Evaluasi Pendidikan Karakter yang diterapkan

OHP dan fasilitas internet hanya terdapat pada ruang laboraturium komputer.

e. Evaluasi

Kegiatan evaluasi diarahkan bukan hanya sekedar untuk mengukur keberhasilan setiap siswa dalam pencapaian hasil belajar, tetapi juga untuk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan setiap siswa. Oleh sebab itu, dalam menentukan tes tidak hanya menentukan tes sebagai alat evaluasi, tetapi juga dalam bentuk nontes seperti wawacara, tugas, dan lainya. Penilaian yang digunakan guru sejarah sesuai dengan perencanaan adalah dengan portofolio berbentuk karya tulis dan gambar yang menceritakan opini dan pandangan mengenai kekejaman Kolonialisme Jepang, serta evaluasi pilihan ganda dan uraian pada buku paket SMA XI IPS. Dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah kelas XI IPS 4 yang peneliti amati, guru tidak melakukan evaluasi atau penilaian di akhir pembelajaran, sehingga penilaian yang dituliskan pada perencanaan tidak diterapkan oleh guru sejarah di kelas. Guru selama pembelajaran menjelaskan materi yang sudah disiapkan pada power point, dan hanya sesekali memberikan pertanyaan kepada siswa.

f. Pendidikan Karakter yang diterapkan

Perencanaan pembelajaran yang dibuat sekarang ini adalah perencanaan yang disisipi dengan pendidikan karakter, sehingga dalam pembelajaran guru tidak hanya menyampaikan materi saja, tetapi menghubungkan materi dengan karakter yang bisa diteladani dan dicontoh oleh peserta didik. Dalam pengamatan yang dilakukan peneliti ketika pembelajaran dikelas, menunjukan guru sejarah sudah mencoba menyampaikan karakter yang sesuai dengan materi yang diajarkan, dan memberikan contoh dari peristiwa sejarah yang sedang dipelajari. Sebenarnya ada 18 nilai karakter yang harus disampaikan sesuai pada perencanaan, tetapi nilai karakter yang disampaikan guru sejarah pada pembelajaran sejarah kelas XI IPS 4 materi zaman pendudukan Jepang, terfokus pada cinta tanah air dan usaha kerja keras. Nilai karakter lain tidak disampaikan pada pembelajaran waktu itu, padahal dalam perencanaan dituliskan 18 nilai karakter bangsa. Karakter cinta tanah air disampaikan pada peristiwa ketika para tokoh bangsa Indonesia tetap memperjuangkan kemerdekaan Indonesia walaupun tergabung pada organisasi yang dibentuk oleh Jepang, kemudian sikap rakyat Indonesia yang menolak membantu dan bekerja sama dengan Jepang ketika kalah dari sekutu. Nilai karakter lain yang adalah kerja keras, disampaikan pada peristiwa sidang BPUPKI untuk merumuskan Undang-Undang dan dasar negara, dimana banyak tokoh yang berdebat mengenai dasar negara Indonesia, sehingga akhirnya bisa merumuskan dasar negara Indonesia yang sekarang. Peristiwa lain terdapat pada proklamasi dimana walaupun pada bulan Ramadhan tetapi para tokoh pemuda Indonesia tetap berusaha meminta Ir. Soekarno membacakan Proklamasi secepatnya. Dengan disampaikan beberapa contoh karakter bangsa pada peristiwa sejarah, diharapkan para siswa dapat menerapkan karakter baik dalam kehidupan sehari-hari. Kedua contoh karakter di atas yaitu kerja keras dan cinta tanah air telah ditanamkan pada peserta didik agar generasi penerus bangsa tidak melupakan jasa-jasa para leluhurnya, serta bisa meneladani karakter yang telah dicontohkan. Dari beberapa indikator mengenai implementasi perencanaan pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan karakter peserta didik diatas, peneliti menyatakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah kelas XI IPS di MAN pemalang terdapat sisi baik dan kekuranganya. Sudah baik, karena guru sudah menyampaikan nilai karakter yang sesuai dengan materi. Kekurangan yang ada, terletak pada perencanaan pembelajaran yang dibuat, karena dalam membuat perencanaan ternyata guru masih menyalin dari dari teman seprofesi, dan guru hanya melakukan perbaikan dan tambahan yang diperlukan. Hal di atas menunjukan guru sejarah MAN Pemalang kurang bisa menyesuaikan antara perencanaan dan pelaksanaanya di kelas, walaupun guru sudah berusaha untuk menyampaikan nilai karakter yang sesuai dengan yang terdapat pada perencanaan. Padahal, guru diberi kebebasan dan wewenang dalam menyusun program dalam bentuk perencanaan pembelajaran, agar pembelajaran bisa terarah dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, namun nampaknya ini sedikit merepotkan guru, sehingga guru kurang memperdulikanya dan memilih cara praktis dengan menyalin dari guru lainya. Pengawasan yang dilakukan baik oleh supervisor atau pengawas maupun dari pihak sekolah sepertinya juga masih jarang dilakukan, kurang diperhatikan dan dibiarkan saja. Hal ini membuat guru membuat perencanaan pembelajaran asal jadi, kurang memperhatikan aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam pembuatan perencanaan pembelajaran, karena tidak ada teguran maupun peringatan dari pihak sekolah. Pengawasan merupakan hal yang penting dari bagian suatu proses pembelajaran di sekolah, agar kualitas pendidikan bisa menjadi lebih baik.

4. Kendala-Kendala yang di Hadapi Guru dalam Mengembangkan