Fungsi kulit Struktur kulit

10

2.2.1 Fungsi kulit

Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik serta mekanik, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kimiawi, gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus, gangguan panas atau dingin. Gangguan fisik serta mekanik dicegah oleh adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan kulit atau mantel asam kulit dengan pH 4,5 - 6,5 Tranggono dan Latifah, 2007. Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin yang menyerap sekitar 5 - 10 dari sinar tersebut Wasitaatmadja, 1997. Fungsi kulit lainnya adalah menjaga keseimbangan temperatur tubuh, organ sekresi, menerima rangsangan, absorpsi dan status emosional Muliyawan dan Suriana, 2013. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, kelembaban udara, metabolisme dan jenis zat yang menempel di kulit Wasitaatmadja, 1997.

2.2.2 Struktur kulit

Kulit terdiri atas tiga lapisan, yaitu: lapisan epidermis, dermis, dan hipodermis. Epidermis merupakan lapisan luar tipis kulit. Epidermis terdiri atas lima lapisan, yaitu: 1. Stratum germinativum atau stratum basale Lapisan ini terdiri dari satu lapis sel, yang terletak paling dekat dengan dermis di bawahnya. Stratum basale berisi beberapa jenis sel, yaitu: a. Sel-sel punca: yang membelah dan memperbaharui populasi sel punca serta menghasilkan sel anak keratinosit. Universitas Sumatera Utara 11 b. Keratinosit: sel paling banyak pada lapisan ini. Sel ini membelah 3 – 6 kali sebelum bergerak ke atas menuju stratum spinosum. c. Melanosit: sel-sel penghasil pigmen melanin. Terdapat 1 melanosit untuk setiap 4 – 10 keratinosit basal. Jumlah melanosit sama pada setiap orang, namun aktivitasnya jauh lebih tinggi pada orang berkulit gelap. d. Sel-sel Merkel: sel-sel neuroendokrin yang jarang ada, yang berperan sebagai mekano reseptor yang beradaptasi lambat. Sel-sel ini paling banyak di bibir dan lidah, namun sulit diidentifikasi karena memiliki tampilan serupa dengan melanosit. 2. Stratum spinosum Lapisan ini terdiri dari beberapa lapis keratinosit, dan beberapa sel Langerhans. a. Keratinosit: mengubah ekspresi keratin saat berdiferensiasi. Filamen-filamen keratin di dalam sel untuk memperkuat hubungan sel-sel dan membuat hubungan erat antar sel. b. Sel-sel Langerhans: merupakan sel penyaji antigen khusus sel dendritik yang menyusun sekitar 3 – 6 sel pada lapisan stratum spinosum. Saat sel ini terpapar oleh benda asing antigen, sel-sel ini bermigrasi keluar epitel dan menuju kelenjar getah bening regional untuk menginisiasi respons imun. 3. Stratum granulosum Lapisan ini terletak pada bagian atas stratum spinosum. Lapisan ini berisi keratinosit yang telah bergerak ke atas dan selanjutnya berdiferensiasi Universitas Sumatera Utara 12 menjadi sel bergranul. Sel-sel ini menekan lipid khusus pada granula intraselular menuju celah antar sel-sel mati skuama pada lapisan di atasnya. Saat bergerak ke atas, sel-sel ini mulai kehilangan nukleus dan organel sitoplasmanya, kemudian mati. Sel- sel mati menjadi „skuama‟ berkeratin dari lapisan teratas. 4. Stratum lusidum Lapisan ini merupakan lapisan kelima yang kadang-kadang ditemukan pada kulit tebal di antara lapisan stratum granulosum dan stratum korneum. Lapisan ini tipis dan transparan serta sulit teridentifikasi pada potongan histologis rutin. 5. Stratum korneum Lapisan ini merupakan lapisan teratas dan terluar, dan terdiri dari sel-sel mati, yang menjadi datar dan tampak seperti pengelupasan kulit atau skuama. Sel-sel ini berisi lapisan keratin yang kuat yang berikatan silang, pada bagian dalam terikat pada lipid khusus, dan pada bagian luar membentuk sawar anti-air yang kuat. Skuama akhirnya mengelupas Peckham, 2014.

2.2.3 Jenis-jenis kulit