporan keuangan 2 tahun terakhir, laporan
Rapat Anggaran Tahunan RAT selama 2 tahun terakhir, cash flow projection selama masa pembiayaan, data jaminan, dokumen-
dokumen lain yang menunjang usaha nasabah harus melakukan mutasi keuangan di Bank Muamalat.
b. Pembiayaan korperasi PT atau CV
Surat permohonan, foto copy NPWP, foto copy SIUP, foto copy TOP dan kelengkapan izin usaha lainnya, foto copy KTP direksi, profil
perusahaan, Akta pendirian dan perubahannya surat pengesahan dari Departemen Kehakiman, foto copy rekening Koran
3 bulan terakhir, laporan keuangan 2 tahun terakhir, cash flow projection selama masa pembiayaan, data jaminan, dokumen-
dokumen lain yang menunjang usaha nasabah harus melakukan mutasi keuangan di Bank Muamalat
Secara administrasi proses transaksi murabahah tidak jauh
berbeda dengan model kredit di bank konvensional, skim transaksi pembiayaan murabahah mirip dengan kredit modal kerja yang biasa
diberikan oleh bank-bank konvensional dan karenanya skim produk pembiayaan murabahah berjangka waktu pendek dibawa atau short
79
financing
129
. Karena hal ini memang disyaratkan oleh Undang-Undang yang mengatur tentang perbankan di Indonesia, UU RI Nomor 21 Tahun
2008 Tentang Perbankan Syariah, tentang pembiayaan diatur pada pasal 1 ayat 25, Pembiayaan adalah penyediaan dana yang dipersamakan
dengan itu berupa transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah dan lain-lainnya
130
. Proses pembiayaan murabahah di bank syariah ditandai dengan
adanya permohon permintaan pembiayaan dari nasabah kepada bank syariah,setelah itu bank syariah menganalisa permintaan nasabah tersebut
apakah nasabah dapat mengembalikan pembiayaan itu tepat waktu atau tidak, serta menganalisa untuk apa pembiayaan itu diperlukan oleh
nasabah. Proses selanjutnya pihak bank syariah ngambil keputusan apakah nasabah layak mendapatkan pinjaman pembiyaan murabahah
tersebut atau tidak, ini semua tergantung dari analisis yang dilakukan dan kalau
pembiayaan itu
disetujui oleh
pihak bank
tinggal merealisasikannya saja yaitu nasabah harus memenuhi kelengkapan
syarat-syarat yang diperlukan. Yang terakhir adalah monitoring dari pihak bank, baik itu bersifat kekeluargaan atau tidak.
Keberhasilan operasi suatu bank bebas riba berbeda dengan keberhasilan
mengelola suatu
perekonomian bebas
riba atau
perekonomian yang didasarkan pada penyertaan modal, persoalan yang berkaitan dengan yang kedua jauh lebih kompleks, tetapi manfaatnya
juga jauh lebih mendalam dan revolusioner
131
. Sebagai lembaga intermediary keuangan maka bank syariah akan selalu melakukan
berbagai macam analisa pada setiap transaksinya termasuk analisa transaksi pembiayaan murabahah. Sistem berbankan syariah menekankan
konsep manfaat pada kegiatan yang lebih luas, bukan hanya pada manfaat di setiap akhir kegiatan, akan tetapi juga pada setiap proses
transaksi
132
. Tahap pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut:
129
Muhammad Syafii Antonio dkk, Apa dan Bagaimana Bank Islam, 25, Lihat pula Wahab Zuhaili, Al-
Mu‟âmalah al-Mâliyah al-Mu‟âs}irah: Buhût} wa Fatwa wa Hulul Damaskus : Dâr al-Fikr, 2002 609.
130
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan, Undang-Undang Perbankan Syariah Dan Surat Berharga Syariah Negara Bandung: Fokusmedia, 2008 42-43.
131
M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam Jakarta: Gema Insani Press, 2000,. xxvii
132
Lihat, Bank Indonesia , Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia, 8.
80
1. Tahap Solisitas Pembiayaan Murabahah
Solisitasi adalah sebuah proses mencari nasabah sesuai kriteria yang telah ditetapkan pembiayaan sesuai dengan kapasitas dan
jabatannya dan tentu pertimbangan besar kecilnya diterima. Atau dengan kata lain tahap solistis sesungguhnya adalah sebuah kegiatan yang
dilakukan oleh bagian marketing officer guna mendapatkan nasabah pembiayaan murabahah. Semakin senior kedudukan seorang marketing
maka semakin besar target penyaluran dana yang harus dikeluarkan. Karena dikejar target itulah terkadang seorang marketing sedikit
menolong performance nasabah dengan menutupi kekurangannya. Asal kekurangan itu tidak terlalu parah karena pada akhirnya jika terjadi macet
maka pertanggungjawaban ada pada marketing
133
. Tahap solsitasi terdiri dari penetapan target market, seperti sektor produksi, penetapan sektor
bisnis, seperti industri barang dagangan, penetapan reisk acceptance assets criteria seperti risiko di bidang industri dan penetapan nasabah
yang dibiayai oleh pihak Bank. 2.
Tahap Pemenuhan Dokumen Pembiayaan Murabahah
Para nasabah harus dapat memenuhi dan menyerahkan dokumen- dokumen terkait yang disyaratkan oleh bank syariah dalam pembiayaan
murabahah. Yaitu diantaranya
134
: a.
Pre-sign documentation, meliputi offering letter, akad pembiayaan, akad dokumen jaminan, dokumen pendukung ,
kontrak kerja, asuransi, dan lain-lain. b.
Pre-sign documentasi meliputi surat permohonan realisasi pembiayaan, tanda terima barang, surat perintah transfer dana,
dokumen pendukung lainnya yang disyaratkan didalam offering letter. Kelengkapan dokumentasi kredit penting mengingat hal
tersebut berhubungan langsung dengan tingkat kualitas kredit yang ditetapkan oleh pengawas bank.
3. Tahap Evaluasi Pembiayaan Murabahah.
Ada beberapa evaluasi yang di lakukan oleh bank syariah yaitu
135
:
133
lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30.
134
Lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30.
135
Lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30.
81
a. Kunjungan ke nasabah, dengan membuat laporan kunjungan
nasabah call report berupa tujuan, hasil kunjungan, rencana tidak lanjut.
b. Pengumpulan data-data, berupa surat permohonan nasabah, data
legalitas, data keuangan nasabah, data jaminan, prospek proyek yang dibiayai, proyeksi cash flow
136
proyek c.
Memasukkan data ke dalam financing file berupa persetujuan keterangan ringkas nasabah, kolektibilitas, laporan kunjungan,
permintaan informasi
korespondensi intern,
penyidikan, korespondensi ekstern, penilaian jaminan permanen.
d. Tahapan evaluasi terdiri dari evaluasi kelayakan usaha yang akan
dibiayai, evaluasi dokumentasi legalitas, taksasi jaminan dan checking.
e.
Evaluasi data disajikan ke dalam usulan pembiayaan UP dengan out line sebagai berikut: tujuan, latar belakang nasabah legtalitas
kepemilikan, kepengurusan, track record, dll, hubungan perbankan nasabah, usaha nasabah sarana, proses produksi,
supplier, konsumen industri nasabah, deskripsi proyek yang dibiayai, analisa cash flow, dan penentuan plafond pembiayaan,
analisa jaminan, aspek syariah,kesimpulan dan rekomendasi struktur fasilitas. Evaluasi adalah pengukuran suatu nilai bank
pada setiap keadaan, dilakukan oleh intern bank yang bersangkutan.
4. Tahap Analisa Pembiayaan Murabahah
Jika rangkuman evaluasi mendapatkan persetujuan dari
Marketing Manager, aplikasi pembiayaan tersebut selanjutnya diberikan kepada Analyst Officer untuk dilakukan analisa. Dalam melakukan
analisa pembiayaan Murabahah, terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh Analyst Officer sebagai berikut: 1 Analisa aspek
yuridis nasabah, supplier.2 Analisa aspek moral nasabah, aspek pendapatan nasabah, aspek anggunan dan aspek risiko.3 Menghitung
besaran kewajaran pembiayaan. 4 Menetapkanmenghitung margin. 5 Membuat kesimpulan dan rekomendasi termasuk menetapkan syarat dan
136
Cash flow adalah sejumlah kas yang dihasilkan serta digunakan selama satu periode tertentu serta dihitung dengan menambah biaya-biaya non kas seperti depresiasi
dengan laba setelah pajak, Cash flowdapat digunakan sebagai suatu indikasi untuk menilai kekuatan keuangan, Lihat Frista Artamanda Widodo,Kamus Istilah Ekonomi,
67,lihat pula Sujana Ismaya, Kamus Perbankan, 56.
82
prasyarat pembiayaan. Semua hasil analisa tersebut dituangkan dalam Nota Analisa Pembiayaan Cabang NAPC untuk mendapatkan
persetujuan atau penolakan dari Manajer Pemasaran dan Pimpinan Cabang
137
.
5. Tahap Approval Pembiayaan Murabahah
Approval merupakan proses yang dilakukan Account Manager AM Bank Syariah untuk mempresentasikan usulan pembiayaan UP di
depan komite pembiayaan minimal 3 orang yang salah satunya mempunyai limit approval138. Setelah itu komite pembiayaan Bank
Syariah membuat kebijakan sebagai berikut : Jika ditolak, dokumen nasabah dikembalikan disertai surat penolakan dari bank. Jika disetujui,
Account Manager membuat offering letter139 OL surat persetujuan prinsip pembiayaan yang ditandatangani oleh direksipemimpin cabang
kepala devisi. 6.
Tahap Pengikatan Pembiayaan Murabahah
Jika nasabah setuju dengan persyaratan yang terdapat dalam
offering letter, ia harus segera melengkapi dokumen-dokumen yang dipersyaratkan diserahkan kepada MO. Selanjutnya dokumen tersebut
diserahkan Analyst Officer, dan kemudian dibuatkan draf kontrak pembiayaan berdasarkan ketentuan dalam offering letter. Secara ringkas,
akad pembiayaan biasanya terdiri atas penjelasan obyek pembiayaan, beberapa definisi terkait akad pembiayaan, tujuan, jumlah dan jangka
waktu pembiayaan, jumlah margin, teknik pembayaran, biaya-biaya, diskon dan pajak, jaminan, asuransi dan hal lainnya. Draft akad tersebut
kemudian diserahkan kepada Marketing Manager dan Kepala Cabang untuk disetujui. Jika telah disetujui, akad dibaca oleh nasabah untuk
disetujui, kemudian ditandatangani oleh nasabah dan Kepala Cabang di hadapan notaris
140
.
7. Tahap Pencairan Pembiayaan Murabahah
Pada tahap ini Marketing Officer membuat DPRP Daftar Pengecekan Realisasi Pembiayaan. Daftar ini berupa lembaran yang
137
Lihat lempiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30.
138
Lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30.
139
Offering Letter adalah dokumentasi legal berisi komitmen bank untuk membiayai nasabah
140
Lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30.
83
berisi rincian dokumen yang dipersyaratkan dalam pembiayan dan prasyarat serta syarat yang telah disepakati sebagaimana disebutkan
dalam akad maupun SP3 antara lain: a Akad pembiayaan telah ditandatangani oleh calon nasabah diatas materai cukup.b Surat
sanggup telah ditandatangani calon nasabah diatas materai cukup. c Jaminan yang diserahkan telah diikat sesuai ketentuan dan ditutup
asuransinya kecuali pengikatan dan penutupan asuransi jaminan utama untuk pembiayaan Murabahah baru akan dilakukan bila barangnya telah
dibeli. d Biaya administrasi dan biaya pengikatan jaminan telah dibayar oleh nasabah. e Pengamanan sumber pelunasan pembiayaan
telah dilakukan oleh bank. f Dan prasyarat lainnya yang telah ditetapkan
141
. Setelah semuanya disetujui proses selanjutnya adalah membuat
Customer Facility dan Memo Pencairan dan memintakan persetujuan dari Manajer Pemasaran dan selanjutnya diserahkan ke Customer Service
untuk proses input pembukaan rekening pembiayaan an nasabah atas dasar Customer Facility, setelah proses ini mendapatkan pengesahan dari
pejabat berwenang,maka pencairan segera dilakukan oleh Administrasi Pembiayaan.
8.
Tahap Pembayaran Angsuran Pembiayaan Murabahah
Pada tahap ini antara 5 sampai 10 hari sebelum pembayaran jatuh
tempo. Bagian Marketing harus sudah mulai menghubungi nasabah dan mengingatkan bahwa pembayaran angsuran akan segera jatuh tempo, jika
saldo pada rekening atas nama nasabah belum mencukupi untuk pembayaran, maka nasabah harus segera mencukupinya sebelum tanggal
jatuh tempo untuk menghindari keterlambatan
142
.
9. Tahap Monitoring Pembiayaan Murabahah
Regulator monitoring yaitu monitoring aktif, yaitu mengunjungi nasabah secara regular dan memberikan laporan kunjungan nasabah call
report kepada komite pembiayaan atau supervisor accoun manager dan monitoring pasif adalah monitoring pembayaran kewajiban nasabah
141
Lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30.
142
Lihat lampiran, Hasil wawncara dengan staff marketing PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Cabang Pekanbaru, pada tanggal 6 maret 2011, 30.
84
kepada bank setiap akhir bulan, restrukturisasi pembiayaan, meliputi: restrukturisasi, rekondusi, reschedulle dan penjadwalan jaminan
143
. a.
Monitoring kegiatan usaha nasabah oleh Bank Syariah dilakukan atas dasar laporan aktivitas usaha yang diberikan oleh nasabah
tiap akhir bulan, laporan angsuran menunggak serta daftar KAP kualitas aktiva produktif yang dibuat oleh adminitrasi
pembiayaan.
Kemudian nasabah
diklasifikasikan untuk
memudahkan mana yang perlu mendapatkan pembinaan b.
Monitoring kualitas aktifa produktif, dimulai dengan adminitrasi pembiayaan
Bank Syariah
membuat laporan
nominatif pembiayaan
dan memo
mengenai nasabah
pembiayaan murabahah yang perlu mendapat perhatian untuk dibina, laporan
dan memo tersebut disetujui oleh pejabat berwenang kemudian ditindaklanjuti oleh Marketing Officer Bank Syariah.
c. Menindak lanjuti surat Kantor Pusat, jika kantor pusat memberi
surat mengenai KAP Cabang, maka pihak Bank Syariah harus menindaklanjuti dan membuat surat penjelasan atau tanggapan
untuk kantor pusat mengenai hal yang dimintai penjelasan oleh kantor pusat.
10. Tahap Penilaian Ulang Pembiayaan Murabahah
Tahap penilaian akhir ini dilakukan atas fasilitas pembiayaan
yang telah berjalan 6 bulan atau telah menunjukan kolektabilitas kurang lancar, dengan penekanan pada: 1 Masa laku legalitas usaha. 2
Performance nasabah meliputi: a. Penyampaian laporan. b. Mutasi rekening nasabah. c. Pelunasan kewajiban jatuh tempo. d. Aktivitas
volume bisnis nasabah. e. Likuiditas usaha. f. Rentabilitas usaha. 3 Kewajaran limit pembiayaan dikaitkan dengan volume bisnis nasabah.
4 Nilai polis asuransi dan masa berlakunya. 5 Nilai transaksi jaminan dan pengamananya
144
.
C. Kesalahan Persepsi Tentang Murabahah