KEPERCAYAAN PASIEN TERHADAP DOKTER

2.3.1. Defenisi pasien

Berdasarkan Kamus Kedokteran, pasien didefenisikan sebagai orang yang sakit atau orang yang sedang berobat untuk penyakitnya Markam dan Soemarno, 2008. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Daldiono 2006 bahwa pasien adalah orang sakit, orang sehat menderita suatu penyakit atau orang yang memiliki problema medik gangguan kesehatan baik bersifat psikologis, fungsional, dan organik, yang datang ke dokter dengan maksud meminta pertolongan medik. Dari beberapa defenisi tersebut, dapat diartikan bahwa pasien adalah orang sakit ataupun orang sehat menderita penyakit atau problema medis baik psikologis, fungsional, dan organik, yang datang ke dokter dengan maksud meminta bantuan medik untuk mengatasi penyakitnya.

2.4. KEPERCAYAAN PASIEN TERHADAP DOKTER

Kesehatan sangatlah penting bagi seorang individu Daldiono, 2006. Pentingnya kesehatan ini lebih begitu berarti bagi individu yang sedang sakit karena tidak dapat menikmati kebebasan dan lebih membutuhkan pertolongan medis berupa pelayanan medis Bertens, 2004. Notoatmodjo 2007 menjelaskan bahwa orang yang sakit memiliki beberapa perilaku dan salah satu nya adalah berobat ke fasilitas pengobatan, seperti; balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit ataupun berobat ke dokter praktik. Selain itu, ketersediaan fasilitas pengobatan tidak hanya ada di Indonesia melainkan juga ada di luar negeri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ketika sakit akan mencari dan memilih sarana pengobatan untuk mengobati dan mengatasi masalah medis yang diderita. Universitas Sumatera Utara Beberapa faktor penting yang mempengaruhi pemilihan pelayanan medis seperti yang dijelaskan oleh Shaikh dan Hatcher 2004 yaitu: faktor demografi, gender, ekonomi, ketersediaan sarana pengobatan dan tingkat keparahan penyakit. Faktor lainnya juga dinyatakan oleh Ahmed 2005, seperti; biaya pengobatan, tingkat pendidikan, etnik, usia, dan jarak tempat tinggal pasien dari sarana pengobatan. Sarafino 2006 juga menambahkan faktor penting lainnya adalah kepercayaan pasien. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, salah satu fasilitas medis yang menjadi pilihan pasien adalah fasilitas medis di luar negeri. Sebagaimana hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Sumatera pada tahun 2005, ada dua faktor yang menyebabkan pasien memilih berobat ke luar negeri, yaitu; faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mendasari pemilihan pelayanan medis salah satu nya adalah kepercayaan pasien terhadap dokter Hanafie, 2007. Dari penjelasan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan fasilitas medis baik di Indonesia maupun di luar negeri yang telah dipaparkan, kepercayaan menjadi salah satu faktor penting pada keputusan pasien dalam memilih pelayanan medis yang akan digunakan oleh pasien. Sebagaimana penjelasan Hall, Dugan, Zheng, dan Mishra 2001 bahwa kepercayaan adalah keoptimisan pasien dalam kondisi yang rentan dimana pasien mempercayai dokter akan perhatian pada kepentingan pasien. Hal yang sama juga dijelaskan oleh Pearson dan Raeke 2000 bahwa kepercayaan adalah elemen utama pada Universitas Sumatera Utara hubungan interpersonal pasien-dokter, yang mencakup sekumpulan keyakinan ataupun harapan pasien bahwa dokter akan bertindak dengan cara tertentu. Dalam setting medis, kepercayaan dibedakan menjadi dua bentuk yaitu institusional trust dan interpersonal trust. Institusional trust adalah kepercayaan terhadap institusi ataupun sistem medis dan dokter secara umum, dipengaruhi oleh media dan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan bidang kesehatan, seperti rumah sakit. Sedangkan yang dimaksud dengan interpersonal trust adalah kepercayaan terhadap seorang provider kesehatan, seperti terhadap seorang dokter yang dibangun melalui pengulangan interaksi dan adanya pengharapan mengenai perilaku dari orang yang dipercayai dapat diuji dari waktu kewaktu Pearson dan Raeke, 2000; Hall, Dugan, Zheng, dan Mishra, 2001. Selanjutnya, kepercayaan juga diartikan sebagai sikap pasien yang langsung ditujukan kepada karakter dan kepribadian dokter secara umum dan berlanjut pada hubungan interpersonal Hall, Dugan, Zheng, dan Mishra, 2001. Sikap pasien juga akan mempengaruhi keberlanjutan hubungan antara pasien dan dokter. Sehingga berlanjutnya hubungan antara pasien dan dokter, berarti kedua pihak mampu membangun dan mempertahankan kepercayaan serta melawan faktor-faktor yang mengancam kepercayaan Rousseau, Sitkin, Burt, dan Camerer, 1998. Mechanic 1998 dan Goold 1998 menambahkan bahwa sikap merupakan bagian dari pengalaman masa lalu pasien dengan dokternya yang juga didasarkan pada image dokter yang ditampilkan media ataupun melalui pemaknaan sosial lainnya. Universitas Sumatera Utara Pasien yang memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap dokter secara umum, maka juga akan mempercayai seorang dokter ketika pertama kali bertemu Hall, Camacho, Dugan, dan Balkrishnan, 2002a. Ini karena, pada awal hubungan pasien dengan seorang dokter, kepercayaan interpersonal didasarkan pada fitur- fitur sistem umum dan sikap pasien terhadap dokter secara lebih general Mechanic dan Schlesinger 1996; Buchanan, 2000. Namun, level kepercayaan tersebut bisa berubah kepercayaan pasien bisa lebih tinggi atau lebih rendah pada dokter baik pada institusional trust kepercayaan terhadap dokter secara umum dan interpersonal trust kepercayaan terhadap seorang dokter yang disebabkan oleh faktor pembelajaran tentang karakteristik dokter Hall, Camacho, Dugan, dan Balkrishnan, 2002a. Selain itu, Gray 1997 juga menambahkan bahwa kepercayaan pasien terhadap seorang dokter juga akan mempengaruhi kepercayaannya terhadap Rumah Sakit, rencana program kesehatan, dan dokter yang bekerja di institusi medis tersebut. Soetjiningsih 2007 menjelaskan bahwa hubungan interpersonal antara pasien dan dokter, akan mempengaruhi kualitas pelayanan dokter dan juga kepercayaan pasien. Sehingga tanpa adanya kepercayaan pasien, maka tindakan terapeutik yang efektif akan menurun Isselbacher, 1999. Selain itu, kepercayaan juga berdampak pada ketaatan pasien. Hal ini berarti bahwa pasien yang mempercayai dokternya, akan lebih mengikuti pengobatan atau lebih sukses dalam usaha mengubah perilaku yang lebih sehat Shore, 2005. Berdasarkan penjelasan yang sudah dipaparkan sebelumnya, kepercayaan pasien adalah suatu konsep penting terutama dalam setting medis. Sehingga dapat Universitas Sumatera Utara disimpulkan bahwa, kepercayaan adalah atribut dari nilai-nilai instrinsik dalam hubungan medis sehingga pengukuran kepercayaan dinyatakan sebagai alat baru yang penting dalam memonitor kinerja pelayanan dari tenaga kesehatan secara individual dan general Hall, Camacho, Dugan, dan Balkrishnan, 2002a. Sarafino 2006 juga menjelaskan bahwa kerjasama antara pasien dan dokter harus dijaga agar terciptanya hubungan yang baik antara pasien dan dokter untuk menunjang proses kegiatan medis. Namun, jika kerjasama tersebut tidak tercipta maka akan menyebabkan pasien berhenti menggunakan jasa pelayanan medis dan bahkan memutuskan mencari yang lain. Selain itu, kepercayaan pasien terhadap dokter secara umum juga berdampak pada hubungan baru yang terbentuk. Ini karena, kepercayaan interpersonal pada hubungan baru didasarkan pada sikap pasien terhadap image dokter ataupun fitur-fitur mengenai dokter dan juga pengalaman masa lalu pasien dengan dokter sebelumnya. Sehingga Hall, Camacho, Dugan, dan Balkrishnan 2002a menyatakan bahwa pasien akan lebih memilih dokter yang sangat dipercayainya.

2.5. HIPOTESA PENELITIAN