BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Luka bakar masih merupakan masalah global.  Insiden  luka bakar di seluruh dunia pada tahun 2004 diperkirakan 1,1 per 100.000 penduduk Peck, 2013.Diperkirakan 195.000
kematian setiap tahun disebabkan oleh luka bakar dan sebagian besar terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah WHO, 2012.Dan hampir separuh terjadi di wilayah
Asia Tenggara.  Menurut Riset Kesehatan Dasar Depkes RI 2007 prevalensi kejadian luka bakar di Indonesia adalah sebesar 2,2. Prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Nangroe
Aceh Darussalam dan Kepulauan Riau sebesar 3,8. Luka bakar merupakan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh panas,  cairan, api,
uap, bahan kimia, listrik, radiasi matahari dan gesekan atau friksi Sjamsuhidajat, 2005. Pada luka bakar sering terjadi infeksi baik berasal dari endogen dan eksogen Pruit, 1998. Infeksi
luka bakar terutama disebabkan oleh bakteri 70 diikuti oleh jamur 20-25, anaerob dan virus 5-10 Capoor et al, 2010. Pada penelitian Saaiq 2012 organisme yang ditemukan
pada luka bakar adalah Pseudomonas aeruginosa  n=23,  Klebsiella  n=4,  Staphylococcus aureus n=3, methicillin resistant Staphylococcus aureus MRSA n=3, Candida albicans
n=3, E.  coli n=2 dan Proteus n=2. Skin graft adalah  penempelan  kulit  dengan operasi  dari satu  area tubuh  dan
ditransplantasikan  atau melekat  ke daerah lain  Semer, 2001.  Skin graft  digunakan  dalam berbagai situasi klinis termasuk rekonstruksi  luka bakar. Skin graft  dapat diklasifikasikan
split  thickness  dan  full  thickness  Thome, 2007.  Tingkat keberhasilan STSG tergantung beberapa faktor salah satunya adalah infeksi Guo, 2010. Patogen yang paling umum yang
menyebabkan kegagalan graft adalah coagulase  positive staphylococcus, Pseudomonas dan beta-haemolytic Streptococcus  Magliacani, 1990.  Kegagalan  take  STSG ini disebabkan
karena kemampuan Pseudomonas aeruginosa untuk  bertahan  dan berkembang biak dalam biofilm. Biofilm merupakan agregat multiselular yang dibungkus dalam matriks ekstraselular
polisakarida, protein, DNA, dibandingkan dengan satu bakteri bebas yang disebut sel planktonik Hogsberg  et al, 2011. Berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi, infeksi luka
terjadi apabila djumpai koloni kuman lebih dari 100.000 10
5
organisme atau koloni per gram jaringan atau mm
3
pus Healy, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Data Departemen Mikrobiologi RSUP H.Adam Malik melaporkan kuman yang paling banyak dijumpai pada pasien rawat inap pada tahun 2013 yaitu Klebsiella pneumonia,
Pseudomonas aeroginosa dan Staphylococcus aureus. Pada penelitian Hogsberg et al 2011 mengenai keberhasilan Split Thickness Skin Graft  STSG pada penderita chronic venous leg
ulcers  dengan adanya bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan hasil keberhasilan STSG sebesar 33,3 p=0,001.
Dari data - data di atas tampak bahwa adanya hubungan antara infeksi kuman dengan tingkat keberhasilan STSG. Di RSUP H. Adam Malik belum ada penelitian mengenai
hubungan koloni kuman dengan tingkat keberhasilan skin graft, termasuk pasien luka bakar. Oleh karena itu,  peneliti perlu meneliti  hubungan koloni Pseudomonas aeruginosa  dengan
tingkat keberhasilan skin graft pada pasien luka bakar di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.2. Rumusan Masalah