Data Departemen Mikrobiologi RSUP H.Adam Malik melaporkan kuman yang paling banyak dijumpai pada pasien rawat inap pada tahun 2013 yaitu Klebsiella pneumonia,
Pseudomonas aeroginosa dan Staphylococcus aureus. Pada penelitian Hogsberg et al 2011 mengenai keberhasilan Split Thickness Skin Graft STSG pada penderita chronic venous leg
ulcers dengan adanya bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan hasil keberhasilan STSG sebesar 33,3 p=0,001.
Dari data - data di atas tampak bahwa adanya hubungan antara infeksi kuman dengan tingkat keberhasilan STSG. Di RSUP H. Adam Malik belum ada penelitian mengenai
hubungan koloni kuman dengan tingkat keberhasilan skin graft, termasuk pasien luka bakar. Oleh karena itu, peneliti perlu meneliti hubungan koloni Pseudomonas aeruginosa dengan
tingkat keberhasilan skin graft pada pasien luka bakar di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan jumlah koloni Pseudomonas aeruginosa dengan rasio 10
5
persentase take skin graft pada pasien luka bakar di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.3. Hipotesa
Ada hubungan jumlah koloni Pseudomonas aeruginosa dengan persentase take skin graft pada pasien luka bakar di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.4. Tujuan
1.4.1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan jumlah koloni Pseudomonas aeruginosa dengan tingkat keberhasilan skin graft pada pasien luka bakar di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui angka keberhasilan skin graft pada pasien luka bakar di RSUP H. Adam Malik Medan.
2. Mengetahui faktor kuman Pseudomonas aeruginosa yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan skin graft pada pasien luka bakar di RSUP H. Adam Malik Medan.
3. Mengetahui koloni maksimal kuman Pseudomonas aeruginosa sebagai syarat keberhasilan untuk dilakukan skin graft terdapat pada pasien luka bakar di RSUP H.
Adam Malik Medan
Universitas Sumatera Utara
1.5. Manfaat
1.5.1. Bidang AkademikIlmiah
Meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang bedah plastik, khususnya Mengetahui hubungan koloni Pseudomonas aeruginosa dengan persentase take skin graft pada pasien
luka bakar di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.
1.5.2. Bidang Pelayanan Masyarakat
Meningkatkan keberhasilan penanganan penderita luka bakar, khususnya pelayanan di bidang bedah plastik.
1.5.3. Bidang Pengembangan Penelitian
Memberikan data awal terhadap departemen bedah plastik tentang kebehasilan STSG berdasarkan koloni maksimal kuman pada pasien luka bakar di Rumah Sakit Umum Pusat H.
Adam Malik Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Luka Bakar
Luka bakar merupakan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh panas cairan, api, uap, bahan kimia, listrik, radiasi matahari dan gesekan atau friksi Sjamsuhidayat, 2005.
2.2 Patofisiologi Luka Bakar
Panas tidak hanya merusak kulit secara lokal tetapi memiliki banyak efek umum pada tubuh. Perubahan ini khusus untuk luka bakar dan umumnya tidak mengalami pada luka yang
disebabkan oleh cedera lainnya Vartak A, 2010. Ada peningkatan dalam permeabilitas kapiler karena efek panas dan kerusakan. Hal
ini menyebabkan plasma bocor keluar dari kapiler ke interstitial. Hasil dari peningkatan permeabilitas kapiler dan kebocoran plasma berlanjut sampai 48 jam dan maksimum 8 jam
pertama. Dalam 48 jam baik permeabilitas kapiler kembali menjadi normal atau trombosis dan tidak lebih bagian dari sirkulasi. Hilangnya plasma ini adalah penyebab syok
hipovolemik pada luka bakar. Berikut ini adalah penyebab dari kehilangan darah pada luka bakar:
1. Sel darah merah yang hilang dalam pembuluh dasar kulit terbakar pada fase akut. Oleh
karena itu, lebih dalam luka bakar lebih banyak kehilangan darah. Darah akan ditransfusikan setelah 48 jam kecuali dinyatakan seperti pada anemia yang sudah ada
atau kehilangan darah secara keseluruhan karena penyebab lainnya. 2.
Masa hidup sirkulasi sel darah merah berkurang karena dengan efek langsung dari panas dan mereka hemolyse diawal. Luka bakar yang luas juga menyebabkan sumsum tulang
depresi yang mengarah ke anemia. 3.
Pada tahap kronis luka bakar, kehilangan darah dari granulasi luka dan infeksi bertanggung jawab untuk anemia. Tidak seperti kebanyakan luka lain, luka bakar
biasanya steril pada saat cedera. Panas menjadi agen penyebab, juga membunuh semua mikroorganisme pada permukaan. Itu hanya setelah minggu pertama luka bakar yang
luka permukaan ini cenderung terinfeksi, sehingga membuat sepsis sebagai penyebab utama kematian diluka bakar. Di luka lain misalnya, luka gigit, luka tusuk dan luka lecet
yang terkontaminasi pada saat diderita jarang penyebab sepsis sistemik.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Derajat Luka Bakar