f. Kemampuan pengadministrasian kegiatan belajar mengajar.
3. Kemampuan mengevaluasi atau penilaian pengajaran, meliputi :
a. Melaksanakan tes.
b. Mengolah hasil penilaian.
c. Melaporkan hasil penilaian.
d. Melaksanakan program remedial atau perbaikan pengajaran.
Keterpaduan proses belajar peserta didik dengan proses mengajar guru sehingga terjadi interaksi belajar mengajar tidak datang begitu saja dan tidak
dapat tumbuh tanpa pengaturan dan perencanaan yang seksama. Pengaturan sangat diperlukan terutama dalam menentukan komponen dan variabel yang
harus ada dalam proses pengajaran tersebut. Perencanaan dimaksudkan merumuskan dan menetapkan interelasi sejumlah komponen dan variabel
sehingga memungkinkan terselenggaranya pengajaran yang efektif.
2.1.4 Aktivitas Belajar Siswa
Seseorang melakukan aktivitas karena didukung oleh adanya faktor-faktor kebutuhan biologis, insting, unsur-unsur kejiwaan yang lain
serta adanya pengaruh perkembangan budaya. Hubungan dengan kegiatan belajar yang perlu ditekankan bagaimana agar siswa melakukan aktivitas
belajar. Guru harus melakukan usaha-usaha untuk menimbulkan dan memberikan motivasi agar anak didik mampu melakukan aktivitas belajar
dengan baik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan 1989:17 memberikan pengertian bahwa aktivitas adalah
kegiatan. Aktivitas belajar berarti kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar. Sementara itu Sardiman 1990:94 menjelaskan bahwa
pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, yang berarti melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada
aktivitas siswa. Menurut Arnie Fajar 2004:13, aktivitas siswa dalam proses belajar
diantaranya yaitu aktivitas jasmaniah maupun mental, yang dapat digolongkan dalam 5 hal yaitu :
a. Aktivitas Visual visual activities seperti membaca, menulis, melakukan
eksperimen dan demonstrasi. b.
Aktivitas Lisan oral activities seperti bercerita, membaca sajak, tanyajawab, diskusi dan menyanyi.
c. Aktivitas mendengarkan listening activities seperti mendengarkan
penjelasan guru, ceramah dan pengarahan. d.
Aktivitas gerak motor activities seperti senam, atletik, menari, melukis. e.
Aktivitas menulis writing activities seperti mengarang, membuat makalah, membuat surat.
Sedangkan menurut Paul B. Diedrich dalam Sardiman 1990:99-100 membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan peserta didik meliputi
aktivitas jasmani atau aktivitas jiwa, antara lain : a.
Visual activities seperti membaca, memperhatikan, gambar, demonstrasi, percobaaan dan pekerjaan orang lain.
b. Oral activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberikan
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi dan interupsi.
c. Listening activities seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,
musik, pidato. d.
Writing activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes angket, dan menyalin.
e. Drawing activities seperti menggmbar, membuat grafik, peta, diagram,
dan pola. f.
Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun dan memelihara binatang.
g. Emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira,
berani, tenang dan gugup. Faktor-faktor intern antara lain pikiran, emosi dan perilaku siswa
berpengaruh besar terhadap aktivitas belajar. Thomas F. Staton dalam Sadirman 1990:39-44 menguraikan enam macam faktor psikologis dalam
belajar, yaitu motivasi, konsentrasi, reaksi, organisasi, pemahaman, dan ulangan.Terkait dengan reaksi dijelaskan bahwa dalam kegiatan belajar
diperlukan keterlibatan unsur-unsur fisik maupun mental sebagai wujud dari reaksi. Pikiran dan otot-otot pembelajar harus dapat bekerja secara otomatis
sehingga mampu bertindak aktif dalam belajar dengan segala panca inderanya, tidak sekedar apa adanya ataupun menyerah pada keadaan.
Keaktifan peserta didik dalam belajar hendaknya bersifat kontinyu, artinya keaktifannya tentang diri yang paling tinggi.
Gagasan tentang keaktifan belajar peserta didik dalam Bahasa Inggris disebut “Student Active Learning” atau Cara Belajar Siswa Aktif CBSA.
Menurut Sriyono dalam Max Darsono 1999:72 CBSA adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan
emosional, sehingga ia betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar. Dalam CBSA peserta didik menjadi inti dalam kegiatan
belajar sedangkan guru melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik seoptimal mungkin sehingga peserta didik
tersebut mampu mengubah tingkah lakunya menjadi lebih baik. Pengelolaan kelas merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh guru
dalam meningkatkan aktivitas belajar peserta didik. Chatarina 2004:40 dalam psikologi belajar menguraikan tentang belajar menurut teori psikologi
kognitif yang menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berasal di luar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada
dirinya. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu masnusia
mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pada pandangan itu, teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian
unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar
pada diri manusia ditekankan pada proses internal dalam berpikir, yakni proses penglolahan processing informasi.
Peserta didik merupakan subyek dan obyek kegiatan pembelajaran. Inti proses pengajaran adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu
tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha aktif. Untuk membangkitkan keaktifan peserta didik, guru dapat melakukan
hal-hal sebagai berikut : a.
Memotivasi peserta didik agar mempelajari materi sebelum proses pembelajaran berlangsung dengan mengadakan pretes atau posttest.
b. Memberi catatan-catatan kepada peserta didik untuk mempermudah
mereka dalam belajar. c.
Mengajukan pertanyaan dan membimbing diskusi. d.
Memberikan tugas-tugas berupa soal-soal untuk mengetahui sampai dimana tingkat pemahaman peserta didik.
Keterpaduan proses belajar peserta didik dengan proses mengajar guru sehingga terjadi interaksi belajar mengajar tidak datang begitu saja dan tidak
dapat tumbuh tanpa pengaturan dan perencanaan yang seksama. Pengaturan sangat diperlukan terutama dalam menentukan komponen dan variabel yang
harus ada dalam proses pengajaran tersebut. Perencanaan dimaksudkan merumuskan dan menetapkan interelasi sejumlah komponen dan variabel
sehingga memungkinkan terselengaranya pengajaran yang efektif.
2.2 Media Pembelajaran 2.2.1