Rumusan Masalah 1. Bagaimana kekerasan anak secara fisik direpresentasikan dalam film Slumdog Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kategorisasi

commit to user 22 gerakan fisik manusia untuk menyakiti tubuh atau merusak harta orang lain, 33 2 Simbolik, tindakan yang memanfaatkan berbagai sarana media untuk menyakiti hati dan merugikan kepentingan orang lain, 3 Birokratik, tindakan yang memanfaatkan institusi formal yang legal untuk menyakiti perasaan atau merugikan kepentingan orang lain, 34 dan 4 Struktural, tindakan yang memanfaatkan nilai-nilai pandangan hidup, struktur sosial atau norma budaya dari kelompok tertentu yang sedang memgang hegemoni kekuasaan untuk mendiskreditkan orang kelompok lain. 35

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kekerasan anak secara fisik direpresentasikan dalam film Slumdog

Millionaire ? 2. Bagaimana kekerasan anak secara simbolik direpresentasikan dalam film Slumdog Millionaire ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan 1. Untuk mendeskripsikan kekerasan fisik pada anak dalam Film Slumdog Millionaire. 2. Untuk mendeskripsikan kekerasan simbolik pada anak dalam Film Slumdog Millionaire. 33 Ibid. hal.vi. 34 Ibid. hal. viii. 35 Ibid. hal. ix. commit to user 23

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan bertambahnya pemahaman tentang bagaimana menyikapi kekerasan pada anak di India, dan diharapkan penelitian ini berguna bagi penelitian selanjutnya.

E. Kerangka Teori 1. Film dan Komunikasi Massa

Sebuah kenyataan bahwa komunikasi adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari aktifitas seorang manusia, tentu masing-masing mempunyai cara sendiri, tujuan apa yang akan didapatkan, melalui apa atau kepada siapa. Dalam formulasinya Harold D.Laswell itu biasa disebut who siapa, says what mengatakan apa, in which cnannel lewat saluran mana, to whom kepada siapa, with what effect efek apa yang diharapkan. 36 Menurut John Fiske, komunikasi sebagai pembangkitan dan pertukaran makna. Penekanannya di sini bukan pada tahapan-tahapan proses, namun pada teks dan interaksi teks dengan budaya yang memproduksimenerima teks tersebut. Fokusnya adalah peran komunikasi dalam membentuk dan menjaga nilai-nilai serta pada cara nilai-nilai tersebut memungkinkan komunikasi menjadi bermakna. 37 Dalam komunikasi, terdapat pula 5 lima unsur utama yang terlibat, yaitu: Source sumber, Message pesan, Channel media, Receiver penerima, dan Effect efek. Dalam proses komunikasi, pesan adalah elemen yang utama. Hal ini 36 Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal. 27. 37 John Fiske, Cultural and Communication Studies Sebuah Pengantar Paling Komprehensif, JalaSutra, Yogyakarta, 2004, hal.261. commit to user 24 disebabkan karena komunikasi sendiri adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Pengertian isi pesan selanjutnya mengacu pada pengertian makna. Komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa latin communication, dan perkataan ini bersumber pada kata communis yang berarti sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna menegenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan diantara orang- orang yang terlibat di dalamnya. 38 Komunikasi dikatakan sebagai interaksi sosial melalui pesan-pesan, dan pesan-pesan itu mengandung makna. Lawrence dan Schramm mengartikan makna sebagai jalinan asosiasi pikiran dan konsep yang diterapkan. Pertalian jalinan asosiasi dan pikiran yang diberikan pada simbol-simbol komunikasi akan mempermudah dan menguatkan orang-orang yang terlibat komunikasi dalam meng-encode dan men- decode simbol menjadi pengertian bermakna. 39 Lawrence dan Schramm lebih lanjut menjelaskan bahwa makna akan muncul jika orang mulai menafsirkan isyarat atau simbol dan berusaha memahami aspek pikiran, perasaan, dan konsep. Dalam hal ini komunikasi dilihat sebagai proses produksi dan pertukaran pesan yaitu dengan memperhatikan bagaimana suatu pesan teks berinteraksi dengan masyarakat yang bertujuan untuk memproduksi makna. Adapun fungsi komunikasi secara menyeluruh dapat dirinci kembali sebagai berikut : 38 Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, PT Rosdakarya, Bandung, 1993, hal.87 39 D.Lawrence dan W.Schramm, Azas-azas Komunikasi Antar Manusia, LP3ES, Jakarta, 1987, hal.76 commit to user 25 a. Informasi, yakni kegiatan mengumpulkan, menyimpan data, fakta dan pesan, opini dan komentar, sehingga orang bisa mengetahui keadaan yang terjadi di luar dirinya. b. Sosialisasi, yakni menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan bagaimana bersikap sesuai nilai-nilai yang ada serta bertindak sebagai anggota masyarakat secara efektif. c. Motivasi, yakni mendorong seseorang untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang mereka baca, lihat dan dengar melalui media massa. d. Bahan diskusi, yakni menyediakan informasi sebagai bahan diskusi untuk mencapai persetujuan dalam hal terjadi perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang menyangkut orang banyak. e. Pendidikan, yakni membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal maupun informal. f. Memajukan kebudayaan, media massa menyebarkan hasil-hasil kebudayaan melalui aneka program siaran atau penerbitan buku. g. Hiburan, media massa telah menyita banyak waktu luang dari semua golongan usia dengan difungsikannya media komunikasi sebagai alat hiburan dalam rumah tangga. h. Integrasi, menjembatani perbedaan antarsuku bangsa maupun antarbangsa dalam upaya memperkokoh hubungan dan pemerataan informasi. Definisi komunikasi massa datang dari Littlejohn yang mengatakan “Komunikasi massa adalah suatu proses dengan mana organisasi-organisasi media memproduksi dan mentransmisikan pesan-pesan kepada publik yang besar, dan commit to user 26 proses di mana pesan-pesan itu dicari, digunakan, dimengerti, dan dipengaruhi oleh audience.” 40 Ini artinya, proses produksi dan transmisi pesan dalam komunikasi massa sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan kepentingan audience. Namun demikian, surat kabar, radio, atau televisi sebenarnya hanya merupakan alat teknis. Komunikasi massa yang dimaksud di sini bukan semata-mata komunikasi dengan bantuan teknologi radio, televisi, atau teknik-teknik modern lainnya. Meskipun teknologi modern selalu digunakan dalam proses komunikasi massa, tetapi penggunaan alat-alat teknis ini tidak selalu menunjukkan komunikasi yang disebut komunikasi massa. 41 Komunikasi massa, sebagaimana digunakan di sini, bukan semata-mata suatu sinonim untuk komunikasi dengan bantuan radio, televisi, atau teknik-teknik modern lainnya. Film adalah gambar bergerak dan bentuk dominan dari komunikasi massa. Film lebih dulu menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi. Menonton televisi menjadi aktivitas populer bagi orang Amerika pada tahun 1920-an sampai 1950-an. Film adalah industri bisnis yang diproduksi secara kreatif dan memuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika. Secara umum, 80 dari informasi yang didapatkan oleh manusia diperolehnya dari indra pengelihatan. Oleh karena itulah film-film dan informasi 40 Stephen W. Littlejohn. Theories of Human Communication, Wardsword Publishing, Belmont, 1999. hal 562 41 Charles R Wright. Sosiologi Komunikasi Massa, Remadja Karya, Bandung, 1985. hal 3. commit to user 27 televisi lebih berpengaruh dalam menyampaikan propaganda, dibandingkan dengan makalah atau media cetak. 42 Dalam perjalanan sejarah, banyak film yang sengaja dibuat sebagai alat propaganda karena memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk opini umum. Frank Kapra, sutradara film Amerika membuat 7 film seri yang berjudul Why We Fight selama Perang Dunia II. Begitu pula Jepang membuat film propaganda yang mendukung alasannya berperang, salah satunya The Story of Tank Commander. Termasuk rezim orde baru membuat film G-30S-PKI, untuk mengukuhkan kekuasannya dan membunuh karakter lawan-lawan politiknya. Di Jerman sebelum Perang Dunia II, Nazi amat konsisten dalam konsep maupun implementasinya agar fungsi film sebagai alat propaganda menonjol. Mereka aktif dalam mengontrol skenario, pemilihan pemain, musik, pembuatan film dan distribusinya dengan menyediakan 70.000 buah proyektor 16 mm pada sekolah dan universitas di negeri itu sejak tahun 1936. Film merupakan salah satu bentuk media massa yang menarik. Melaluinya kita mendapat berbagai hal, baik aspek hiburan maupun aspek informasi ssperti kebudayaan, politik, dan lain sebagainya. Keistimewaannya yang tidak terikat ruang dan waktu, membuat film mudah ditonton kapan dan dimana saja. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa film adalah alat komunikasi massa yang paling dinamis dewasa ini. 42 http:adiel87.blogspot.com200911sejarah-dan-bentuk-media-massa.html, diunduh tanggal 25 Januari 2011 pukul 18:30 WIB commit to user 28 Seperti yang diungkapkan Marselli Sumarno bahwa film adalah bentuk komunikasi antara pembuat dan penonton. 43 Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa film berhubungan langsung dengan masyarakat atau massa. Para pembuat film mempunyai sesuatu yang ingin disampaikan kepada penonton. “Sesuatu” itu merupakan pesan-pesan yang berinteraksi dengan penonton yang bertujuan untuk memproduksi makna. Film memiliki keunggulan sebagai salah satu bentuk media komunikasi massa. Dalam hal ini ciri-ciri film itu sendiri, antara lain: a. Sifat informasi. Film lebih dapat menyajikan informasi yang matang dalam konteks yang relatif lebih utuh dan lengkap. Pesan-pesan film tidak bersifat topical dan terputus-putus tetapi dapat ditunjang oleh pengembangan masalah yang tuntas. b. Kemampuan distorsi. Sebagai media informasi, film dibatasi oleh ruang dan waktu tertentu. Untuk mengatasinya, media ini menggunakan distorsi dalam proses konstruksinya, baik di tingkat fotografi ataupun pemaduan gambar yang dapat menempatkan informasi, membesarkan ruang atau melompat batas waktu. c. Situasi komunikasi. Film dapat membawakan situasi komunikasi yang khas dan menambah intensitas dan keterlibatan khalayak. Film dapat menimbulkan keterlibatan yang seolah-olah sangat intim dengan memberikan gambaran wajah atau bagian badan yang sangat dekat. 43 Marselli Sumarno, Dasar-dasar Apresiasi Film, PT.Gramedia Pustaka Jaya, Jakarta, 1996, hal. 27 commit to user 29 d. Kredibilitas. Situasi komunikasi film dan keterlibatan emosional penonton dapat menambah kredibilitas pada suatu produk film. Karena penyajian film disertai oleh perangkat kehidupan yang mendukung pranata sosial manusia dan perbuatannya serta hubugan antar peran dan sebagainya, umumnya penonton dengan mudah mempercayai keadaan yang digambarkan walaupun kadang-kadang tidak logis atau tidak berdasar kenyataan. Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial. Lantas membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya. 44 Dalam banyak penelitian tentang dampak film terhadap masyarakat, hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami secara linier. Artinya, film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan message dibaliknya, tanpa pernah berlaku sebaliknya. Kritik yang muncul terhadap perspektif ini didasarkan atas argument bahwa film adalah potret dari masyarakat di mana film itu dibuat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar. 45 Berbeda lagi dengan perspektif Graeme Turner yang menolak film sebagai refleksi masyarakat, menurutnya makna film adalah sebagai representasi dari realitas masyarakat. Bagi Turner, jika film sebagai refleksi dari realitas, maka film sekedar “memindah” realitas ke layar tanpa mengubah realitas itu. Sementara jika film sebagai representasi dari realitas, maka berarti film membentuk dan “menghadirkan 44 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hal.127 45 Budi Irawanto, Film, Ideologi, dan Militer : Hegemoni Militer Dalam Sinema, Media Pressindo, Yogyakarta, 1999, hal.13 commit to user 30 kembali” realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari kebudayaannya. 46

2. Studi Pesan dan Analisis Semiologi Komunikasi

Pada dasarnya Studi Pesan merupakan temuan teoritis dan metodologis oleh Andrik Purwasito sebagai upaya membangun teori komunikasi versi Asia. Yakni bagaimana mengkaji proses rekayasa pesan message engineering dari realitas sosial menjadi realitas media atau realitas simbolik. Dalam hal ini Empat Pilar Saka Guru fundamental pillar Studi Pesan yaitu: 47 1 bahwa komunikasi sebagai pertukaran simbol didefinisikan sebagai sarana mendapatkan kekuasaan, 2 bahwa dalam proses rekayasa pesan encoding process komunikator membangun pesan berdasar atas referensi budaya dan ideologinya, 3 bahwa pesan komunikasi berwujud tanda dan berkarakter simbolik bersifat presentatif penggambaran, imajeri pencitraan dan representatif keterwakilan, 4 dan arena bersifat Tanda simbolik verbal dan non verbal. Maka analisis Studi Pesan menggunakan teori semiologi dan metode tafsir. Dalam Message Studies, kajian pesan berfungsi sebagai: 48 • Sarana untuk mengkomunikasikan dan mempertukarkan gagasan dengan tujuan memperoleh kekuasaan. 46 Ibid, hal.14 47 Andrik Purwasito, Metode Analisis dan Sistematika Studi Pesan, http:www.facebook.comnote.php?note_id=10150362961485024, diunduh tanggal 25 Januari 2011 pukul 19:30 WIB 48 Andrik Purwasito, Metode Analisis dan Sistematika Studi Pesan, http:www.facebook.comnote.php?note_id=10150362961485024, diunduh tanggal 25 Januari 2011 pukul 19:30 WIB commit to user 31 • Cara mengintrodusir identitas individu, dan kelompok serta mempertegas eksistensi. • Alat menjelaskan masalah, peristiwa, gejala, warisan budaya sampai pada tingkat kedalaman tertentu. • Manifestasi gagasan, representasi pembatinan resistensial dan support maupun keindahan. • Signal tanda-tanda zaman dari alam semesta. Dalam penelitian ini menggunakan analisis semiologi komunikasi yaitu kaidah tafsir terhadap tanda-tanda. Semiologi komunikasi diperkenalkan oleh Andrik Purwasito, suatu tafsir yang digunakan dalam studi komunikasi. Ia mengambil pembagian Roland Barthes, dalam L’Aventure Semiologie. 49 Semiologi menurut Ferdinand de Saussure adalah mendefinisikan tanda terdiri dari signifier dan signified atau concept. Artinya bahwa tanda-tanda selalu mengacu pada reference rujukannya. Kata Pohon, menunjuk pada pohon dalam kenyataannya. Sedangkan semiologi komunikasi adalah memberi makna pada tanda Pohon dalam perspektif bukan saja rujukan pohon yang sebenarnya tetapi fungsi itu digunakan oleh partisipan komunikasi. Seperti dalam istilah semiotika sendiri yang berasal dari bahasa Yunani Kuno “semion” yang berarti tanda, yang pada dasarnya mempelajari bagaimana kemanusiaan humanity memaknai hal-hal things. Jadi ada perbedaan antara memaknai to signify dalam dengan mengkomunikasikan to communicate. Memaknai berarti dalam hal mana obyek itu dijelaskan, tetapi juga 49 Ibid, hal.27 commit to user 32 sistem atau struktur dari tanda. Sedangkan mengkomunikasikan berarti obyek-obyek memuat informasi pesan kepada komunikan, demikian sebaliknya. Uraian di atas membagi semiologi menjadi dua pengertian mendasar. Pertama, semiologi signifikansi dan yang kedua adalah semiologi komunikasi atau semiologi pragmatik. Semiologi signifikansi adalah alat tafsir yang digunakan masyarakat untuk memberi makna tanda-tanda sebagai pesan komunikasi, jadi tanda mempunyai maksud tertentu yaitu pesan kepada komunikan, khalayak atau publik. Jika komunikasi adalah produksi simbol-simbol oleh manusia, maka semiologi komunikasi adalah tafsiran pesan dari seluruh produk komunikator yang ditujukan secara jelas kepada komunikan dengan subyek berupa simbol-simbol komunikasi. 50 Tanda-tanda signs adalah basis dari seluruh komunikasi. Proses komunikasi ada dua tahap, yaitu: 51 Primer, artinya Proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang simbol sebagai media. Dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dsb yang mampu menterjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Sekunder, artinya proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Pengertian semiotik juga diungkapkan oleh Charles Sanders Pierce yang menyatakan bahwa kebudayaan merupakan sebuah kumpulan dari tanda atau sign, bahwa obyek berhubungan dengan tempat dimana tanda itu berada, konsep 50 Andrik Purwasito, Semiology on Communication Studies, http:andrikpurwasito.blog.com, diunduh tanggal 22 Desember 2010 pukul 20:25 WIB 51 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. 2004. Remaja Rosdakarya. hal. 274. commit to user 33 pengamatan terhadap tanda. Tanda-tanda berkaitan dengan obyek-obyek yang menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab akibat dengan tanda-tanda tersebut. Pierce sendiri menggunakan istilah simbol, lambang, indeks, ikon untuk memilah-milah apa itu tanda, yaitu : 52 a. Lambang Lambang selalu dikaitkan dengan tanda-tanda yang sudah diberi sifat kultural, situasional, dan kondisional yang ditentukan oleh suatu aturan yang berlaku umum, kesepakatan bersama atau konvensi. Contoh: 1. Gerakan tubuh atau anggukan kepala sebagai tanda setuju. 2. Bendera merah putih: Simbol dari negara Republik Indonesia; Makna “berani dan suci” b. Ikon Ikon adalah sebuah tanda yang memiliki kemiripan rupa resembalance antara tanda dengan hal yang diwakili atau sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk obyek, bunyi, atau suaranya. Ikon merupakan representasi dari suatu benda fisik yang mempunyai sifat menyerupai. Contoh: Peta dan Wilayah Geografisnya, foto dengan obyeknya foto peristiwa,foto wajah,dsb, lukisan dengan gagasannya lukisan alam. c. Indeks 52 Bramandito Damar P, Representasi Etika Jawa Dalam Wayang Kulit, Unpublished Thesis. Surakarta: Graduate Program ISIP UNS, 2003, hal.12. commit to user 34 Indeks adalah sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan pertandanya. Suatu tanda disebut indeks apabila terdapat hubungan fenomenal atau eksistensi diantara tanda dan yang ditandai. Indeks merupakan tanda yang hadir secara asosiatif akibat terdapatnya hubungan ciri acuan yang sifatnya tetap. Contoh: - Kata ‘rokok’ memiliki indeks ‘asap’. - Orang yang lewat memiliki indeks Jejak Kaki Pada dasarnya, semiotika merupakan sebuah teori umum tentang tanda dan simbolisme, yaitu studi tentang tanda dan simbol sebagai elemen perilaku komunikatif, analisis sistem komunikasi, sebagai bahasa, gerak tubuh, atau pakaian. Linda Rogers dalam International Journal of Applied Semiotics mengungkapkan, 53 “Saya suka berpikir tentang semiotika sebagai fungsi alami dari membaca tanda-tanda yang ada di alam dan dibuat oleh dan untuk masyarakat. Kita melihat jejak kaki di salju, awal musim semi, alis seorang teman yang terangkat, dan mendengar nada suara orang yang dicintai. Kita bertindak dalam sebuah jalinan tanda dan sistem simbol. Ketika kita menelaah mereka, kita dapat mengetahui mengapa dan kemudian kita membuat pilihan.” F.Terminologi Untuk membatasi beberapa pengertian yang mungkin bisa menimbulkan interpretasi, maka dalam skripsi ini secara khusus dibutuhkan penjelasan pengertian 53 Linda Rogers, International Journal of Applied Semiotics, http:www.atwoodpublishing.comjournalsjournal.htmV3N1, diunduh tanggal 13 Desember 2010 pukul 13:45 WIB commit to user 35 terminologi yang digunakan dalam karya ini. Beberapa istilah yang dianggap penting diuraikan secara rinci sebagai berikut : 1. Presentasi Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin. Berbeda dengan pidato yang lebih sering dibawakan dalam acara resmi dan acara politik, presentasi lebih sering dibawakan dalam acara bisnis. Tujuan dari presentasi bermacam-macam, misalnya untuk membujuk biasanya dibawakan oleh wiraniaga, untuk memberi informasi biasanya oleh seorang pakar, atau untuk meyakinkan biasanya dibawakan oleh seseorang yang ingin membantah pendapat tertentu. 54 2. Kekerasan Kekerasan atau bahasa Inggris: Violence berasal dari bahasa Latin: violentus yang berasal dari kata v ī atau vīs berarti kekuasaan atau berkuasa adalah dalam prinsip dasar dalam hukum publik dan privat Romawi yang merupakan sebuah ekspresi baik yang dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang umumnya berkaitan dengan kewenangannya yakni bila diterjemahkan secara bebas dapat diartinya bahwa semua kewenangan tanpa mengindahkan keabsahan penggunaan atau tindakan kesewenang- wenangan itu dapat pula dimasukan dalam rumusan kekerasan ini. 55 3. Film 54 http:id.wikipedia.orgwikiPresentasi 55 http: id. wikipedia.orgwikikekerasan commit to user 36 Film cara pengucapan: [Filêm] atau Félêm adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie semula pelesetan untuk berpindah gambar. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Gambar-hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda termasuk fantasi dan figur palsu dengan kamera, danatau oleh animasi. 56

G. Kategorisasi

Kategorisasi adalah tahapan yang penting dalam penelitian. Kategorisasi memberikan arahan dalam mengungkapkan masalah yang dirumuskan dalam penelitian. Selain itu, kategorisasi merupakan logika peneliti dalam memahami dan menganalisa permasalahan yang dihadapi dalam penelitian. Dalam hal ini, kekerasan terhadap anak-anak dalam film “Slumdog Millionaire” dapat dilihat melalui simbol- simbol komunikasi verbal dan non-verbal, yang disampaikan antara lain melalui percakapan dan sikap para pemain film. Bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak- anak dapat dilihat dalam kategori-kategori antara lain, sebagai berikut:

1. Kekerasan Fisik

Kekerasan Fisik ialah tindakan yang benar-benar merupakan gerakan fisik manusia untuk menyakiti tubuh atau merusak harta orang lain. 57 Kekerasan fisik menyebabkan korban yang babak belur atau harta yang lenyap dijarah. 56 http:id.wikipedia.orgwikiFilm 57 I.M Hendrarti, M.A. Ph.D. dan Herudjati Purwoko M.Sc. Ph.D., Aneka Sifat Kekerasan, Fisik. Simbolik, Birokratik Struktural, Cetakan Pertama, PT Indeks, Jakarta, 2008, hal. vi. commit to user 37 a. Pembunuhan homicide adalah setiap pembunuhan orang lain oleh tindakan orang itu sendiri. 58 b. Serangan dengan memukul assault and battery merupakan kategori hukum yang mengacu pada tindakan ilegal yang melibatkan anacaman dan aplikasi aktual kekuatan fisik kepada orang lain. 59 c. Forcible rape pemerkosaan dengan paksaan ialah tindakan hubungan seksual dimana salah satu partner menggunakan beberapa bentuk kekerasan agar partner lainnya menyerah kalah. 60 d. Menyiksa ialah menghukum dengan menyengsarakan menyakiti, menganiaya, dsb e. Sadisme ialah kekejaman, kebuasan, keganasan dan kekasaran. f. Melukai ialah membuat luka pada atau menyakiti hati. g. Mengemis ialah meminta dengan merendah-rendah dan dengan penuh harapan. h. Menangkap ialah memegang binatang, pencuri, penjahat, dsb dengan tangan atau alat. i. Mengurung ialah membiarkan ada didalam saja. 2. Kekerasan Simbolik Kekerasan Simbolik ialah tindakan yang memanfaatkan berbagai sarana media untuk menyakiti hati dan merugikan kepentingan orang lain. 61 58 Ibid. hal. 24. 59 Thomas Santoso, Teori- Teori Kekerasan, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, hal. 24. 60 Ibid. commit to user 38 Akibat dari kekerasan simbolik memang tidak langsung mengenai fisik korban namun sangat menyakitkan hati dan berlangsung sangat lama, bahkan beberapa dekade. Berbagai sarana media yang dipakai orang untuk berinteraksi dengan orang lain bervariasi. Sarana itu bisa bersifat non linguistik, saperti gerak isyarat, kontak badan, ekspresi wajah, sikap tubuh, jarak antara badan, benda sebagai alat peraga atau sarana linguistik yang berupa bahasa verbal. Kekerasan simbolik, menurut Bourdieu, dilakukan untuk mendapatkan imbalan berupa kepercayaan, kewajiban, kesetiaan, ketaatan dan keramah tamahan. 62 Dalam film Slumdog Millionaire ada beberapa bentuk kekerasan simbolik antara lain : a. Menghina ialah merendahkan; memandang rendah hina, tidak penting: memburukkan nama baik orang; menyinggung perasaan orang seperti memaki-maki, menistakan. 63 b. Ancaman dianggap sebagai bentuk kekerasan, merupakan unsur penting kekuatan power, kemampuan untuk mewujudkan keinginan seseorang sekalipun menghadapi keinginan yang berlawanan Weber, 1985. 64 61 I.M Hendrarti, M.A. Ph.D. dan Herudjati Purwoko M.Sc. Ph.D., op.cit, hal. 7. 62 Ibid. hal. 50. 63 http:www.artikata.comarti-menghina 64 Thomas Santoso. op.cit, hal. 11. commit to user 39 Perilaku mengancam mengkomunikasikan pada orang lain suatu maksud untuk menggunakan kekerasan terbuka bila diperlukan. Orang yang melakukan ancaman sesungguhnya tidak bermaksud melakukan kekerasan, orang hanya mempercayai kebenaran ancaman dan kemampuan pengancam mewujudkan ancamannya. c. Mengusir ialah menyuruh pergi dengan paksa, menyuruh orang lain meninggalkan tempat. 65 d. Menjebak ialah menangkap dengan jebakan perangkap, memikat musuh dsb supaya masuk ke perangkap. 66 e. Melecehkan ialah memandang rendah tidak berharga, menghinakan, mengabaikan. f. Bohong ialah menyatakan sesuatu yang tidak benar. g. Meninggalkan ialah membiarkan tinggal tetap ada, tidak dibawa pergi, dsb.

H. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dokumen yang terkait

ANALISIS ISI ADEGAN KEKERASAN FISIK DALAM FILM “SLUMDOG MILLIONAIRE” KARYA DANNY BOYLE

3 18 2

Representasi Kekerasan dalam Film Crows Zero (Analisis Semiotika John Fiske Mengenai Kekerasan dalam Film Crows Zero)

2 24 1

REPRESENTASI KEKERASAN DALAM FILM “RUMAH DARA” (Studi Analisis Semiotik Tentang Representasi Kekerasan Dalam Film “RUMAH DARA”).

17 29 125

REPRESENTASI KEKERASAN PADA ANAK DALAM FILM ” ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI ” ( Studi Semiotik Mengenai Represe ntasi Kekerasan Pada Anak Dalam Film ” Alangkah Lucunya Negeri Ini ” karya Deddy Mizwar ).

3 14 112

REPRESENTASI KEKERASAN DALAM FILM “PUNK IN LOVE” (Studi Semiotik Tentang Representasi Kekerasan Dalam Film “Punk In Love”).

8 35 97

REPRESENTASI KEKERASAN PADA ANAK DALAM NOVEL “SHEILA” KARYA TOREY HAYDEN (Studi Semiotik representasi kekerasan pada anak dalam novel “Sheila” karya Torey Hayden).

3 28 114

REPRESENTASI KEKERASAN PADA ANAK DALAM NOVEL “SHEILA” KARYA TOREY HAYDEN (Studi Semiotik representasi kekerasan pada anak dalam novel “Sheila” karya Torey Hayden).

0 0 20

REPRESENTASI KEKERASAN PADA ANAK DALAM FILM ” ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI ” ( Studi Semiotik Mengenai Represe ntasi Kekerasan Pada Anak Dalam Film ” Alangkah Lucunya Negeri Ini ” karya Deddy Mizwar )

0 1 18

REPRESENTASI KEKERASAN DALAM FILM “RUMAH DARA” (Studi Analisis Semiotik Tentang Representasi Kekerasan Dalam Film “RUMAH DARA”)

0 0 19

Representasi Kekerasan Seksual Pada Anak Tuna Rungu Dalam Film Silenced (Analisis Semiotika Roland Barthes) - FISIP Untirta Repository

0 1 155