Representasi Kekerasan Anak di Media (Studi Semiotika Kekerasan pada Anak yang direpresentasikan dalam Film Slumdog Millionaire)

(1)

commit to user

i

Representasi Kekerasan Anak di Media

(Studi Semiotika Kekerasan pada Anak yang direpresentasikan dalam Film Slumdog Millionaire)

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret program studi

Ilmu Komunikasi

Oleh :

Diyah Ayu Iswari

D1208552

Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

2011


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv

MOTTO


(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan dan ucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan

kelancaran dalam mengerjakan skripsi.

2. Bapak dan Ibu tersayang, untuk do’a,

kasih sayang dan semangatnya selama ini.

3. Untuk Mba Tyas dan adikku Monic,

yang membuatku nyaman dirumah.

4. Untuk suamiku tercinta, Mas Fauzan

yang selalu memberikan dukungan dan semangat tanpa hentinya.

5. Teman-teman Komunikasi Non Reguler


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum Wr. Wb,

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan segala karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan kelulusan penyelesaian studi pada Jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyelesaian skripsi ini tentunya tidak akan memberikan hasil yang memuaskan apabila tidak disertai dengan bimbingan dan bantuan baik moril dan materiil kepada penulis. Untuk itu pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Drs. H. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D selaku Ketua Jurusan Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, juga sebagai Ketua penguji yang telah memberikan bantuan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Tanti Hermawati, S.Sos, M.Si selaku Sekretaris penguji yang telah

memberikan bantuan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Andrik Purwasito, DEA selaku Pembimbing I yang telah


(7)

commit to user

vii

5. Bapak Drs. Alexius Ibnu Muridjal, M.Si selaku Pembimbing II yang juga telah

membantu memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Komunikasi yang telah memberikan bimbingan

serta ilmunya selama masa perkuliahan demi kelancaran penulis dalam penyusunan skripsi ini.

7. Ayah dan Ibu yang telah memberikan segalanya, doa dan kesabaran yang amat

berarti untuk penulis juga yang menjadi semangat utama penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Mba Tyas, adikku Monic serta Suamiku, Mas Fauzan yang telah memberikan

dukungan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung yang

tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Untuk itu penulis hanya bisa memanjatkan doa semoga Allah SWT akan membalas semua budi baik yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis pun menyadari bahwa dalam membuat Skripsi, tidak terlepas dari kelemahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai masukan yang sangat berarti.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Surakarta, 21 Juni 2011


(8)

commit to user

viii

ABSTRAK

Diyah Ayu Iswari. D1208552. Presentasi Kekerasan pada Anak di India melalui Film Slumdog Millionaire (Studi Pesan Komunikasi dalam Film menggunakan Analisis Semiologi Komunikasi). Skripsi (S-1) Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011.

Film adalah bentuk komunikasi antara pembuat dan penonton. Film merekam realitas yang berkembang dalam masyarakat dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa film berhubungan langsung dengan masyarakat atau massa. Para pembuat film mempunyai pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada penonton yang bertujuan untuk memproduksi makna. Kekuatan dan kemampuan film menjangkau berbagai segmen sosial membuat film kerap mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan dibaliknya.

Film Slumdog Millionaire menggambarkan kekerasan yang masih terjadi pada

anak-anak gelandangan di Juhu, Mumbai, India. Penulis tertarik menganalisis

simbol-simbol kekerasan pada anak-anak gelandangan dalam Film Slumdog Millionaire,

karena film tersebut mengungkap realitas gelap di India; kemiskinan, pemukiman kumuh dan anak-anak gelandangan yang harus hidup dalam keadaan memprihatinkan dan kerap menerima perlakuan tidak manusiawi.

Penelitian ini menggunakan metode analisis semiologi komunikasi yang diperkenalkan oleh Andrik Purwasito, yaitu tafsir ditujukan untuk menginterpretasikan pesan dalam tindak komunikasi. Ketika terjadi proses interaksi, maka di sana terjadi pertukaran tanda-tanda (pesan) antar partisipan komunikasi. Penginterpretasian tanda-tanda berdasarkan kaidah-kaidah tertentu. Kaidah tersebut terdiri atas 7 pengujian utama, yaitu; partisipan komunikasi, konteks komunikasi, fungsi tanda, bentuk fisik dan non fisik tanda, intertekstual tanda, intersubyektivitas makna, dan intelektualitas penafsir.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa dalam film ini digambarkan adanya kekerasan terhadap anak-anak gelandangan di India yang dilakukan oleh aparat penegak hukum, warga sipil, sesama anak gelandangan, preman juga saudara. Dimana kehidupan anak-anak gelandangan sangat memprihatinkan, dari umur yang sangat belia harus hidup sendiri dan menerima perlakukan yang tidak manusiawi tanpa adanya perlindungan dari Negara. Salah satu penderitaan yang mereka terima ialah mengalami kekerasan dari kekerasan simbolik hingga kekerasan fisik.


(9)

commit to user

ix

ABSTRACT

Diyah Ayu Iswari. D1208552. The Violence Presentation on Indian’s Juvenile through Slumdog Millionaire (Message Studies of the Film By Using Semiology of Communication’s Analysis). Thesis. Department of Communication Science. Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, 2011.

Film is a form of communication between its maker and the audiences. Films captured the unfold reality and project it on to the screen. Therefore it can be said that film is directly related to the mass society. In order to produce certain meanings, film makers needs to deliver their message to the audiences. Through its strength and ability to reach various social segmentation, film has often sucedeed to affect and establish the society according to its containing messages.

Slumdog Millionaire portray the violence behaviour which still receives by the homeless juvenile in Juhu, Mumbai, India. Slumdog Millionaire’s violence symbols was analyze by researcher because the film revealed the dark truth of India; poverty, slums issues and vagrant juvenile who lives desperate life and often be treated arbitrarily.

This research used the analytical semiology of communication which was introduced by Andrik Purwasito, the commentation are intend to interpret the message in the act of communication. When the interaction is being process, the exchange signs (message) between communication participants are occur. The signs interpretation are based by certain principles. The principles consist 7 major test, namely; communication participants, communication context, attributes function, the form of physical attributes, intertextual attributes, intersubjectivity signification, and interpreter intelectuality.

The analysis concluded that the film illustrated the existence of violence on Indian’s vagrant juvenile which being done by the law enforcement, civilians, fellow vagrant, local gangs and also relative. The vagrant juvenile had to experienced miserable lives since their early ages where they had to fought for their own lives and be treated arbitrarily without government protection. One of their infliction is to receives violence behaviour such as symbolic violence thus physical violence.


(10)

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN

JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

ABSTRACT ... xiii

ABSTRAK ... ix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 22

C. Tujuan Penelitian ... 22

D. Manfaat Penelitian ... 23

E. Kerangka Teori ... 23

1. Film dan Komunikasi Massa ... 23

2. Studi Pesan dan Analisis Semilogi ... 30

F. Terminologi ... 34


(11)

commit to user

xi

H. Metodologi Penelitian ... 39

1. Jenis Penelitian ... 40

2. Objek Penelitian ... 40

3. Teknik Pengumpulan Data ... 40

4. Analisis Data ... 41

BAB II. SINOPSIS DAN KORPUSISASI A. Sinopsis ... 45

B. Korpusisasi ... 58

BAB III. ANALISIS DATA A. Kekerasan Fisik ... 82

B. Kekerasan Simbolik ... 101

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 115

B. Kritik dan Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

commit to user

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari, media massa merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari aktifitas masyarakat. Dari media massa masyarakat mendapat segala informasi dan hiburan. Media massa yang berkembang seperti surat kabar, televisi, radio, film dan internet adalah contoh media favorit masyarakat.

Media massa menyelenggarakan kegiatannya dalam lingkungan publik, pada dasarnya media massa dapat dijangkau oleh segenap anggota masyarakat secara bebas, sukarela, umum dan murah.

Dikemukakan oleh McQuail, masyarakat kini telah mengalami perubahan menjadi masyarakat informasi. Pada dasarnya masyarakat informasi (masyarakat pascaindustri) adalah masyarakat yang menilai informasi sebagai sumberdaya, sarana produksi dan produk utama yang paling berharga. Oleh karena itu, mayoritas tenaga kerjanya adalah pekerja informasi.1

Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperolah gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif; media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan. 2

1

Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta, 1996, hal. 75.

2


(13)

commit to user

2

Salah satu media yang popular adalah film. Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik drama, lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat.3

Dalam perkembangannya film tidak hanya dijadikan sebagai media hiburan semata tetapi juga digunakan sebagai alat propaganda, terutama menyangkut tujuan sosial atau nasional. Berdasarkan pada pencapaiannya yang menggambarkan realitas, film dapat memberikan imbas secara emosional dan popularitas. Kekuatan dan kemampuan sebuah film menjangkau banyak segmen sosial, membuat film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayak.

Film tidak hanya mengandalkan tampilan audio visual saja untuk menyampaikan pesan sebagai proses komunikasi. Namun melalui alur cerita dan karakter yang menarik, sebuah film mampu membuat penonton betah duduk selama berjam-jam untuk menonton film tersebut.

Pada awal kemunculannya film dijadikan alat propaganda oleh negara-negara adikuasa untuk membentuk opini karena alur cerita dan tokoh dalam sebuah film mampu menyentuh penonton secara emosional. Film dapat membuat penonton tertawa, menangis, marah atau ketakutan. Film dapat membuat kita merasakan apa yang dirasakan dan melihat apa yang dilihat tokoh utama yang ditampilkan dalam sebuah film.

Pada awal kemunculannya di akhir abad ke sembilan belas tampilan dan teknik pembuatan masih sangat sederhana, tampilannya masih hitam putih dan tidak

3


(14)

commit to user

3

bersuara. Namun dengan perkembangannya kini film lebih bersifat komersial, teknologi yang digunakan lebih canggih dan tampilan sebuah film menjadi lebih menarik.

Proses pembuatan film dapat menghabiskan waktu yang cukup lama dan biaya yang besar. Dibutuhkan juga kerjasama tenaga ahli seperti sutradara, aktor dan aktris, kameramen, penulis skenario, editor dan masih banyak lagi untuk menghasilkan film yang berkualitas dan sukses.

Sedangkan dari sisi produksi, penyajian film sekarang lebih praktis. Kita tidak perlu antri tiket di bioskop untuk melihatnya, karena film-film tersebut sudah diformat dalam bentuk LD, VCD dan DVD yang dapat kita nikmati dirumah. Mulai dari film lama atau terbaru tersedia di tempat peminjaman film. Biaya peminjamannya juga relatif murah sekitar Rp 3000,- untuk 1, 2 atau 3 hari. Atau kita dapat mengunduh lewat internet dengan biaya yang juga murah.

Walau kini tujuan utama sebagian besar dari pembuatan film adalah keuntungan secara komersil, namun tidak sedikit pula film yang sukses berisi informasi mendidik, pesan-pesan moral, masalah sosial, budaya, agama atau realitas sosial yang dapat menjadi sarana pendidikan dan pewarisan budaya.

Pada dunia perfilman, sebagai salah satu produk budaya yang tumbuh disuatu wilayah tertentu tidak dapat terlepas dari nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat karena persoalan nilai-nilai cerita yang ditawarkan dalam film melalui adegan kekerasan, kekayaan, serta ilmu pengetahuan sebagai sebuah fantasi tidak semata-mata keluar dengan begitu saja, melainkan akibat adanya realitas nilai-nilai yang hidup dalam setiap tubuh sosial.


(15)

commit to user

4

Seorang sutradara asal Inggris, Danny Boyle yang sukses memfilmkan cerita para pemadat pada akhir 1980-an di Edinburgh, Skotlandia, surga yang hilang di Asia Tenggara, hingga kekeringan di benua Afrika, kini lewat film Slumdog Millionaire, sutradara itu berupaya memotret keseharian penduduk daerah kumuh di Mumbai, India dan hasilnya adalah gambaran yang nyata dan kelam.

India merupakan negara yang memiliki populasi 1,2 miliar jiwa dan ber ibu kota di New Delhi. Kebudayaan India penuh dengan sinkretisme dan pluralisme budaya.4 Kebudayaan ini terus menyerap adat istiadat, tradisi, dan pemikiran dari penjajah dan imigran sambil terus mempertahankan tradisi yang sudah mapan dan menyebarluaskan budaya India ke tempat-tempat lain di Asia.

Kebudayaan tradisional India memiliki hirarki sosial yang relatif ketat. Sejak usia dini, anak-anak diajari tentang peran dan kedudukan mereka dalam masyarakat. Tradisi ini diperkuat dengan kepercayaan kepada dewa-dewa dan roh yang dianggap berperan penting dan tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Dalam sistem kasta di India ditetapkan stratifikasi sosial dan pembatasan dalam kehidupan sosial di anak benua India. Kelas-kelas sosial dibentuk oleh ribuan kelompok herediter yang mempraktikkan endogami, yang umum disebut jati atau kasta.

Orang India sangat menghargai nilai-nilai kekeluargaan tradisional. Walaupun demikian, rumah-rumah di perkotaan sekarang lebih sering hanya didiami oleh keluarga inti. Hal ini disebabkan keterbatasan ekonomi dan sosial untuk hidup bersama dalam sebuah keluarga besar. Di kawasan pedesaan masih umum dijumpai anggota keluarga dari tiga hingga empat generasi yang tinggal di bawah satu atap.

4


(16)

commit to user

5

Masalah-masalah yang timbul dalam keluarga sering diselesaikan secara patriarkisme.

Mayoritas terbesar orang India menikah setelah dijodohkan oleh orang tua mereka atau anggota keluarga yang dituakan, namun dengan persetujuan pengantin pria dan pengantin wanita. Pernikahan dipandang sebagai ikatan seumur hidup, dan angka perceraian sangat rendah. Walaupun demikian, pernikahan dini masih merupakan tradisi yang umum. Separuh dari populasi wanita India menikah sebelum mencapai usia 18 tahun yang merupakan usia dewasa menurut hukum.

Kebiasaan pernikahan anak-anak adalah sebuah kejahatan, baik dari tinjauan moral maupun kemampuan fisik. Kebiasaan ini telah meruntuhkan moral kita dan menyebabkan kerusakan fisik. Dengan melakukan persetujuan terhadap praktek-praktek serupa, kita telah terjauhkan dari Tuhan, juga dari Swaraj ( perjuangan

menegakkan kedaulatan dan kemerdekaan bangsa).5

Beberapa akibat pernikahan anak-anak tidak hanya berpengaruh pada ibu tetapi juga pada anak, atau lebih jauh lagi pada generasi. Di India, pada setiap 1000 orang bayi yang dilahirkan, 181 diantaranya menemui kematian. Angka ini adalah angka rata-rata, pada beberapa tempat di India angka kematian itu mencapai 400 dari setiap 1000 kelahiran.6

India selalu digambarkan sebagai gajah gemuk dengan gerak lambat karena senang bermalas-malasan. Bahkan kemiskinan yang menyeret beragam akibat malah sering dianggap menyatu dalam takdir. Hal ini tercermin dalam angka harapan hidup

5

Mahatma Gandhi, Kaum Perempuan dan Ketidakadilan Sosial, Cetakan Pertama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002, hal. 65.

6


(17)

commit to user

6

yang hanya 30 tahun (pada tahun 1930) dilengkapi tingkat buta huruf sekitar 70% penduduk.

Mumbai adalah kota terbesar di India, metropolitan ini berpenduduk 14 juta jiwa. Sejumlah warga super kaya hidup berdampingan dengan dengan jutaan warga sangat miskin. Diantara mereka yang tinggal dalam kondominium mewah bangunan pencakar langit dikepung ribuan kampung kumuh, tempat Mumbaikars, warga Mumbai hidup berdesakan beratapkan kertas bekas dan selalu disergap kelaparan.

Dalam kehidupan sehari-hari yang sangat keras, tidak aneh kalau film kemudian tampil sebagai media hiburan utama sebab mampu membawa penontonnya terbuai untuk lari dari kepahitan hidup. Setiap tahun, Bollywood menghasilkan seribu judul film dalam 20 bahasa lokal dan menjadi industri film terbesar di dunia. Dengan demikian juga tidak mengherankan di tengah himpitan kehidupan semacam itu, acara

TV paling digemari Kaun Banega Corepati, judul lokal untuk program Who Wants

To Win 10 Million Rupees.

Dalam hal jumlah penduduk India merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Tetapi ekonomi India adalah terbesar keempat di dunia, sehingga merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat didunia terutama dalam industri teknologi informasi. Mumbai hari ini memang bukan Bombay semasa Mahatma Gandhi (1869-1948) masih tinggal disana. Bapak Bangsa India tersebut mengajarkan semangat Satyagraha dan Ahimsa, mencukupi diri sendiri dan berjuang tanpa kekerasan. Namun manusia hidup di bawah norma-norma yang standar adalah warna utama India. Setelah China dan Benua Arfika, India adalah lokasi warga termiskin di dunia.


(18)

commit to user

7

Dalam bidang pendidikan, pemerintah pusat memberikan subsidi pendidikan pada pemerintah negara bagian. Di level pendidikan dasar pemerintah India harus menghadapi tantangan cukup serius. Dengan angka melek huruf sebesar 65 persen, India jauh berada di bawah bukan saja negara maju, tetapi bahkan negeri-negeri berkembang seperti Vietnam (90%), Zambia (80%), Tanzania (77%) dan Kamboja (70%).

Selama delapan periode rencana pembangunan lima tahun, Pemerintah India berusaha memberikan akses kepada anak-anak untuk mengenyam pendidikan paling dasar. Menurut catatan, pada tahun 1950-1951 hanya sekitar 3,1 juta murid mendaftar di sekolah dasar. Dua dekade berikutnya, angka ini telah menjadi 39,5 juta anak. Pada tahun 2002-2003 bahkan ada sekitar 82 persen anak usia 6-14 tahun telah mendaftar ke sekolah-sekolah dasar yang dibangun.7

Dari tes kemampuan yang cukup mudah diketahui bahkan 35 persen anak usia 7-14 tahun tidak lolos tes ini, 65,5 persen tidak dapat mengerjakan hitungan sederhana bahkan mereka yang sudah duduk di kelas II. Apabila persentase itu dihitung dari jumlah anak usia sekolah yang mencapai kemampuan membaca yang rendah dan sekitar 124 juta anak memerlukan bantuan untuk menghitung.8

Satu persoalan yang cukup mengemuka akhir-akhir ini adalah menurunnya peran pendidikan publik dan meningkatnya institusi pendidikan swasta. Beralihnya anak-anak ke sekolah swasta tidak bisa dilepaskan dari gambaran suram

7

Irwan Suhanda, India Bangkitnya Raksasa Baru Asia, Calon Pemain Utama di Dunia Era Globalisasi, Cetakan Kedua, PT Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2007, hal. 173.

8


(19)

commit to user

8

sekolah yang dikelola pemerintah. Sekolah-sekolah negeri sering kali memiliki sumber daya material terbatas dan manajemen buruk.

Berdasarkan studi yang dilakukan Anuradha De et al (Economic and Political Weekly, 28 Desember, 2002) di wilayah Uttar Pradesh, Bihar dan Rajasthan tak ada sekolah negeri yang dibangun di wilayah perkotaan selama 10 tahun terakhir. Disitu sebagian besar sekolah pemerintah berupa gedung yang disewa dengan kondisi menyedihkan serta bobrok karena tak dipelihara (Frontline Vol 21, 2004).9

Meningkatnya peran sekolah swasta juga bisa dilacak dari kenyataan bahwa anak-anak yang pergi ke sekolah negeripun harus merogoh koceknya. Survei yang dilakukan Public Report on Basic Education in India menunjukkan bahwa di wilayah utara India, seorang anak harus membayar 9 dollar AS hingga 27 dollar AS per tahun. Bahkan diwilayah Karnataka, orangtua murid harus mengeluarkan uang ekstra untuk membayar alat tulis, transport ataupun seragam yang jumlahnya mencapai 18 dollar AS di wilayah pedesaan dan 27 dollar AS di perkotaan.10

Salah satu alasan yang sering kali dikemukakan atas buruknya pengelolaan sekolah pemerintah adalah kurangnya dana. Dalam kenyataan, belanja pemerintah untuk pendidikan memang terus menurun dari yang dijanjikan pemerintah sebesar 6 persen dari produk domestik bruto menjadi hanya berturut-turut 4 persen (2001-2002), 3,8 persen (2002-2004) dan 3,5 persen (2004-2005). 11

Di balik kemajuan dan pertumbuhan ekonominya yang luar biasa, perilaku masyarakat India masih banyak yang menjadi tertawaan orang. Tipu-tipu India juga

9

Ibid. hal. 176. 10

Ibid. 11


(20)

commit to user

9

masih kerap kita dengar. Perilaku berlalu lintas juga masih seenaknya. Dilhat dari heterogenitas masyarakat India yang terbagi atas kasta, agama, dan kelas sering kali membuat partisipasi komunitas ataupun individu tidak mudah terwujud.

Ditengah kemodernan nasib perempuan India bisa dibilang miris. Contoh kasus seorang perempuan, Nirmala Ram dan anak laki-lakinya yang berumur enam tahun. Ayush, membakar diri, kemungkinan besar untuk menyudahi semua penyiksaan yang dilakukan oleh saudara-saudara iparnya atas tuntutan mahar. Cerita diatas adalah cuplikan berita di situs indianews tentang kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di India berkaitan dengan dowry atau mahar.

Catatan yang dihimpun dari statistik pengaduan kepada National Commission for Women, India (NCW) tahun 1999-2004 memperlihatkan bahwa selama lima tahun terakhir kekerasan dan kematian perempuan yang berkaitan dengan mahar menduduki peringkat kedua tertinggi setelah kasus pelecehan.12

Mahar adalah sejenis pembayaran dalam bentuk uang ataupun barang oleh keluarga pengantin perempuan kepada keluarga pengantin laki-laki bersamaan dengan penyerahan pengantin perempuan kepada keluarga pengantin laki-laki dalam tradisi penikahan India.13

Mahar merupakan simbol seorang perempuan yang diterima secara penuh sebagai anggota keluarga suaminya dan memasuki kehidupan perkawinan dengan harta bendanya sendiri. Namun dalam perkembangannya tradisi ini berubah bentuk saat di bawah tekanan ekonomi penjajahan Inggris. Dengan beban pajak yang cukup

12

Ibid. hal. 205. 13


(21)

commit to user

10

berat. Keluarga-keluarga petani di India mengharapkan adanya uang untuk kehidupan sehari-hari mereka. Akibatnya mahar secara berangsur-angsur dilihat sebagai sumber pemasukan penting bagi keluarga.

Pada momen itu mahar telah diselewengkan bentuknya dari sebuah jaring pengaman ekonomi menjadi jebakan mematikan. Aspek sukarela dari mahar, maknanya sebagai bentuk cinta kepada anak perempuan perlahan tapi pasti memudar dan berubah bentuk menjadi pembayaran wajib yang mengikuti ikatan perkawinan seorang perempuan.

Kasus kekerasan terhadap perempuan berkaitan dengan mahar hanya merupakan salah satu masalah yang saat ini harus dihadapi kaum perempuan India. sistem patriarki yang mengambil bentuk diskriminasi terhadap perempuan membuat sebagian besar kaum perempuan India harus tertatih-tatih mengejar ketertinggalan dibandingkan dengan kaum perempuan di bagian dunia lain.

Secara mendasar, perempuan adalah ibu rumah tangga. Pria adalah pencari nafkah, perempuan adalah penjaga dan pembagi makanan. Dia adalah seseorang yang mengambil alih setiap persoalan. Seni mengasuh tunas bangsa merupakan tugas utama perempuan dan satu-satunya hak istimewa. Tanpa pengasuhan seorang perempuan, suatu bangsa pasti akan mati.14

India belumlah benar- benar merdeka apabila kaum perempuan mereka masih menjadi obyek kekerasan baik di ranah publik maupun domestik serta mengalami

14


(22)

commit to user

11

diskriminasi disegala bidang. Seperti ungkapan Jawaharlal Nehru: “ Kamu dapat menilai sebuah bangsa melalui status kaum perempuan bangsa tersebut”.15

Di India miskin berarti lapar. Miskin juga bukan hanya tidak bisa makan tiga kali sehari tetapi juga dikejar-kejar penagih utang, terancam terusir dari tempat tinggal, sakit tidak mampu berobat, harus menyaksikan anak meninggal karena kurang gizi, tak bisa membaca, tak bisa menyekolahkan anak tak punya pekerjaan, tak punya hak suara dan ketakutan akan masa depan. Seperti diungkapkan Goldman Sachs, Negara ini pemilik sepertiga dari insinyur di bidang perangkat lunak (software) yang ada di dunia ini tetapi ironisnya ia sekaligus juga rumah bagi sepertiga penduduk miskin di dunia ini.

Mumbai dengan sekitar 2 juta penduduk miskin sebagian besar (54 persen)

tinggal di perkampungan kumuh di tengah perkotaan (shanty towns) merupakan

etalase bagaimana pembangunan yang gegap gempita terutama di sector IT dan jasa Business processing oursourcing (BPO) beberapa tahun terakhir ini menyisakan orang yang termarjinalisasi dalam derap pembangunan.

Bank Dunia menyebut Mumbai the capital of global slum. Ibu kotanya perkampungan kumuh dunia. Penduduk kampung kumuh ini mewakili semua gambaran kemiskinan India yaitu tak memiliki akses ke pekerjaan, pendidikan, fasilitas kesehatan, sanitasi dan air bersih serta tempat tinggal yang layak. Akan tetapi sebenarnya Mumbai hanya salah satu wajah kemiskinan di India. Kemiskinan bukan hanya fenomena di pedesaan tetapi juga perkotaan.

15


(23)

commit to user

12

Di perkotaan dari 290 juta penduduk kota (28 persen dari total penduduk India, sekitar 62 juta atau 21 persen diantaranya tinggal di pemukiman kumuh (slums). Enam kota besar di India yakni Mumbai, Delhi, Kalkuta, Chennai, Bangalore dan Hyderabad sekarang menjadi rumah bagi 18 persen penduduk pemukiman kumuh India. India menurut komisi Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (UNHCR) memiliki populasi anak jalanan terbesar di dunia mencapai sekitar 18 juta anak. India juga tertinggi dalam hal jumlah pekerja anak.16

Kawasan kumuh adalah sebuah kawasan dengan tingkat kepadatan populasi

tinggi di sebuah kota yang umumnya dihuni oleh masyarakat miskin.17 Kawasan

kumuh dapat ditemui di berbagai kota besar di dunia. Kawasan kumuh umumnya dihubung-hubungkan dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran tinggi. Kawasan kumuh dapat pula menjadi sumber masalah sosial seperti kejahatan, obat-obatan terlarang dan minuman keras.

Di berbagai negara miskin, kawasan kumuh juga menjadi pusat masalah kesehatan karena kondisinya yang tidak higienis. Di berbagai kawasan kumuh, khususnya di negara-negara miskin, penduduk tinggal di kawasan yang sangat berdekatan sehingga sangat sulit untuk dilewati kendaraan seperti ambulans dan pemadam kebakaran. Kurangnya pelayanan pembuangan sampah juga mengakibatkan sampah yang bertumpuk-tumpuk.

Kemiskinan biasanya berkaitan dengan kekerasan, di India sekitar 18 juta anak menjadi anak jalanan. Kementrian Perempuan dan Perkembangan Anak

16

Ibid. hal. 219. 17


(24)

commit to user

13

[KPPA], Pemerintah India mengumumkan laporan Penelitian Nasional Mengenai

Pelecehan Anak Berjudul “Penelitian tentang Pelecehan Anak: India 2007″, yang

diluncurkan oleh Yang Mulia Menteri Negara, Renuka Chowdhury.

Penelitian Nasional tentang Pelecehan Anak adalah salah satu penelitian empiris dalam negeri yang terbesar dalam bidang tersebut di dunia. Penelitian ini juga melengkapi Penelitian Global Sekretaris Jenderal PBB tentang Kekerasan terhadap Anak 2006.

Penelitian tersebut telah memberikan data statistik yang mengungkapkan derajat dan besaran berbagai bentuk pelecehan anak, sebuah bidang yang tidak tereksplorasi. Penelitian juga mengungkapkan data tentang variasi di antara berbagai kelompok usia, variasi jender, variasi keadaan, variasi kelompok bukti. Temuan-temuan juga akan membantu memperkuat pemahaman semua stakeholder termasuk keluarga, masyarakat, organisasi masyarakat dan pemerintah.

Temuan utamanya ialah di antara berbagai bentuk pelecehan, dan di antara berbagai kelompok bukti, anak-anak dalam rentang usia 5-12 tahun telah melaporkan tingkat pelecehan yang lebih tinggi dibanding dua kelompok usia lainnya. Anak laki-laki, dibanding anak perempuan, sama beresiko menjadi korban pelecehan. Biasanya orang-orang yang dipercayai dan yang berwenang adalah pelaku pelecehan utama. Namun 70% responden anak yang dilecehkan tidak pernah melaporkannya kepada siapapun. 18

Data pelecehan fisik bisa dilihat bahwa dua dari tiap tiga anak dilecehkan secara fisik. Dari 69% anak yang dilecehkan secara fisik di 13 negara bagian sampel,

18


(25)

commit to user

14

54.68% adalah anak laki-laki. Lebih dari 50% anak di 13 negara bagian menjadi korban satu bentuk pelecehan fisik atau bentuk pelecehan lainnya. Dari anak-anak yang dilecehkan secara fisik di lingkungan keluarga, 88.6% dilecehkan secara fisik oleh orangtuanya, 65% dari anak-anak yang bersekolah dilaporkan mengalami hukuman fisik yaitu 2 dari 3 anak menjadi korban hukuman fisik. 19

Negara bagian Andhra Pradesh, Assam, Bihar dan Delhi secara konsisten. melaporkan angka tingkat pelecehan lebih tinggi dalam segala bentuk dibanding negara bagian lainnya. Kebanyakan anak tidak melaporkan kejadian tersebut kepada siapapun dan 50.2% anak bekerja tujuh hari seminggu. 20

Sedangkan 53.22% anak dilaporkan mengalami satu bentuk atau lebih pelecehan seksual. Andhra Pradesh, Assam, Bihar dan Delhi dilaporkan sebagai negara bagian yang memiliki prosentasi pelecehan seksual tertinggi baik terhadap anak laki-laki juga perempuan. Angka 21.90% responden anak yang dilaporkan mengalami bentuk pelecehan seksual yang parah dan 50.76% bentuk pelecehan seksual lainnya. Dari semua responden anak, 5.69% dilaporkan mengalami kekerasan seksual. Anak-anak di Assam, Andhra Pradesh, Bihar dan Delhi dilaporkan mengalami insiden kekerasan seksual tertinggi. Korbannya adalah anak-anak jalanan, anak-anak dalam pekerjaan dan anak-anak di layanan asuhan institusi dilaporkan mengalami insiden kekerasan seksual tertinggi. Angka 50% pelaku pelecehan adalah orang yang dikenal anak atau dalam posisi yang dipercaya dan yang

19

Ibid. 20


(26)

commit to user

15

bertanggungjawab atas anak. Dan kebanyakan anak tidak melaporkan kejadian tersebut kepada siapapun. 21

Data dari pelecehan Emosional dan Penelantaran Anak Perempuan. Setiap anak kedua dilaporkan mengalami pelecehan secara emosional. Prosentase setara dari anak perempuan dan anak laki-laki dilaporkan mengalami pelecehan secara emosiona, di 83% kasusnya, orangtua adalah pelaku pelecehan dan 48.4% anak perempuan berharap mereka adalah anak laki-laki.

Beratnya situasi tersebut menuntut isu pelecehan anak ditempatkan pada agenda nasional. Kementrian, pada pihaknya, telah mengambil tindakan-tindakan seperti memberlakukan undang-undang untuk menetapkan Komisi Nasional dan Negara untuk Perlindungan Hak-hak Anak, Skema Perlindungan Anak yang Terintegrasi, rancangan Pelanggaran terhadap Hukum Anak dan lain-lain.

Slumdog Millionaire adalah film Inggris yang disutradarai oleh Danny Boyle , ditulis oleh Simon Beaufoy , dan diarahkan di India oleh Loveleen Tandan . Film ini di adaptasi dari novel Q & A (2005) oleh penulis India dan diplomat Vikas Swarup . Film yang berdurasi 120 menit ini bercerita tentang Jamal Malik (Dev Patel) , seorang pemuda dari Juhu, daerah kumuh di Mumbai yang menjadi peserta pada versi

India Who Wants To Be A Millionaire ( Kaun Banega Crorepati) dan berhasil

menjawab semua pertanyaan dengan benar , sehingga menimbulkan kecurigaan dari pembawa acara dan aparat penegak hukum apakah ia melakukan kecurangan.

Slumdog Millionaire berhasil meraih empat Golden Globes dan delapan piala Oscar, termasuk penghargaan paling bergengsi Film Terbaik dan Sutradara Terbaik.

21 Ibid.


(27)

commit to user

16

Sedangkan Penghargaan lain yang diterimanya adalah lima Critics' Choice Awards, dan tujuh piala BAFTA Awards.

Film Slumdog Millionaire dibuat pada tahun 2007 di Mumbai, walaupun tidak menyebut lokasi syuting, sejumlah orang mengenali daerah kumuh itu sebagai Dharavi, di pinggiran Mumbai. Daerah ini sering disebut sebagai pemukiman kumuh terluas di Asia. Di Mumbai, sekitar 2,6 juta anak-anak tinggal di daerah kumuh dan sekitar 400.000 orang bekerja menjajakan diri dalam bisnis prostitusi.

Dharavi memang daerah kumuh, namun memegang peranan penting dalam perekonomian kota Mumbai. Sebagian besar penduduk Dharavi merupakan pendatang. Profesi mereka bermacam-macam, mulai dari pekerja di pabrik tekstil, makanan, perhiasan imitasi, dan kerajinan kulit. Beberapa produk karya penduduk Dharavi bahkan diekspor ke Italia. Dharavi juga merupakan pusat daur ulang limbah industri plastik. Sebanyak 100.000 orang Dharavi bekerja dan menghasilkan pendapatan hingga mencapai US$ 500 juta per tahun.22

Namun seorang penduduk Dharavi, Anusaya Ramdan Mane menyatakan bahwa ia berusaha keras memperbaiki hidupnya. Dharavi, menurut perempuan yang telah menghabiskan 51 tahun hidupnya di kawasan ini, bukan lokalisasi prostitusi,

mafia dan pengemis, seperti digambarkan dalam film Slumdog Millionaire.

Komunitas Dharavi merupakan rumah bagi setiap keluarga yang hidup dalam toleransi beragama.23

22

http://en. wikipedia.org/wiki/dharavi 23


(28)

commit to user

17

Slumdog Millionaire menceritakan perjalanan hidup seorang anak dari daerah kumuh di Mumbai yang bernama Jamal, ia harus menjalani kehidupan yang keras bersama Salim kakaknya. Saat ia ingin menemukan Latika, cinta pertamanya, ia

mengikuti kuis Who Wants to be a Millionaire dan diduga melakukan kecurangan

karena hampir semua pertanyaan bisa ia jawab dengan benar. Ternyata jawaban-jawaban dari pertanyaan itu merupakan pengalaman hidup Jamal semasa kecil hingga remaja. Bersama Kakaknya, Salim, mereka hidup dalam kemiskinan dan rentan terhadap kekerasan.

Kekerasan adalah dalam prinsip dasar dalam hukum publik dan privat Romawi yang merupakan sebuah ekspresi baik yang dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau

sekelompok orang umumnya berkaitan dengan kewenangannya yakni bila

diterjemahkan secara bebas dapat diartinya bahwa semua kewenangan tanpa mengindahkan keabsahan penggunaan atau tindakan kesewenang-wenangan itu dapat pula dimasukan dalam rumusan kekerasan ini.24

Istilah kekerasan digunakan untuk menggambarkan perilaku, baik yang terbuka (overt) atau tertutup (covert), dan baik yang bersifat menyerang (offensive) atau bertahan (deffensive), yang disertai penggunaan kekuatan kepada orang lain. Oleh karena itu ada, ada empat jenis kekerasan yang dapat diidentifikasi: (1) kekerasan terbuka, kekerasan yang dapat dilihat, seperti perkelahian; (2) kekerasan tertutup, kekerasan tersembunyi atau tidak dilakukan langsung, seperti perilaku

24


(29)

commit to user

18

mengancam; (3) kekerasan agresif, kekerasan yang dilakukan tidak untuk perlindungan, tetapi untuk mendapatkan sesuatu, seperti penjabalan; dan (4) kekerasan defensive, kekerasan yang dilakukan sebagai tindakan perlindungan diri. Baik kekerasan agresif maupun defensive bisa bersifat terbuka atau tertutup.

Dalam pengertian luas, kekerasan kolektif dilakukan oleh segerombolan orang (mob) dan kumpulan orang banyak (crowd) dan dalam pengertian sempitnya dilakukan oleh gang. Kemudian bentuk kekerasan yang bersifat kolektif maupun

individual, seperti serangan dengan memukul (assault and battery), pembunuhan

(homicide) dan pemerkosaan (rape) dan akhirnya tindak kekerasan individu, seperti bunuh diri.

Perilaku mengancam lebih menonjol dari kekerasan terbuka, dan kekerasan defensive lebih menonjol dari kekerasan agresif. Perilaku mengancam mengkominikasikan pada orang lain suatu maksud untuk menggunakan kekersan terbuka bila diperlukan. Orang yang melakukan ancaman sesungguhnya tidak bermaksud melakukan kekerasan; orang hanya mempercayai kebenaran ancaman dan kemampuan pengancam mewujudkan ancamannya.

Dengan ancaman, ada sedikit orang yang bisa mengontrol orang lain. Ancaman, dianggap sebagai bentuk kekerasan, merupakan unsur penting kekuatan (power), kemampuan untuk mewujudkan keinginan seseorang sekalipun menghadapi

keinginan yang berlawanan (Weber, 1958). 25 Ancaman menjadi efektif jika

seseorang mendemonstrasikan keinginan untuk mewujudkan ancamannya.

25

Thomas Santoso. Teori- Teori Kekerasan, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, hal. 11.


(30)

commit to user

19

Kekerasan gang melibatkan suatu kelompok yang bertindak bersama. Penjelasan menyangkut kekerasan gang sering disebabkan oleh sifat jahat individu atau sering dikaitkan dengan beberapa cacat pribadi. Lewis Yablonsky dalam bukunya The Violent Gang (1962) memberi contoh yang jelas tentang penjelasan ini :

"Perilaku kekerasan zaman sekarang adalah orang yang tersisihkan-penuh curiga, penuh ketakutan dan tidak mau atau tidak mampu membentuk suatu hubungan kemanusiaan yang konkrit. Pembentukan gang yang terbiasa dengan kekerasan, bersamaan dengan sifatnya yang sementara, kemungkinan akan pemujaan palsu, ekspektasi terbatas anggota gang terhadap tanggung jawab, semuanya merupakan daya tarik bagi kaum muda yang menghadapi kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan dunia lain yang lebih terintegrasi dan lebih jelas."26

Serangan dengan memukul (assault and battery) merupakan kategori hukum

yang mengacu pada tindakan ilegal yang melibatkan ancaman dan aplikasi aktual kekuatan fisik kepada orang lain. Bentuknya bisa berupa serangan verbal sampai pembunuhan.

Pembunuhan (homicide) adalah setiap pembunuhan orang lain oleh tindakan

oaring itu sendiri. Pembunuhan legal atau yang dibenarkan secara hukum adalah tindakan yang umumnya dilakukan sebagai pembelaan diri, pembelaan terhadap orang lain, atau harta milik. Pembunuhan kriminal adalah semua pembunuhan yang dilarang hukum. 27

Ada 3 bentuk pembunuhan kriminal. (1) Murder (membunuh) adalah

pembunuhan seseorang secara illegal dengan "maksud buruk yang dipikirkan sebelumnya" (malice aforethought) dengan suatu "pikiran bersalah" (guilty mind), baik dengan atau tanpa pertimbangan atau perencanaan terlebih dahulu. (2)

26

Ibid. hal. 21. 27


(31)

commit to user

20

Volumtary manslaughter (pembunuhan terencana) adalah setiap pembunuhan illegal tanpa "maksud buruk yang dipikirkan sebelumnya", tetapi seseorang benar-benar "bermaksud/ sengaja" menyerang korban. (3) Involuntary manslaughter (pembunuhan tak terencana) melibatkan kematian orang lain yang disebabkan kelalaian, tetapi bukan disebabkan oleh serangan dengan sengaja.28

Pemerkosaan merupakan suatu topik bemuatan nilai, baik bagi publik umum maupun ilmu sosial. Ia bisa menjadi kompleks dan ambigu, karena melibatkan unsur seks maupun kekerasan. Emosi dan ambiguitas, bersamaan dengan kurangnya bukti yang valid dan rinci, membuat perkosaan menjadi topic yang sulit bagi studi

sosiologi. Dalam bukunya The Victim And His Criminal (1968) Schafer melakukan

studi hubungan kriminal-korban.

"Kejahatan bukan semata suatu tindak individu, tetapi juga merupakan fenomena social…Adalah jauh dari kebenaran bahwa kejahatn dilakukan secara "kebetulan"; seringkali kelalaian korban, tindakan menggoda, atau provokasi berpengaruh bagi lahirnya atau terwujudnya suatu kejahatan."29 Disini hal pentingnya bukan terletak pada pandangan korban "dipersalahkan" atas terjadinya kekerasan, tetapi bahwa kekerasan timbul dalam "interaksi antar" pelaku dan korban.

Forcible rape (pemerkosaan dengan paksaan) ialah tindakan hubungan seksual dimana salah satu partner menggunakan beberapa bentuk kekerasan agar

partner lainnya menyerah kalah.30 Kontroversi social menyangkut pemerkosaan

dengan paksaan telah dikemukakan khususnya di media massa, dalam kosakata yang

28 Ibid. 29

Ibid. hal. 29. 30


(32)

commit to user

21

sangat membingungkan dan sangat melukai. Ada dua citra berbeda yang sangat popular, yakni "pemerkosaan gila" dan pemerkosa "pria normal".

Citra "pemerkosa gila" sangat popular di media massa, menyangkut gagasan pemerkosaan dengan kekrasan oleh orang asing, tindak kekerasan yang getarannya bias menjadi komoditas berita. Korban-korban pemerkosaan ini tidak akan bias bersembunyi dari incaran pers. Pemerkosaan massal, mereka yang memperkosa beberapa wanita, mendapatkan liputan media paling besar dan tampaknya berfungsi sebagai model untuk citra "pemerkosa gila".

Citra kedua untuk pemerkosa adalah pria normal, yang difokuskan pada korban sebagai penghasut atau perayu dan si pemerkosa hanya merespon sebagaimana yang akan dilakukan setiap "pria normal". 31 Citra ini popular di masa lalu dan sering diterima dalam pemikiran umum. Namun, banyak kaum pria yangmasih berpegang pada pandangan seperti ini menganggap bahwa pandangan ini tidak berlaku kalau isteri, pacar, atau saudari mereka menjadi korban pemerkosaan.

Sesuai dengan asumsi Foucault (1978) yang mengatakan bahwa tindak kekerasan perlu dilihat sebagai suatu kontes adu kekuatan antara dua pihak yang sejajar. Dengan kata lain, perkosaan mungkin dilakukan sebagai reaksi tingkah laku atau penampilan korban. Tingkah laku korban yang dianggap memancing pemerkosa ini sering dipresentasikan sebagai kekerasan simbolik. 32

Menurut I. M. Hendrarti dan Herudjati Purwoko, kekerasan memiliki empat macam sifat kekerasan antara lain : (1) Fisik, tindakan yang benar-benar merupakan

31

Ibid. hal. 31. 32

I.M Hendrarti, M.A. Ph.D. dan Herudjati Purwoko M.Sc. Ph.D., Aneka Sifat Kekerasan, Fisik. Simbolik, Birokratik & Struktural, Cetakan Pertama, PT Indeks, Jakarta, 2008, hal. 49.


(33)

commit to user

22

gerakan fisik manusia untuk menyakiti tubuh atau merusak harta orang lain,33 (2) Simbolik, tindakan yang memanfaatkan berbagai sarana (media) untuk menyakiti hati dan merugikan kepentingan orang lain, (3) Birokratik, tindakan yang memanfaatkan institusi formal yang legal untuk menyakiti perasaan atau merugikan kepentingan orang lain,34 dan (4) Struktural, tindakan yang memanfaatkan nilai-nilai (pandangan hidup, struktur sosial atau norma budaya) dari kelompok tertentu yang sedang

memgang hegemoni kekuasaan untuk mendiskreditkan orang (kelompok) lain. 35

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kekerasan anak secara fisik direpresentasikan dalam film Slumdog

Millionaire?

2. Bagaimana kekerasan anak secara simbolik direpresentasikan dalam film Slumdog Millionaire?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan

1. Untuk mendeskripsikan kekerasan fisik pada anak dalam Film Slumdog Millionaire. 2. Untuk mendeskripsikan kekerasan simbolik pada anak dalam Film Slumdog Millionaire.

33

Ibid. hal.vi. 34

Ibid. hal. viii. 35


(34)

commit to user

23

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan bertambahnya pemahaman tentang bagaimana menyikapi kekerasan pada anak di India, dan diharapkan penelitian ini berguna bagi penelitian selanjutnya.

E. Kerangka Teori

1. Film dan Komunikasi Massa

Sebuah kenyataan bahwa komunikasi adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari aktifitas seorang manusia, tentu masing-masing mempunyai cara sendiri, tujuan apa yang akan didapatkan, melalui apa atau kepada siapa. Dalam formulasinya Harold D.Laswell itu biasa disebut who (siapa), says what (mengatakan apa), in which cnannel (lewat saluran mana), to whom (kepada siapa), with what effect (efek apa yang diharapkan).36

Menurut John Fiske, komunikasi sebagai pembangkitan dan pertukaran makna. Penekanannya di sini bukan pada tahapan-tahapan proses, namun pada teks dan interaksi teks dengan budaya yang memproduksi/menerima teks tersebut. Fokusnya adalah peran komunikasi dalam membentuk dan menjaga nilai-nilai serta pada cara nilai-nilai tersebut memungkinkan komunikasi menjadi bermakna.37

Dalam komunikasi, terdapat pula 5 (lima) unsur utama yang terlibat, yaitu: Source (sumber), Message (pesan), Channel (media), Receiver (penerima), dan Effect (efek). Dalam proses komunikasi, pesan adalah elemen yang utama. Hal ini

36

Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal. 27. 37

John Fiske, Cultural and Communication Studies (Sebuah Pengantar Paling Komprehensif),


(35)

commit to user

24

disebabkan karena komunikasi sendiri adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Pengertian isi pesan selanjutnya mengacu pada pengertian makna.

Komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa latin communication, dan perkataan ini bersumber pada kata communis yang berarti sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna menegenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan diantara orang-orang yang terlibat di dalamnya.38

Komunikasi dikatakan sebagai interaksi sosial melalui pesan-pesan, dan pesan-pesan itu mengandung makna. Lawrence dan Schramm mengartikan makna sebagai jalinan asosiasi pikiran dan konsep yang diterapkan. Pertalian jalinan asosiasi dan pikiran yang diberikan pada simbol-simbol komunikasi akan mempermudah dan

menguatkan orang-orang yang terlibat komunikasi dalam meng-encode dan

men-decode simbol menjadi pengertian bermakna.39

Lawrence dan Schramm lebih lanjut menjelaskan bahwa makna akan muncul jika orang mulai menafsirkan isyarat atau simbol dan berusaha memahami aspek pikiran, perasaan, dan konsep. Dalam hal ini komunikasi dilihat sebagai proses produksi dan pertukaran pesan yaitu dengan memperhatikan bagaimana suatu pesan (teks) berinteraksi dengan masyarakat yang bertujuan untuk memproduksi makna. Adapun fungsi komunikasi secara menyeluruh dapat dirinci kembali sebagai berikut :

38

Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, PT Rosdakarya, Bandung, 1993, hal.87 39


(36)

commit to user

25

a. Informasi, yakni kegiatan mengumpulkan, menyimpan data, fakta dan pesan, opini dan komentar, sehingga orang bisa mengetahui keadaan yang terjadi di luar dirinya.

b. Sosialisasi, yakni menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan bagaimana bersikap sesuai nilai-nilai yang ada serta bertindak sebagai anggota masyarakat secara efektif.

c. Motivasi, yakni mendorong seseorang untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang mereka baca, lihat dan dengar melalui media massa.

d. Bahan diskusi, yakni menyediakan informasi sebagai bahan diskusi untuk mencapai persetujuan dalam hal terjadi perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang menyangkut orang banyak.

e. Pendidikan, yakni membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal maupun informal.

f. Memajukan kebudayaan, media massa menyebarkan hasil-hasil kebudayaan

melalui aneka program siaran atau penerbitan buku.

g. Hiburan, media massa telah menyita banyak waktu luang dari semua golongan usia dengan difungsikannya media komunikasi sebagai alat hiburan dalam rumah tangga.

h. Integrasi, menjembatani perbedaan antarsuku bangsa maupun antarbangsa dalam upaya memperkokoh hubungan dan pemerataan informasi.

Definisi komunikasi massa datang dari Littlejohn yang mengatakan “Komunikasi massa adalah suatu proses dengan mana organisasi-organisasi media memproduksi dan mentransmisikan pesan-pesan kepada publik yang besar, dan


(37)

commit to user

26

proses di mana pesan-pesan itu dicari, digunakan, dimengerti, dan dipengaruhi oleh audience.”40 Ini artinya, proses produksi dan transmisi pesan dalam komunikasi massa sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan kepentingan audience.

Namun demikian, surat kabar, radio, atau televisi sebenarnya hanya merupakan alat teknis. Komunikasi massa yang dimaksud di sini bukan semata-mata komunikasi dengan bantuan teknologi radio, televisi, atau teknik-teknik modern lainnya. Meskipun teknologi modern selalu digunakan dalam proses komunikasi massa, tetapi penggunaan alat-alat teknis ini tidak selalu menunjukkan komunikasi

yang disebut komunikasi massa.41 Komunikasi massa, sebagaimana digunakan di

sini, bukan semata-mata suatu sinonim untuk komunikasi dengan bantuan radio, televisi, atau teknik-teknik modern lainnya.

Film adalah gambar bergerak dan bentuk dominan dari komunikasi massa. Film lebih dulu menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi. Menonton televisi menjadi aktivitas populer bagi orang Amerika pada tahun 1920-an sampai 1950-an. Film adalah industri bisnis yang diproduksi secara kreatif dan memuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika.

Secara umum, 80% dari informasi yang didapatkan oleh manusia diperolehnya dari indra pengelihatan. Oleh karena itulah film-film dan informasi

40

Stephen W. Littlejohn. Theories of Human Communication, Wardsword Publishing, Belmont, 1999. hal 562

41


(38)

commit to user

27

televisi lebih berpengaruh dalam menyampaikan propaganda, dibandingkan dengan makalah atau media cetak.42

Dalam perjalanan sejarah, banyak film yang sengaja dibuat sebagai alat propaganda karena memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk opini umum.

Frank Kapra, sutradara film Amerika membuat 7 film seri yang berjudul Why We

Fight selama Perang Dunia II. Begitu pula Jepang membuat film propaganda yang

mendukung alasannya berperang, salah satunya The Story of Tank Commander.

Termasuk rezim orde baru membuat film G-30S-PKI, untuk mengukuhkan kekuasannya dan membunuh karakter lawan-lawan politiknya.

Di Jerman sebelum Perang Dunia II, Nazi amat konsisten dalam konsep maupun implementasinya agar fungsi film sebagai alat propaganda menonjol. Mereka aktif dalam mengontrol skenario, pemilihan pemain, musik, pembuatan film dan distribusinya dengan menyediakan 70.000 buah proyektor 16 mm pada sekolah dan universitas di negeri itu sejak tahun 1936.

Film merupakan salah satu bentuk media massa yang menarik. Melaluinya kita mendapat berbagai hal, baik aspek hiburan maupun aspek informasi ssperti kebudayaan, politik, dan lain sebagainya. Keistimewaannya yang tidak terikat ruang dan waktu, membuat film mudah ditonton kapan dan dimana saja. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa film adalah alat komunikasi massa yang paling dinamis dewasa ini.

42

http://adiel87.blogspot.com/2009/11/sejarah-dan-bentuk-media-massa.html, diunduh tanggal 25 Januari 2011 pukul 18:30 WIB


(39)

commit to user

28

Seperti yang diungkapkan Marselli Sumarno bahwa film adalah bentuk komunikasi antara pembuat dan penonton.43 Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa film berhubungan langsung dengan masyarakat atau massa. Para pembuat film mempunyai sesuatu yang ingin disampaikan kepada penonton. “Sesuatu” itu merupakan pesan-pesan yang berinteraksi dengan penonton yang bertujuan untuk memproduksi makna.

Film memiliki keunggulan sebagai salah satu bentuk media komunikasi massa. Dalam hal ini ciri-ciri film itu sendiri, antara lain:

a. Sifat informasi. Film lebih dapat menyajikan informasi yang matang dalam

konteks yang relatif lebih utuh dan lengkap. Pesan-pesan film tidak bersifat topical dan terputus-putus tetapi dapat ditunjang oleh pengembangan masalah yang tuntas.

b. Kemampuan distorsi. Sebagai media informasi, film dibatasi oleh ruang dan

waktu tertentu. Untuk mengatasinya, media ini menggunakan distorsi dalam proses konstruksinya, baik di tingkat fotografi ataupun pemaduan gambar yang dapat menempatkan informasi, membesarkan ruang atau melompat batas waktu.

c. Situasi komunikasi. Film dapat membawakan situasi komunikasi yang khas

dan menambah intensitas dan keterlibatan khalayak. Film dapat menimbulkan keterlibatan yang seolah-olah sangat intim dengan memberikan gambaran wajah atau bagian badan yang sangat dekat.

43


(40)

commit to user

29

d. Kredibilitas. Situasi komunikasi film dan keterlibatan emosional penonton

dapat menambah kredibilitas pada suatu produk film. Karena penyajian film disertai oleh perangkat kehidupan yang mendukung (pranata sosial manusia dan perbuatannya serta hubugan antar peran dan sebagainya), umumnya penonton dengan mudah mempercayai keadaan yang digambarkan walaupun kadang-kadang tidak logis atau tidak berdasar kenyataan.

Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial. Lantas

membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya.44

Dalam banyak penelitian tentang dampak film terhadap masyarakat, hubungan antara film dan masyarakat selalu dipahami secara linier. Artinya, film selalu mempengaruhi

dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) dibaliknya, tanpa

pernah berlaku sebaliknya. Kritik yang muncul terhadap perspektif ini didasarkan atas argument bahwa film adalah potret dari masyarakat di mana film itu dibuat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar.45

Berbeda lagi dengan perspektif Graeme Turner yang menolak film sebagai refleksi masyarakat, menurutnya makna film adalah sebagai representasi dari realitas masyarakat. Bagi Turner, jika film sebagai refleksi dari realitas, maka film sekedar “memindah” realitas ke layar tanpa mengubah realitas itu. Sementara jika film sebagai representasi dari realitas, maka berarti film membentuk dan “menghadirkan

44

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hal.127 45

Budi Irawanto, Film, Ideologi, dan Militer : Hegemoni Militer Dalam Sinema, Media Pressindo, Yogyakarta, 1999, hal.13


(41)

commit to user

30

kembali” realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari kebudayaannya.46

2. Studi Pesan dan Analisis Semiologi Komunikasi

Pada dasarnya Studi Pesan merupakan temuan teoritis dan metodologis oleh Andrik Purwasito sebagai upaya membangun teori komunikasi versi Asia. Yakni bagaimana mengkaji proses rekayasa pesan (message engineering) dari realitas sosial menjadi realitas media atau realitas simbolik. Dalam hal ini Empat Pilar Saka Guru (fundamental pillar) Studi Pesan yaitu:47

(1) bahwa komunikasi sebagai pertukaran simbol didefinisikan sebagai sarana mendapatkan kekuasaan, (2) bahwa dalam proses rekayasa pesan (encoding process) komunikator membangun pesan berdasar atas referensi budaya dan ideologinya, (3) bahwa pesan komunikasi berwujud tanda dan berkarakter simbolik bersifat presentatif (penggambaran), imajeri (pencitraan) dan representatif (keterwakilan), (4) dan arena bersifat Tanda simbolik (verbal dan non verbal).

Maka analisis Studi Pesan menggunakan teori semiologi dan metode tafsir.

Dalam Message Studies, kajian pesan berfungsi sebagai:48

• Sarana untuk mengkomunikasikan dan mempertukarkan gagasan dengan

tujuan memperoleh kekuasaan.

46

Ibid, hal.14

47

Andrik Purwasito, Metode Analisis dan Sistematika Studi Pesan,

http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150362961485024, diunduh tanggal 25 Januari 2011 pukul 19:30 WIB

48

Andrik Purwasito, Metode Analisis dan Sistematika Studi Pesan,

http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150362961485024, diunduh tanggal 25 Januari 2011 pukul 19:30 WIB


(42)

commit to user

31

• Cara mengintrodusir identitas individu, dan kelompok serta mempertegas

eksistensi.

• Alat menjelaskan masalah, peristiwa, gejala, warisan budaya sampai pada

tingkat kedalaman tertentu.

• Manifestasi gagasan, representasi pembatinan resistensial dan support maupun keindahan.

• Signal tanda-tanda zaman dari alam semesta.

Dalam penelitian ini menggunakan analisis semiologi komunikasi yaitu kaidah tafsir terhadap tanda-tanda. Semiologi komunikasi diperkenalkan oleh Andrik Purwasito, suatu tafsir yang digunakan dalam studi komunikasi. Ia mengambil

pembagian Roland Barthes, dalam L’Aventure Semiologie.49 Semiologi menurut

Ferdinand de Saussure adalah mendefinisikan tanda terdiri dari signifier dan signified

atau concept. Artinya bahwa tanda-tanda selalu mengacu pada reference

(rujukannya). Kata Pohon, menunjuk pada pohon dalam kenyataannya.

Sedangkan semiologi komunikasi adalah memberi makna pada tanda Pohon dalam perspektif bukan saja rujukan (pohon yang sebenarnya) tetapi fungsi itu digunakan oleh partisipan komunikasi. Seperti dalam istilah semiotika sendiri yang berasal dari bahasa Yunani Kuno “semion” yang berarti tanda, yang pada dasarnya mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Jadi ada

perbedaan antara memaknai (to signify) dalam dengan mengkomunikasikan (to

communicate). Memaknai berarti dalam hal mana obyek itu dijelaskan, tetapi juga

49


(43)

commit to user

32

sistem atau struktur dari tanda. Sedangkan mengkomunikasikan berarti obyek-obyek memuat informasi (pesan) kepada komunikan, demikian sebaliknya.

Uraian di atas membagi semiologi menjadi dua pengertian mendasar. Pertama, semiologi signifikansi dan yang kedua adalah semiologi komunikasi atau semiologi pragmatik. Semiologi signifikansi adalah alat tafsir yang digunakan masyarakat untuk memberi makna tanda-tanda sebagai pesan komunikasi, jadi tanda mempunyai maksud tertentu yaitu pesan kepada komunikan, khalayak atau publik. Jika komunikasi adalah produksi simbol-simbol oleh manusia, maka semiologi komunikasi adalah tafsiran pesan dari seluruh produk komunikator yang ditujukan secara jelas kepada komunikan dengan subyek berupa simbol-simbol komunikasi.50

Tanda-tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi. Proses komunikasi ada dua tahap, yaitu:51 Primer, artinya Proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dsb yang mampu menterjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Sekunder, artinya proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

Pengertian semiotik juga diungkapkan oleh Charles Sanders Pierce yang

menyatakan bahwa kebudayaan merupakan sebuah kumpulan dari tanda atau sign,

bahwa obyek berhubungan dengan tempat dimana tanda itu berada, konsep

50

Andrik Purwasito, Semiology on Communication Studies, http://andrikpurwasito.blog.com, diunduh tanggal 22 Desember 2010 pukul 20:25 WIB

51


(44)

commit to user

33

pengamatan terhadap tanda. Tanda-tanda berkaitan dengan obyek-obyek yang menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab akibat dengan tanda-tanda tersebut. Pierce sendiri menggunakan istilah simbol, lambang, indeks, ikon untuk memilah-milah apa itu tanda, yaitu :52

a. Lambang

Lambang selalu dikaitkan dengan tanda-tanda yang sudah diberi sifat kultural, situasional, dan kondisional yang ditentukan oleh suatu aturan yang berlaku umum, kesepakatan bersama atau konvensi.

Contoh:

1. Gerakan tubuh atau anggukan kepala sebagai tanda setuju.

2. Bendera merah putih: Simbol dari negara Republik Indonesia; Makna “berani

dan suci”

b. Ikon

Ikon adalah sebuah tanda yang memiliki kemiripan rupa (resembalance)

antara tanda dengan hal yang diwakili atau sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk obyek, bunyi, atau suaranya. Ikon merupakan representasi dari suatu benda fisik yang mempunyai sifat menyerupai.

Contoh: Peta dan Wilayah Geografisnya, foto dengan obyeknya (foto peristiwa,foto wajah,dsb), lukisan dengan gagasannya (lukisan alam).

c. Indeks

52

Bramandito Damar P, Representasi Etika Jawa Dalam Wayang Kulit, Unpublished Thesis.


(45)

commit to user

34

Indeks adalah sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan pertandanya. Suatu tanda disebut indeks apabila terdapat hubungan fenomenal atau eksistensi diantara tanda dan yang ditandai.

Indeks merupakan tanda yang hadir secara asosiatif akibat terdapatnya hubungan ciri acuan yang sifatnya tetap.

Contoh:

- Kata ‘rokok’ memiliki indeks ‘asap’.

- Orang yang lewat memiliki indeks 'Jejak Kaki'

Pada dasarnya, semiotika merupakan sebuah teori umum tentang tanda dan simbolisme, yaitu studi tentang tanda dan simbol sebagai elemen perilaku komunikatif, analisis sistem komunikasi, sebagai bahasa, gerak tubuh, atau pakaian. Linda Rogers dalam International Journal of Applied Semiotics mengungkapkan,53

“Saya suka berpikir tentang semiotika sebagai fungsi alami dari membaca tanda-tanda yang ada di alam dan dibuat oleh dan untuk masyarakat. Kita melihat jejak kaki di salju, awal musim semi, alis seorang teman yang terangkat, dan mendengar nada suara orang yang dicintai. Kita bertindak dalam sebuah jalinan tanda dan sistem simbol. Ketika kita menelaah mereka, kita dapat mengetahui mengapa dan kemudian kita membuat pilihan.”

F.Terminologi

Untuk membatasi beberapa pengertian yang mungkin bisa menimbulkan interpretasi, maka dalam skripsi ini secara khusus dibutuhkan penjelasan pengertian

53

Linda Rogers, International Journal of Applied Semiotics,

http://www.atwoodpublishing.com/journals/journal.htm#V3N1, diunduh tanggal 13 Desember 2010 pukul 13:45 WIB


(46)

commit to user

35

(terminologi) yang digunakan dalam karya ini. Beberapa istilah yang dianggap penting diuraikan secara rinci sebagai berikut :

1. Presentasi

Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin. Berbeda dengan pidato yang lebih sering dibawakan dalam acara resmi dan acara politik, presentasi lebih sering dibawakan dalam acara bisnis.

Tujuan dari presentasi bermacam-macam, misalnya untuk membujuk (biasanya dibawakan oleh wiraniaga), untuk memberi informasi (biasanya oleh seorang pakar), atau untuk meyakinkan (biasanya dibawakan oleh seseorang yang ingin membantah pendapat tertentu).54

2. Kekerasan

Kekerasan atau (bahasa Inggris: Violence berasal dari (bahasa Latin:

violentus yang berasal dari kata vī atau vīs berarti kekuasaan atau berkuasa) adalah dalam prinsip dasar dalam hukum publik dan privat Romawi yang merupakan sebuah ekspresi baik yang dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat seseorang yang

dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orangumumnya berkaitan dengan

kewenangannya yakni bila diterjemahkan secara bebas dapat diartinya bahwa semua kewenangan tanpa mengindahkan keabsahan penggunaan atau tindakan kesewenang-wenangan itu dapat pula dimasukan dalam rumusan kekerasan ini.55

3. Film

54

http://id.wikipedia.org/wiki/Presentasi 55


(47)

commit to user

36

Film (cara pengucapan: [Filêm] atau Félêm) adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie (semula pelesetan untuk 'berpindah gambar'). Film, secara kolektif, sering disebut 'sinema'. Gambar-hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi.56

G. Kategorisasi

Kategorisasi adalah tahapan yang penting dalam penelitian. Kategorisasi memberikan arahan dalam mengungkapkan masalah yang dirumuskan dalam penelitian. Selain itu, kategorisasi merupakan logika peneliti dalam memahami dan menganalisa permasalahan yang dihadapi dalam penelitian. Dalam hal ini, kekerasan terhadap anak-anak dalam film “Slumdog Millionaire” dapat dilihat melalui simbol-simbol komunikasi verbal dan non-verbal, yang disampaikan antara lain melalui percakapan dan sikap para pemain film. Bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak-anak dapat dilihat dalam kategori-kategori antara lain, sebagai berikut:

1. Kekerasan Fisik

Kekerasan Fisik ialah tindakan yang benar-benar merupakan gerakan

fisik manusia untuk menyakiti tubuh atau merusak harta orang lain.57

Kekerasan fisik menyebabkan korban yang babak belur atau harta yang lenyap dijarah.

56

http://id.wikipedia.org/wiki/Film 57

I.M Hendrarti, M.A. Ph.D. dan Herudjati Purwoko M.Sc. Ph.D., Aneka Sifat Kekerasan, Fisik. Simbolik, Birokratik & Struktural, Cetakan Pertama, PT Indeks, Jakarta, 2008, hal. vi.


(48)

commit to user

37

a. Pembunuhan (homicide) adalah setiap pembunuhan orang lain oleh

tindakan orang itu sendiri.58

b. Serangan dengan memukul (assault and battery) merupakan kategori

hukum yang mengacu pada tindakan ilegal yang melibatkan anacaman dan aplikasi aktual kekuatan fisik kepada orang lain.59

c. Forcible rape (pemerkosaan dengan paksaan) ialah tindakan hubungan

seksual dimana salah satu partner menggunakan beberapa bentuk kekerasan agar partner lainnya menyerah kalah.60

d. Menyiksa ialah menghukum dengan menyengsarakan (menyakiti,

menganiaya, dsb)

e. Sadisme ialah kekejaman, kebuasan, keganasan dan kekasaran.

f. Melukai ialah membuat luka pada atau menyakiti hati.

g. Mengemis ialah meminta dengan merendah-rendah dan dengan penuh

harapan.

h. Menangkap ialah memegang (binatang, pencuri, penjahat, dsb) dengan

tangan atau alat.

i. Mengurung ialah membiarkan ada didalam saja.

2. Kekerasan Simbolik

Kekerasan Simbolik ialah tindakan yang memanfaatkan berbagai sarana (media) untuk menyakiti hati dan merugikan kepentingan orang lain. 61

58

Ibid. hal. 24. 59

Thomas Santoso, Teori- Teori Kekerasan, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, hal. 24.

60 Ibid.


(49)

commit to user

38

Akibat dari kekerasan simbolik memang tidak langsung mengenai fisik korban namun sangat menyakitkan hati dan berlangsung sangat lama, bahkan beberapa dekade.

Berbagai sarana (media) yang dipakai orang untuk berinteraksi dengan orang lain bervariasi. Sarana itu bisa bersifat non linguistik, saperti gerak isyarat, kontak badan, ekspresi wajah, sikap tubuh, jarak antara badan, benda sebagai alat peraga atau sarana linguistik yang berupa bahasa verbal.

Kekerasan simbolik, menurut Bourdieu, dilakukan untuk mendapatkan imbalan berupa kepercayaan, kewajiban, kesetiaan, ketaatan dan keramah tamahan.62

Dalam film Slumdog Millionaire ada beberapa bentuk kekerasan

simbolik antara lain :

a. Menghina ialah merendahkan; memandang rendah (hina, tidak

penting): memburukkan nama baik orang; menyinggung perasaan orang (seperti memaki-maki, menistakan). 63

b. Ancaman dianggap sebagai bentuk kekerasan, merupakan unsur

penting kekuatan (power), kemampuan untuk mewujudkan keinginan seseorang sekalipun menghadapi keinginan yang berlawanan (Weber, 1985).64

61

I.M Hendrarti, M.A. Ph.D. dan Herudjati Purwoko M.Sc. Ph.D., op.cit, hal. 7. 62

Ibid. hal. 50. 63

http://www.artikata.com/arti-menghina 64


(50)

commit to user

39

Perilaku mengancam mengkomunikasikan pada orang lain suatu maksud untuk menggunakan kekerasan terbuka bila diperlukan. Orang yang melakukan ancaman sesungguhnya tidak bermaksud melakukan kekerasan, orang hanya mempercayai kebenaran ancaman dan kemampuan pengancam mewujudkan ancamannya.

c. Mengusir ialah menyuruh pergi dengan paksa, menyuruh (orang

lain) meninggalkan tempat.65

d. Menjebak ialah menangkap dengan jebakan (perangkap, memikat

(musuh dsb) supaya masuk ke perangkap.66

e. Melecehkan ialah memandang rendah (tidak berharga),

menghinakan, mengabaikan.

f. Bohong ialah menyatakan sesuatu yang tidak benar.

g. Meninggalkan ialah membiarkan tinggal (tetap ada, tidak dibawa

pergi, dsb.

H. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lain di masyarakat.67

65

http://www.artikata.com/arti-mengusir 66

http://www.artikata.com/arti -menjebak 67


(51)

commit to user

40

Guna memperjelas konsep dasar penelitian kualitatif berikut akan dikemukakan beberapa masalah dasar yang berhubungan dengan penelitian ini, sebagaimana yang diungkapkan oleh S. Nasution antara lain:68 Teori yang digunakan tidak dapat ditentukan sebelumnya. Penelitian tidak bertujuan menguji teori atau membuktikan kebenaran suatu teori, tetapi menguji tanda-tanda dengan semiologi komunikasi, sehingga :

a. Hipotesis tidak dirumuskan secara eksplisit tetapi bersifat dinamik. Yaitu, sebagai acuan untuk mencari motif yang sebenarnya.. Artinya, sepanjang penelitian dimungkinkan akan timbul hipotesis-hipotesis baru.

b. Statistik tidak diperlukan dalam pengolahan dan penafsiran data, karena datanya tidak bersifat kuantitatif melainkan kualitatif yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka.

2. Obyek Penelitian

Yang menjadi obyek penelitian adalah adegan-adegan dalam film yang menggambarkan kekerasan pada anak yang dikenal dengan scene. Yang akan digunakan dalam analisis adalah bagian dari scene yaitu shot, yang divisualisasikan dalam gambar berhenti yang disebut korpus.

3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berwujud korpus berupa visual images dari adegan

yang menggambarkan kekerasan terhadap anak pada Film Slumdog Millionare,

kemudian di determinasi lewat perspektif teks, yaitu teks verbal dan non verbal.

68

Erwin Kartinawati, Menguak Obsesi Kehidupan Sopir Angkutan. Unpublished Thesis. Surakarta: Graduate Program ISIP UNS, 2003, hal. 19


(52)

commit to user

41 a. Sumber data primer

Sumber data yang paling utama dalam penelitian ini adalah film Slumdog

Millionare dalam format VCD berdurasi 120 menit ini diproduksi Fox Searchlight Pictures, Warner Bros pictures, Celador Films, Film4.

b. Sumber data sekunder

Selain dokumentasi gambar, untuk mendukung keakuratan data peneliti menggunakan beberapa sumber data yang diperoleh dari:

- Kepustakaan

Guna melengkapi data-data yang sudah diperoleh peneliti menggunakan data kepustakaan. Teknik ini menggunakan cara pengumpulan data yang dilakukan dengan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan perumusan masalah penelitian, seperti artikel di koran, majalah, buku-buku, dan situs internet. Ini dimaksudkan untuk lebih memperkaya data yang mungkin tidak sempat diperoleh dalam penelitian sebelumnya. Dengan demikian data-data yang telah diperoleh akan lebih dapat dipertanggungjawabkan.

4. Analisis Data

Pesan dalam Semiologi komunikasi disebut Tanda. Tanda merupakan bentuk fisik (langage) dan bentuk pengucapan (parole). Dengan begitu analisis terhadap meaning (makna) pesan yang dipertukarkan, hanya bertumpu pada dua bentuk pesan, sebagai unit analisis, sebagai juga bahan data utama (korpus), yaitu pesan dalam bentuk Verbal dan pesan dalam bentuk Non Verbal.

Semiologi Komunikasi adalah penginterpretasian tanda-tanda berdasarkan kaidah-kaidah tertentu. Manurut Barthez tanda bersifat denotatif dan konotatif.


(53)

commit to user

42

Sedangkan Saussure menyebut tanda itu bersifat abitrair. Dalam Message Studies, disebutkan bahwa semua pesan berwujud tanda. Dan untuk menginterpretasi pesan, Andrik Purwasito menemukan formula sederhana untuk menguji pesan sampai pada mendekati meaning yang sesungguhnya. Kaidah atau formula tersebut terdiri atas 7 pengujian utama (sebelumnya disebutkan ada 9 pengujian). Artinya untuk sampai pada makna tertentu, tanda harus diuji melalui 7 tahapan sebagai berikut :69

1. Partisipan Komunikasi

Artinya bahwa untuk menginterpretasi pesan baik verbal maupun non verbal, pertama-tama harus diketahui siapa saja partisipan yang terlibat dalam proses pertukaran pesan (tindak komunikasi), setelah kita mengetahui latar belakang dari partisipan (komunikator dan komunikan).

2. Konteks Komunikasi

Untuk memaknai pesan, perlu dirujuk konteks komunikasi yang tengah berlangsung baik dalam konteks ruang dan waktu dimana pesan itu diletakkan.

3. Fungsi Tanda

Setiap tanda berfungsi mengkomunikasikan gagasan yang saling dipertukarkan antar partisipan komunikasi. Fungsi tersebut apakah bersifat ekspresif, direktif, maupun informatif.

4. Bentuk Fisik Non-Fisik Tanda

69


(54)

commit to user

43

Oleh karena pesan tersebut bersifat Verbal dan Non Verbal, artinya bahwa ada tanda yang bersifat fisik (berupa lukisan, gambar, tulisan, benda-benda, bahasa tubuh), dan yang bersifat non fisik yaitu pesan verbal.

5. Intertekstual Tanda

Untuk membuat makna yang lebih tajam pada sebuah pesan, dibutuhkan intertekstual yaitu memberikan perbandingan atas pesan yang sama pada teks atau peristiwa yang lain.

6. Intersubyektivitas Makna

Demikian pula untuk memperoleh makna yang sebenarnya dibutuhkan intersubyektivitas makna yaitu pemaknaan pesan atau tanda yang telah dilakukan oleh para ahli atau peneliti sebelumnya.

7. Intelektualitas Penafsir

Dan pada akhirnya penafsir memberikan suatu kesimpulan terhadap makna yang disampaikan setelah melakukan uji pesan atau tanda sebagaimana diuraikan diatas.

Tujuh formula di atas dapat digunakan seluruhnya tetapi dapat digunakan sebagian tergantung dari temuan makna yang telah diperolehnya.


(55)

commit to user

44

I. Sistematika Penelitian

Agar mendapat gambaran mengenai arah dan ruang lingkupnya, maka perlu dibuat sistematika dari penelitian ini. Penulis telah menyiapkan rancangan sistematika penelitian secara garis besar sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini dikemukakan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, terminologi, kategorisasi, dan metode penelitian.

BAB II SINOPSIS DAN KORPUSISASI

Dalam bab ini berisikan narasi dan deskripsi sinopsis dari Film Slumdog

Millionaire dan Proses Deskripsi dan Signifikansi terhadap tanda yang disebut Korpusisasi.

BAB III ANALISIS DATA

Pada bab ini berisikan tentang pembahasan dari setiap korpus yang dianalisis berdasarkan kategorisasi: Kekerasan Fisik dan Kekerasan Simbolik.

BAB IV PENUTUP

Dalam bab ini dikemukakan kesimpulan dari hasil analisis beserta kritik dan saran. DAFTAR PUSTAKA


(56)

commit to user

45

BAB II

SINOPSIS DAN KORPUSISASI

A. Sinopsis

Ceritanya berawal dari seorang remaja berusia 17 tahun bernama Jamal

Malik yang menjadi kontestan kuis Who Wants to be a Millionaire. Setelah

menjawab 9 pertanyaan dan berhasil menjawab semua dengan benar, tiba ke pertanyaan 10, pertanyaan terakhir dengan hadiah utama 20 juta rupee. Ketika pertanyaan terakhir hendak dibacakan, terdengar suara sirine tanda waktu berakhir, dalam aturan kuis akan dilanjutkan besok malamnya. Prem, sang pembawa acara Who Wants to be a Millionaire ternyata memendam kecurigaan terhadap Jamal. Ia menuduh Jamal melakukan kecurangan karena latar belakang Jamal hanya seorang office boy dari perusahaan XL5 mobil phones dan berpendidikan rendah. Menurut Prem mana mungkin seorang seperti Jamal bisa menjawab 9 pertanyaan dengan benar tanpa ada yang memberitahu.

Gambar.1

Deskripsi : Cuplikan adegan yang memperlihatkan Jamal sedang duduk dikursi panas dalam kuis Who Wants to be a Millionaire.


(57)

commit to user

46

Saat Prem mengantar Jamal keluar gedung stasiun televisi setelah acara selesai, ternyata diluar sudah menunggu 2 orang polisi dan langsung menangkap Jamal dan memaksanya masuk ke mobil polisi. Prem yang melihat kejadian itu tersenyum dan membiarkan polisi itu membawa Jamal karena ternyata ia yang diam-diam memerintahkan polisi menangkap Jamal atas tuduhan kecurangan. Setelah dibawa ke kantor polisi, Jamal diinterogasi oleh Sersan Srinivas, ia ditampar, kepalanya dibenamkan ke air, dipukul. Karena tidak mengaku juga, akhirnya seorang Inspektur polisi memerintahkan Sersan Srinivas menyetrum Jamal agar mengaku. Karena terlalu lama disetrum, Jamalpun pingsan. Tidak berapa lama, Jamal tersadar dengan mulut yang mengeluarkan darah segar. Akhirnya ia mau menjelaskan kepada Inspektur dan Sersan Srinivas kenapa ia bisa menjawab semua pertanyaan dalam kuis Who Wants to be a Millionaire yang diikutinya. Ia mulai menceritakan bahwa jawaban-jawaban dari kuis itu secara kebetulan merupakan beberapa kejadian yang ia alami di masa kecilnya.

Introduksi

Pada babak awal film Slumdog Millionare ini, menceritakan kehidupan Jamal, Salim, Ibu dan seputar kehidupannya di pemukiman kumuh. Pagi itu Salim, Jamal


(58)

commit to user

47

dan teman-temannya sedang asyik bermain kriket dilandasan pesawat terbang, lalu tiba-tiba 2 Petugas Keamanan Bandara datang dengan menaiki sepeda motor dan mengayun-ayunkan pentungan untuk mengusir mereka. Jamal, Salim dan teman-temannya lari berhamburan dan masuk kedalam pemukiman kumuh. Petugas Keamanan Bandara yang berang, mengejar mereka hingga kepemukiman lalu terjadilah kejar-mengejar antara mereka. Salim dan Jamal yang hampir tertangkap oleh Petugas Keamanan Bandara beruntung berpapasan dengan ibu mereka dan diselamatkan. Setelah itu Salim dan Jamal diantar oleh ibu mereka kesekolah.

Salim dan Jamal datang terlambat ke sekolah, saat mereka datang Pak Guru sedang membacakan cerita 3 Musketeers. Karena keterlambatan mereka yang dianggap mengganggu, Pak Guru melempar buku itu ke arah Salim dan menyuruh Salim untuk membacakan lanjutan ceritanya. Saat Salim membuka bukunya, Jamal merebut buku itu karena juga ingin membacanya, Salim dan Jamal jadi berebut buku hingga Pak Guru yang marah menghampiri mereka berdua dan memukul kepala Jamal.

Selain bersekolah dan bermain, Salim juga mencari uang dengan menyewakan toilet umum. Siang itu Jamal sedang asyik buang air besar di dalam toilet umum sedangkan Salim menunggunya diluar. Saat itu datang Prakash, Salim menyuruh Jamal segera keluar karena Parkash tidak tahan lagi ingin buang air besar, namun Jamal menolak untuk keluar. Alhasil uang yang sudah diberikan kepada Salim untuk biaya toilet umum diambil lagi oleh Prakash sambil marah-marah. Salim yang merasa rugi karena perbuatan Jamal, sengaja mengurung Jamal didalam toilet umum dan meninggalkannya pergi. Jamal yang sedang asyik buang air besar, tidak sadar telah


(1)

commit to user 116

seperti memberikan angin segar bagi Salim dan Jamal ditengah terik matahari dan hidup yang sangat miskin, akhirnya mereka mau mengikuti Maman ke penampungan miliknya.

Film ini menggambarkan kehidupan anak-anak gelandangan di pemukiman kumuh, Juhu, Mumbai. Mulai dari kehidupan mereka yang sangat miskin, lingkungan yang kotor dan berbahaya, tidak ada jaminan hidup dan perlindungan dari Negara, hidup yatim piatu dan harus menjalani kehidupan yang keras dengan menjadi preman ataupun pengemis. Salim dan Jamal merupakan dua anak gelandangan di Juhu, mereka yatim piatu setelah Ibu mereka terbunuh dalam kerusuhan antara warga Hindu dan warga Islam minoritas. Dalam mempertahankan hidup, Salim dan Jamal harus melewati serentetan peristiwa kekerasan yang tidak seharusnya mereka alami. Dari Kekerasan Simbolik hingga Kekerasan Fisik yang dilakukan oleh polisi, warga sipil, sesama anak gelandangan, preman, maupun antara mereka sendiri.

Slumdog Millionaire adalah film yang disutradarai oleh Danny Boyle, Film

ini di adaptasi dari novel Q & A (2005) oleh penulis India dan diplomat Vikas Swarup. Melalui film ini, Danny Boyle selaku sutradara ingin menyampaikan pesan bahwa anak-anak gelandangan di India masih saja terbuang dan tertindas tanpa adanya perlindungan dari warga sipil, aparat penegak hukum maupun Negara.

B.Kritik dan Saran

Dari apa yang disajikan, walaupun sisi kekerasan terhadap anak gelandangan sebagai bagian dasar dari naskah cerita, namun tetap saja Slumdog Millionaire masih merupakan sebuah bagian dari film Bollywood: film yang mengisahkan tentang cinta,


(2)

commit to user 117

kekuatan cinta dan apapun yang berhubungan dengan cinta akan mampu membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin, seperti dalam adegan Jamal memenangkan

hadiah 20 juta rupee dalam kuis Who Wants to be a Millionaire, tujuan Jamal

mengikuti kuis bukan untuk menang namun ia hanya ingin menemukan dimana keberadaan Latika dan berharap Latika dapat melihatnya di televisi sehingga mereka akan bertemu lagi.

Slumdog Millionaire dibangun atas dasar karya fiksi, namun begitu kehidupan

anak gelandangan di Juhu, seperti yang diceritakan sama dengan kehidupan anak gelandangan di Dharavi, pinggiran Mumbai. Daerah ini sering disebut sebagai pemukiman kumuh terluas di Asia. Di Mumbai, sekitar 2,6 juta anak-anak tinggal di daerah kumuh dan sekitar 400.000 orang bekerja menjajakan diri dalam bisnis prostitusi.

Secara keseluruhan, Slumdog Millionaire memberikan gambaran tentang

bagaimana kekerasan terhadap anak gelandangan di India yang dilakukan oleh polisi yang seharusnya melindungi mereka, warga sipil, saudara sendiri, preman dan sesama anak gelandangan. Disini anak gelandangan merupakan sasaran empuk untuk dijadikan korban kekerasan karena tidak adanya perlindungan dari pihak manapun. Kalaupun mereka dilukai hingga terbunuhpun tidak ada yang peduli. Anak-anak gelandangan yang seharusnya diperlakukan sama dengan warga yang lain harus menjalani kehidupan yang sangat keras. Untuk memenuhi kebutuhan mereka rela mengemis, menjajakan diri, mencuri hingga membunuh. Banyak orang memandang rendah mereka karena mereka dianggap sebagai pengganggu, pencuri, penipu dan sampah masyarakat.


(3)

commit to user 118

DAFTAR PUSTAKA Buku

Damar P., Bramandito, Representasi Etika Jawa Dalam Wayang Kulit, Unpublished Thesis. Surakarta: Graduate Program ISIP UNS, 2003.

D.Lawrence dan W.Schramm, Azas-azas Komunikasi Antar Manusia, LP3ES, Jakarta, 1987.

Fiske, John, Cultural and Communication Studies (Sebuah Pengantar Paling Komperhensif), Jalansutra, Yogyakarta, 2004.

Gandhi, Mahatma, Kaum Perempuan dan Ketidakadilan Sosial, Cetakan Pertama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002.

Hendrarti I.M., M.A. Ph.D. dan Purwoko, Herudjati, M.Sc. Ph.D., Aneka Sifat Kekerasan, Fisik. Simbolik, Birokratik & Struktural, Cetakan Pertama, 2008. Irawanto, Budi, Film, Ideologi, dan Militer : Hegemoni Militer Dalam Sinema, Media

Pressindo, Yogyakarta, 1999.

Kartinawati, Erwin, Menguak Obsesi Kehidupan Sopir Angkutan. Unpublished Thesis. Surakarta: Graduate Program ISIP UNS, 2003.

Littlejohn, Stephen W, Theories of Human Communication, Wardsword Publishing, Belmont, 1999.

McQuail, Dennis, Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta, 1996.

Pinheiro, Paulo Sergio, World Report on violence against children, UN Study Secretary General’s, 2005.


(4)

commit to user 119

Prodjohanidjojo, Martiman, S.H., Seri Pemerataan Keadilan ke 3, Penangkapan dan Penahanan, Jakarta Timur, 1997.

Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003. Suhanda, Irwan, India Bangkitnya Raksasa Baru Asia, Calon Pemain Utama di Dunia

Era Globalisasi, Cetakan Kedua, PT Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2007. Sumarno, Marselli, Dasar-dasar Apresiasi Film, PT.Gramedia Pustaka Jaya, Jakarta,

1996.

Wright, Charles R,, Sosiologi Komunikasi Massa, Remadja Karya, Bandung, 1985.

Jurnal

Rima, Febiana, Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Rekonstruksi Budaya; Jurnal Etika Sosial Respons Volume 14- Nomor 02, PPE Unika Atmajaya, Jakarta, 2009

Rogers, Linda, International Journal of Applied Semiotics, http://www.atwoodpublishing.com/journals/journal.htm#V3N1.

Internet

http:// id. wikipedia.org/wiki/india

http:// id. wikipedia.org/wiki/kawasan_kumuh http://www.wcd.nic.in/childabuse.pdf

http://en. wikipedia.org/wiki/dharavi dunia.vivanews.com


(5)

commit to user 120

http://adiel87.blogspot.com/2009/11/sejarah-dan-bentuk-media-massa.html.

Andrik Purwasito, Metode Analisis dan Sistematika Studi Pesan, http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150362961485024.

Andrik Purwasito, Metode Analisis dan Sistematika Studi Pesan, http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150362961485024.

Andrik Purwasito, Semiology on Communication Studies, http://andrikpurwasito.blog.com,

Linda Rogers, International Journal of Applied Semiotics, http://www.atwoodpublishing.com/journals/journal.htm#V3N1.

http://id.wikipedia.org/wiki/Presentasi http:// id. wikipedia.org/wiki/kekerasan http://id.wikipedia.org/wiki/Film http://www.artikata.com/arti-menghina http://www.artikata.com/arti-mengusir http://www.artikata.com/arti -menjebak http://www.artikata.com/arti-fitnah

wordpress.com//efek dari rokok dan asapnya untuk tubuh www.artikata.com/arti-322711-buntung.php

id.wikipedia.org/wiki/Cabai

id.wikipedia.org/wiki/Minuman_beralkohol

id.wikipedia.org/wiki/Pisau

http.//irwan.net/military/perbedaan-pistol-dan-revolver


(6)

commit to user 121 http://bataviase.co.id/detailberita-10499271.html

http://wisatadanbudaya.blogspot.com/2010/02/sambal-setan.html www.poskota.co.id/tag/air-keras

www.gatra.com/artikel.php?id=93057

detektifromantika.wordpress.com/.../dua-gadis-abg-ngawi-diperkosa-rame-rame-kemudian-videonya-diupload-ke-youtube/

http://buser.liputan6.com/berita/200303/50578/Di.Jakpus.Preman.Membunuh.Preman http://pusham.uii.ac.id/index.php?lang=id&page=kasus&id=1

http://www.metrobalikpapan.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=31585 http://www.artikata.com/translate.php

id.wikipedia.org/wiki/gelandangan


Dokumen yang terkait

ANALISIS ISI ADEGAN KEKERASAN FISIK DALAM FILM “SLUMDOG MILLIONAIRE” KARYA DANNY BOYLE

3 18 2

Representasi Kekerasan dalam Film Crows Zero (Analisis Semiotika John Fiske Mengenai Kekerasan dalam Film Crows Zero)

2 24 1

REPRESENTASI KEKERASAN DALAM FILM “RUMAH DARA” (Studi Analisis Semiotik Tentang Representasi Kekerasan Dalam Film “RUMAH DARA”).

17 29 125

REPRESENTASI KEKERASAN PADA ANAK DALAM FILM ” ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI ” ( Studi Semiotik Mengenai Represe ntasi Kekerasan Pada Anak Dalam Film ” Alangkah Lucunya Negeri Ini ” karya Deddy Mizwar ).

3 14 112

REPRESENTASI KEKERASAN DALAM FILM “PUNK IN LOVE” (Studi Semiotik Tentang Representasi Kekerasan Dalam Film “Punk In Love”).

8 35 97

REPRESENTASI KEKERASAN PADA ANAK DALAM NOVEL “SHEILA” KARYA TOREY HAYDEN (Studi Semiotik representasi kekerasan pada anak dalam novel “Sheila” karya Torey Hayden).

3 28 114

REPRESENTASI KEKERASAN PADA ANAK DALAM NOVEL “SHEILA” KARYA TOREY HAYDEN (Studi Semiotik representasi kekerasan pada anak dalam novel “Sheila” karya Torey Hayden).

0 0 20

REPRESENTASI KEKERASAN PADA ANAK DALAM FILM ” ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI ” ( Studi Semiotik Mengenai Represe ntasi Kekerasan Pada Anak Dalam Film ” Alangkah Lucunya Negeri Ini ” karya Deddy Mizwar )

0 1 18

REPRESENTASI KEKERASAN DALAM FILM “RUMAH DARA” (Studi Analisis Semiotik Tentang Representasi Kekerasan Dalam Film “RUMAH DARA”)

0 0 19

Representasi Kekerasan Seksual Pada Anak Tuna Rungu Dalam Film Silenced (Analisis Semiotika Roland Barthes) - FISIP Untirta Repository

0 1 155