71 ketersediaan energi untuk reproduksi meningkat dan penyerapan bahan-bahan
yang terkandung dalam pakan atau stimulan yang diberikan juga akan terjadi secara sempurna. Sehingga dengan semakin tinggi dosis pemakaian akan
berdampak pada peningkatan fekunditas yang tinggi pula.
4.2. Rata-rata diameter telur
Tabel 4. Pengaruh pemberian BMD terhadap rata-rata diameter telur mm ikan
Lele Sangkuriang Clarias sp
Ulangan Kontrol
30 mg BMDkg ikan
50 mg BMDkg ikan
70 mg BMDkg ikan
S1 S2
S1 S2
S1 S2
S1 S2
1 1,08
1,236 1,027
1,223 0,667
1,060 1,02
1,0 2
1,124 1,114
1,027 1,257
1,188 1,078
0,996 1,045
3 1,194
0,982 1,010
1,187 0,860
1,249 0,891
1,013 Rerata
1,133 1,111
1,021 1,222
0,905 1,129
0,969 1,019
± Sd 0,047
0,104 0,008
0,029 0,215
0,085 0,056
0,019 d S
2
-S
1
0,022 0,201
0,222 0,05
Rata-rata diameter telur menurun dari kontrol dan mencapai titik terendah pada perlakuan 50 mg BMDkg ikan, kemudian meningkat kembali pada pelakuan
70 mg BMDkg ikan Tabel 4. Pada sampling 1 diperoleh rata-rata diameter telur paling tinggi pada kontrol yaitu sebesar 1,133 ± 0,047 mm, sedangkan yang paling
rendah pada perlakuan 50 mg BMDkg ikan yaitu 0,905 ± 0,215 mm Tabel 4. Namun penurunan rata-rata diameter telur ini tidak berbeda nyata Lampiran 3,
sehingga dapat dikatakan bahwa apabila dilakukan suatu pembulatan antara titik terendah dan titik tertinggi berada pada bilangan angka yang sama, yaitu 1 mm.
Pada pengambilan sampling ke dua ini diketahui bahwa rata-rata diameter telur paling tinggi terdapat pada perlakuan 30 mg BMDkg ikan yaitu sebesar
1,222 ± 0,029 dan yang paling rendah terdapat pada perlakuan 70 mg BMDkg ikan yaitu sebesar 1,019 ± 0,019 Gambar 9. Antara perlakuan menunjukkan
pengaruh yang tidak signifikan terhadap peningkatan dosis BMD dalam Egg Stimulant yang diberikan melalui pakan komersil Lampiran 4
72 Dari Tabel 4 dan Gambar 9 ini dapat dilihat bahwa selisih dari rata-rata
diameter telur pada sampling pertama dengan kedua adalah sebagai berikut : pada kontrol 0,024 mm, pada perlakuan 30 mg BMDkg ikan sebesar 0,201 mm, pada
perlakuan 50 mg BMDkg ikan sebesar 0,224 mm dan pada perlakuan 70 mg BMDkg ikan sebesar 0,05 mm Tabel 4. Bila dibandingkan dengan pengambilan
sampling yang pertama, rata-rata diameter telur pada pengambilan sampling ke dua menunjukkan adanya peningkatan diameter telur dS
2
dS
1
untuk setiap perlakuan Tabel 4. Dari data itu tampak bahwa semakin tinggi dosis perlakuan
peningkatan diameter telur juga semakin tinggi.
Gambar 9.
Diagram perbedaan rata-rata diameter mm telur pada sampling pertama dan kedua
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa BMD tidak mempengaruhi perkembangan diameter telur. Menurut Nagahama 1987; Yaron
1995; Vanston et al 1996 menjelaskan bahwa proses perkembangan diameter telur dipengaruhi oleh vitamin K dan enzim-enzim yang bekerja dalam
memetabolisme suatu bahannutrien menjadi bahannutrien Glikolipoprotein lain yang pada akhirnya akan digunakan untuk meningkatkan akumulasi kuning telur.
Mekanisme kerja dari BMD adalah dalam membantu proses penyerapan asam lemak untuk kemudian diubah menjadi kolesterol sebagai bahan dasar
steroidogenesis. Mekanisme kerja BMD untuk meningkatkan diameter telur dibantu oleh vitamin- vitamin yang berada didalam Egg Stimulant itu. Proses yang
paling dipengaruhi oleh BMD terhadap perkembangan diameter telur adalah pada saat telur mengalami vitellogenesis.
Rata-rata diameter telur mm
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1.4
diameter telur mm
sampel 1 sampel 2
kontrol 30 mgkg
50 mgkg 70 mgkg
73 Proses perkembangan sel telur terjadi dalam 2 tahap yaitu
previtellogenesis dan vitellogenesis Affandi,2002. Proses previtellogenesis adalah tahap dimana telur aktif dalam melakukan pembelahan dan terhenti pada
tahap profase meiosis pertama fase diplotein, pada fase diplotein ini dihasilkan oosit primer. Sedangkan vitellogenesis merupakan tahap dimana terjadi
pergerakan inti telur yang telah mengalami perkembangan diameter telur disebabkan oleh aktivitas MPF untuk kemudian terjadi peleburan inti di bawah
mikrofil yang disebut GVBD. Nutrien hasil dari steroidogenesis yang berasal dari estradiol-17ß oleh hati diubah menjadi vitellogenin, kemudian oleh darah
vitellogenin diangkut dan masuk ke dalam oosit fase diplotein itu, menyebabkan peningkatan akumulasi kuning telur dan diameter telur. Inilah alasan yang
menjelaskan mengapa pada Tabel 4 dan Gambar 9 tampak dengan semakin meningkatnya dosis BMD akan meningkatkan diameter telur. Peningkatan yang
terjadi tidak berbeda nyata disebabkan karena dosis vitamin yang diberikan dalam pakan belum optimum. Peningkatan diameter telur bersifat spesifik dan berkaitan
dengan seberapa cepat induk ikan menghasilkan vitellogenin.
4.3. Pergerakan Inti Telur