Campur kode Pembahasan Hasil Analisis Data Penelitian
percakapan tersebut juga dalam keadaan santai. Percakapan terjadi saat memancing. Jadi, untuk menciptakan suasana yang lebih akrab digunakan
bahasa betawi
4
Kalau ada atletik berangkatnya berame-rame dan masih banyak lagi.
Data 5, paragraf ke-9, kalimat ke-9 Campur kode yang terdapat pada tuturan 4 berupa reduplikasi, yakni
kata “berame-rame”, yang dalam bahasa Indonesia adalah beramai-ramai. Tuturan tersebut terjadi pada saat si tokoh menceritakan tentang
keakrabannya dengan teman-teman satu kelasnya, yaitu kelas X-5. Percampuran dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Betawi kemudian
kembali lagi ke dalam bahasa Indonesia pada tuturan tersebut digunakan untuk megalihkan situasi yang terasa resmi menjadi lebih santai.
Tujuannya agar pembaca tidak merasa kaku dengan bahasa yang monoton, karena lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
5
Kulihat raut wajah mereka berubah, lalu Tika menyela, “Agha lagi nganter
Mira ke toko buku.” Data 6, paragraf ke-4, kalimat ke-17 Campur kode yang terdapat pada tuturan 5 yaitu berupa frasa, yakni
“lagi nganter”, yang artinya “sedang mengantar”. Percampuran dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Betawi kemudian kembali lagi ke dalam
bahasa Indonesia pada tuturan tersebut disebabkan oleh faktor lawan bicara. Sebelum masuk ke dalam dialog, si pencerita menggunakan bahasa
Indonesia, yaitu Kulihat raut wajah mereka berubah, lalu Tika menyela.
Selanjutmya, setelah masuk ke bagian dialog, penulis bercampur kode dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Betawi kemudian kembali lagi ke
dalam bahasa Indonesia, yaitu
“Agha lagi nganter Mira ke toko buku.”Frasa “lagi nganter” yang berupa bahasa Betawi tersebut digunakan
karena si tokoh “aku” pada saat itu berbicara kepada teman sebayanya,
yaitu sedang memberitahu temannya bahwa Agha orang yang dicari
sedang mengantar Mira anak baru di sekolah mereka. Campur kode tersebut dilakukan agar suasana terasa lebih akrab dan tidak terasa kaku.
6
Dilihat dari mana pun, kami memang hanya cocok untuk sahabatan.
Data 6, paragraf ke-9, kalimat ke-1 Campur kode yang terdapat pada tuturan 6 yaitu berupa kata, yakni
kata “sahabatan” yang artinya “menjadi sahabat”. Salah satu ciri bahasa Betawi yaitu menambahkan akhiran
–an pada kata benda dan kata kerja. Percampuran yang terjadi pada tuturan di atas yakni dari bahasa Indonesia
ke dalam bahasa Betawi tersebut terjadi diakhir tuturan. Tujuan yang dilakukannya campur kode, sama seperti campur kode pada tuturan
sebelumnya, yakni agar suasana lebih terasa santai. Selain itu, kata “sahabatan” lebih terasa dekat daripada kata “menjadi sahabat”. Penulis
cerpen ingin pembaca merasakan apa yang dirasakan oleh penulis. Sehingga maksud penulis dapat diterima dengan baik oleh pembaca.
7
Sudah dulu ya, cerpen aku.Data 2, paragraf ke-5, kalimat ke-10
Campur kode yang terjadi pada tuturan 7 yaitu berupa kata, yakni kata “dulu”. Kata tersebut mengalami pemendekan dari kata “dahulu”,
yang berasal dari bahasa Jawa Kuno, yakni “rahulu” yang memiliki arti “nenek moyang”. Setelah mengalami penyerapan ke dalam bahasa
Indonesia, kata tersebut berarti untuk menjelaskan waktu yang telah lalu. Kata “dulu” yang dipakai pada cerpen tersebut disebabkan karena tidak
adanya kata yang sepadan dari bahasa Indonesia. Percampuran tersebut dilakukan untuk kebutuhan penegasan, bahwa si penulis cerpen ingin
mengakhiri ceritanya dengan cara yang sopan dan berkenan di hati pembaca.
8
Buktinya, pas kelas 9 SMPN aku pacaran lagi, hohoho. Data 2,
paragraf ke-2, kalimat ke-10 Campur kode yang terdapat pada tuturan 8 yaitu pada kata “pas”.
Percampuran tersebut terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Betawi. Bercampurnya bahasa Indonesia dengan bahasa Betawi pada
tuturan 8 terjadi secara tidak disadari oleh penutur. “Pas”adalah kata serapan dari bahasa melayu kuno yang telah dikenal sebagai bahasa
Indonesia asli yang memiliki arti “tepat”. Maksud kata pas dalam tuturan tersebut yaitu si tokoh ingin membaeritahukan kepada pembaca bahwa
tepat pada kelas 9 ketika duduk di Sekolah Menengah Pertama ia menjalin hubungan kasih dengan seseorang. Kata pas pun sering digunakan dalam
bahasa sehari-hari, di mana sebagian orang mengenal kata tersebut sebagai bahasa Betawi. Sebab kata tersebut berkembang di Jakarta, yaitu daerah
yang berlatar belakang dan berdialek Betawi.
Campur kode dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Slang
Bahasa slang merupakan bahasa yang diciptakan oleh para remaja sebagai bahasa pergaulan sehari-hari. Bahasa slang berasal dari bahasa
Indonesia yang ditambakan atau dibolak-balik struktur gramatikal. Hasilnya tidak jauh berbeda dengan bahasa aslinya. Ditemukan beberapa
bentuk bahasa slag pada penelitian ini. 9
Aku punya sahabat yang kece dan baik loh, yaitu Shintia, Anisha,
Denni, Bima, Erdin, Husna, dan Umy.Data 2, paragraf ke-1, kalimat ke-5
Campur kode yang terjadi pada tuturan 9 yaitu pada kata “kece”.
Kata aslinya adalah keren dan cantik yang memiliki arti tidak jauh dari kata aslinya. Campur kode di atas dilakukan secara sadar oleh penulis
cerpen agar terlihat bahwa si “aku” adalah seorang anak yang gaul. “Kece”
merupakan bahasa gaul yang banyak dipakai di kalangan remaja. Penggunaan kata tersebut dalam pergaulan sehari-hari sudah sangat
populer. Kata tersebut terdengar sangat meyenangkan dan sudah menjadi
bahasa wajib di kalangan remaja. Hal tersebut terbukti apabila seseorang yang tidak mengerti bahasa pergaulan yang digunakan oleh teman
sebayanya, maka ia akan dikatakan norak atau kuper kurang pergaulan.
10
Kedengarannya terlalu lebay ya? Data 2, paragraf ke-2, kalimat ke-
5 Campur kode yang terjadi pada tuturan 10 terdapat pada kata
“lebay”. Lebay berarti berlebihan, yang berasal dari kata “lebih”. Sama halnya seperti tuturan 9
, penggunaan kata “lebay” pada tuturan 10 pun dilakukan secara sadar bahkan disengaja oleh penulis cerpen. Pertanyaan
pada kutipan cerita tersebut ditujukan untuk pembaca cerpen, oleh karena itu, penulis cerpen memilih kata “lebay” agar memiliki kesan akrab
dengan pembacanya. Kata “lebay” sebenarnya memiliki arti yang lebih
berlebihan dari kata aslinya. Berbeda dengan kata “kece”, kata lebay lebih popular. Bukan hanya di kalangan remaja, tetapi juga di kalangan orang
tua dan anak-anak.
Campur kode dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Batak
Campur kode yang terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Batak pada penelitian ini tidak terlalu mendominasi. Kosakata yang dipilih
pun tidak terlalu bervariasi. 11
Begitu pun dengan Faris, anak-anak memanggilnya “Ucok”,
hehehe. Data 5, paragraf ke-3, kalimat ke-6 Campur kode yang terjadi pada tuturan 11
adalah kata “Ucok”, bahasa Batak, yang berarti “anak laki-laki”. Penggunaan kata “Ucok”
dipilih untuk menunjukkan bahwa Fariz adalah orang yang berasal dari suku Batak. Campur kode pada tuturan tersebut disebabkan oleh tujuan
penulis cerpen, yang ingin menegaskan dan menunjukkan bahwa dalam cerpennya terdapat banyak lelucon.
Selain campur kode yang telah dijelaskan di atas, terdapat pula kalimat yang terdiri lebih dari satu kata dan satu bahasa daerah. Campur kode yang
terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam beberapa bahasa ini penulis sebut sebagai campur kode campuran. Sebab pada percampuran ini terdapat
lebih dari satu bahasa daerah yang digunakan dalam satu kalimat. 12
Entah kenapa gue rindu Agha yang dulu, Agha yang selalu ngejek gue
jelek. Data 6, paragraf ke-6, kalimat ke-9 Campur kode yang terjadi pada tuturan 12 terjadi dalam bahasa
Betawi. Kutipan tersebut menunjukkan berberapa kali perulis cerpen melakukan campur kode yang berupa kata dan frasa.Y
akni kata “kenapa” yang berar
ti “mengapa” dan “gue” yang berarti saya. Setelah itu kembali ke dalam bahasa Indonesia, kemudian menyisipka lagi bahasa Betawi,
yakni “dulu” yang merupakan pemendekan dari kata “dahulu”. Selanjutnya penulis cerpen kembali menggunakan bahasa Indonesia dan
mencampurkan lagi ke bahasa Betawi dalam bentuk frasa, yakni “ngejekgue”.
13
Pas kita semua rombongan dateng langsung beres-beres ke kamar, abis
itusholat ashar. Data 1, paragraf ke-2, kalimat ke-1 Tuturan 13 menunjukkan beberapa kali terjadi campur kode dalam
satu kalimat. Pertama diawali oleh bahasa Betawi yakni kata “pas” kemudian kata “rombongan”, kata “dateng” dan kata “abis”. Selain bahasa
Betawi, terdapat pula bahasa Jawa yang berbentuk reduplikasi, yakni “beres-beres”. Percampuran ke dalam bahasa Betawi dilakukan dengan
sengaja oleh peulis. Bahasa Betawi yang digunakan merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh penulis. Sementara bahasa Jawa tersebut
terjadi tanpa disadari oleh penulis cerpen. “Beres-beres” merupakan bahasa yang sangat umum, bahkan tidak banyak yang mengetahui bahwa
beres-beres merupakan bahasa Jawa.
2 Campur kode Ekstern
Campur kode ektern pada penelitian ini merupakan campur kode yang terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Asing. Campur kode
eksterndari bahasa Indonesia ke dalalam bahasa Asing ditemukan dalam tiga bahasa, yakni dari bahasa Indonesia ke dalam Arab, bahasa Inggris,
dan bahasa Belanda.
Campur kode dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Arab
Campur kode yang terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab pada penelitian ini tidak mendominasi. Percampuran dari bahasa Indonesia
ke dalam bahasa Arab yaitu berupa frasa. 14
Panggil saja aku Intan, usiaku 16 tahun, seorang pelajar di
Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta. Data 2, paragraf ke-1, kalimat
ke-1 Campur kode yang terjadi pada tuturan 14
yaitu pada kata “madrasah aliyah
” Percampuran yang terjadi pada tuturan ini disebabkan oleh faktor keadaan yang mengharuskan menggunakan dua kata tersebut. Pencerita
yang juga penulis cerpen ini, ingin menunjukkan kepada pembaca bahwa ia adalah seorang pelajar di Madrasah Aliyah Negeri 19 Jakarta, yaitu
nama sebuah sekolah, di mana tingkatannya setara dengan Sekolah Menengah Atas. Tidak ada kata lain yang bisa menggantikan dua kata
tersebut. Sebab apabila “Madrasah Aliyah” diganti dengan “Sekolah Menengah Atas”, maksud yang ingin disampaikan oleh penulis cerpen
tidak akan sampai secara utuh kepada pembaca.
Campur kode dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris
Berbeda dengan bahasa Arab, campur kode yang terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris pada penelitian ini pun cukup
mendominasi. Percampuran dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris yang ditemukan pada penelitian ini berupa kata.
15
Saatnya melanjutkan perjalanan menuju villa. Data 1, paragraf ke-1,
kalimat ke-7 Percampuran pada tuturan 15 terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Inggris. Campur kode yang terjadi pada tuturan tersebut yaitu pada
kata “villa” yang terjadi tanpa disadari. Sebab kata “villa” sudah sangat populer di telinga orang Indonesia
.“Villa” adalah bahasa Inggris asli tanpa unsur serapan. “Villa” memiliki arti “rumah indah di luar kota”.
Penggunaan bahasa Inggris pada tuturan tersebut disebabkan oleh faktor kebutuhan. Sesuai dengan makna villa yang sebenarnya, latar pada cerita
tersebut memang si tokoh dalam situasi berada di luar kota. Penggunaan kata tersebut dipilih oleh pencerita untuk menegaskan bahwa ia berada di
luar kota. Selain itu, p enggunaan kata “villa” juga lebih memiliki prestise
dibandingkan dengan kata “penginapan”.
16
Di waktu luangku, aku pun menyalurkan hobby dengan bersepeda dan mencari objek untuk hunting. Data 2, paragraf ke-1, kalimat ke-
2 Campur kode yang terjadi pada tuturan 16
yaitu pada kata “hobby” dan “hunting”. Tuturan tersebut mengalami beberapa kali percampuran,
yakni dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris kemudian kembali lagi ke dalam bahasa Indonesia dan diakhir kalimat beralih lagi ke dalam
bahasa Inggris. Dua kata tersebut adalah bahasa Inggris tanpa unsur serapan. “Hobby” memiliki arti “kegemaran” sedangkan “hunting”
memiliki arti “berburu”. Penggunaan bahasa Inggris pada tuturan tersebut
ingin menunjukkan bahwa tokoh dalam cerpe n merupakan anak “gaul”
dan memiliki pengetahuan yang cukup dalam berbahasa Inggris yang bisaa digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Selain itu, percampuran tersebut
juga terjadi karena faktor lingkungan. Ketika seseorang berbicara dengan sesekali beralih ke dalam bahasa Inggris maka ia akan dipandang sebagai
orang yang memiliki nilai tinggi.
17
Aku pun sudah fix duduk dengan Widya. Data 5, paragraf ke-2,
kalimat ke-2 Campur kode yang terjadi pada tuturan 17
yaitu pada kata “fix”. Percampuran ini terjadi di tengah kalimat, yakni tokoh dalam cerita
mengalihkan bahasa yang digunakan dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris kemudian kembali lagi ke dalam bahasa Indonesia. Fix
adalah bahasa Inggris asli tanpa unsur serapan yang memiliki arti “penentuan”.Masih berhubungan dengan arti yang sebenarnya, makna kata
fix pada tuturan tersebut memiliki arti “sudah pasti dan tidak akan
berubah”. Maksudnya, tokoh utama dalam cerita, yakni „aku‟, ingin memberitahu kepada pembaca bahwa posisi duduknya bersebelahan
dengan Widya dan tidak akan berubah lagi seperti sebelumnya. Penggunaan kata “fix” disebabkan oleh faktor lingkungan, di mana jika
diamati ceritanya dari awal, si tokoh utama yang merupakan penulis sendiri adalah seseorang yang sangat mengutamakan nilai pergaulan.
Ketika ia menggunakan bahasa Inggris dalam bahasa pergaulannya, maka ia akan dipandang sebagai anak “gaul” atau “tidak norak”. Sebab, fix
merupakan salah satu bahasa Inggris yang sudah sangat familiar di kalangan terpelajar.
18
Dan entah dari mana, Putri tiba-tiba membawa blackforest yang
berisi angka 16 ke hadapanku. Data 6, paragraf ke-4, kalimat ke-12 Campur kode pada tuturan 18
yaitu pada kata “blackforest”. Percampuran ini terjadi di tengah-tengah kalimat, sebagai bentuk
keunikan. “Blackforest” merupakan bahasa Inggris asli tanpa unsur serapan. Secara bahasa, blackforest
memiliki arti “hutan hitam”, tetapiblackforest
yang dimaksud dalam tuturan tersebut adalah “kue coke
lat”. Sebenarnya bisa saja penulis cerpen memilih kata kue cokelat atau kue ulang tahun sebagai padanan kata blackforest. Namun, untuk
mendapatkan kesan yang benar-benar menunjukkan kue yang biasa diberikan untuk kejutan dalam rangka ulang tahun, penulis menggunakan
percampuran ke dalam bahasa Inggris. Selain itu, kata blackforest menunjukkan trend setter yang kebarat-baratan sehingga dengan
menggunakan kata tersebut seseorang dianggap lebih berkelas.
Campur kode dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Belanda
Campur kode yang menggunakan bahasa Belanda pada penelitian ini hanya ditemukan dalam satu kalimat saja dan hanya satu kata.
Percampuran yang menggunakan bahasa Bahasa pada penelitia ini berupa kata.
19
Kita sering memanggil wali kelas kita dengan sebutan “Daddy”
hehehe. Data 5, paragraf ke-3, Kalimat ke-2 Campur kode yang terjadi pada tuturan 19 yaitu pada kata
“Daddy”. Percampuran ini terjadi sebagai bentuk hiburan, sebab si tokoh sedang menceritakan pengalaman yang dialaminya. “Daddy” merupakan
bahasa Belanda asli tanpa unsur serapan, yang berarti “Ayah”. Cerita
tersebut dapat dikatakan sebagai fakta sehingga tidak percampuran tersebut tidak dapat diganti dengan kata lain. Seperti halnya percampuran
ke dalam bahasa Inggris, percampuran ke dalam bahasa Belanda pun terjadi karena dinilai lebih bergengsi di kalangan remaja. Bahkan dapat
dikatakan lebih bergensi dibandingkan dengan bahasa Inggris. Selain itu, penggunaan kata daddy pada tuturan tersebut menunjukkan tentang
keakraban siswa dengan guru dan antar sesama siswa itu sendiri. Selain menunjukkan keakraban, kata daddy juga menunjukkan kekonyolan dan
kekompakkan di antara penghuni kelas X-5 yang diceritakan. Cerita tersebut menggunakan berbagai macam sebutan bagi orang-orang tertentu
untuk menciptakan suasana akrab dan humor di dalam kelas. Selain campur kode yang terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam satu
bahasa asing ataupun ke dalam bahasa daerah tertentu, terdapat pula campur kode yangterjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa asing
sekaligus bahasa daerah dalam satu kalimat. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan berikut:
20
“Sangat malang nasibku, ingin memancing tapi tidak ada tempat.”
ucapku di dalam hati. Data 3, paragraf ke-1, kalimat ke-3 Tuturan 20 menunjukkan dua bentuk campur kode yang terdiri atas
campur kode intern dan campur kode ekstern. Percampuran terjadi dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa kemudian kembali lagi ke dalam
bahasa Indonesia. Setelah itu, dari bahasa Indonesia disisipkan lagi bahasa Betawi. Campur kodetersebut berupa kata, yakni ditunjukkan oleh kata
“malang”, yang berasal dari bahasa Jawa yakni “ma-alang” yang berarti “sial” da bahasa Betawi, yakni ditunjukkan oleh kata “tapi”. Percampuran
ke dalam dua bentuk campur kode tersebut terjadi secara tidak disengaja. Kata malang dan tapi sudah sangat sering digunakan dalam komunikasi
sehari-hari. Penggunaan kata malang dipilih penulis untuk menunjukkan keadaan
yang sangat memprihatinkan. Kata tersebut memiliki nilai rasa yang lebih menyentuh dan lebih halus dari pada kata “sial”. Selain itu juga dapat
mempengaruhi pembaca sehingga merasa kasihan terhadap tokoh tersebut. Sementara itu, penggunaan kata “tapi” lebih umum, lebih santai, dan lebih
mudah diucapkan daripada kata “tetapi.