Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Eksistensi manusia di dunia tidak terlepas dari tujuan hidupnya. Tujuan ini begitu beragam dan dipengaruhi karakter fitrah manusia yang bermuara pada “solusi persuasif” untuk menghasilkan nilai-nilai tertentu. Sebagai makhluk yang beragama manusia berusaha memperoleh model- model tujuan hidup yang ternyata ditawarkan agama sebagai bagian primer dalam ajarannya. Dalam agama Islam, tujuan ini telah jelas-jelas digariskan dalam kitab suci Al-Qur’an sebagai sumber momentum terbesar dan teragung, yang tidak hanya dikenal sebagai kitab suci yang bernilai ibadah tetapi juga kitab suci dengan mukjizat yang keramat. Bernilai ibadah karena adanya balasan pahala bagi siapa yang membacanya serta termasuk amal yang utama serta merupakan mukjizatnya Rasulullah SAW sebagai hujjah tertinggi kerasulan beliau yang sarat dengan muatan ilmu, hikmah, rahmat dan hidayah. Dalam kitab suci Al-Qur’an tujuan ini dituangkan pada salah satu ayat-Nya yaitu pada surat Az-Zariat ayat ke-56:        Artinya: ” dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Ayat ini secara jelas menyatakan kewajiban manusia dalam menyembah Allah SWT sebagai tujuan penciptaannya. Penyembahan yang sempurna adalah penyembahan dalam wujud pengenalan dan pengetahuan kepada yang disembah. Lalu lahirlah konsep “makrifatullah” yang pada akhirnya diakui sebagai tujuan hakiki dari ibadah. Selanjutnya “makrifatullah” dijelaskan dalam berbagai ayat lainnya, diantaranya surat Ar-Rum ayat ke-8 :                          Artinya: ”Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang kejadian diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan Pertemuan dengan Tuhannya.” Pada ayat ini terdapat jalan untuk mencapai makrifatullah yang diisyaratkan dengan kata “memikirkan” atau “yatafakkaru”. Prosesnya meliputi dua tahapan yakni berpikir tentang diri sendiri dan berpikir tentang alam semesta. Aliansi keduanya akan menempatkan struktur poros tengah yang mengacu pada tahapan-tahapan mistis menuju gerbang makrifatullah. Poros tengah di sini dimaksudkan sebagai landasan koherensi untuk meletakkan proporsi dan komposisi yang tepat dalam memberikan formulasi tentang Tuhan yang tentu saja berbeda dengan makhluk-Nya yakni manusia sebagai “citra” Tuhan dan alam semesta sebagai manifestasi pelengkap. Di kalangan akademisi sendiri, metodologi dalam sintesa – sintesa ilmu pengetahuan menerapkan dominansi akal teoritis yang menyusun struktur kerjanya dalam wadah logika yang menitikberatkan pada penyusunan matriks – matriks kausalitas. Di satu sisi metodologi ini positif karena bisa mendorong kemajuan ilmu pengetahuan teoritis yang banyak mengakuisisi metode – metode terapan yang kemudian direduksi dalam metodologi sintetis yang tepat guna. Namun, di sisi lain metodologi ini gagal dalam integrasi menyeluruh dalam keselarasan antara aspek spritualitas yang murni yaitu makrifatullah yang merupakan esensi penciptaan manusia. Ini dikarenakan metodologi ini dalam aplikasinya merunut akal sebagai domain utama yang berarti tidak terbukanya akses ke pintu alam malakut yang merupakan media dalam eksplorasi ilmu - ilmu esensial. Setelah memahami supremasi tafakkur sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup maka perlulah kiranya dirumuskan konsep tafakkur yang menyangkut disiplin-disiplin formulasinya sehingga dengan tafakkur yang benar tujuan tadi bisa dicapai. Berdasarkan maksud ini maka penulis tertarik untuk mengangkat tema sentral ini dengan rujukan buku “Ihya Ulumuddin” karya Imam Al-Ghazali sebagai bahan skripsi dengan judul ”KONSEP TAFAKKUR SUFISTIK MENURUT IMAM AL- GHAZALI”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Di muka telah disebutkan bahwa diantara obyek tafakkur adalah manusia dan alam semesta. Korelasi keduanya dalam setiap aspeknya yang menyangkut muatan lahir batin serta spritualitas yang mewadahinya tentunya telah menciptakan sebuah konsepsi pengetahuan tanpa batas. Sebab penelusuran bagian vital dari topik ini adalah tentang makrifat yang di satu sisi adalah pembukaan akses ke alam ghaib untuk eksplorasi ilmu-ilmu ke-Tuhan- an yang mutlak. Pengkajian secara global sangatlah tidaklah mungkin mengingat faktor minimnya pengetahuan penulis sendiri. Atas dasar pertimbangan di atas, maka penulis membatasi penulisan konsep tafakkur versi Imam Al-Ghazali hanya pada penggambaran sistematika secara sederhana saja tentang proses tafakkur. Adapun rumusan masalahnya adalah tentang bagaimana proses tafakkur dalam dunia tasawuf perspektif Imam Al-Ghazali dan aplikasinya dalam dunia akademis yang saat ini banyak mengadopsi mekanisme logika terapan murni.

C. Tujuan Penelitian