MODEL PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN PPKn di SMA NEGERI 1 PURWOREJO.

(1)

MODEL PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN PPKn DI SMA NEGERI 1 PURWOREJO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Dewi Nurwidiani W NIM. 12401244016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016


(2)

MODEL PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN PPKn DI SMA NEGERI 1 PURWOREJO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Dewi Nurwidiani W NIM. 12401244016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016


(3)

LENIBAR PERSETUJUAN

Tugas akhir skripsi yang berjudul ''Nlodcl Pembentukan

Karakter

Bangs:r

Peserta Didik clalam Pembelajaran PPKn cli SNIA Negeri I Punvorejo" vang disusun oleh Dervi Nur',r,idiani W,

NIM

12401244016

ini

tclah clisetujui oleh pen-ibir-r-rbing untuk d iuj ik.rn.

2t

799203 1 001

f

{E=Ertg

*=L(r)

s

Eftr-l

EZ


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir Skripsi yang berjudul "Model Pembentukan Karakter Bangsa Peserta Didik dalam Pembelajaran PPKn Di SMA Negeri 1 Purworejo" yang

disusun oleh Dewi Nurwidiani W, NIM 12401244016 ini telah dipertahankan di

depan Dewan Penguji pada tanggal2T Juni 2016 dan dinyatakan lulus.

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Nama Lengkap

Chandra Dewi P, SH,

Puji Wulandari,

Dr. Samsuri,

Dr.

Tanssal ro

iraolb

_tt

rs /

-

1016

...!1...

:%::::

t9f

,'nto

Yograkarta

'.19620321 198903

I

001


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya: Nama

NIM

Jurusan/ Prodi Fakultas

Judul Karya llmiah

Dengan ini Sepanjang

diterbitkan penulisan

Dewi Nurwidiani W 12401244016

PKn dan Hukum/ PKn Ilmu Sosial

Model Pembentukan Karakter Bangsa Peserta Didik

Di

SMA

Negeri I

Dewi Nurwidiani W

NrM. 12401244016

tv

saya sendiri.

atan tata


(6)

MOTO

Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang sabar dengan

pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (Terjemahan Q.S. An-Nahl: 96)

Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri

(RA Kartini)

Aku lebih suka lukisan samudra yang gelombangnya menggebu-gebu daripada lukisan sawah yang adem ayem tentram

(Ir. Soekarno)

Education is our pasport to future, for tommorow belongs to the people who prepare for it today

(Pendidikan adalah paspor kita untuk masa depan, hari esok adalah untuk siapa saja yang mempersiapkannya hari ini)


(7)

PERSEMBAHAN

Seraya bersyukur ke-hadirat Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas limpahan kasih sayang-Nya menjadikan skripsi ini selesai, oleh karena itu skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibuku, Bapak Widodo dan Ibu Kuderiyah, dan juga adikku, Irvan Khakiki yang selalu ada dalam setiap langkahku;

2. Kakek dan nenekku atas cinta dan kesabaran dalam mengurusku; 3. Seluruh keluarga besarku atas kasih sayang padaku;

4. Sahabat dan keluarga Jurusan PKnH FIS UNY angkatan 2012 Kelas A dan B yang selalu memberikan dukungan dan pelajaran hidup kepadaku.


(8)

MODEL PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN PPKN DI SMA NEGERI 1 PURWOREJO

Oleh:

Dewi Nurwidiani W NIM. 12401244016

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model pembentukan karakter bangsa dan pelaksanaannya. Penelitian ini juga memiliki tujuan untuk menemukan faktor pendukung dan penghambat dalam pembentukan karakter bangsa peserta didik di SMA Negeri 1 Purworejo.

Penelitian ini merupakan penelitian dekriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah dua guru mata pelajaran PPKn yaitu guru kelas X dan XI di SMA Negeri 1 Purworejo. Penentuan subjek penelitian dilakukan secara

purposive. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh dari teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data induktif, yang tahapannya meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) model yang digunakan guru PPKn dalam pembentukan karakter bangsa peserta didik di SMA Negeri1 Purworejo meliputi dua model yaitu pertama model pendidikan karakter melalui kehidupan sekolah, visi misi sekolah, teladan guru, penegakan aturan-aturan dan disiplin,

kedua model pendidikan karakter dengan menggunakan metode atau model pembelajaran. Model-model pembentukan karakter tersebut dilaksanaan secara bersama-sama dalam setiap pertemuan pembelajaran PPKn. (2) Faktor yang mendukung pembentukan karakter bangsa peserta didik yaitu kompetensi pedagogik dan profesional guru yang baik, telah dijalankannya peran-peran guru, guru yang memiliki kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran dan peraturan sekolah yang mendukung. Sedangkan faktor penghambat yang dialami guru yaitu sikap peserta didik yang tidak mendukung pelaksanaan model pembentukan karakter bangsa, guru tidak dapat mengawasi peserta didik di luar sekolah, dan belum dicantumkannya penilaian sikap dalam sebagian perencanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru PPKn.


(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah yang Maha Esa, yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah, pertolongan dan bimbingan-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Model Pembentukan Karakter Bangsa Peserta

Didik dalam Pembelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Purworejo” dapat terlaksana

dengan baik. Skripsi ini membahas model pembentukan karakter bangsa peserta didik dalam pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru PPKn di SMA Negeri 1 Purworejo. Diharapkan skripsi ini dapat memberikan gambaran bagaimana model pembentukan karakter bangsa, faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pembentukan karakter bangsa dalam pembelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Purworejo.

Penulis dengan segala kerendahan hati juga menyadari bahwa skripsi ini tidak bisa selesai seperti sekarang tanpa bantuan dari beberapa pihak yang berjasa atas selesainya skripsi ini, khususnya yaitu Dr. Marzuki, M.Ag selaku Dosen Pembimbing Skripsi atas bantuan, bimbingan, dan arahannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. Selain itu penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta;

2. Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis;


(10)

3. Dr. Mukhamad Murdiono, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta;

4. Chandra Dewi P, SH, LL.M, selaku Penasehat Akademik yang memberi perhatian untuk kelancaran selesainya skripsi ini.

Penulis juga mohon maaf jika dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Kami berharap skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan masyarakat pada umumnya. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

Yogyakarta, Juni 2016


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Batasan Istilah ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Kajian Teori ... 11

1. Tinjauan tentang Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) ... 11

a. Pengertian Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) ... 11

b. Kompetensi Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) ... 15

c. Peran Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) ... 17

2. Tinjauan tentang Pembentukan Karakter Bangsa ... 21

a. Pengertian Pembentukan ... 21

b. Pengertian Karakter Bangsa ... 22

c. Nilai-Nilai Karakter Bangsa ... 24

d. Model-Model Pembentukan Karakter Bangsa ... 32

e. Langkah-Langkah Pembentukan Karakter Bangsa ... 41

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 44


(12)

BAB III METODE PENELITIAN... 48

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 48

B. Penentuan Subjek Penelitian ... 49

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

D. Teknik Pengumpulan Data ... 50

E. Instrumen Penelitian ... 52

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 54

G. Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Hasil Penelitian ... 57

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 57

a. Sejarah SMA Negeri 1 Purworejo ... 57

b. Visi dan Misi ... 58

c. Guru SMA Negeri 1 Purworejo ... 60

d. Daftar Kelas X dan XI SMA Negeri 1 Purworejo ... 61

e. Ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Purworejo ... 62

2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 62

a. Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran yang Berdimensi Pembentukan Karakter Bangsa di SMA Negeri 1 Purworejo ... 63

b. Pelaksanaan Pembelajaran yang Berdimensi Pembentukan Karakter Bangsa di SMA Negeri 1 Purworejo ... 71

c. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Upaya Pembentukan Karakter Bangsa di SMA Negeri 1 Purworejo .. 82

B. Pembahasan ... 86

1. Model Pembentukan Karakter Bangsa Peserta Didik dalam Pembelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Purworejo ... 86

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembentukan Karakter Bangsa Peserta Didik dalam Pembelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Purworejo ... 98

C. Keterbatasan Penelitian ... 106

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 107

A. Simpulan ... 107

B. Implikasi ... 108

C. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ... 53 Tabel 2. Daftar Kelas X dan XI ... 62


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Wawancara Lampiran 2. Pedoman Observasi Lampiran 3. Lembar Dokumentasi Lampiran 4. Data Hasil Wawancara Lampiran 5. Data Hasil Observasi

Lampiran 6. Dokumen Perencanaan Pembelajaran Guru Lampiran 7. Silabus

Lampiran 8. Daftar Nama Guru SMA Negeri 1 Purworejo Lampiran 9. Surat Izin Penelitian


(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Karakter adalah salah satu hal penting dalam kehidupan manusia. Karakter yang dimiliki seseorang akan memberikan dampak pada kehidupannya, yaitu apakah orang tersebut akan diterima oleh lingkungannya atau tidak. Karakter atau akhlak dari seorang warga negara juga akan berdampak terhadap kehidupan negara atau bangsanya. Terpuruknya bangsa dan negara Indonesia dewasa ini tidak hanya disebabkan oleh krisis ekonomi melainkan krisis akhlak, sehingga perekonomian bangsa menjadi ambruk, korup, kolusi, nepotisme dan perbuatan-perbuatan lainnya yang merugikan bangsa (Masnur Muslich, 2007: 17). Oleh sebab itu, untuk mewujudkan negara yang bermartabat, maka suatu negara harus memiliki masyarakat atau warga negara yang berkarakter. Sama halnya di negera Indonesia, jika negara Indonesia ingin menjadi negara yang bermartabat, maka Indonesia harus mengupayakan agar masyarakat Indonesia memiliki karakter yang baik.

Sesungguhnya upaya untuk membentuk karakter masyarakat Indonesia adalah tugas dan tujuan dari pendidikan nasional Indonesia. Hal ini tercantum dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu bahwa tujuan pendidikan nasional Indonesia adalah mengembangkan potensi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis


(16)

serta bertanggung jawab. Oleh sebab itu melalui pendidikan, kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki peserta didik dapat berkembang.

Salah satu komponen pendidikan nasional yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan nasional adalah seorang pendidik atau guru. Guru menjadi orang yang paling menentukan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, paling menentukan dalam pengaturan kelas dan pengendalian peserta didik, serta dalam penilaian hasil pendidikan dan pembelajaran yang dicapai peserta didik, sehingga pendidik adalah faktor penentu dalam proses keberlangsungan dan keberhasilan pembelajaran dan tujuan pendidikan nasional (Dwi Siswoyo, dkk, 2011: 132).

Sesuai dengan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional yang memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Berdasarkan tugas utama guru tersebut maka, guru tidak hanya memiliki tugas untuk menyampaikan pengetahuan pada taraf kognitif, tetapi guru juga memiliki tugas untuk menanamkan nilai-nilai kepribadian bangsa kepada peserta didik sebagai wujud pendidikan karakter untuk membentukan karakter bangsa.

Membentuk karakter bangsa melalui pendidikan memiliki arti bahwa pendidikan membentuk karakter peserta didik agar sesuai dengan nilai-nilai karakter bangsa yang ada dalam Pancasila. Mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa yang ada dalam Pancasila memiliki tujuan (1) mengembangkan potensi


(17)

peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikir baik, dan berperilaku baik; (2) membangun bangsa yang berkarakter Pancasila; (3) mengembangkan potensi warga negara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa, dan negaranya serta mencintai umat manusia (Kementerian Pendidikan Nasional, 2011: 7). Pendidikan karakter bangsa melalui pendidikan dapat diselenggarakan secara kurikuler, lintas kurikuler maupun melalui ekstrakurikuler (Muchson dan Marzuki, 2013: 103). Pendidikan karakter yang dilaksanakan melalui lintas kurikuler dapat terwujud dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Guru PPKn adalah salah satu bagian dari pendidik profesional yang harus menjalankan tugas utama yang telah disebutkan di atas. Sesungguhnya Pendidikan Kewarganegaraan atau Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah bagian dari pendidikan karakter khususnya yaitu dalam membentuk peserta didik menjadi warga negara yang baik (good citizen) sesuai dengan tujuan dari mata pelajaran PPKn (Cholisin, 2000: 15).

Selain itu tugas guru PPKn juga melaksanakan tujuan dari mata pelajaran PPKn yaitu sebagai pembangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang religius dan berkepribadian luhur, berintelektual, serta dapat bersosialisasi dengan baik berdasarkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah).


(18)

Melihat pada praktiknya, pelaksanaan pendidikan di Indonesia cenderung mengutamakan pada pendidikan berbasis hard skill (keterampilan teknis), yang lebih bersifat mengembangkan intelegence quotient (IQ), sedangkan soft skill

yang tertuang dalam emotional quotient (EQ) dan spiritual quotient (SQ) sangat

kurang (Jamal Ma‟mur, 2011: 22). Hal ini yang menjadi penyebab pembentukan

karakter oleh guru belum dapat terlaksana dengan baik. Ketidakberhasilan pendidikan dalam pembentukan karakter peserta didik juga disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah kebijakan pemerintah mengenai sistem pendidikan, Kurikulum pendidikan, anggaran pendidikan, kepribadian guru, metode pengajaran yang tepat, peran orang tua yang kurang, lingkungan belajar yang tidak kondusif, dan model pembelajaran yang tidak tepat (Oci Melisa D, 2012: 222-223). Kebijakan pemerintah terkait pemberlakuan Kurikulum 2013 di beberapa sekolah di Indonesia juga mengalami banyak kendala, salah satu kendala adalah kesiapan guru yang belum memadai dalam menjalankan Kurikulum 2013 (Farida Alwiyah, 2014).

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Dwi Putri Noviani (2014: vii) tentang implementasi pendidikan kewarganegaraan dalam pembentukan karakter kebangsaan siswa di Madrasah Tsanawiyah Ali Maksum Krapyak Yogyakarta, ternyata guru PKn maupun dari pihak sekolah belum memberikan perhatian khusus pada pembentukan karakter kebangsaan dan juga terdapat hambatan-hambatan yang dialami oleh guru PPKn dalam pembentukan karakter kebangsaan, seperti terlalu banyak simbol yang harus dikuasai, muatan materi PKn yang


(19)

terkesan tumpang tindih, keterbatasan waktu, keterbatasan metode dan media pembelajaran.

Sikap dan beberapa hambatan-hambatan yang dialami guru PPKn dalam upaya pembentukan karakter bangsa tersebut menyebabkan belum optimalnya pembentukan karakter bangsa peserta didik, maka perlu diketahui model pembentukan karakter bangsa peserta didik dalam pembelajaran PPKn. Oleh sebab itu maka perlu untuk mengetahui model pembentukan karakter bangsa peserta didik dan juga faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan model tersebut.

Lokasi dilaksanakannya penelitian ini yaitu di SMA Negeri 1 Purworejo. Pemilihan SMA Negeri 1 Purworejo sebagai lokasi penelitian dikarenakan SMA Negeri 1 Purworejo memiliki visi “Pengembangan Kepribadian Pemimpin Bangsa yang Bertakwa, Cerdas, Setia, Peduli, dan Berbudaya Lingkungan, Baik Lokal

Maupun Global” dan sekolah tersebut juga memiliki salah satu misi

“Melaksanakan kegiatan yang mengembangkan keimanan, ketakwaan, kejujuran

dan budi pekerti luhur”. Selain itu SMA Negeri 1 Purworejo adalah sekolah yang menjuarai lomba sekolah berkarakter kebangsaan tingkat SMA se-Jawa Tengah pada tahun 2014, yang mana salah satu aspek yang menjadi penilaian adalah karakter warga sekolah yang telah mencerminkan 18 (delapan belas) nilai karakter bangsa (Agus Sigit, 2014).

SMA Negeri 1 Purworejo juga merupakan salah satu sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013 sejak tahun 2013 sampai sekarang. SMA Negeri 1 Purworejo juga menjadi koordinator atas pengembangan dan implementasi


(20)

Kurikulum 2013 pada sekolah-sekolah yang menggunakan Kurikulum 2013 di Kabupaten Purworejo (Surat Keputusan Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 2646/D2/KP/2013). Seperti yang diketahui bahwa Kurikulum 2013 adalah Kurikulum satuan pendidikan yang menekankan pemngembangan kompetens afektif/sikap peserta didik.

Upaya sekolah dalam pembentukan karakter warga sekolah khususnya peserta didik juga dapat dilihat dari prestasi-presasi yang dimiliki oleh SMA Negeri 1 Purworejo. Prestasi-prestasi tersebut diantaranya yaitu juara III Karya Ilmiah Remaja tingkat nasional tahun 2008, juara I Sekolah Sehat tingkat provinsi tahun 2012, juara II lomba Robotika tingkat nasional tahun 2012, juara II lomba Penulisan Esai tingkat nasional dengan judul “Pengembang Kepribadian Pemimpin Bangsa: Keteladanan dalam Wawasan Global dan Kearifan Lokal” tahun 2012, memperoleh tujuh mendali emas dari sembilan cabang mata pelajaran pada Olimpiade Sekolah Nasional tingkat provinsi tahun 2013 dan juga prestasi-pretasi yang lainnya (SMA Negeri 1 Purworejo, 2015). Keberhasilan sekolah dan guru dalam membentuk warga sekolah khususnya peserta didik yang berprestasi adalah salah satu perwujudan bahwa telah ada upaya sekolah untuk membentuk karakter bangsa peserta didik sehingga peserta didik dapat mengoptimalkan kemampuannya.

Berdasarkan pemaparan di atas maka diperlukan peran dari seluruh komponen sekolah dan salah satunya adalah guru PPKn agar terwujudnya karakter bangsa peserta didik. Bagaimana model pembentukan karakter bangsa


(21)

peserta didik dan faktor pendukung serta penghambat pelaksanaan model tersebut juga perlu untuk diketahui. Oleh sebab itu penelitian model pembentukan karakter bangsa peserta didik dalam pembelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Purworejo dilaksanakan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah, yaitu:

1. Belum optimalnya pembentukan karakter bangsa dalam pembelajaran PPKn. 2. Guru PPKn maupun pihak sekolah belum memberikan perhatian pada

pembentukan karakter khususnya yaitu karakter bangsa.

3. Guru PPKn belum mengetahui dan memahami metode atau model pembentukan karkter bangsa dalam pembelajaran PPKn.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti perlu melakukan pembatasan masalah agar penelitian ini dapat berjalan dengan lebih efektif dan efesien. Pembatasan masalah yang diterapkan dalam penelitian ini ialah model pembentukan karakter bangsa peserta didik dalam pembelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Purworejo sebagai salah satu sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013 sejak tahun 2013 dan menjadi koordinator pengembangan dan implementasi Kurikulum 2013 di Purworejo .


(22)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana pelaksanaan model pembentukan karakter bangsa peserta didik dalam pembelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Purworejo?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan model pembentukan karakter bangsa peserta didik dalam pembelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Purworejo?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan model pembentukan karakter bangsa peserta didik dalam pembelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Purworejo.

2. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan model pembentukan karakter bangsa peserta didik dalam pembelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Purworejo.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharakapkan memberikan manfaat, baik manfaat secara teoretis maupun manfaat secara praktis, yaitu sebagai berikut.


(23)

1. Manfaat Teoretis

Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat memberikan konstribusi yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khsusunya ilmu pengetahuan di bidang Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi yang bermanfaat bagi peneliti, guru dan Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan.

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada peneliti bagaimana model pembentukan karakter bangsa peserta didik, pelaksanaan, faktor pendukung dan faktor penghambatnya dalam pembelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Purworejo.

b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru PPKn tentang model pembentukan karakter bangsa peserta didik dalam pembelajaran PPKn.

c. Bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah sumbangan yang bermanfaat bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK), khususnya Universitas Negeri Yogyakarta, dalam menghasilkan guru yang kompeten dan profesional.


(24)

G. Batasan Istilah

Untuk memperjelas istilah yang akan digunakan dalam penelitian ini dan menghindari adanya kemungkinan yang terjadi, maka perlu adanya pembatasan istilah atau definisi operasional, yaitu sebagai berikut.

1. Pembentukan

Pembentukan adalah sebuah proses, cara, perbuatan membentuk (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 180). Pembentukan dalam hal ini adalah proses atau cara untuk membentuk karakter kebangsaan pada diri peserta didik.

2. Karakter bangsa

Karakter bangsa adalah karakter yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia yang sesuai jati diri bangsa Indonesia yaitu Pancasila. .

3. Pembelajaran PPKn

Pembelajaran PPKn adalah interkasi peserta didik dan peserta didik, peserta dididik dan pendidik serta sumber belajaran PPKn (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah).

4. Peserta Didik

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan formal/ sekolah jenjang dasar dan menengah.


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

Konsep penelitian yang akan dibahas dalam deskripsi teori ini yaitu tinjauan tentang Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dan tinjauan tentang pembentukan karakter bangsa. Adapun penjelasan deskripsi teori tersebut sebagai berikut,

1. Tinjauan tentang Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

Untuk menjelaskan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) maka dalam sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), kompetensi Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dan peran Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dalam pembentukan karakter bangsa.

a. Pengertian Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Guru adalah pendidik yang berada di pendidikan formal atau sekolah (Dwi Siswoyo, dkk, 2011: 116). Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal (Ali Mudlofir, 2013: 119). Pengertian guru juga terdapat dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, yaitu pada, yaitu:

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.


(26)

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian guru adalah pendidik profesional yang memiliki tugas mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Guru sebagai pendidik profesional dapat diartikan bahwa guru adalah pendidik profesional yang memiliki motivasi intrinsik yang akan berdampak pada munculnya etos kerja yang unggul yang ditunjukan dalam lima bentuk kerja sebagai, yaitu:

1) Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal,

2) Meningkatkan dan memelihara citra profesi,

3) Memanfaatkan setiap kesempatan pengembangan profesional, 4) Mengejar kualitas dan cita-cita dan profesi,

5) Memiliki kebanggaan terhadap profesinya (Ali Mudlofir, 2013: 32-34).

Sebagai pendidik profesional maka guru adalah jabatan profesi. Guru sebagai jabatan profesi didasarkan pada Pasal 7 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen:

1) Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dialaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:

a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme,

b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia,


(27)

c) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas,

d) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas, e) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi

kerja,

g) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat,

h) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya,

i) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

2) Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak deskriminatif dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa dan kode etik profesi.

Sebagai pendidik profesional seorang guru juga harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan, sehingga guru akan menjalankan tugasnya dengan sebaik-bainya. Ketentuan-ketentuan untuk menjadi guru profesional diatur dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru, yaitu:


(28)

Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Selain diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru, untuk memenuhi kriteria professional, guru juga harus sesuai dengan ketentuan yang ada di Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Untuk menjelaskan pengertian dan tugas guru PPKn, maka terlebih dahulu akan dibahas pengertian PPKn. Secara sederhana tujuan PKn/PPKn adalah membentuk warga negara yang lebih baik (good citizen) dan mempersipakan warga negara untuk masa depan (Cholisin, 2000:15). Menurut Mansoer (Muhamad Erwin, 2013: 2-3) pendidikan kewarganegaraan adalah hasil sentesis antara civic education, democracy education, serta citizhenship yang berlandasakan pada Filsafat Pancasila serta mengandung identitas nasional serta materi tentang bela negara. Dengan hakikat pendidikan kewarganegaraan Indonesia yang berbasis Pancasila tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa pendidikan kewarganegaraan di Indonesia merupakan pendidikan bangsa dan kewarganegaraan yang berhadapan dengan keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, demokrasi, HAM dan cita-cita untuk mewujudkan masyarakat madani Indonesia dengan menggunakan Filsafat Pancasila sebagai alat untuk menganalisisnya. Sedangkan tujuan dari pendidikan kewarganegaraan menurut A. Ubaedillah dan Abdul Rozak (2012: 6) pada dasarnya adalah menjadikan warga


(29)

negara yang cerdas, bermartabat dan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan diperuntukkan sebagai mata pelajaran yang memiliki peran penting sebagai pembangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang religius, dan berkepribadian luhur, berintelektual, serta dapat bersosialisasi dengan baik berdasarkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Berdasarkan uraian di atas maka, dapat disimpulkan bahwa guru PPKn adalah suatu profesi dengan keahlian tertentu yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku guna mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang bertujuan membentuk warga negara yang baik. Melalui guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan peserta didik akan dibimbing menjadi warga negara yang baik dan berkarakter.

b. Kompetensi Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Kompetensi menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1 angka 10 adalah:

Seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.


(30)

Kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Mulyasa, 2013: 62-63). Guru yang tidak memiliki kompetensinya sebagai guru tidak akan dapat menjalankan profesinya secara optimal. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.

1) Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil pembelajaran dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2) Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. 3) Kompetensi sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

4) Kompetensi profesional

Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang menyangkup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang


(31)

menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya (Kunandar, 2011: 75-77).

Kompetensi guru Pendidikan Kewarganegaraan secara spesifik terdapat dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru mata pelajaran PKn, yaitu:

1) Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

2) Memahami substansi Pendidikan Kewarganegaraan yang meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), nilai dan sikap kewarganegaraan (civic disposition) dan keterampilan kewarganegaraan (civic skill).

3) Menunjukan manfaat mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. c. Peran Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan(PPKn)

dalam Pembentukan Karakter Bangsa

Membentuk karakter generasi penerus bangsa identik dengan tugas seorang guru dalam pendidikan nasional. Guru adalah pihak yang memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa. Di tangan para gurulah tunas-tunas bangsa ini terbentuk sikap dan moralitasnya sehingga mampu memberikan yang terbaik untuk anak negeri ini di masa datang (Isjoni, 2009: 3).

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, yaitu pada pasal 1 ayat 1, tugas guru yang utama adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik


(32)

pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Selain itu tugas guru yang lain diataranya, yaitu:

1) Guru sebagai pendidik

Guru sebagai pendidik diartikan bahwa guru harus mampu menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang menyangkup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin (Mulyasa, 2006: 37).

2) Guru sebagai pengajar

Peran guru sebagai pengajar maksudnya adalah guru yang mampu membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari (Mulyasa, 2006: 38).

3) Guru sebagai mediator/ fasilitator

Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses pembelajaran. Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses bembelajaran, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah ataupun surat kabar (Uzer Usman, 2006: 11).


(33)

4) Guru sebagai pembimbing

Peran guru sebagai pembimbing diartikan bahwa guru memiliki peran untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya. Sebagai pembimbing, guru harus berupaya membimbing dan mengarahkan perilaku peserta didik kearah positif dan menunjang pembelajaran (Syaiful Bahri D, 2010: 43).

5) Guru sebagai motivator

Guru sebagai motivator harus mampu membangkitkan motivasi belajar dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut, (1) peserta didik akan bekerja keras kalau memiliki minat dan perhatian terhadap pekerjaannya, (2) memberikan tugas yang jelas dan dapat dimengerti, (3) memberikan pernghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi peserta didik, (4) menggunakan hadiah dan hukuman secara efektif dan tepat guna, (5) memberikan penilaian dengan adil dan transparan (Mulyasa, 2013: 59). 6) Guru sebagai evaluator

Guru sebagai evaluator adalah guru melaksanakan penilaian sebagai kegiatan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat (Uzer Usman, 2006: 11).

7) Guru sebagai pengelola kelas

Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta


(34)

merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasikan. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan (Uzer Usman, 2006: 10).

Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PPKn) membantu peserta didik untuk membentuk pola pikir dan pola sikap sebagai seorang warga negara yang mencerminkan atau selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai karakter bangsa. Termasuk dalam pembentukan watak atau karakter, karena pendidikan kewarganegaraan mencakup nilai-nilai hidup yang khas dari masyarakat sekitarnya, pendidikan kewarganegaraan juga membahas prilaku sosial yang terdapat dalam masyarakat termasuk pembentukan karakter bangsa (Fadil Yudia Fauzi, dkk, 2013: 4). Dari pendapat tersebut maka sebagai seorang guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) juga memiliki tugas dalam pembentukan karakter bangsa yang berisis nilai-nilai hidup yang khas dari masyarakat sekitarnya pada diri peserta didik, sehingga peserta didik akan menjadi warga negara yang berkarakter.

Penilaian warga negara yang memiliki karakter bangsa atau sering disebut warga negara yang baik (good society) tergantung kepada nilai-nilai dari

perspektif konsep skala “ sangat buruk” hingga “ sangat baik”. Warga negara yang

demokratis adalah suatu tipe ideal yang memuat berbagai definisi demokrasi (Samsuri dan Marzuki, 2014: 7). Jadi menjadi warga negara yang memiliki karakter bangsa harus memiliki karakter demokratis sesuai dengan nilai-nilai yang ada pada Pila-Pilar Bangsa Indonesia (Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara


(35)

Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indnesia dan Bhinneka Tunggal Ika).

Dari uraian tersebut maka peran guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dalam upaya pembentukan karakter kebangsaaan peserta didik yaitu melalui pendidikan (mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik), pemberdayaan, pembudayaan dan kerjasama untuk membentuk peserta didik menjadi warga negara yang baik, warga negara yang demokratis sesuai dengan Konsensus Nasional Indonesia.

2. Tinjauan tentang Model Pembentukan Karakter Bangsa

Dalam pembahasan ini akan dibahas beberapa konsep yang mendukung upaya pembentukan karakter bangsa peserta didik. Konsep tersebut meliputi pengertian pembentukan, pengertian karakter bangsa, nilai-nilai karakter bangsa, model pembentukan karakter bangsa dan langkah-langkah membentuk karakter bangsa.

a. Pengertian Pembentukan

Pembentukan adalah sebuah proses, cara, perbuatan membentuk (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 180). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pembentukan adalah proses atau cara guru PPKn dalam pembelajaran PPKn untuk membentuk karakter bangsa peserta didik SMA Negeri 1 Purworejo.

Guru adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak peserta didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun


(36)

kepribadian peserta didik menjadi seseorang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara (Syaiful Bahri D, 2010: 36). Berdasarkan pendapat tersebut maka guru PPKn dalam pembelajaran harus memiliki cara untuk membentuk dan membangun kepribadian peserta didik menjadi seseorang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa dan juga mempersiapkan manusia susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara.

b. Pengertian Karakter Bangsa

Menurut Kamus Bahasa Indonesia karakter memiliki arti tabiat, sifat kejiwaan, akhlah atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lainnya (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 639). Menurut Mulyasa (2013: 4) karakter berkaiatan erat dengan personality atau kepribadian seseorang, sehingga ia bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) jika perilakunya sesuai dengan etika atau kaidah moral.

Secara konseptual, lazimnya, istilah „karakter‟ dipahami dalam dua kubu

pengertian, yaitu yang pertama bersifat deterministik yang mengartikan karakter sebagai sekumpulan kondisi rohaniah pada diri kita yang sudah teranugerahi (given), dengan demikian ia merupakan kondisi yang kita terima begitu saja, tak bisa kita ubah, ia merupakan tabiat seseorang yang bersifat tetap, yang menjadi tanda khusus yang membedakan orang yang satu dengan orang yang lain. Pengertian yang kedua yaitu bersifat non deterministik atau dinamis. Disini karakter diartikan sebagai tingkat kekuatan atau ketangguhan seseorang dalam


(37)

upaya mengatasi kondisi rohaniah yang sudah teranugerahi (given). Ia merupakan proses yang dikehendaki oleh seseorang untuk menyempurnakan kemanusiaanya (Saptono, 2011: 17). Sedangkan menurut Abdul Majid dan Dian Andayani (2013: 12) karakter adalah watak, sifat atau hal-hal yang memang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang, hal yang sangat abstrak pada diri seseorang, sering orang menyebutnya dengan tabiat atau perangai, karakter juga diartikan sebagai sifat batin manusia yang memengaruhi segenap pikiran dan perbuatannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakter adalah kepribadian atau tabiat yang melekat pada diri seseorang yang dapat tercermin dalam setiap tingkah lakunya yang membedakaanya dengan orang lain.

Selanjutnya yaitu pengertian karakter bangsa. Karakter bangsa adalah karakter masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai jari diri bangsa Indonesia yaitu Pancasila (Kementerian Pendidikan Nasional, 2011: 7). Oleh sebab itu untuk menjadi negara yang berkarakter dan bermartabat maka Negara Indonesia harus membentuk karakter bangsa yaitu dengan membentuk masyarakat Indonesia yang memiliki nilai-nilai jati diri bangsa yang ada dalam Pancasila. Upaya untuk membentuk karakter bangsa yaitu melalui pendidikan dan salah satunya yaitu melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).

Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakter bangsa adalah kepribadian atau tabiat nilai-nilai bangsa yang ada dalam Pancasila yang melekat pada diri seseorang yang tercermin dalam setiap tindakannya dalam kehidupan sehari-hari.


(38)

c. Nilai-nilai Karakter Bangsa

Nilai adalah apa yang dianggap bernilai atau berharga yang menjadi landasan, pedoman, pegangan dan semangat seseorang dalam melaksanakan sesuatu (Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi. 2010: 65). Nilai adalah sesuatu apa saja yang dapat memuaskan keinginan manusia, nilai merupakan suatu kenyataan objektif dari hal-hal yang diluar diri manusia maupun suatu kesadaran subjektif berupa sikap dalam diri manusia (Syaiful Sagala, 2013: 7). Jadi nilai adalah sesuatu yang berharga yang menjadi standar dalam bertindak dan bertingkah laku. Nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa telah ada dalam ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Nilai-nilai ini terletak pada setiap sila-sila yang ada dalam Pancasila.

Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila merupakan suatu hal yang berharga yang merupakan standar dalam bertindak dan berkelakuan masyarakat Indonesia. Hal tersebut didasarkan bahwa nilai adalah suatu kualitas atau penghargaan terhadap sesuatu, yang dapat menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang (Bambang Darosoe, 1985: 20).

Nilai-nilai yang ada dalam Pancasila adalah nilai-nilai yang sesuai dengan karakter dan jati diri bangsa Indonesia. Menurut Jarmanto (1982: 121) Pancasila dalah kepribadian bangsa, yang memberikan pegangan hidup bangsa Indonesia dari segi dasar, isi, arah, dan tujuan hidup masyarakat Indonesia. Pancasila yang merupakan sistem nilai yang telah dipilih oleh bangsa Indonesia sehingga memberikan konsekuensi bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila


(39)

digunakan sebagai landasan dan acuan bertindak dalam hidup dan berinteraksi dengan sesama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Menurut Soekarno negara Indonesia memiliki landasan moralitas dan haluan bangsa yang jelas dan visioner. Sebagai basis moralitas dan haluan kenegaraaan-kenegaraan, Pancasila memiliki landasan ontologis, epistimologi, dan aksiologis yang kuat. Setiap sila memiliki justifikasi historitas, rasionalitas, dan aktualitasnya, yang jika dipahami, ditaati, dipercayai, dan diamalkan secara konsisten dapat menopang pencapaian-pencapaian agung peradaban bangsa (Yudi Latif, 2011: 42-46). Oleh sebab itu, menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai acuan dan pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara oleh masyarakat Indonesia adalah suatu hal penting karena akan mebentuk karakter bangsa yang akan menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang bermartabat.

Nilai-Nilai khusus yang terkandung dalam sila-sila Pancasila yaitu:

1) Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, pada dasarnya memuat pengakuan eksplisit akan eksistensi Tuhan sebagai sumber dan pencipta universum. Pengakuan ini sekaligus memperlihatkan relasi esensial antara yang mencipta dan yang diciptakan serta menunjukan ketergantungan yang diciptakan terhadap yang menciptakan.

2) Sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, sesungguhnya merupakan refleksi lebih lanjut dari sila pertama, sila ini meperlihatkan secara mendasar dari negara atas martabat manusia dan sekaligus komitmen untuk melindunginya. Asumsi dasar dibalik prinsip kedua ini adalah bahwa manusia karena kedudukannya, yang khusus diantara


(40)

ciptaan lainnya di dalam universum, mempunyai hak dan kewajiban untuk mengembangkan kesempatan untuk meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Dengan demikian manusia secara natural, dengan akal dan budinya mempunyai kewajiban untuk mengembangkan dirinya menjadi person yang bernilai.

3) Sila ketiga, persatuan Indonesia, secara khusus meminta perhatian setiap warga negara akan hak dan kewajiban dan tanggung jawabnya pada negara. Khususnya dalam menjaga eksistensi negara dan bangsa.

4) Sila keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, memperlihatkan pengakuan negara serta perlindungannya terhadap kedaulatan rakyat yang

dilaksanakan dalam iklim “musyawarah dan mufakat”. Dalam iklim

keterbukaan untuk saling mendengarkan, mempertimbangkan satu sama lain dan juga sikap belajar dan saling menerima dan memberi. Hal ini berarti bahwa setiap orang diakui dan dilindungi haknya untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik.

5) Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, secara istimewa menekankan keseimbangan antara hak dan kewajiban. Setiap warga negara harus bisa menikmati keadilan secara nyata, tetapi iklim keadilan yang merata hanya bisa dicapai apabila struktur sosial masyarakat sendiri adil. Keadilan sosial terutama menurut informasi struktur-struktur sosial, yaitu struktur ekonomi, politik, budaya dan


(41)

ideologi kearah yang lebih akomodatif terhadap kepentingan masyarakat (Syahria Syarbaini, 2010: 38-39).

Nilai-nilai yang tekandung dalam sila-sila Pancasila adalah salah satu nilai-nilai yang harus dijadikan standar berperilaku masyarakat Indonesia, nilai-nilai-nilai-nilai tersebut dapat tercermin dalam perilaku/sikap/tindakan berikut ini:

1) Sila pertama: Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup, saling menghormati dan kebebasan menjalankan ibadat sesuai dengan agama dan kepercayaanya dan tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain. 2) Sila kedua: Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan

kewajiban antara sesama manusia, saling mencintai sesama manusia, mengembangkan sikap tenggang rasa, tidak semena-mena terhadap orang lain, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, gemar melakukan kegiatan kemanusiaan diartikan suka sekali melakukan kegiatan kemanusiaan sehingga setiap manusia dapat hidup layak, bebas dan aman, berani membela kebenaran dan keadilan dan bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap saling menghormati dengan bangsa lain.

3) Sila ketiga: Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau


(42)

golongan, rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, cinta tanah air dan bangsa, bangga sebagai bangsa Indonesia bertanah air Indonesia dan memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka Tunggal Ika.

4) Sila keempat: Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama, musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan, dengan itikad baik dan tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah, musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur dan keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa.

5) Sila kelima: Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan, bersikap adil, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, menghormati hak-hak orang lain, suka memberi pertolongan kepada orang lain, menjauhi suka pemerasan kepada orang lain, tidak bersikap boros, tidak bergaya hidup mewah, tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum, suka bekerja keras, menghargai karya orang lain dan bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial (Srijanti, dkk, 2008: 24-33).


(43)

Nilai-nilai di atas adalah nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila yang telah dirumusakna oleh para pendiri bangsa. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang menjadi dasar falsafah Bangsa Indonesia dan juga merupakan dasar dari penyusunan konstitusi negara Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pancasila adalah suatu dasar yang memiliki landasan ontologis, epistimologis, dan aksiologis yang kuat, yang jika dipahami secara mendalam, diyakini secara teguh, dan diamalkan secara konsisten dapat mendekati

perwujudan “Negara Paripurna”. Kemudian dari sila-sila Pancasila ini dapat

dijadikan pedoman dalam menanamkan nilai-nilai karakter, sehingga nantinya dapat membentuk karakter bangsa yang sesuai dengan kondisi dan alam negara Indonesia (Yudi Latif, 2011: 46-47).

Nilai-nilai inilah yang menjadi dasar untuk membentuk karakter masyarakat, yang salah satunya akan dibentuk melalui pendidikan nsaional. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 9-10), nilai-nilai luhur sebagai pondasi karakter bangsa yang dimiliki oleh setiap suku di Indonesia ini, jika diringkas diantaranya yaitu:

1) Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agam lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2) Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.


(44)

3) Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4) Disiplin: Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja keras: Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6) Kreatif: Berpikir dan melalukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7) Mandiri: Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8) Demokratis: Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9) Rasa ingin tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.

10) Semangat bangsa: Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11) Cinta tanah air: Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik. Sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.


(45)

12) Menghargai prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan suatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13) Bersahabat/komunikatif: Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.

14) Cinta damai: Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15) Gemar membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16) Peduli lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17) Peduli sosial: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18) Tanggung jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya) negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Nilai-nilai yang telah disebutkan di atas adalah nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang harus dimiliki


(46)

masyarakat Indonesia agar masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang berkarater yang sesuai dengan jati diri bangsanya.

d. Model-Model Pembentukan Karakter Bangsa

Salah satu wahana untuk membentuk karakter peserta didik yaitu sekolah. Pendidikan karakter di sekolah menurut Thomas Lickona akan berjalan efektif dan efisien jika menggunakan desain dalam pemogramannya. Tanpa tigas basis tersebut program pembentukan karakter di sekolah hanya menjadi wacana. Desain-desain tersebut meliputi;

1) Desain pendidikan karakter berbasis kelas 2) Desan pendidikan karakter berbasis sekolah 3) Desain pendidikan karakter berbasis komunitas

(Thomas Lickona, 2012: 60-61)

Berdasarkan pendapat tersebut maka guru memiliki tugas membentuk karakter bangsa peserta didik yaitu dengan desain pendidikan berbasis kelas. Desain ini berbasis pada hubungan guru sebagai pendidik dan peserta didik sebagai pembelajar di dalam kelas. Hubungan guru dan peserta didik bukan monologi, melainkan dialog dengan banyak arah, sebab komunikasi kelas terdiri dari guru dan peserta didik yang sama-sama berinteraksi dengan materi (Thomas Lickona, 2012: 60). Berdasarkan penjelasan tersebut maka dalam pembelajaran PPKn yang dilakukan oleh guru dan peserta didik juga dapat dijadikan sarana untuk membentuk karakter bangsa peserta didik, selain materi mata pelajaran PPKn adalah mata pelajaran yang memuat pendidikan karakter.


(47)

Model menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pola dari sesuatu yang akan dilakukan atau dibuat (2008: 964). Jadi model pembentukan karakter bangsa adalah pola yang dilakukan untuk membentuk karakter bangsa pada peserta didik. Sedangkan model pembelajaran menurut Joyce dan Weil adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas (Rusman, 2014:133).

Dalam proses pembentukan karakter bangsa, guru PPKn juga dapat menggunakan metode-metode pembentukan karakter menurut Howard Kirschenbaum. Howard Kirschenbaum menyebutkan lima metode untuk dapat meningkatkan karakter seseorang, yaitu:

1) Inculating values and morality (penanaman nilai-nilai dan moralitas), 2) Modeling values and morality (pemodelan nilai-nilai moralitas), 3) Facilitating values and morality (memfasilitasi nilai-nilai moralitas), 4) Skills for values development and moral literacy (keterampilan untuk

pengembangan nilai dan literasi moral), dan

5) Developing a values education program (mengembangkan program pendidikan nilai) (Marzuki, dkk, 2010: 6).

Sedangkan model-model pembentukan karakter yang dapat dilakukan melalui model-model yang dirumuskan oleh Marry M Williams yaitu:

1) Model pengajaran langsung (direct instruction), yaitu model penanaman nilai yang kepada generasi muda dengan keutamaan-keutamaan (kebajikan) yang ada di masyarakat, sehingga fokusnya adalah latihan pembiasaan atau perilaku keutamaan (kebajikan) (Samsuri, 2011: 11).

2) Model pengajaran tidak langsung (indirect instruction), yaitu model penanaman nilai yang menekankan pada pemahaman anak (model


(48)

Kohlberg) dan perkembangan sosial-moral (model Piaget) yang membentuk interaksi personal teman sebaya di bawah panduan perhatian orang dewasa (Samsuri, 2011: 11).

3) Model yang menekankan pembangunan komunitas (community building), yaitu model yang menekankan kepada lingkungan dan hubungan kepedulian serta atas pembentukan komunitas-komunitas moral (Samsuri, 2011: 11).

Selain itu Halstead dan Taylor (Samsuri, 2011: 112) menjabarkan dua model pendidikan karakter yaitu:

1) Model pendidikan karakter melalui kehidupan sekolah/kampus, visi misi sekolah/kampus, teladan guru/dosen, dan penegakan aturan-aturan dan disiplin. Model ini menekankan pentingnya dibangun kultur sekolah/kampus yang kondusif untuk penciptaan iklim moral yang diperlukan sebagai direct instruction, dengan melibatkan semua komponen penyelenggara pendidikan.

2) Model penggunaan metode dalam pembelajaran. Metode-metode yang dapat digunakan yiatu metode yang dapat menempatkan nilai-nilai kebijakan ke dalam praktek kehidupan sebagai sebuah pengajaran bersifat formal.

Kementerian Pendidikan Nasional juga memberikan beberapa strategi untuk melakukan pendidikan karakter untuk membentuk karakter bangsa. Pendekatan yang dilakukan Kementerian Pendidikan Nasional (2011:12) yaitu 1) stream top down, strategi ini dilakukan dengan bekerjasama dengan pemerintah daerah yang


(49)

terwujud dalam kegiatan sosialisasi, pengembangan regulasi, pengembangan kapasitas, dan implementasi serta kerjasama; 2) stream battom up, pembangunan pada strategi ini pemerintah memberikan bantuan teknis pada sekolah-sekolah yang telah mengembangkan dan melaskanakan pendidikan karakter sesuai dengan ciri khas di lingkungan sekolah tersebut ; dan 3) stream revitalisasi program, yaitu merevitalisasi kembali program-program kegiatan pendidikan karakter dimana pada umumnya banyak terdapat pada kegiatan ekstrakurikuler yang sudah ada da serat dengan nilai-nilai karakter. Ketiga strategi/pendekatan tersebut hendaknya dilaksanakan secara terintegrasi dalam keempat pilar penting pendidikan karakter di sekolah yaitu kegiatan pembelajaran di kelas, pengembangan budaya satuan pendidikan, kegiatan ko-kurikuler, dan ekstrakurikuler (Kementerian Pendidikan Nasional, 2011: 13).

Selain itu pendidikan karakter juga dilaksanakan dengan strategi pelanksanaan di satuan pendidikan yang merupakan suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasidalam pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum oleh setiap atuan pendidikan (Kementerian Pendidikan Nasional, 2011: 14). Agar pendidikan karakter dapat dilaksanakan secara optimal maka dilakukan dengan beberapa lagkah yaitu:

1) Sosialisasi ke stake holders (komite sekolah, masyarakat, lembaga-lembaga),

2) Pengembangan dalam kegiatan sekolah, yiatu integrasi dalam mata pelajaran, integrasi dalam muatan lokal, dan pada kegiata pengembanga diri,


(50)

3) Kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dalam kerangkan pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan belajar aktif seperti pendekatan belajar kontekstual, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah dan lain sebagainya,

4) Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, 5) Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler, dan

6) Kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat (Kementerian Pendidikan Nasional, 2011: 14-16).

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dibentuk oleh pemerintah dengan menekankan pada pengembangan kompetensi afektif/sikap peserta didik. Kurikulum 2013 telah diterapkan dibeberapa sekolah di Indonesia sejak tahun 2013 samapai sekarang. Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Dalam Kurikulum 2013 model pembelajaran yang digunakan adalah model discovery learning, project-based learning, problem-based learning dan inquiry learning (lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudaaan Nomor 103 Tahun 2014)

1) Discovery learning

Model Discovery learning adalah model pembelajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa untuk memahami struktur atau ide-ide kunci sutau disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa dalam proses belajara dan keyakinan bahwa dalam pembelajaran sejati terjadi melalui proses personal discovery (penemuan pribadi). Dalam model ini guru berperan sebagai pembimbing dengan


(51)

memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif. Model discovery learning mempunyai prinsip yang sama dengan model

inquiry learning dan problem solving, pada discovey leraning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui dan masalah yang dikaji oleh peserta didik bisa saja direkayasa oleh guru (H. Asis Saefudin dan Ika Berdiati, 2014: 56). 2) Project-based learning

Model pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Pembelajaran berbasis proyek menfokuskan aktivitas peserta didik untuk melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis dan informasi untuk menghasilkan bebagai bentuk hasil belajar (H. Asis Saefudin dan Ika Berdiati, 2014: 58)

3) Problem-based learning

Model pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) adalah model pembelajaran yang mengarahkan peserta didik pada pemecahan masalah. Guru berperan memfasilitasi dengan mengajukan permasalahan dan memotivasi peserta didik untuk melakukan penyelidikan dan penemuan. Tahap-tahap model problem-based learning meliputi: a) mengorientasikan peserta didik terhadap masalah, b) mengorientasikan peserta didik untuk belajar, c) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, d) mengembangkan dan


(52)

menyajikan hasil karya, dan e) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (H. Asis Saefudin dan Ika Berdiati, 2014: 53-55) 4) Inquiry learning

Model pembelajaran inkuiri (Inquiry learning) model pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan proses berpikir secara sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: a) merumuskan masalah, b) mengajukan hipotesis, c) mengumpulkan data, d) menguji hipotesis dan e) membuat kesimpulan (Nunuk Suryani dan Leo Agung, 2012: 77).

Upaya guru PPKn dalam membentuk karakter bangsa peserta didik juga harus sesuai dengan aturan pedukung pelaksanaan Kurikulum 2013. Peraturan pendukung tersebut khususnya yaitu peraturan yang mengatur tentang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran, misalnya yaitu Permendikbud Nomor 103 dan 104 tahun 2014 dan Permendikbud Nomor 53 tahun 2015.

Pembentukan karakter pada peserta didik sesungguhnya menjadi tugas dari pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan. Tetapi untuk membentuk karakter bangsa peserta didik adalah tugas utama guru PPKn. Pembentukan karakter oleh guru PPKn terjadi pada saat proses pembelajaran PPKn.

Model pembelajaran pendidikan kewarganegaraan (civic education) menurut Murray Print terdapat empat kategori utama model pembelajaran yang terbagi dalam dua dimensi yaitu dimensi tingkat orientasi aktivitas pelajar (antara aktif partisipasi dan pasif kognitif) dan dimensi cerminan dari konteks pembelajaran


(53)

yang dilakukan oleh guru (antara pembelajaran di dalam kelas dan pembelajaran di luar kelas) (Winarno, 2013: 85-86).

Sedangkan empat kategori utama model pembelajaran PPKn yang menjadi bagian dari dua dimensi yang telah disebutkan di atas adalah

1) Class based-passive cognitive pedagoggies. Dalam model ini dicirikan dengan adanya pelajar yang pasif. Guru merencanakan pelajaran yang bersifat mendorong peserta didik menjalankan keterampilan kognitif. Di dalam kelas, strategi ini menekankan pada pembelajaran tradisional, dan adanya ekspositori dari guru. Contoh-contoh model dalam kategori ini mencakup ekspositori, analisis dokumen, studi kasus, diskusi, presentasi video dan film. Strategi ini lebih bersifat teacher centered, menekankan pada mengalirnya pengetahuan dari guru kepada pelajar (peserta didik). Dalam tradisi social studies, kategori ini diberi label

sebagai pendekatan “transmission”. Dalam pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan terjadi “citizenship transmission” (Winarno, 2013:

86).

2) School based, passive cognitive pedagogies. Kategori ini masih dicirikan dengan orientasi yang bersifat kognitif dan pelajar yang pasif. Bedanya bahwa pembelajaran menekankan pada pengelompokkan peserta didik tidak sebatas dalam ruang kelas, tetapi kelompok kelompok dalam satu tahun. Misalnya, menyambut hari Kemerdekaan Nasional, peserta didik kelas VIII mendengarkan ceramah umum dari seorang mantan pejuang bangsa. Dalam strategi ini, peserta didik masih


(54)

bersifat pasif, menerima dan aktivitas belajarnya masih dalam pengertian tradisional. Meskipun demikian, strategi ini telah membelajarkan peserta didik untuk menyatu sebagai komunitas. Hal ini tentu saja merupakan kebaikan bagi peserta didik (Winarno, 2013: 86). 3) Class based-participative active pedagogies. Menekankan pada

participatory activities seperti simulasi, debat, role playing, dan pembelajaran kooperatif. Ciri-ciri mendasar dari strategi ini di dalam kelas adalah guru menyeleksi aktivitas dan merancangnya sehingga peserta didik bisa berpartisipasi aktif, tugas dirancang sebagai masalah untuk dipecahkan, peserta didik bekerja sama untuk menemukan dan memecahkan masalah, dan aktivitas yang dijalankan kelas di bawah pengawasan guru (Winarno, 2013: 87).

4) School based-participative active pedagogies. Sebagai strategi pedagogi yang menekankan pada partisipasi aktif dari peserta didik dalam konteks yang lebih luas, tidak hanya dalam kelas. Misalnya, mengajak peserta didik melakukan perjalanan ke gedung parlemen. Strategi ini juga dicirikan dari adanya partisipasi peserta didik dalam jumlah yang lebih besar. Kegiatan ekstrakurikuler juga bisa ditemukan dalam strategi ini. Strategi ini tidak lagi dominan dari seorang guru, tetapi telah menjadi dominan kegiatan sekolah (Winarno, 2013: 87). e. Langkah-Langkah Pembentukan Karakter Bangsa

Tujuan Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan (PPKn) pada dasarnya adalah menjadikan warga negara Indonesia yang cerdas, bermartabat dan aktif


(55)

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (A. Ubaedillah dan Adbul Rozak, 2012: 6). Hal tersebut juga termasuk membentuk karakter warga negara sesuai dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika adalah tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan.

Membentuk karakter bangsa tidap dapat dilaksanakan dengan mudah. Karakter pada diri seseorang terbentuk dari proses yang panjang dan dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukannya. Menurut Pupuh Fathurrohman, dkk (2013: 21) suatu karakter akan terbentuk atau dapat diberdayakan dengan proses yang panjang, bukan hanya diawali oleh proses berpikir yang menetap yang memiliki nalar kecerdasan yang berjalan normal, tetapi telah terbentuknya pengetahuan dan daya pikir yang cerdas.

Pendidikan karakter di sekolah lebih banyak berurusan dengan penanaman nilai. Terdapat lima unsur dalam menanamkan nilai di sekolah, yaitu:

1) Mengajarkan

Salah satu unsur penting dalam pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai, sehingga anak didik memiliki gagasan konseptual tentang nilai-nilai pemandu perilaku yang bisa dikembangkan dalam pengembanga karakter pribadinya.

2) Keteladanan

Tumpuan pendidikan karakter ada pada guru. Konsistensi dalam mengajarkan pendidikan karakter tidak sekedar melalui apa yang dikatakan melalui pembelajaran di kelas, melainkan nilai itu juga tampil


(56)

dalam diri sang guru, dalam kehidupannya yang nyata di luar kelas. Karakter guru menentukan (meskipun tidak selalu) warna kepribadian peserta didik.

3) Menentukan prioritas

Lembaga pendidikan memiliki prioritas dan tuntutan dasar atas karakter yang ingin diterapkan di lingkungan meraka. Pendidikan karakter menghimpunkan banyak kumpulan nilai yang dianggap penting bagi pelaksanaan dan realisasi atas visi lembaga pendidikan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan mesti menentukan tuntutan standar atas kinerja kelembagaan mereka.

4) Praksis prioritas

Unsur lain yang sangat penting bagi pendidikan adalah bukti dilaksankannya prioritas nilai pendidikan karakter tersebut. berkaitan dengan tuntutan lembaga pendidikan atas prioritas nilai yang menjadi visi kinerja pendidikannya, lembaga pendidikan mesti mampu membuat verifikasi sejauh mana visi sekolah telah dapat direalisasikan dalam lingkup pendidikan skolastik melalui berbagai macam unsur yang ada di dalam lembaga pendidikan itu sendiri.

5) Refleksi

Karakter yang ingin dibentuk oleh lembaga pendidikan melalui berbagai macam program dan kebijakan senantiasa perlu dievaluasi dan direfleksi secara berkesinambungan dan kritis. Sebab, sebagaimana


(57)

yang tidak layak dihayati”. Tanpa ada usaha untuk melihat kembali sejauh mana proses pendidikan karakter ini direfleksi, dievaluasi, tidak akan pernah terdapat kemajuan (Doni Koesoema. 2007: 212-217). Menurut Character Education Partnership dalam Samsuri (2011:11) telah dikembangkan standar mutu pendidikan karakter sebagai alat evaluasi diri terutama bagi lembaga pendidikan (sekolah/kampus), yaitu:

1) Mempromosikan inti nilai-nilai etis sebagai dasar karakter yang baik (nilai-nilai etis yang pokok dapat berasal dari ajaran agama, kearifan lokal, maupun falsafah bangsa),

2) Mengartikan “karakter” secara utuh termasuk pemikiran, perasaan dan

perilaku,

3) Menggunakan pendekatan yang komperhensif, bertujuan dan proaktif untuk perkembangan karakter

4) Menciptakan suatu kepedulian pada masyarakat kampus/sekolah, 5) Memberikan para pesrta didik peluang untuk melakukan tindakan

moral,

6) Memasukan kurikulum akademik yang bermakna dan menantang dengan menghormati semua peserta didik, mengembangkan kepribadiannya dan membantu mereka berhasil,

7) Mendorong pengembangan motivasi diri peserta didik,

8) Melibatkan staf/karyawan kampus (sekolah) sebagai komunitas pembelajaran dan moral yang berbagai tanggungjawab untuk pendidikan karakter serta berupaya untuk mengikuti nilai-nilai inti yang sama yang memandu pendidikan peserta didik,

9) Memupuk kepemimpinan moral dan dukungan jangka panjang terhadap inisiatif pendidikan karakter,

10) Melibatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pebangunan karakter,

11) Menilai karakter kampus, fungsi staf kampus (sekolah) sebagai pendidikan karakter dan memperluas kesempatan para peserta didik untuk menampilkan karakter yang baik.

Dengan demikian sebelas prinsip tersebut menegaskan bahwa pendidikan karakter itu akan efektif jika: (1) dilakukan secara aktif, (2) untuk individu-individu dan (3) demi masyarakat yang baik.

Membentuk karakter bangsa juga harus didukung oleh semua pihak, bukan hanya tanggung jawab guru di sekolah, tetapi juga tanggung jawab orang tua dan


(58)

masyarakat. Karakter bangsa peserta didik dapat terbentuk jika ada contoh atau teladan yang ia tiru di lingkungan sekitarnya. Sama halnya dengan pendidikan karakter yang dilakukan juga oleh mata pelajaran Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan, dalam membentuk karakter peserta didik guru perlu mengajarkan menjadi teladan yang baik untuk peserta didik, sehingga peserta didik akan memiliki karakter yang baik sesuaai dengan jati diri bangsa Indonesia.

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya yaitu:

1. Hasil penelitian Dwi Putri Noviani tahun 2014, dalam bentuk skripsi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakartayang. Skripsi tersebut berjudul Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembentukan Karakter Kebangsaan Siswa Madrasah Tsanawiyah Ali Maksum Krapyak Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) implementasi PKn dalam pembentukan karakter bangsa siswa di MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta meliputi tiga proses penting mulai dari penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran. Implementasi tersebut secara implisit menunjukkan adanya rangsangan yang mampu mendorong terjadinya transformasi nilai-nilai karakter dalam membentuk karakter siswa, meskipun dalam pembentukan karakter bangsa belum


(1)

Mengetahui Purworejo, 4 Januari 2016

Kepala SMAN 1 Purworejo Guru Mata Pelajaran

Padmo Sukoco,M.Pd Kadar Murtiningtyas,SH


(2)

Lampiran 6. Daftar Nama Guru SMA N 1 Purworejo

No NIP Nama Mata Pelajaran

1 196407181987031010 Padmo Sukoco,M.Pd Kepala Sekolah 2 196010051987032006 Dra. Budiastuti S, M. Pd Kimia

3 196209101986011004 Baroto, S. Pd. BK 4 196406101988031008 Budi Tauladan, S. Pd Sejarah 5 196301081993032002 Dra. Kusnapsiyah Biologi 6 196601311990012001 Ary Wahyuni, S. Pd Fisika 7 196910251997022003 Kun Endah S, S. Pd PPKn

8 196809171998022003 Dra. Hj. Umi Istaiyah, M.Pd Bhs. Indonesia 9 197510221999031006 Cahyo Winarno, S. Pd. Biologi

10 196801092003121001 Agus Prasetya Gunawan, S.Pd Kimia 11 197608202005012007 Ainun Hamidah, S.Pd Matematika 12 198006122009022007 Yuni Isroqwati, S. Pd. Bahasa Jawa 13 196004031987031010 Drs. Gunawan Widyatmoko, M.M Geografi 14 195802051984032002 Dra. Tati Hartini Ekonomi 15 196205201986032007 Dra. Niken Suci Rahyani Keterampilan 16 195907191987032004 Dra. Tri Kadarsih Olahraga 17 196309031988031011 Erwin Sudarmono, M. Si Seni Musik 18 196001011986032011 Dra. Sri Suhartini BK

19 196210151990032008 Dra. Th. M. Endrati S. Matematika 20 195803181981032006 Sri Nur Retnaningdasih, S. Pd Matematika 21 195509061981032005 Pamilarsih, S. Pd Ekonomi 22 196302051987031016 Drs. Munif Afianto, M. Pd Olahraga 23 196002131986031010 Drs. Pujono Matematika 24 196404061990031008 Drs. Jumardi BK


(3)

25 196608231990032005 Dra. Titik Istiqomah Pend. Agama 26 196305181986012004 Purborini, S. Pd Fisika

27 196405121989011001 Pranata, M. Pd Fisika 28 196409251990031004 Subagyo DS, S. Pd Bhs. Inggris 29 195912251983041001 Mudji Walujo, S. Pd Sejarah 30 195512141982021001 Restu Winarno, S. Pd Fisika 31 197003261994122003 Umi Ambarwati, S. Pd Bhs. Jerman 32 197206271999031004 Eko Hendarto, S. Pd, M.Pd Bhs. Inggris 33 196601061988032009 Endang Hadiyati, S. Pd Matematika 34 196308281995122002 Dra. Sri Marilin AW. Bhs. Indonesia 35 197004291997022002 Partinem, M. Pd Bhs. Indonesia 36 197003181998021003 Subagyo W, S. Pd Bhs. Inggris 37 195707011986111001 Ismartoyo, S.Sn Karawitan 38 196308062000031002 Drs. Hendro Triatmojo Geografi 39 197207192005012007 Sih Mahanani, S. Pd Biologi 40 196901082005011007 Prijobekti Prasetijo, S. Pd Sejarah 41 196709022005011003 Suprayitno, S. Pd Olahraga 42 197210232005012009 Suprihatin, S. Pd Bhs. Inggris 43 196910172005011008 Jazim Wahyudi, S. Pd Matematika 44 197612202005012016 Enny Ratriastuti, S. Sos Sosiologi 45 197903292005012014 Retno Wijayanti, M. Pd Fisika 46 196710302005011004 Drs. Subagyo Geografi 47 197804022005012011 Trisni Atmawati, S.Si Biologi 48 197906082007012012 Tri Yuniarti RK, S. Pd Bhs. Inggris 49 197403212007012006 Saptati Retno W, M. Pd Ekonomi 50 197611122008011007 Sunardi, M. Pd Bhs. Indonesia


(4)

51 197705172009022004 Kristanti Sri Purwati, S. Sn Seni Tari 52 198001272008012008 Kadar Murtiningtyas, SH PPKn 53 197708242014062002 Sugiati, S. Pd PPKn


(5)

PEM DRINTAH KABUPATEN PURWOREJO

DINAS PENDIT'{KAN KEBUDAYAAN PEI\{UDA DAN OLAHRAGA

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 PURWORB'O

-re,an Tentara Pelajar 55 trurworejo 54 1 1 4

Telepon 0275ir 321537 &,321'241 Fax: (0275) 321537

E-mail : sma 1 p$ i(r.riahoo. com Website h,ttp : sma 1 purwore io. sch.id

Bffi

039

SURAT KETERAITGAN

I[omor

:

423,4

|o,66:g

I

2o16

Dasar : Surat dari Kantor Penanaman Modal Perizinan Terpadu Kabupaten F\lrworejo Nomor A72

I

053

/

zQ'j 6, tertanggal 28 Januari 2016 perihal Izin Riset

t

Penelitian Kepa-la SMA Negeri 1 Purworejo menerangkan bahwa mahasiswa dibawah

ini

:

Nama NIM

Jurusan

Universitas

: Dewi N rrwidiani Wakhidah

:12401)+4016

: Pendid,kan Kewarganegaraan

: Universitas Negeri Yogzakarta

Judul

Penelitian

:Model pembentukan

Karakter

Kebangsaan

Peserta Didik

Dalam Pembelajaran PPKn

di

SMA Negeri 1 Purwore;o

Telah melaksanakan Penelirian

mulai

tanggal 28

Januari

2016 sampai clengan

tanggal 28

April

2016 dengan baik

di

SMA Negeri 1 Purworejo.

Demikian surat

keterangan

ini

dibuat

untuk

dapat

dipergunakan

seperlunya.

Ditetapkan

di

: Funn,orelo

tanggal

: 26 Met 2016

NEGERI 1 PURWORE.IO

O SUKOCO, M.Pd"

Pembina

Tk.I

Tembusan :

1

Komite Sekolah

2

Arsip

f


(6)

PEMERINTAH

KABUPATEN

PURWOREJO

KANTOR PENANAMAN

MODAL

DAN PERIZINAN TERPADU

Jl. Urip Sumoharjo No. 6 Purworejo Kode Pos

54111

/ Telp. (0275) 3252A2 Fax. {0275} 3252A2 Email : kpmpt@purworejokab.go.id

IzI\

RISET I

SURVEY /

PKL

NOMOR : A12|O5312O16

i Dasar

; 1.

PeraturanDaerah *iabupatenPuruorejo Nomor' 18 Tahun 2012 tentang Otgaitisasi dan

Tata Kerja Peratrg,':at Daerah Kabupaten Purworejo (Lembaran Daerah Kirbupaien Punnorejo Tahun 012 Nornor 17).

Z"

Peraturan Bupati Puntorejo Nomor 44 Tahun 2014 tentang Pendegelasian Wewenang Penerbitan Bebera.ra Jenis Izin Kepada Kantor Penanaman Moclal dan Pcrizinan Terpadu

I( abupaten Pu rrvo, ri tr.

ir.

Menunjuk

:

Surat dari Universitas },egeri Yogyakarta }-lornor:225r'{lN.34.14lPLl20l6 Tanguai 2{' Janr,rari

201 6

Iii

Bupati Pur-worejo tr"remberi lzin unfiik nelaksanakan Risetl Suneyi PKL dalanr Wilayah Kabripateri Punvorejo kepada :

*

Nama

+

Peke{aan

+

NIM,SIIPIKTPI dll.

+

Instansi i lJniv,/Pcrg. Tinggi

+

Jurusan

+

Program Studi

+

Alamat

+

No. Telp.

+

Penanggung Jawab

*

Maksud / Tujuan

+

Judul

*

l-ol<asi

+

Lama Penelitian

+

Jumlah Peserta

Dengan ketentuan - ketentuan sebagai ;erikut :

a.

Pelaksanaan tidak disalahgunakan ,urtuk tujuan tertenlu yang dapat mengganggu stabilitas daerair.

b.

Sebelum langsung kepada respond' n maka terlebih dahulu melapor kepada :

L

Kepala Kantor Kesbangpol Kat upaten Purvvorejo

2.

Kepala Pemerintahan setelnpat Camat, Kades / Lulah )

c"

Sesudah sclesai mengadakan Pene itian supaya rnelaporkan hasilnya Kepada Yth. Bupatr llnruorejo CQ,

Kepala KPI\{PT, dengan tembtisan BAPPEDA Kab. Purrnorejo

Surat

Ijin

ini berlaku tanggal 28 Januari 2016 sampai dengan tanggal2S April 2076. Dewi Nurwidiani Wakhidah

Mahasiswa 12401244816

Universitas Negeri Yogyakarta

P endidikan Kewarganegnan

Pendidikan Kewargane gzraafi dan Hukum

Dewi RT.001 RW.002 Kec. Bayan Kab. Furworejo 08s869655130

Dr. Marzuki,M.Ag Penelitian

Model Pembentukan Karakter Kebangsaan Peserta Didik Dalam Pembelajaran PPKn di SMA Negeri 1 Furworejo

SMA negeri 1 Purworejo

3 Bulan

Dikeluarkan

: Purworejo

PadaTanggal :28 Januari 2016 I*m&qlsq$ " dkirim kry*da Yth :

?. KepaXa Sryp*dr Kabupatm R:rurcrej+;

?= K*pal* Kesbargp* safo " **rar.m*fcr; l- Ka-

*idi*ec&tr*

Kah- Funrr:r*jn;

{

Ka- S1^{ $egd I Pur,a,c,rejo; 5"

Dek

Fakrrttas Ilsnu Sosid

Uhf':

a.n. BUPATI PURWOREJ0

KEPALA KANTOR

AN MODAL DAN PERIZINAN "TERPADU K AB UPATEIT{' PURWOR E JC}

Ur

il

i

iR PRIYO LITOjI{O, S.-{o:E

Pernbina Tk. I

NIP. 1964A724 1986r

I

I 001 PENAN