Instrumen Soal Uji Coba Postes Hasil Belajar Kognitif

3.5.3 Standarisasi Instrumen Penelitian

Data yang dihasilkan dari instrumen akan diolah kemudian dianalisis untuk mengetahui instrumen yang diberikan sudah memenuhi syarat tes yang baik atau belum. Adapun teknik standarisasi instrumen penelitian adalah sebagai berikut.

3.5.3.1 Instrumen Soal Uji Coba Postes Hasil Belajar Kognitif

3.5.3.1.1 Analisis validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan Suharsimi, 2006: 168. Pengujian seperti silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan angket menggunakan metode expert validity yaitu validitas yang disesuaikan dengan kurikulum dan dikonsultasikan dan disetujui oleh ahli yaitu dosen pembimbing, dosen ahli, dan guru SMA. Akan tetapi untuk lembar pengamatan dan angket juga harus memenuhi validitas isi oleh karena itu sebelum instrumen disusun, peneliti menyusun kisi- kisi soal terlebih dahulu berdasarkan kurikulum yang berlaku, selanjutnya dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru pengampu. Validitas soal-soal post test dalam penelitian ini ada dua macam yaitu validitas isi soal dan validitas butir soal. 1 Validitas Isi Soal Untuk memenuhi validitas isi soal, sebelum instrumen disusun, peneliti menyusun kisi-kisi soal terlebih dahulu berdasarkan kurikulum yang berlaku, selanjutnya dikonsultasikan dengan guru pengampu dan dosen pembimbing. 2 Validitas Butir Soal Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus Korelasi point biserial yaitu sebagai berikut: q p S M M r t t p pbis Suharsimi, 2010: 258. Keterangan : p M = rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal t M = rata-rata skor total t S = standar deviasi skor total p = proporsi siswa yang menjawab benar pada tiap butir soal q = proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal rpbis yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus t hitung , dengan rumus: 2 1 2 pbis pbis r n r t Kriteria : jika t hit t tab , maka butir soal valid, dengan dk = n-2 dan n adalah jumlah siswa Sudjana, 2005: 377. Setelah dilakukan perhitungan validitas tiap-tiap butir soal dihitung dengan menggunakan rumus korelasi point biseral kemudian dikonsultasikan dengan tabel r point biseral dengan dk = k-2 = 30 , α = 5 diperoleh t tabel = 2, 042. Berdasarkan analisis tes uji coba pada lampiran 8 diperoleh bahwa soal yang tidak valid adalah nomor 1, 2, 15, 16, 21, 24, 25, 33, 34, 36, 38, 39, 41, 42, dan 43. Oleh karena itu soal tersebut tidak digunakan lagi. 3.5.3.1.2 Analisis Reliabilitas Sebuah tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat menunjukkan hasil yang relatif atau tetap, jika tes tersebut digunakan pada kesempatan yang lain. Rumus yang digunakan pada penelitian ini adalah KR-21, dengan rumus sebagai berikut: r 11 = Vt M K M K K 1 1 Keterangan: r 11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan Vt = S 2 t = variasi skor total M = N Y = rata-rata skor total K = Jumlah butir soal Suharsimi, 2007: 103 Harga r 11 yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus t hitung , di mana suatu instrumen dikatakan reliabel apabila harga t hitung t tab , dengan dk = n-2 dan n adalah jumlah siswa Sudjana, 2005: 377. 2 1 2 r n r t Perhitungan menghasilkan harga r 11 sebesar 0,714. Harga r 11 tersebut kemudian dimasukkan kedalam t hitung diperoleh 5,6 dengan harga t pada tabeldengan taraf signifikansi 5 dan n = 50 yaitu 2,01.Kriteria reliabel soal yaitu, suatu soal disebut relliabel bila harga t hitung t tab , dengan demikian dapat disimpulkan bahwa soal uji coba penelitian ini reliabel. 3.5.3.1.3 Analisis Daya Pembeda Daya pembeda soal DP dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testee yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testee yang tidak mampu menjawab soal.Daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal untuk membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah. Langkah-langkah yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal adalah sebagai berikut : 1 Merangking skor hasil tes uji coba, yaitu mengurutkan skor hasil tes siswa mulai dari skor tertinggi hingga skor terendah. 2 Mengelompokkan seluruh peserta tes menjadi dua kelompok yaitu kelompok atas dan kelompok bawah. Daya pembeda soal dihitung menggunakan rumus : A B A JS JB JB DP atau B B A JS JB JB DP Sudijono, 2006 : 389 Keterangan: A JB = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar. B JB = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar. A JS = jumlah siswa kelompok atas. B JS = jumlah siswa kelompok bawah. Tabel 3.3 Kriteria Daya Pembeda Inteval Kriteria DP 0,00 0,00 DP 0,20 0,20 DP 0,40 0,40 DP 0,70 0,70 DP 1,00 Jelek sekali jelek cukup baik baik sekali Suharsimi, 2006:218 Berdasarkan analisis uji cobadiperoleh soal yang mempunyai daya pembeda sangat jelek ada 0 soal. Soal yang mempunyai daya pembeda jelek ada 11 soal, yaitu nomor 15, 16, 25, 33, 34, 36, 38, 39, 41, 42 dan 43. Soal yang mempunyai daya pembeda cukup ada 21 soal, yaitu soal nomor 1, 2, 8, 9, 11, 12, 13, 19, 21, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 44, 46, 48, 49 dan 50. Soal yang mempunyai daya pembeda baik ada 17 soal, yaitu soal nomor 3, 5, 6, 7, 10, 14, 17, 18, 20, 22, 23, 32, 35, 37, 40, 45 dan47. Soal yang mempunyai daya pembeda sangat baik ada 1 soal, yaitu soal nomor 4. Butir soal yang digunakan sebagai instrumen penelitian untuk mengukur hasil belajar adalah butir soal dengan kriteria daya pembeda sangat baik, baik dan cukup. 3.5.3.1.4 Analisis Tingkat Kesukaran Menurut Suharsimi 2006: 208, bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya soal disebut indeks kesukaran difficulty index. Besarnya indeks kesukaran antar 0,00 sampai 1,00. Tingkat kesukaran soal dihitung menggunakan rumus: P= JS B Keterangan: P = Indeks kesukaran B = Banyaknya siswa yang menjawab benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes Kriteria yang menunjukkan tingkat kesukaran soal adalah Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran Interval Kriteria IK = 0,00 0,00 IK 0,30 0,30 IK 0,70 0,70 IK 1,00 IK = 1,00 Terlalu sukar Sukar Sedang Mudah Terlalu mudah Suharsimi, 2006:218 Berdasarkan perhitungan hasil tes uji coba pada kelas uji coba maka diperoleh hasil tingkat kesukaran yang berbeda-beda. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 8. Soal yang berkriteria mudah adalah nomor 1, 2, 10, 12, 14, 21, 25, 30, 33, 36, 38 dan 42; soal yang berkriteria sedang adalah soal nomor 3, 4, 5, 6, 7, 11, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 35, 37, 39, 40, 41, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49 dan 50; sedangkan soal yang berkriteria sukar adalah soal nomor 8, 9 dan 34.

3.5.4 Analisis Instrumen Lembar Angket

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan PAIKEM dengan Media POSE Game Terhadap Hasil Belajar Kimia Materi Pokok Larutan Penyangga dan Hidrolisis Garam Di SMA N 1 Brebes

5 110 247

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR KIMIA SISWA SMA KELAS XI IPA PADA POKOK BAHASAN HIDROLISIS GARAM.

0 1 23

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM KELAS XI DI SMA N 1 PERCUT SEI TUAN.

0 2 18

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5E.

0 4 23

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN KOMBINASI MODALITAS VISUAL, AUDITORIAL DAN KINESTETIK TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS DI SMA.

0 0 1

Komparasi Hasil Belajar Kimia Menggunakan Model Pembelajaran Kuantum dengan Inkuiri Terbimbing pada Materi Pokok Larutan Penyangga dan Hidrolisis Garam.

0 0 1

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DENGAN PENDEKATAN JOYFUL LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA NEGERI 1 KUDUS PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS.

0 0 1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN PERMAINAN BOLA GULING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATERI LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS SMA NEGERI 11 SEMARANG KELAS XI SEMESTER II.

0 0 5

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AKTIF DENGAN PERMAINAN BOLA GULING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATERI LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS SMA NEGERI 11 SEMARANG KELAS XI SEMESTER II -

0 0 1

PENGARUH MODEL INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM MATERI LARUTAN PENYANGGA SISWA SMA

0 0 10