Peranan Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban dalam Penilaian Kinerja Pusat Biaya PT. Sang Hyang Seri (PERSERO) Kantor Regioanl IV

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

TINJAUAN TERHADAP

MANFAAT AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN

SEBAGAI ALAT PENILAIAN KINERJA

PUSAT BIAYA PRODUKSI

PT SANG HYANG SERI ( PERSERO)

KANTOR REGIONAL IV

Olleehh:: N

NAAMMAA :: IIMMEELLDDAAOOCCTTOORRAASSIIPPAAHHUUTTAARR N

NIIMM :: 004400552222119988 D

DEEPPAARRTTEEMMEENN :: AAKKUUNNTTAANNSSII

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi Saya yang berjudul ” Peranan Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban dalam Penilaian Kinerja Pusat Biaya PT Sang Hyang Seri ( PERSERO) Kantor Regioanl IV” adalah benar hasil karya Saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program Ekstension S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, Saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan,

Yang membuat Pernyataan,

Imelda Octora Sipahutar NIM : 040522198


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, sukacita dan pertolongan- Nya yang membantu penulis menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: “Tinjauan Terhadap Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Penilaian Kinerja Pusat Biaya Produksi pada PT Sang Hyang Seri (Persero)” sebagai syarat dalam menempuh ujian komprehensif Sarjana Ekonomi (S-1) Jurusan Akuntansi Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, mengingat keterbatasan pengalaman dan pengetahuan penulis. Namun salah satu kebahagian terbesar dalam penyusunan skripsi ini adalah bekerja sama dengan pihak-pihak yang tidak hanya menyumbangkan waktu, perhatian juga hati dan jiwa mereka khususnya penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya untuk mamaku yang tercinta buat segala cintanya yang luar biasa, dukungan, dan doanya buat penulis selama beliau hidup dan walaupun beliau telah tiada tapi penulis masih merasakan kasih sayangnya hingga saat ini.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini atas pengabdian dan sumbangan mereka , yang tanpa itu semua, skripsi ini tak mungkin tercipta :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara & Ibu Dra. Mutia Ismail,


(4)

MM. Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu dalam mengarahkan, membimbing dan memberikan saran.

4. Seluruh staff Dosen Pengajar Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh pengurus perpustakaan, staf administrasi, staf akademik dan seluruh karyawan Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Jurnalis selaku Kepala Bagian Akuntansi pada PT Sang Hyang Seri dan Bapak Andar Tambunan selaku Kepala Sub Bagian Akuntansi yang telah meluangkan waktu, kesabaran, dan tenaganya buat penulis serta staff lainnya yang telah memberikan dukungan dan bantuan.

7. Kedua Orang Tua yang tercinta dan tersayang walaupun mereka telah tiada, serta keluarga-keluargaku terutama kakakku Vera M.S.

8. Johanes Mansur Surbakti, suami tercinta yang selalu setia memotivasi dan mendukung dan berdoa buat penulis.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang memerlukannya.

Medan, 20 Februari 2010


(5)

ABSTRAK

Dewasa ini, perusahaan dihadapkan pada persaingan yang ketat, perusahaan dituntut harus mampu memperoleh dan mengelola sumber-sumber daya ekonomi yang dimiliki secara efektif dan efisien. Salah satunya adalah pengendalian terhadap biaya produksi. Untuk itu diperlukan suatu alat bagi manajemen dalam mengelola biaya produksi, yaitu akuntansi pertanggungjawaban untuk selalu bertanggungjawabn atas wewenang yang diterimanya, termasuk masalah biaya yang terdapat dalam anggaran yang telah dibuat sebelumnya oleh masing-masing manajer pusat pertanggungjawaban untuk memudahkan pimpinan menilai kinerja manajer yang bersangkutan.

Metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah metode analisis diskriptif dengan pendekatan penelitian melalui studi kasus. Sedangkan untuk memperoleh data, dilakaukan penelitian lapangan dan didukung dengan penelitian kepustakaan.

Hasil yang diperoleh penulis dari penelitian ini adalah akuntansi pertanggungjawaban di PT Sang Hyang Seri bermanfaat dalam menilai kinerja manajer pusat biaya produksi. Hal tersebut dapat dibuktikan dari adanya Penerapan syarat-syarat akuntansi pertanggungjawaban di PT Sang Hyang Seri dengan adanya stuktur organisasi dan wewenangnya, pengklasifikasian kode rekening, anggaran yang disusun, dan adanya laporan pertanggungjawaban juga penggunaan informasi akuntansi pertanggungjawaban dalam menilai kinerja manajer pusat biaya produksi dengan adanya informasi anggaran biaya produksi, realisasi, dan selisihnya serta penyajian anggaran kuantitas produksi dan realisasinya.


(6)

ABSTRACT

Nowadays, the companies involved in a tight competition. The company must have and manage the economic resources effectively and efficiently. One of the efforts is production cost control. Therefore it need a tool for a management in production cost, i.e. accounting in liability include the cost based on the budget prepared by the accountability central manager to enable top management appraise the work unit managers.

The research method applied by the writer is descriptive analysis by research approach in a case study. While to collect more data, the field research and library research were conducted.

The Results of this study is the accountability at PT Sang Hyang Seri is useful to appraise the manager of production cost. This indicated by the application of accountability requirement at PT Sang Hyang Seri in a structure of organization and liabilities, classification of account code, budgeting and there is responsibility on using of accounting information to appraise the manager of production cost based on production budget, realization and its difference and presentation of production quantity and its realization.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Dan Pengertian Biaya Produksi ... 5

2.3 Ruang Lingkup Akuntansi Pertanggungjawaban ... 7

2.3.1 Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban ... 7

2.3.2 Tujuan & Manfaat Akuntnasi Pertanggungjawaban ... 8

2.3.3 Karakteristik Akuntansi Pertanggungjawaban ... 10


(8)

2.3.4.1 Pengertian Pusat Pertanggungjawaban ... 11

2.3.4.2 Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjawaban ... 12

2.3.5 Syarat-Syarat Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban ... 12

2.3.5.1 Stuktur Organisasi Sebagai Pola Pendelegasian Wewenang ... 13

2.3.5.2 Pengertian Biaya Terkendali Dan Biaya Tidak Terkendali ... 14

2.3.5.3 Klasifikasi Dan Kode Rekening Untuk Akuntansi Pertanggungjawaban ... 16

2.3.5.4 Sistem Pelaporan Dalam Akuntansi Pertanggungjawaban ... 19

2.4 Anggaran Sebagai Alat Perencanaan Dan Pengendalian Dalam Akuntansi Pertanggungjawaban ... 22

2.4.1 Pengertian Anggaran ... 22

2.4.2 Karekteristik Anggaran ... 23

2.4.3 Penyusunan Anggaran ... 24

2.4.4 Manfaat Dan Keterbatasan Anggaran ... 25

2.4.5 Syarat-Syarat Anggaran Yang Baik ... 26

2.4.6 Hubungan Anggaran Dengan Akuntansi Pertanggungjawaban ... 27 2.5 Pen 2.5.1 Pengertian Penilaian Kinerja ... 27

2.5.2 Manfaat Penilaian Kinerja ... 28


(9)

2.5.4 Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban Dalam

Menilai Kinerja ... 29

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 32

3.1.1 Sejarah Dan Perkembangan Perusahaan... 33

3.1.2 Struktur Organisasi Dan Uraian Tugas... 33

3.2 Metode Penelitian ... 37

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 39

3.2.3 Teknik Pengembangan Instrumen ... 40

3.2.4 Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambara Umum Perusahaan ... 42

4.1.1 Aktifitas Proses Produksi ... 42

4.2 Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban ... 46

4.2.1 Struktur Organisasi Dan Pendelegasian Wewenang ... 46

4.2.2 Pengklasifikasian Kode Rekening... 47

4.2.3 Prosedur Penyusunan Anggaran ... 48

4.2.4 Biaya Terkendali Dan Tidak Terkendali ... 50

4.2.5 Laporan Pertanggungjawaban Kepada Manajer Yang Bertanggungjawab ... 52


(10)

4.3.1 Identifikasi Akuntansi Pertanggungjawaban ... 55

4.3.2 Standar Tolak Ukur Kinerja Manajer ... 56

4.3.3 Pengukuran Kinerja Manajer ... 59

4.3.4 Manajer Secara Individual Diberikan Penghargaan/ Hukuman... 59

4.4 Penggunaan Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban Dalam Menilai Kinerja Manajer Pusat Biaya Produksi ... 60

4.4.1 Penyajian Informasi Anggaran Produksi, Realisasi, dan Selisihnya ... 61

4.4.2 Penyajian Informasi Anggaran Dan Kuantitas Produksi dan Realisasinya ... 61

4.5 Analisis Pengujian Hipotesis Diskriptif ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

TABEL 2.1 Isi Laporan Biaya Produksi ... 5

TABEL 2.2 Perhitungan Harga Pokok Produksi ... 6

TABEL 2.3 Akuntansi Pertanggungjawaban pada Berbagai Tingkat ... 21

TABEL 3.1 Variabel, Indikator & Sub Indikator ... 40

TABEL 4.1 Jadwal Kerja Shift ... 42

TABEL 4.2 Jadwal Kerja Non Shift ... 43

TABEL 4.3 Laporan Pertanggungjawaban (Rugi) – Laba PT Sang Hyang Seri ... 54

TABEL 4.4 Laporan Realisasi Produksi Departemen Produksi ... 61

TABEL 4.5 Akuntansi Pertanggungjawaban telah Bermanfaat sebagai Alat penilaiam Kinerja Pusat Biaya Produksi ... 63


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

GAMBAR 2.1 Kerangka Konseptual

(Bagan Pusat Pertanggungjawaban) ... 31 GAMBAR 4.1 Proses Produksi ... 43


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Struktur Organisasi PT Sang Hyang Seri (Persero

Kantor Regional IV...72 GAMBAR 4.1 Kode Rekening pada PT Sang Hyang Seri (Persero)


(14)

ABSTRAK

Dewasa ini, perusahaan dihadapkan pada persaingan yang ketat, perusahaan dituntut harus mampu memperoleh dan mengelola sumber-sumber daya ekonomi yang dimiliki secara efektif dan efisien. Salah satunya adalah pengendalian terhadap biaya produksi. Untuk itu diperlukan suatu alat bagi manajemen dalam mengelola biaya produksi, yaitu akuntansi pertanggungjawaban untuk selalu bertanggungjawabn atas wewenang yang diterimanya, termasuk masalah biaya yang terdapat dalam anggaran yang telah dibuat sebelumnya oleh masing-masing manajer pusat pertanggungjawaban untuk memudahkan pimpinan menilai kinerja manajer yang bersangkutan.

Metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah metode analisis diskriptif dengan pendekatan penelitian melalui studi kasus. Sedangkan untuk memperoleh data, dilakaukan penelitian lapangan dan didukung dengan penelitian kepustakaan.

Hasil yang diperoleh penulis dari penelitian ini adalah akuntansi pertanggungjawaban di PT Sang Hyang Seri bermanfaat dalam menilai kinerja manajer pusat biaya produksi. Hal tersebut dapat dibuktikan dari adanya Penerapan syarat-syarat akuntansi pertanggungjawaban di PT Sang Hyang Seri dengan adanya stuktur organisasi dan wewenangnya, pengklasifikasian kode rekening, anggaran yang disusun, dan adanya laporan pertanggungjawaban juga penggunaan informasi akuntansi pertanggungjawaban dalam menilai kinerja manajer pusat biaya produksi dengan adanya informasi anggaran biaya produksi, realisasi, dan selisihnya serta penyajian anggaran kuantitas produksi dan realisasinya.


(15)

ABSTRACT

Nowadays, the companies involved in a tight competition. The company must have and manage the economic resources effectively and efficiently. One of the efforts is production cost control. Therefore it need a tool for a management in production cost, i.e. accounting in liability include the cost based on the budget prepared by the accountability central manager to enable top management appraise the work unit managers.

The research method applied by the writer is descriptive analysis by research approach in a case study. While to collect more data, the field research and library research were conducted.

The Results of this study is the accountability at PT Sang Hyang Seri is useful to appraise the manager of production cost. This indicated by the application of accountability requirement at PT Sang Hyang Seri in a structure of organization and liabilities, classification of account code, budgeting and there is responsibility on using of accounting information to appraise the manager of production cost based on production budget, realization and its difference and presentation of production quantity and its realization.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan dan persaingan dunia bisnis dewasa ini mengharuskan perusahaan untuk memandang jauh ke depan guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaannya. Setiap perusahaan mempunyai tujuan yang ingin dicapai, baik berupa laba yang maksimal, kelangsungan hidup, pertumbuhan perusahaan, maupun menciptakan kesejahteraan anggota masyarakat. Perusahaan juga dituntut untuk mengambil langkah strategis guna mempertahankan kelangsungan hidupnya. Salah satu upayanya adalah dengan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. Perusahaan juga haruslah peka dan memberikan reaksi yang cepat terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen akan barang dan jasa. Untuk dapat bersaing, perusahaan tidak akan terlepas dari masalah yang berhubungan dengan biaya-biaya yang terjadi dalam proses produksi, agar tercapai tujuan utama perusahaan yaitu memperoleh laba. Perolehan laba yang maksimal dapat tercapai apabila perusahaan dalam menjalankan kegiatannya memanfaatkan faktor-faktor produksi dan faktor lainnya secara efisien dan efektif. Sehubungan dengan itu peranan akuntansipun semakin dibutuhkan terutama untuk memperoleh informasi. Peran serta manajer sangat dibutuhkan dalam mengaktualisasikan peranan akuntansi tersebut sebagai alat pengawasan biaya yang dewasa ini kita kenal dengan sistem akuntansi pertanggungjawaban.


(17)

PT Sang Hyang Seri (Persero) merupakan perusahaan BUMN yang bergerak dibidang industri pertanian. Seperti halnya perusahaan-perusahaan lainnya, PT Sang Hyang Seri juga dihadapkan pada pemikiran terciptanya proses produksi yang efektif dan efisien tidak akan terlepas dari masalah pengendalian biaya, dan komponen biaya yang terbesar adalah biaya produksi. Biaya produksi ini lebih mudah dikendalikan karena menyangkut kegiatan operasi intern perusahaan. Sedangkan biaya pemasaran dipengaruhi oleh perubahan kondisi pasar yang merupakan variable yang tidak dapat dikendalikan perusahaan oleh karena itu, pengendalian biaya produksi harus dilaksanakan secara efektif dan efisien dan seharusnya mendapatkan prioritas utama dalam pengendalian biaya.

PT Sang Hyang Seri memiliki aktivitas produksi yang cukup kompleks sehingga pimpinan tidak dapat mengawasi secara langsung setiap kegiatan operasi perusahaan. Pada umumnya manajemen memiliki suatu alat bantu dalam mengendalikan perusahaan, alat bantu yang digunakan dalam pengelolaan biaya produksi adalah dengan menetapkan akuntansi pertanggungjawaban yang merupakan suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan penghasilan yang dianggarkan dapat langsung diketahui.

Pengendalian biaya melalui akuntansi pertanggungjawaban dapat dijalankan dengan cara menyelenggarakan perencanaan suatu sistem pencatatan atas biaya-biaya yang dapat dikendalikan. Dari sistem pencatatan ini akan dihasilkan laporan-laporan biaya yang menunjukkan bagaimana manajer memenuhi tanggung jawabnya atas biaya-biaya yang terjadi dalam unit organisasinya. Dengan adanya laporan biaya, manajer dapat mengetahui besarnya


(18)

perbedaan antara biaya yang sebenarnya (realisasi) dengan biaya yang dianggarkan sebelumnya, sehingga perusahaan dapat menganalisis penyebab terjadinya perbedaan dan mengambil tindakan koreksi apabila diperlukan. Dengan itu pula perusahaan dapat sekaligus menilai kinerja para manajer pusat biaya masing-masing departemen terutama departemen produksi.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang manfaat akuntansi pertanggungjawaban yang dituangkan dalam judul sebagai berikut : “Tinjauan terhadap Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban dalam Penilaian Kinerja Pusat Biaya Produksi PT Sang Hyang Seri ( Persero) Kantor Regional IV”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang diuraikan oleh penulis diatas, maka fokus dari pembahasan skripsi ini adalah tentang :

a. Apakah akuntansi pertanggungjawaban yang disajikan sesuai dengan standar akuntansi pertanggungjawaban?

b. Apakah akuntansi pertanggungjawaban telah bermanfaat dalam penilaian kinerja pusat biaya produksi di PT Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional IV?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang disebutkan penulis diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :


(19)

a. Untuk mengetahui kesesuaian akuntansi pertanggungjawaban yang disajikan dengan standar akuntansi pertanggungjawaban.

b. Untuk mengetahui manfaat akuntansi pertanggungjawaban dalam penilaian kinerja pusat biaya produksi di PT Sang Hyang Seri.

1.4 Manfaat Penelitian

Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

a. Perusahaan, sebagai masukan dan sumber informasi yang berguna bagi perusahaan dan sarana perbaikan yang diperlukan sehubungan tentang manfaat akuntansi pertanggungjawaban dalam penilaian kinerja pusat biaya produksi.

b. Penulis, sebagai tambahan pengetahuan dan memperkuat wawasan untuk mengetahui manfaat akuntansi pertanggungjawaban dalam penilaian kinerja pusat biaya produksi juga mengetahui kesesuaian akuntansi pertanggungjawaban yang disajikan dengan standar akuntansi pertanggungjawaban.

c. Dunia akademis dan pihak-pihak lain, sebagai sumber informasi dan dapat digunakan sebagai bahan referensi, pembanding, serta tambahan pengetahuan yang diharapkan membawa hasil yang berguna.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ruang Lingkup dan Pengertian Biaya Produksi

Defenisi biaya produksi menurut Mulyadi (1993:231) adalah sebagai berikut : “Biaya produksi adalah biaya yang berhubungan dengan pembuatan suatu produk”.

Tabel 2.1 Isi Laporan Biaya Produksi Data Produksi

-Barang Dalam Proses (BDP) awal -Barang yang dimasukkan dalam proses -Produk yang selesai

-Barang Dalam Proses (BDP) akhir Biaya Yang Dibebankan

-Biaya yang dikeluarkan pada periode laporan, baik total maupun per-unit -Biaya per-unit = Total Biaya : Unit Ekuivalen

Perhitungan Harga Pokok

-Jumlah yang dibebankan pada produksi jadi


(21)

Tabel 2.2 Perhitungan Harga Pokok Produksi

Direct material

Material purchase xxx

Freight in xxx

Purchase return xxx +

Net purchase xxx

Material inv. Beginning Xxx +

Material available for use Xxx

Material inv. Ending Xxx −

Direct material used xxx

Direct labour xxx

Factory overhead xxx +

Cost of Production xxx

Work in Process Inv. Beginning xxx +

xxx

Work in Process Inv. Ending xxx −

Cost of Good Manufactured xxxx

Menurut Usry dan Hammer (1994:145) biaya produksi terdiri dari : 1. Biaya Bahan Baku

Adalah bahan baku yang digunakan dalam proses produksi pada periode yang bersangkutan. Untuk menghitung biaya bahan baku atau bahan baku yang dipergunakan di dalam proses produksi, adalah sebagai berikut : persediaan bahan baku awal periode ditambah pembelian bersih dikurangi persediaan bahan baku akhir periode.

2. Biaya Tenaga Kerja

Adalah semua balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan. Sesuai dengan fungsi di mana karyawan bekerja, biaya tenaga kerja dapat digolongkan ke dalam biaya tenaga kerja produksi, biaya tenaga kerja pemasaran, biaya tenaga kerja administrasi dan umum. Biaya tenaga kerja produksi digolongkan ke dalam biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung.

Biaya tenaga kerja langsung adalah balas jasa yang diberikan kepada karyawan produksi yang manfaat dapat diidentifikasikan atau diikuti jejaknya pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan.

Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah balas jasa yang diberikan kepada karyawan produksi yang manfaat tidak dapat diidentifikasikan atau diikuti jejaknya pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan


(22)

Adalah semua jenis biaya, kecuali biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, yang diperlukan dalam produksi. Misalnya : Biaya listrik pabrik, biaya reparasi dan pemeliharaan mesin pabrik.

Untuk memberikan data yang relevan dan berguna bagi manajemen, biaya harus diklasifikasikan dengan cara dihubungkan dengan produk, dihubungkan dengan fungsi di perusahaan, kaitannya dengan volume/kegiatan perusahaan, dikaitkan dengan departemen produksi, dikaitkan dengan periode pembebanan. Data biaya memberikan informasi dalam menetapkan baik harga pokok produksi maupun harga pokok penjualan. Penetapan harga pokok tersebut diperlukan untuk menyusun laporan laba rugi dan neraca perusahaan.

2.3 Ruang Lingkup Akuntansi Pertanggungjawaban 2.3.1 Pengertian Akutansi Pertanggungjawaban

Timbulnya pertanggungjawaban dalam suatu organisasi atau perusahaan karena adanya pendelegasian wewenang. Pada saat perusahaan masih kecil dan sederhana, manajer dapat mengambil keputusan dan mengawasi pelaksanaan keputusan itu sendiri. Tetapi dengan berkembangnya perusahaan dan bertambahnya transaksi yang terjadi, maka pengawasan atau pengendalian secara langsung sukar untuk dilakukan oleh manjer. Karena itu manajer harus mendelegasikan wewenang pada anggota lainnya di perusahaan untuk dapat mengambil keputusan dari masalah-masalah yang dihadapi bagian dari organisasi yang menjadi tanggungjawabnya. Adanya wewenang mengharuskan tiap anggota bertanggungjawab terhadap tindakan atau keputusan yang dibuatnya.

Defenisi Akuntansi Pertanggungjawaban menurut Hansen dan Mowen (1999:63) “Akuntansi Pertanggungjawaban adalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan para manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka”.


(23)

Dapat dipahami bahwa akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem yang menerapkan pengumpulan biaya dan penghasilan dari tiap pusat pertanggungjawaban yang ada dalam suatu perusahaan, dengan maksud agar dapat ditelusuri penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dari anggaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dapat dibuat kesimpulan bahwa akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi yang membagi struktur organisasi atas bagian-bagian atau pusat-pusat pertanggungjawaban, dimana orang-orang pada pusat–pusat pertanggungjawaban memiliki otoritas dan tanggung jawab yang jelas. Dari pusat pertanggungjawaban tersebut dikumpulkan dan dilaporkan hasil-hasil dari prestasi yang dicapai.

2.3.2 Tujuan dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban

Tujuan akuntansi pertanggungjawaban menurut Anthony, Robert N, Vijay Govindarajan (2001:541) adalah sebagai berikut : “ Responsibility accounting collects and report planned and actual accounting information about the inputs and outputs of responsibility center”. Dalam akuntansi pertanggungjawaban, pengumpulan dan pelaporan biaya dilakukan oleh setiap pusat pertanggungjawaban. Dari laporan tersbut dapat dilihat perbedaan antara anggaran dan realisasi dari sumber daya yang dikonsumsi.

Manfaat akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan informasi masa yang akan datang bermanfaat untuk penyusunan anggaran, sedangkan berdasarkan informasi masa lalu bermanfaat sebagai penilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dan pemotivasian manajer. Menurut Mulyadi (2001:175-178) manfaat-manfaat tersebut sebagai berikut :


(24)

1. Sebagai dasar penyusunan anggaran

Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan peran dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran ditetapkan siapa yang akan berperan dalam melaksanakan sebagian aktivitas pencapaian sasaran perusahaan dan ditetapkan pula sumber daya yang disediakan bagi pemegang peran tersebut untuk memungkinkan melaksanakan perannya. Sumber daya yang disediakan untuk memungkinkan manajer berperan dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan tersebut diukur dengan satuan moneter standar berupa informasi akuntansi. Oleh karena itu, penyusunan anggaran hanya mungkin dilakukan jika tersedia informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur berbagai nilai sumber daya yang disediakan bagi setiap manajer yang berperan dalam usaha pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam tahun anggaran. Dengan demikian anggaran berisi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur nilai sumber daya yang disediakan selama tahun anggaran bagi manajer yang diberi peran untuk pencapaian sasaran perusahaan.

2. Sebagai penilaian kinerja manajer pusat pertanggungjawaban Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi penting dalam proses perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi, karena itu informasi tersebut menekankan hubungan antara informasi tersebut menekankan hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggungjawaban terhadap perencanaan dan realisasinya. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memberikan peran kepada setiap manajer untuk merencanakan biaya atau pendapatan yang menjadi tanggungjawabnya, dan kemudian menyajikan informasi realisasi pendapatan atau biaya tersebut menurut manajer yang bertanggungjawab. Dengan demikian, informasi akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan skor yang dibuat oleh setiap manajer dalam menggunakan berbagai sumber daya untuk melaksanakan peran manajer tersebut dalam mencapai sasaran perusahaan.

3. Sebagai alat pemotivasi manajer

Motivasi adalah proses prakarsa dilakukannya suatu tindakan secara sadar dan bertujuan. Pemotivasi adalah sesuatu yang digunakan untuk mendorong timbulnya prakarsa seseorang untuk melakukan tindakan secara sadar dan bertujuan. Orang akan memiliki motivasi jika ia memiliki nilai penghargaan yang tinggi atau jika ia berkeyakinan bahwa suatu kinerja akan diberi penghargaan adalah tinggi, dan alat ukur kinerja tersebut menggunakan informasi akuntansi pertanggungjawaban.


(25)

2.3.3 Karakteristik Akuntansi Pertanggungjawaban

Terdapat empat karakteristik sistem akuntansi pertanggungjawaban menurut Mulyadi (2001:191) yaitu :

1. Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban

2. Standar ditetapkan sebagai tolak ukur kinerja manajer

3. Kinerja manajer diukur dengan membandingkan realisasi dengan anggaran

4. Manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman berdasarkan kebijakan manajemen yang lebih tinggi.

Berdasarkan karakteristik tersebut dapat dijelaskan bahwa sistem akuntansi pertanggungjawaban mengidentifikasikan pusat pertanggungjawaban berbagai unti organisasi seperti departemen, keluarnya produk, tim kerja atau individu yang membebankan tanggung jawab kepada individu yang diberi wewenang. Tanggung jawab ini dibatasi dalam satuan keuangan.

Anggaran berisi biaya standar yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Anggaran merupakan ukuran manajer pusat pertanggungjawaban biaya dalam mewujudkan sasaran yang ditetapkan dalam anggaran.

Pelaksanaan anggaran merupakan penggunaan sumber daya oleh manajer pusat pertanggungjawaban dalam mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan dalam anggaran. Penggunaan sumber daya ini didukung dengan informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mencerminkan ukuran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dalam mencapai sasaran anggaran. Pada prinsipnya individu hanya dimintai pertanggungjawaban atas biaya yang dapat dipengaruhi secara signifikan, sehingga dapat memungkinkan mereka untuk memantau pelaksanaan anggaran mereka.


(26)

Sistem penghargaan dan hukuman dirancang untuk memacu para manajer dalam mengelola biaya untuk mencapai target standar biaya yang dicantumkan dalam anggaran. Atas dasar evaluasi penyebab terjadinya penyimpangan biaya yang direalisasikan dari biaya yang dianggarkan, para manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman menurut aturan yang telah ditetapkan oleh manajer yang lebih tinggi.

2.3.4 Pusat Pertanggungjawaban

2.3.4.1 Pengertian Pusat Pertanggungjawaban

Dalam konsep akuntansi pertanggungjawaban terdapat sistem pembentukan unit-unit organisasi sebagai pusat pertanggungjawaban. Suatu pusat pertanggungjawaban dibentuk guna mencapai tujuan tertentu yang secara individual diharapkan dapat membantu pencapaian tujuan suatu organisasi secara keseluruhan.

Menurut Supriyono (2001:326) “Pusat pertanggungjawaban adalah unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab atas aktivitas-aktivitas pusat pertanggungjawaban”.

Kesimpulan yang dapat diambil dari pengertian pusat pertanggungjawaban adalah bahwa pusat pertanggungjawaban merupakan suatu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab melaksanakan tugasnya dalam aktivitas-aktivitas setiap pusat pertanggungjawaban.


(27)

2.3.4.2 Jenis-Jenis Pusat Pertanggungjawaban

Supriyono (2001:14) menjelaskan pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Pusat Biaya

Pusat Biaya adalah suatu pusat pertanggungjawaban atau suatu unit organisasi yang prestasi manajernya dinilai atas dasar biaya dalam pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya.

2. Pusat Pendapatan

Pusat Pendapatan adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi yang prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan dalam pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya.

3. Pusat Laba

Pusat Laba adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi yang prestasi manajernya dinilai atas dasar selisih pendapatan dan biaya dalam pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya.

4. Pusat Investasi

Pusat Investasi adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi yang prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan, biaya, dan sekaligus aktiva atau modal atau investasi pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Ukuran prestasi manajer dapat berupa rasio antara laba dengan investasi yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut, ukuran ini disebut dengan kembalian investasi atau Return On Investment (ROI) yang rumus perhitungannya adalah laba dibagi investasi.

2.3.5 Syarat-syarat Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban

Agar akuntansi pertanggungjawaban dapat diterapkan di perusahaan dan dapat terlaksana sesuai dengan tujuan, menurut Mulyadi (1997:348) diperlukan beberapa persyaratan sebagai berikut :

1. Terdapat struktur organisasi yang menetapkan secara jelas dan tegas dalam pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab tiap tingkat manajemen.

2. Penyusunan anggaran biaya yang dilakukan oleh setiap tingkat manajemen dalam organisasi perusahaan.

3. Penggolongan biaya sesuai dengan dapat tidaknya biaya dikendalikan oleh suatu organisasi manajer pusat pertanggungjawaban tertentu di organisasi.


(28)

4. Dapat mengklasifikasikan dan memberi kode rekening yang disesuaikan dengan tingkat manajemen dalam perusahaan.

5. Sistem pelaporan biaya kepada manajemen yang bertanggungjawab.

Unsur terpenting dalam menjalankan aktivitas pertanggungjawaban adalah kesediaan para manajer pusat pertanggungjawaban untuk menerima wewenang dan tanggung jawab yang dibebankan kepada mereka. Tanpa adanya kesediaan manajer yang bersangkutan dalam menerima wewenang dan tanggung jawab, akan sulit sistem akuntansi pertanggungjawaban dapat dilaksanakan dengan baik.

2.3.5.1 Struktur Organisasi Sebagai Pola Pendelegasian Wewenang

Struktur organisasi merupakan hal yang penting dalam perusahaan dan merupakan salah satu syarat dalam menerapkan akuntansi pertanggungjawaban. Untuk mencapai tujuan perusaahan tidak terlepas dari pembentukan struktur organisasi.

Dalam struktur organisasi ditetapkan ruang lingkup wewenang setiap individu, sehingga setiap individu hanya mempertanggungjawabakan apa yang menjadi wewenangnya dan mengetahui kepada siapa ia harus bertanggungjawab.

Menurut Supriyono (2001:201) dalam hubungannya dengan tingkat pertanggungjawaban dalam suatu perusahaan, dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian :

1. Organisasi Fungsional

Organisasi fungsional atau disebut juga organisasi sentralisasi adalah organisasi yang setiap manajernya bertanggungjawab atas aktivitas operasi perusahaan berdasarkan fungsi manajer bersangkutan. Biasanya manajer tingkat atas yang berperan untuk mengambil keputusan hanya pimpinan tertinggi yang


(29)

bertanggungjawab terhadap penghasilan dan biaya yang terjadi dalam perusahaan.

2. Organisasi Divisional

Organisasi divisional adalah organisasi yang aktivitas atau kegiatan fungsional dilaksanakan untuk tiap unit kerja dalam ruang lingkup organisasi itu sendiri. Tujuan proses divisional adalah untuk pendelegasian otoritas kerja yang lebih besar kepada manajer operasional.

2.3.5.2 Pengertian Biaya Terkendali dan Biayu Tidak Terkendali

Di dalam pengumpulan dan pelaporan biaya setiap pusat pertanggungjawaban harus dipisah antara biaya yang dapat dikendalikan (controllable cost) dengan biaya yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable cost). Definisi biaya terkendali dan tidak terkendali menurut Supriyono (2001:15) yaitu :

“ Biaya terkendali adalah biaya yang dapat dipengaruhi secara signifikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban tertentu dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan biaya tidak terkendali adalah biaya yang tidak dipengaruhi secara signifikan oleh seorang manajer pusat pertanggungjawaban tertentu dalam jangka waktu tertentu ”.

Dari definisi-definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa biaya terkendali merupakan biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang manajer suatu pusat pertanggugnjawaban dalam periode tertentu. Sedangkan biaya tidak terkednali merupakan biaya tidak secara langsung dipengaruhi oleh manajer pusat pertanggungjawaban dalam suatu periode tertentu. Biaya terkendali biaya yang tidak terkendali dalam suatu perusahaan harus dipisahkan secara tegas dan jelas, karena tidak semua biaya yang terjadi dalam suatu pusat petanggungjawaban, maka dalam pengumpulan dan pelaoran biaya setiap pusat pertanggungjawaban harus dipisahkan antara biaya terkendali dan biaya tidak terkendali.


(30)

Pada kenyataannya seringkali ditemui kesulitan dalam memisahkan biaya menjadi biaya terkendali dan biaya tidak terkendali, namun terdapat pedoman untuk menetapkan apakah suatu biaya dapat dibebankan sebagai tanggung jawab seorang manajer pusat pertanggungjawaban atau tidak, yang dikemukakan oleh Mulyadi (2001:164) sebagai berikut :

1. Jika seorang manajer memiliki wewenang, baik dalam perolehan maupun penggunaan jasa, ia harus dibebani dengan biaya tersebut.

2. Jika seorang manajer dapat secara signifikan mempengarui jumlah biaya tertentu melalui tindakannya sendiri, ia dapat dibebani dengan biaya tersebut.

3. Meskipun seorang manajer tidak dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui tindakan langsungnya sendiri, ia juga dapat dibebani biaya tersebut, jika manajemen puncak menghendaki agar menaruh perhatian, sehingga ia dapat membantu manajer lain bertanggungjawab untuk mempengaruhi biaya tersebut.

Menurut Supriyono (2001:15), biaya-biaya yang tidak terkendalikan oleh manajer suatu pusat pertanggungjawaban tertentu dapat diubah menjadi biaya yang terkendali dengan cara :

1. Mengubah wewenang dan tanggung jawab pengambilan keputusan biaya.

2. Mengubah biaya dari biaya tidak langsung yang pembebanannya secara langsung pada pusat pertanggungjawaban.

Pemisahan biaya terkendali dan biaya tidak terkendali pada pusat pertanggungjawaban sangat penting agar tidak terjadi penyelewengan terhadap penggunaan biaya-biaya tertenut dan agar setiap penyimpangan biaya dapat diketahui dengan jelas pihak-pihak mana yang harus bertanggungjawab.


(31)

2.3.5.3 Klasifikasi dan Kode Rekening Untuk Akuntansi Pertanggungjawaban

Pemberian kode rekening diperlukan untuk memudahkan mencari perkiraan yang dibutuhkan, memudahkan proses pencatatan, pengklasifikasian, dan pelaporan data akuntansi. Agar dapat mengetahui dan membedakan perkiraan-perkiraan tersebut, maka kode yang diberikan harus disusun secara konsisten.

Menurut Mulyadi (2001:179). Ada 5 metode pemberian kode rekening yaitu :

1) Kode angka atau alphabet urut 2) Kode angka blok

3) Kode angka kelompok 4) Kode angka decimal

5) Kode angka unrut didahului dengan huruf.

Sistem pengkodean yang lazim dipakai sekarang adalah kode kelompok dan kode blok.

1. Kode angka atau alphabet urut

Dalam pemberian kode ini, rekening buku besar diberi kode angka/huruf yang berurut. Kelemahan kode ini adalah jika terjadi perluasan jumlah rekening. Hal ini mengakibatkan perubahan menyeluruh terhadap kode rekening yang mempunyai kode yang lebih besar. Contoh kode angka adalah sebagai berikut :

a. Kas dan bank b. Investasi sementara c. Piutang


(32)

2. Kode angka blok (block code)

Kode yang diberkan untuk setiap klasifikasi tidak menggunakan urutan digit, tetapi dengan memberikan pada setiap biaya yang dimulai dengan angka tertentu dan diakhiri dengan angka tertenut yang merupakan suatu blok nomor kode.

Contoh :

Golongan perkiraan

3. Kode kelompok (group code)

Kode rekening

Aktiva 100 - 199

Hutang 200 - 299

Modal 300 – 399

Pendapatan 400 – 499

Biaya 500 – 599

Kode ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Posisi masing-masing angka mempunyai arti, angka paling kiri adalah kode kelompok dan angka yang paling kanan adalah jenis perkiraan.

b. Setiap kode kelompk akan terdiri dari angka-angka yang sudah diperkirakan lebih dahulu.

c. Setiap kode dalam klasifikasi menggunakan angka yang sama. d. Jika terjadi penambahan keluaran perkiraan, dapat dilakukan

dengan mengubah angka yang paling kiri.

Contoh : Kode rekening biaya dan arti posisi angka dalam setiap kode biaya adalah sebagai berikut :


(33)

5

X X X X XXX Kelompok rekening biaya

P. Pertanggungjawaban direksi P. Pertanggungjawaban departemen P. Pertanggungjawaban bagian Jenis biaya

Kode rekening yang paling sesuai untuk tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah berdasarkan kode kelompok, sebab pada kode kelompok ini posisi dari masing-masing angka yang digunakan mempunyai arti tersendiri dan juka terjadi perluasan wewenang dapat disesuaikan dengan mudah. Untuk kepentingan pengumpulan informasi akuntansi pertanggungjawaban, setiap psat pertanggungjawaban yang terdapat dalam srtuktur organisasi diberi kode (disebut kode organisasi) dengan contoh struktur kode sebagai berikut :

“Jenjang organisasi dibagi menjadi tiga tingkat: tingkat direksi, tingkat departemen, dan tingkat bagian. Oleh karena itu jenjang organisasi diberi kode dengan memakai tiga angka, yang setiap angka mencerminkan jenjang organisasi.Angka kesatu menunjukkan jenjang direksi, dan angka kedua menunjukkan jenjang departemen, sedangkan angka ketiga menunjukkan jenjang bagian”.

4. Kode Angka decimal

Desimal berarti persepuluhan. Kode angka decimal member kode angka terhadap klasifikasi yang membagi kelompok menjadi


(34)

maksimal 10 golongan yang lebih kecil dari sub kelompok, sebagai contoh :

1. Persediaan

1.1 Persediaan suku cadang 1.2 Persediaan bahan penolong 1.3 Persediaan bahan baku 1.4 Persediaan lain-lain

5. Kode angka urut didahului dengan huruf

Metode ini menggunakan kode berupa kombinasi angka dengan huruf. Setiap rekening diberi kode angka yang dimukanya dicantumkan huruf singkatan kelompok rekening tersebut. Misalnya AL 101 dan ATL 112. AL singkatan dari aktiva lancar, ATL singkatan dari aktiva tidak lancar.

Pemberian kode rekening tersebut, menurut Mulyadi (2001:128), harus memenuhi tujuan sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi data akuntansi secara unik b. Meringkas data

c. Mengklasifikasi rekening atau transaksi d. Menyampaikan makna tertentu.

2.3.5.4 Sistem Pelaporan Dalam Akuntansi Pertanggungjawaban

Laporan pertanggungjawaban biaya disajikan untuk memungkinkan manajer melakukan pengelolaan biaya. Laporan pertanggungjawaban biaya yang dihasilkan oleh pusat-pusat pertanggungjawaban memuat biaya-biaya yang


(35)

dianggarkan, realisasi biaya yang terjadi, dan selisih biaya yang terjadi dengan anggaran biaya yang ditetapkan. Dengan demikian, bila terjadi penyimpangan yang signifikan, maka manajemen yang bersangkutan dapat melakukan tindakan koreksi yang diperlukan. Pengelolaan biaya yang baik memungkinkan perusahaan untuk mencapai sasarannya.

Menurut Usry and Hammer yang dialihbahasakan oleh Sirait dan Wibowo (1999:467), tujuan laporan pertanggungjawaban adalah :

1. Memberi informasi kepada manajer dan atasan mengenai pelaksanaan atas prestasi kerja dalam bidang-bidang yang dipertanggungjawabkan.

2. Mendorong para manajer dan atasan untuk mengambil tindakan langsung yang diperlukan guna memperbaiki prestasi kerja. Berdasarkan definisi tersebut, tujuan laporan pertanggungjawaban adalah memberikan informasi kepada para manajer dan supervisor mengenai kinerja mereka dalam area pertanggungjawaban dan untuk memotivasi para manajer dan supervisor dalam melakukan keseluruhan tindakan langsung yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja mereka.

Sebagai contoh, format laporan yang digunakan oleh sebuah perusahaan dari Charles T. Horngren yang dialihbahasakan oleh Gunawan Hutauruk, MBA (1996:311) dimana perhatian pimpinan dipusatkan pada deviasi (penyimpangan) yang penting dari pos-pos yang dianggarkan.


(36)

TABEL 2.3 Akuntansi Pertanggungjawaban pada Berbagai Tingkat LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BULANAN DIREKTUR

Anggaran Penyimpangan : Menguntungkan

(Tidak

Menguntungkan) Bulan Sampai Bulan Sampai

Ini Tahun ini ini Tahun ini

Kantor Direktur (90) (300) (9) (30)

Wakil Direktur

Western 297 850 8 50

Wakil Direktur Miwestern 4000 1300 20 (100)

Wakil Direktur Eastern 350 1050 30 130

Lain-Lain 300 1000 50 100

Laba Operasi 1257 3900 99 150

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BULANAN WAKIL DIREKTUR WESTERN Anggaran Penyimpangan :

Menguntungkan Tidak Menguntungkan) Bulan Sampai Bulan Sampai Ini Tahun ini ini Tahun ini

Kantor wakil Dir. (20) (40) (2) 4

Salinas 29 (20) (1) (5)

Los Banos 38 133 3 16

Merced 30 90 2 10

Lain-lain 220 687 (10) 25

Laba Operasi 297 850 (8) 50

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BULANAN MANAJER LOS BANOS Anggaran Penyimpangan :

Menguntungkan Tidak Menguntungkan) Bulan Sampai Bulan Sampai Ini Tahun ini ini Tahun ini

Pendapatan/Revenue 80 250 5 15

Ur. Rmh-tangga dan perlengkp. 12 30 1 4

Pemanasan, pener dan tenag. 3 10 (1) (2)

Iklan dan promosi 2 7 - (2)

Perbaikan dan pemeliharaan 4 10 (2) (1)

Umum 11 30 - 2

Penyusutan 10 30 - -

Total Biaya 42 117 (2) 1


(37)

Dari tabel diatas menggambarkan tersajinya laporan biaya yang terstruktur, dimana terlihat adanya laporan pertanggungjawaban yang meningkat dari tingkat yang terbawah dan berjalan menuju tingkat yang tertinggi. Seluruh penyimpangan mungkin dibagi-bagi untuk analisa lebih lanjut. Tabel diatas juga menggambarkan bahwa setiap manajer dibawah direktur Western memberikan laporannya kepada direktur Western begitu juga Direktur akan menerima laporan dari masing-masing wakil direkturnya salah satunya adalah wakil direktur Western. Hasilnya, selain menyebabkan pimpinan tertinggi selalu mendapatkan informasi, akuntansi pertanggungjawaban juga membantu memberikan perangsang (insentif) bagi setiap manajer melalui laporan prestasi kerja (performance report).

2.4 Anggaran Sebagai Alat Perencanaan dan Pengendalian dalam Akuntansi Pertanggungjawaban.

2.4.1 Pengertian Anggaran

Menurut Mulyadi (2001:488), pengertian anggaran adalah sebagai berikut:

“Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan ukuran lain yang mencakup jangka waktu satu tahun. Anggaran merupakan suatu rencana kerja jangka pendek yang disusun berdasarkan rencana kegiatan jangka panjang yang ditetapkan dalam proses penyusunan program (Programming).”

Berdasarkan definis-definisi tersebut, dapa disimpulkan bahwa anggaran adalah rencana keigatan kerja manajemen yang terperinci mengenai perolehan dan penggunaan sumber-sumber daya perusahaan yang dinyatakan dalam satuan kuantitatif dalam suatu periode tertentu.


(38)

2.4.2 Karekteristik Anggaran

Karakteristik anggaran menurut Mulyadi (2001:490), adalah sebagai berikut :

1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.

2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.

3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti, bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencaai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran. 4. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang

berwenag lebih tinggi dari penyusun anggaran.

5. Sekali disetujui, anggaran hanya bias diubah dibawah kondisi tertentu.

6. Secara berkala kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.

Seperti telah dijelaskan di atas, anggaran berisi kuantifikasi keuangan rencana kerja untuk mencapai sasaran jangka waktu satu tahun, dimana dalam penyusunan anggaran juga merupakan proses penetapan peran setiap manajer untuk melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan. Anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak berwenang yang lebih tinggi dari penyusun anggaran. Karena anggaran berisi komitmen manajer penyusun anggaran, maka anggaran merupaka toalk ukur tertabik kinerja manajer. Oleh karena itu, tidaklah mudah melakukan revisi anggaran. Penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan anggaran dianalisis dan dicari penyebabnya untuk dasar bagi penyusun anggaran dalam merancang tindakan koreksi yang diperlukan dan untuk penilaian kinerja penyusun anggaran.


(39)

2.4.3 Penyusunan Anggaran

Agar anggaran dapat berfungsi sebagai alat perencanaan dan sekaligus alat pengendalian, Mulyadi (2001:513) mengemukakan bahwa penyusunan anggaran harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Partisipasi para manajer pusat pertanggungjawaban dalam proses penyusunan anggaran.

2. Organisasi Anggaran

3. Penggunaan informasi akuntnasi pertanggungjawaban sebagai alat pengirim pesan dalam proses penyusunana anggaran dan sebagai pengukur kinerja manajer dalam pelaksanaan anggaran. Ad.1 Partisipasi manajer dalam proses penyusunan anggaran

Setiap pusat pertanggungjawaban harus diikutsertakan dalam penyusunan, karena anggaran menggambarkan rencana kerja para manajer yang harus dilaksanakan dan sekaligusd sebagai tanda penilaian prestasi kerja mereka. Dengan keikutsertaan dalam penyusunan anggaran akan menimbulkan rasa tanggung jawab dan memotivai para manajer dalam mencapai tujuan perusahaan dalam organisasi.

Ad.2 Organisasi Anggaran

Proses penyusunan anggaran memerlukan organisasi yang memisahkan fungsi penyusunan anggaran, fungsi penelaah (review) dan pengeah anggaran (approval) usulan anggaran, dan fungsi administrasi anggaran. Setiap anggaran dilaksanakan dalam bagian atau departemen tertentu dalam perusahaan dalam rangka menyusun anggaran yang dapat dijadikan sebagai alat perencanaan dan pengendalian.

Ad. 3 Penggunaan informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengirim peran dalam proses penyusunan anggaran dan sebagai pengukur kinerja manajer dalam pelaksanaan anggaran.


(40)

Dalam proses penyusunan anggaran, informasi akuntansi pertanggungjawaban bermanfaat sebagai role sending device. Proses penyusunan anggaran yang baik mengakibatkna setiap amanjer menyadari perannya dalam pencapaian tujuan perusahaan, sehingga akan menimbulkan komitmen yang tinggi dalam diri manajer untuk berprestasi sesuai dengan yang tercantum dalam anggaran. Informasi akuntansi pertanggungjawaban juga berfungsi sebagai penilai kinerja yang melihat perbandingan antara anggaran dan realisasinya.

2.4.4 Manfaat dan Keterbatasan Anggaran

Menurut Brewer, Garrison dan Noreen (2002:288), manfaat anggaran antara lain untuk :

1. Budget communicate management’s plans throughout the organization.

2. Budget forces manager to think about and plan for the future, in absence of necessity to prepare a budget, many managers would spend all of ther time dealing with daily emergencies.

3. The budgeting process provide a means allocating resources to those parts of the organization where can be used most effectively. 4. The budgeting process can uncover potential bottleneck before

the occur.

5. Budget coordinate activities of the entire organization by intergrating the plans of the various parts. Budgeting helps to ensure that everyone in the organization is pulling in the same direction.

6. Budget define goals and objectives that can serves as bendmarks for evaluating subsequent performance.

Sedangkan kelemahan anggaran menurut Christina Ellen, M. Fuad, Sugiarto, Edi Sukarno (2001:19) adalah :

1. Dalam penyusunan anggaran, penaksiran yang dipakai belum tentu tepat dengan keadaan yang sebenarnya.

2. Seringkali keadaan yang digunakan sebagi dasar penyusunan anggaran mengalami perkembangan yang jauh berbeda dari yang direncanakan.


(41)

3. Karena penyusunan anggaran melibatkan banyak pilihan, maka secara potensial dapat menimbulkan persoalan-persoalan hubungan kerja (human relation) yang dapat menghambat proses pelaksanaan anggaran.

4. Penyusunan anggaran tidak dapat terlepas dari penilaian subjektif pembuat keputusan (decision maker) terutama pada saat data dan informasi tidak lengkap.

2.4.5 Syarat-syarat Anggaran yang Baik

Anggaran yang baik memiliki beberapa karakteristik menurut Mulyadi (2001:511) yaitu :

1. Anggaran yang disusun berdasarkan program.

Proses manajemen perusahaan dimulai dengan perencanaan stratejik yang didalamnya terdapat proses penetapan tujuan perusahaan dan penenutan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Setelah tujuan perusahaan ditetapkan dan stargeti untuk mencapai tujuan tersebut dipilih, proses manajemen perusahaan kemudian diikuti dengan penyusunan progam-program untukmencapai tujuan perusahaan yang ditetapkandalam perencanaan statejik. Anggaran merinci pelaksanaan program, sehingga anggaran yang disusun setiap tahun memiliki arah seperti yang ditetapkan dalam rencana jangka panjang. Jika anggaran tidak disusun berdasarkan program, pada dasarnya perusahaan seperti berjalan tanpa tujuan yang jelas.

2. Anggaran disusun berdasarkan karakteristik pusat pertanggungjawaban yang dibentuk dalam organisasi perusahaan.

Menurut karakteristik masukan dan keluarannya, pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan dapat dibagi menjadi empat golongan : pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba, pusat investasi. Karena tiap-tiap pusat pertanggungjawaban yang dibentuk dalam organisasi memiliki karakteristik yang berbeda satu sdama lain, maka penyusunan anggaran harus didasarkan pada karakteristik pengendalian masing-masing tipe pusat pertanggungjawaban untuk menghasilkan tolak ukut kinerja yang sesuai dengan karakteristik kegiatan pusat pertanggungjawaban yang diukur kinerjanya.

3. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian. ”

Agar prose penyusunan anggaran dapat menghasilkan anggaran yang dapt berfungsi sebagai alat pengednalian, proses penyusunan anggaran harus mampu menanamkan “sense of commitment” dalam diri penyusunnya sehingga terdapat rasa


(42)

tanggung jawab apabila terjadi penyimpangna antara realisasi dengan anggarannya.

2.4.6 Hubungan Anggaran dengan Akuntansi Pertanggungjawaban

Dalam proses penyusunan anggaran, informasi akuntansi pertanggungjawaban bermanfaat sebagai role sending device sehingga proses penyusunan anggaran yang baik akan mengakibatkan setiap manajer menyadari perannya dalam pencapaian sasaran perusahaan, sehingga akan menimbulkan komitmen yang tinggi dalam diri manajer untuk berprestasi sesuai dengan tercamtum dalam anggaran. Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi yang penting dalam proses perencanaan dan pengendalian kegiatan organisasi, karena informasi tersebut menekankan hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggungjawab terhadap perencanaan dan realisasinya. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memberikan peran bagi setiap manajer untuk merencanakan pendapatan dan biaya yang menajdi tanggung jawabnya, dan kemudian menyajikan informasi realisasi pendapatan dan biaya tersebut menurut manajer yang bertanggungjawab. Dengan demikian informasi akuntnasi pertanggungjawaban mencerminkan skor yang dibuat oleh setipa manajer dalam menggunakan berbagai sumber ekonomi untuk melaksanakan peran manajer tersebut dalam mencapai sasaran anggaran.

2.5 Penilaian Kinerja

2.5.1 Pengertian Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan suatu penilaian manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkan dalam mencapai tujuan organisasi.


(43)

Perusahaan perlu melakukan penilaian kinerja agar dapat mengetahui apakah pekerjaan yang dilakukan oleh tiap anggota organisasi telah sesuai dengan tujuan perusahaan atau tidak. Menurut Robert L. Mathist and Jhon H Jackson yang dialihbahasakan oleh Jimmy Sadeli dan Bayu rawira Hie (2002:81) “Penilaian Kinerja adalah proses evaluadsi seberapa baik karyawan mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan satu set standar dan kemudian mengkomunikasikannya dengan karyawan. ”

2.5.2 Manfaat Penilaian Kinerja

Menurut Mulyadi (2001:416), penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk :

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti, promosi, transfer, dan pemberhentian

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan menyediakan criteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

2.5.3 Pengukuran Penilaian Kinerja

Menurut Mulyadi (2001:434) terdapat tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif, yaitu :

1. Ukuran kriteria tunggal (Single Criteria) adalah ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja manajer. Sebagai contoh : manajer produksi yang diukur kinerjanya dengan tercapainya target kuantitas produk yang dihasilkan dalam jangka waktu tertentu kemungkinan mengabaikan pertimbangan penting lain mengenai mutu, waktu, biaya pemeliharaan peralatan, dan sumber daya manusia.


(44)

2. Ukuran kriteria beragam (Multiple Criteria) adalah ukuran kinerja yang menggabungkan berbagai macam ukuran untuk menilai kinerja manajer. Sebagai contoh : manajer divisi suatu perusahaan diukur kinerjanya dengan berbagai kriteria :

1) Profitabilitas 2) Pangsa pasar 3) Produktivitas

4) Pengembangan karyawan 5) Tanggungjawab masyarakat

6) Keseimbangan antara sasaran jangka pendek dengan sasaran jangka panjang.

3. Ukuran Kriteria Gabungan (Composite Criteria) adalah ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran, memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dan menghitung rata-ratanya sebagai ukuran menyeluruh kinerja manajer.

2.5.4 Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban dalam Menilai Kinerja Manajer

Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban penting dalam mengevaluasi kinerja seorang manajer pusat pertanggungjawaban, kinerja dinilai terutama berdasarkan kemampuan manajer yang bersangkutan dalam mencapai sasaran anggaran yang ditentukan. Sedangkan penilaian itu sendiri dilakukan dengan cara memfokuskan pada selisih anggaran yang terjadi, dimana selisih yang terjadi tersebut merupakan varian dari peran manajer yang direncanakan dalam perencanaan biaya serta realisasinya. Dengan demikian informasi akuntansi pertanggungjawaban menyajikan informasi biaya yang sesungguhnya dan informasi biaya yang dianggarkan kepada setiap manajer yang bertanggungjawab, untuk memungkinkna setiap manajer mempertanggungjawabkan pelaksanaan anggaran mereka dan memungkinkan mereka untuk memantau pelaksanaan anggarannya.

Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodic efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran,


(45)

standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanankan peran yang mereka mainkan di dalam suatu organisasi. Dalam kinerja yang baik seorang manajer diberikan penghargaan untuk memacu para manajer dalam mengelola biaya. Oleh karena itu, jika informasi akuntansi yang memenuhi kebutuhan tersebut adalah informasi akuntansi manajemen yang dihubungkan dengan individu yang memiliki peran tertentu dalam organisasi. Informasi akuntansi manajemen yang memiliki karakteristik itu disebut akuntansi pertanggungjawaban. Tujuan pokok penilaian kinerja seperti yang telah dikemukakan diatas adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka sistem akuntansi pertanggungjawaban sangar diperlukan dalam menilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban. Dengan melalui penerapan akuntansi pertanggungjawaban diharapkan bahwa tujuan organisasi perusahaan secara keseluruhan dapat tercapai.

Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teoritis dimuka ,hakekat dari pusat pertanggungjawaban itu digambarkan sebagai berikut:


(46)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual (Bagan Pusat Pertanggungjawaban)

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa Pusat Pertanggungjawaban itu adalah berupa masukan dan keluaran. Sumber daya masukan dari pusat pertanggungjawaban biaaya adalah biaya/uang. Sebelum melakukan kegiatan maka disusun rencana/anggaran sebagai acuan. Keseluruhan dari rangkaian kegiatan disusun berupa laporan pertanggungjawaban pusat biaya dan akan dibandingkan dengan rencana/anggaran yang telah disusun sebelumnya dan dengan adanya perbandingan antara laporan pertanggungjawaban yang dibuat dengan rencana/anggaran yang disiun sebelumnya maka dapat dilakukan penilaian kinerja pusat pertanggungjawaban apakah kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan rencana/anggarna atau belum sehingga dapat dinilai efektifitas dari kegiatan yang telah dilakukan.

Masukan (Sumber daya: biaya/uang)

Rencana/ Anggaran

Kegiatan Pusat Pertanggung-

jawaban

Laporan : Pertanggung-

jawaban Pusat Biaya

Produksi Penilaian

Kinerja Pusat


(47)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian penulis adalah manfaat akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat bantu manajemen menilai kinerja manajer pusat biaya produksi pada PT Sang Hyang Seri ( Persero) kantor Regional IV yang terletak di Jl. Raya Medan Lubuk Pakam Km. 21, Tj. Morawa Kotak Pos 1290, Medan – 20012. Dimana penelitian ini dilakukan penulis dengan tujuan untuk mengetaui manfaat akuntansi pertanggungjawaban dalam menilai kinerja manajer pusat biaya produksi. Penelitian ini dilakukan bulan Maret sampai dengan selesai.

3.1.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PT Sang Hyang Seri (Persero) berdiri pada tahun 1971 dengan status Perusahaan Umum (PERUM) di Sukamandi, Subang, Propinsi Jawa Barat, mewarisi bekas perkebunan milik Inggris Pamanukan & Tjiasem Land yang bergerak di bidang usaha Tapioka dan Rosella, yang kemudian melakui proses nasionalisasi menjadi Perum Sang Hyang Seri, melalui peraturan pemerintah No. 22 Tahun 1971, dengan core business benih tanaman pangan yang pada tahap awal menitikberatkan pada komoditi benih padi dan beberapa benih palawija penting.

Pendirian PT Sang Hyang Seri bersamaan dengan dibentuknya institusi perbenihan nasional yaitu Badan Benih Nasional (BBN), Lembaga Pusat


(48)

Penelitian Pertanian Sukamandi, sekarang menjadi Balai Penelitian Padi (BALITPA) Sukamandi, dan Dinas Pengawasan dan Sertifikat Benih di Jakarta yang kini menjadi Balai Pengawasan & Sertifikasi Benih (BPSB). Kemudian secara berturut-turut PT Sang HyangSeri mengembangkan wilayah pelayanannya yakni tahun 1973 mendirikan Distrik Benih di Klaten Jawa Tengah, tahun 1977 mendirikan Distrik Benih di Malang Jawa Timur dengan 7 (Tujuh) unit produksi benih (UPB) dan pada tahun 1982 mendirikan cabang di Luar Jawa, yaitu di Lampung, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan dan Sumatera Barat).

Pada tahun 1985 dasar pendirian perusahaan disempurnakan kembali melalui Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1985, selanjutnya pada tahun 1995 berubah status menjadi PERSERO melalui Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1995 dengan memperluas core bussiness menjadi benih pertanian dan usaha lain yang langsung menunjang usaha perbenihan yang dapat meningkatkan pendapatan dan kinerja perusahaan.

Dengan demikian PT Sang Hyang Seri (Persero) merupakan perintis dan pelopor usaha perbenihan di Indonesia serta satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mempunyai core business perbenihan pertanian.

3.1.2. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas

Pengaturan yang baik akan dapat menciptakan sistem kerja yang baik sehingga didapatkan hasil kerja yang optimal. Sistem pengaturan yang baik adalah seistem yang dapat menjelaskan hubungan kerja antar bagian dalam perusahaan sehingga akan mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Salah


(49)

satucara untuk memudahkan pengaturan tersebut adalah dengan membuat struktur organisasi.

Struktur organisasi di PT Sang Hyang Seri (Persero) adalah sistem garis dan staf (Line and staff organization), dan kekuasaan tertinggi dipegang oleh direktur utama (Direksi). Struktur organisasi dan uraian tugas PT Sang Hyang Seri ( Persero) dapat diuraikan sebagai berikut :

1. General Manager Kantor Regional IV

a. Menyusun dan mengusulkan strategi, kebijakan operasional, rencana kegiatan, Action Plan Bidang Kesekretariatan dan anggaran Kantor Regionalnya berdasarkan Business Plan / Rencana Jangka Panjang (RJP) yang telah ditetapkan.

b. Menyusun dan menetapkan Action Plan Bidang Kesekretariatan, Pemasaran, Produksi/ROP, Keuangan dan Akuntansi, SDM, mengkoordinasikan, memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaannya serta membina unit-unit organisasi di willayahnya untuk memastikan dukungan yang optimal terhadap kegiatan operasional Kantor Regional dan unit-unit organisasi di wilayahnya.

c. Mengembangkan dan membina kerjasama dengan Pemda, Swasta, Perguruan Tinggi dan Petani juga secara internal(kantor pusat,Pusat Benih Sumber (PBS) dan kantor regional lainnua untuk meningkatkan kapasitas kinerja Kantor Regional dalam pemasaran, produksi, litbang dan keuangan/pembiayaan.

d. Mengembangkan sistem informasi dan kegiatan administrasi, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaannya.


(50)

2. Manager Produksi

a. Merencanakan program kerja bidang produksi Kantor Regional, cabang dan satgas mulai dari musim tanam, perencanaan benih padi, palawija, hortiklutura, saprotan dan bahan pembantu, sampai kebutuhan kebun/processing berdasarkan RKAP, serta merencanakan seluruh kebutuhan operasional.

b. Merencanakan jenis dan volume setiap produk (benih dan non benih) yang akan diproduksi berdasarkan karakteristik kebutuhan pasar sesuai dengan kebijakan pemerintah.

c. Merencanakan, mengkoordinasikan dan menugaskan pelaksanaan monitoring dan evaluasi budidaya tanaman, pengelolaan benih, kesinambungan stock, kesiapan logistik, dan distribusi serta mutu benih. d. Membina untuk memastikan pencapaian target produksi yang telah ditentukan, mengkoordinasikan, mengevaluasi kegiatan produksi kantor Regional, cabang dan satgas dalam pelaksanaan tebar, tanam, panen, pengolahan benih, sampai menghasilkan benih yang kualitas dan bermutu baik.

e. Mengkoordinasikan, mendukung, dan memonitor pelaksanaan produksi/pengadaan calon benih, kebun, dan proses benih kantong, pengadaan logistik produk sesuai dengan target waktu, volume, mutu, dan biaya yang telah ditetapkan.

f. Mengembangkan kerja sama sinergik dengan pemerintah, swasta, lembaga sosial ekonomi masyarakat untuk mendapatkan informasi dan dukungan kerja sama pemgembangan produksi kantor regional, cabang


(51)

dan satgasnya guna meningkatkan kapasitas dan hasil produksi yang optimal.

h. Mengevaluasi dan koordinasi kegiatan operasional bidang produksi dengan GM, Manajer Pemasaran, Senior Manajer, Manajer Cabang, dalam ketersediaan dan kesinambungan stok benih, saprotan, dan bahan pembantu lainnya, agar kegiatan produksi berjalan optimal dan lancar dari hal ketepatan waktu, jumlah maupun mutu benih, dalam mendukung target perusahaan.

i. Mengembangkan sistem administrasi dan pelaporan kegiatan produksi, mengkoordinasikan, memonitoring dan mengevaluasi pelaksanaanya untuk memastikan terselenggaranya tata laksana administrasi kegiatan produksi yang efisien, efektif, dan optimal.

j. Memonitor, mengevaluasi, dan melaksanakan kegiatan rapat bulanan Kantor Regional, cabang dan satgas, mengumpulkan data yang berkaitan dengan produksi, meminta laporan kegiatan produksi, kinerja bagian produksi serta melakukan evaluasi untuk mengkaji permasalahan dan pemecahan masalah.

k. Mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi pasca produksi, mengevaluasi pelaksanaannya serta memfasilitas penyelesaian permasalahan yang dihadapi pada setiap kejadian secara cepat, tepat, dan efisien.

l. Mengembangkan sistem informasi manajemen produksi, mengkoordinasikan dan memonitor serta mengevaluasi


(52)

implementasinya untuk memastikan terselenggaranya arus informasi dan pelaporan secara cepat, tepat, dan akurat.

3.2. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian, dibutuhkan data dan informasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, kemudian menganalisis dan menginterpretasikan data dan fakta yang diperoleh untuk ditarik suatu kesimpulan secara umum mengenai masalah yang ada. Menurut Sugiyono (2003:11), definisi metode deskriptif adalah : “ Metode Deskriptif merupakan metode yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri baik satu variable atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain ”. Sedangkan pendekatan penelitiannya melalui studi kasus, artinya penelitian dilakukan pada suatu objek penelitian.

3.2.1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam melakukan penelitian di PT Sang Hyang Seri (Persero), penulis melakukan sebagai berikut :

1. Penelitian Lapangan

Yaitu Penelitian dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan dalam perusahaan. Teknik ini dilakukan dalam berbagai cara :


(53)

a. Wawancara

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mewawancarai pihak-pihak yang berwenang dalam perusahaan untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai perusahaan dan masalah-masalah khusus yang sedang diteliti.

b. Pengamatan

Yaitu suatu cara untuk memperoleh data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap fasilitas fisik serta terhadap kegiatan perusahaan untum memperoleh gambaran secara nyata mengenai kondisi operasi perusahaan. Pengumpulan dan analisis document dan catatan perusahaan yang diperlukan.

c. Kuesioner

Yaitu daftar pertanyaan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menilai apakah struktur pengendalian intern yang telah ada berjalan dengan efisien dan efektif.

2. Penelitian Kepustakaan

Hal ini dilakukan untuk memperoleh bahan-bahan dengan cara membaca buku serta referensi lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Penelitian kepustakaan ini diperlukan sebagai :

a. Bahan panduan untuk melaksanakan penelitian di lapangan.

b. Pedoman yang dapat dipertanggungjawabkan dalam pembahasan masalah. c. Dasar perbandingan praktek di lapangan.


(54)

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Berdasarkan hipotesis diskriptif “ Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban Telah Bermanfaat Sebagai Alat Penilaian Kinerja Pusat Biaya Produksi ”. Maka terdapat satu variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bermanfaatnya akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat bantu menilai kinerja manajer pusat biaya produksi.


(55)

Tabel 3.1

Variabel, Indikator, dan Sub Indikator

Variabel Indikator Sub Indikator

Bermanfaatnya akuntansi

pertanggungjawaban sebagai alat bantu menilai kinerja manajer pusat biaya produksi

Syarat-syarat

penerapan akuntansi pertanggungjawaban yang terdiri dari :

a. Struktur organisasi yang secara jelas menetapkan wewenang dan tanggung jawab.

b. Penyusunan anggaran yang disusun oleh tiap bagian.

c. Pemisahan biaya

terkendali dan biaya tidak terkendali.

d. Penyusunan kode

rekening yang mencantumkan kode bagian.

e. Sistem pelaporan kepada

manajer yang bertanggungjawab.

Karakteristik akuntansi pertanggungjawaban yang terdiri dari :

a. Adanya identifikasi pusat-pusat

pertanggungjawaban.

b. Standar ditetapkan sebagai tolak ukur kinerja manajer.

c. Kinerja manajer diukur dengan membandingkan

realisasi dengan anggaran.

d. Manajer diberi

penghargaan atau hukuman berdasarkan kebijakan manajer. Penggunaan informasi akuntansi pertanggungjawaban dalam menilai kinerja pusat biaya produksi

a. Penyajian informasi biayayang dianggarkan, realisasi,dan selisihnya. b. Kuantitas produksi

sesuai dengan anggaran.

3.2.3 Teknik Pengembangan Instrumen

Yang dimaksud dengan instrument dalam penelitian ini adalah alat yang digunakan untuk menghimpun data. Data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis


(56)

yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder merupkan hasil dari penelitian kepustakaan. Adapun data primer berasal dari wawancara, observasi, dan kuesioner yang merupakan hasil dari penelitian lapangan.

Kuesioner merupakan alat bantu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengedarkan daftar pertanyaan berupa formulir yang diajukan secara tertulis kepada sejumlah responden untuk mendapatkan jawaban atau anggapan tertulis seperlunya. Pengempulan data dari kuesioner ini berasal dari variabel yang dikembangkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan tertulis.

3.2.4 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan diskriptif analitis yang digunakan dengan cara mengumpulkan bukti, keterangan, dan data lain yang diperlukan sehubungan dengan indikator yang harus dipenuhi di variabel penelitian.


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Aktivitas Proses Produksi

Pada PT Sang Hyang Seri tidak ada diterapkan golongan shift tapi jika produksi melebihi kapasitas, maka diterapkan sistem shift. Karyawan akan dibagi menjadi 2 shift. Setiap shift bekerja selama 8 jam dengan waktu istirahat 1 jam. Pengaturan waktu shift dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Penggantian shift jika melebihi kapasitas produksi dilakukan seminggu sekali dengan ketentuan sebagai berikut :

Shift A : Pagi – Malam – Siang – Pagi. Shift B : Siang – Pagi – Malam – Siang.

Tabel 4.1 Jadwal Kerja Jam Shift (jika Produksi melebihi kapasitas)

Shift Jam Kerja Waktu Istirahat

A B

08.00 – 17.00 17.00 – 01.00

12.00 – 13.00 21.00 – 22.00 (Sumber : Bagian Personalia PT Sang Hyang Seri ) Jam Kerja Non Shift

Karyawan yang bekerja non shift adalah semua karyawan kecuali pada saat kapasitas produksi melebihi kapasitas produksi normal maka untuk karyawan bagian produksi seperti operator mesin, pembersihan, pengujian dan pengantongan diterapkan jam kerja sistem shift. Selain karyawan yang


(58)

disebutkan diatas, karyawan yang bekerja non shift adalah pimpian perusahaan, staf manajemen, personalia, administrasi, marketing, petugas bagian panen, pengeringan, pembersihan, pengujian, dan pengantongan.

Tabel 4.2 Jadwal Kerja Jam Non Shift

Shift Jam Kerja Waktu Istirahat

Senin – Jumat Sabtu

08.00 – 17.00 08.00 – 12.00

12.00 – 13.00

Proses produksi di PT Sang Hyang Seri dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini..

Gambar 4.1 Proses Produksi

PENERIMAAN BENIH Gabah Kering Panen (GKP): BAHAN BAKU

PENGERINGAN Gabah Kering Kotor (GKK)

PEMBERSIHAN/

SORTASI

Benih Bersih (BB)

PENYIMPANAN BENIH

PENGUJIAN BENIH Benih Lulus ( BL )

PENGANTONGAN Benih Kantong (BK) : BARANG JADI BARANG DALAM PROSES


(59)

Keterangan gambar dari proses produksi sebagai berikut : 1. Penerimaan Calon Benih

Penimbangan dan pengecekan jumlahnya yang tercantum dalam Surat Pengantar Hasil (SPH) dari kebun, pemeriksaan kadar air, kadar butir hijau dan kemurnian varietas oleh petugas laboratorium.

2. Pengeringan

a. Calon benih harus segera dikeringkan pada hari itu juga.

b. Setiap pengeringan supaya dicatat mengenai penurunan rata-rata kadar airnya (Driyng Rase), lama pengeringan dan pemakaian bahana bakarnya.

4. Pembersihan & Sortasi

a. Saringan yang dipakai dan kecepatan sedotan udara (Aspirator) harus disetel disesuaikan dengan keadaan bahan dan jenis komoditinya.

b. Saringan bawah/saringan sortasi untuk menyortir berdasar ukuran benih yaitu berdasarkan ketebalan dan lebar.

d. Hasil pengolahan (BB) dimasukkan ke dalam karung yang bersih (70 kg/karung).

e. Sesuai dengan Pedoman Akuntansi, maka Rendeman benih sesuai dengan kenyataan.

5. Penyimpanan Benih

a. Benih yang sudah diolah, ditumpuk/stafel untuk membentuk lot/kelompok benih maksimum 20 ton/lot dari blok sertifikasi yang sama.


(60)

b. Penumpukan diatur sedemikian rupa agar Pengawasan Mutu Benih mudah mengambil contoh dari setiap karung serta memudahkan pemeliharaannya.

c. Benih yang akan disimpan agar segera difumigasi dengan phostoxin atau disemprot dengan insektisida silosan/satisfar/damfin untuk sanitasi.

e. Benih yang disimpan harus dicek teratur mengenai kadar air, daya tumbuh dan serangan hama-hama gudang misalnya sebulan sekali. 6. Pengujian Benih

a. Pengujian benih untuk sertifikasi oleh BPSB dan kita melaksanakan pengujian intern dan paling lambat 3 bulan setelah panen.

b. Pengujian intern untuk pengecekan mutu pada waktu :

- Penerimaan calon benih (kadar air, kotroan dan kemurnian). - Pengeringan (kadar air).

- Pembersihan dan sortasi (kotoran dan jumlah butir mengapung per 100 gram contoh).

- Penyimpanan (kadar air, daya tumbuh dan hama). - Sebelum pengepakan (kadar air, daya tumbuh).

c. Benih yang telah mendekati masa kadarluarsa, satu bulan sebelumnya supaya segera dimintakan pengujian ulang ke BPSB. 7. Pengepakan/Pengantongan

a. Sebelum pengepakan harus mengajukan label ke BPSB dengan jumlah sesuai dengan rencana pengantongan.


(61)

b. Mutu benih yang akan dikemas harus betul-betul keadaannya baik, daya tumbuh masih diatas 80% dan tidak mengandung hama.

c. Pengantongan dilakukan sesuai dengan permintaan pasar dan jangan terlalu lama menyimpan benih kantong di gudang untuk mengurangi resiko kerusakan/ tidak terjual.

d. Dalam pelaksanaan pengantongan memerlukan ketelitian yang baik, misalnya mengenai : timbangan, pelabelan, jumlah kantong dalam overbag, kemasan sesuai isi dan logo yang jelas.

Produk yang dihasilkan oleh PT Sang Hyang Seri adalah bibit yang siap untuk disemai, produknya terdiri dari : Padi Hibrida, Jagung Komposit, Kedelai, dan Jagung Hibrida.

4.2 Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban di PT Sang Hyang Seri 4.2.1 Struktur Organisasi dan Pendelegasian Wewenang

Struktur organisasi di PT Sang Hyang Seri telah tersusun dengan baik. Hal ini terlihat dari penggambaran secara jelas berbagai tingkatan manajemen dan huungan kerja antar bagian-bagian dalam perusahaan. Dengan strukut organisasi memungkinkan adanya koordinasi antar bagian-bagian dalam perusahaan untuk melakukan kegiatan operasional yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan perusahaan

Struktur organisasi menggambarkan adanya penetapan wewenang, tugas dan tanggungjawab sesuai dengan tingkatan manajemen. Dengan demikian juga akan memudahkan apabila terjadi penyimpangan manajemen. Dengan demikian juga akan memudahkan apabila terjadi penyimpangan sehingga dapat


(1)

yaitu dengan pusat biayanya adalah bagian produksi, bagian personalia dan bagian akuntansi, pusat pendapatanya adalah bagian pemasaran, sedangkan pusat laba dan investasinya adalah publik dan pemerintah.

b. Standar tolak ukur kinerja manajer

Di PT Sang Hyang Seri telah ditetapkan beberapa standar untuk mengukur kinerja para manajernya. Untuk mengukur kinerja manajer pusat biaya produksi, PT Sang Hyang Seri menetapkan beberapa standar diantaranya standar kuantitas produksi, standar mutu produk, serta penetapan produksi yang tepat waktu.

c. Pengukuran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban

Pengukuran kinerja manajer pusat biaya produksi dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi dengan anggaran biaya produksi yang telah ditetapkan sebelumnya.

d. Pemberian penghargaan/hukuman kepada manajer yang berprestasi

Manajer secara individual diberi penghargaan berupa bonus dalam bentuk uang yang besarnya disesuaikan dengan prestasi yang dicapainya atau lamanya bekerja, dan manajer diberi hukuman beruoa surat peringatan atau pemecatan, namun sampai saat ini perusahaan belum pernah memberikam hukuman berupa denda.

3. Penyusunan informasi akuntansi pertanggungjawaban dalam menilai kinerja manajer pusat biaya produksi


(2)

a. Penyajian informasi anggaran biaya produksi, realisasi, dan selisihnya

Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya laporan pertanggungjawaban yang disajikan oleh PT Sang Hyang Seri pada tabel 4.4. Dari laporan tersebut terlihat anggaran biaya produksi pada tahun 2008 adalah sebesar 37,710,321,140 dan realisasinya sebesar 48,364,775,532 dengan selisih negatif sebesar 10,654,454,392 atau 28,25% dengan alasan-alasan yang telah dikemukakan diatas. Berdasarkan informasi tersebut maka dapat membantu manajemen dalam menilai kinerja manajer pusat biaya produksi.

b. Penyajian informasi anggaran kuantitas produksi dan realisasinya PT Sang Hyang Seri juga menggunakan informasi perbandingan anggaran kuantitas produksi dengan realisasinya untuk membantu mengukur kinerja manajer pusat biaya produksi. Berdasarkan laporan pertanggungjawaban PT Sang Hyang Seri pada tahun 2008 realisasi kuantitas produksi adalah sebesar 17,493,630 kg, relatif jauh diatas rencananya dengan selisih produksi 5,493,630 atau 45,78% dari anggarannya.

Sedangkan adapun hal-hal yang kurang mendukung yang ditemukan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Belum adanya format laporan pertanggungjawaban yang baku dari masing-masing asisten manajer baik asisten manajer produksi benih sampai asisten manajer mutu kepada manajer produksi dari setiap


(3)

kegiatan produksi yang dilakukan oleh masing-masing bagian yang ada di departemen produksi karena laporan yang disajikan masih dalam bentuk catatan-catatan kecil.

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian dan pembahasan ditemukan beberapa kelemahan dalam perusahaan. Oleh karena itu, penulis mencoba memberikan saran berdasarkan teori yang telah dipelajari selama perkuliahan mengenai manfaat akuntansi pertanggungjawaban dalam menilai kinerja manajer pusat biaya produksi. Saran ini mungkin dapaat dimanfaatkan sebagai masukan bagi perusahaan, yaitu :

1. Dalam anggaran maupun laporan pertanggungjawaban sebaiknya dilakukan pemisahan biaya-biaya yang memang dapat dikendalikan oleh manajer sehingga informasi yang dihasilkan menjadi lebih akurat, sekaligus memudahkan manajemen dalam penilaian kinerja manajer.

2. Manajer sebaiknya lebih tanggap akan kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang sehingga dalam pelaksanaannya perusahaan tidak mengalami selisih negatif antara realisasi dan anggaran produksi yang telah dibuat sebelumnya yang dapat menurunkan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan.

3. Masing-masing supervisor pada setiap departemen memberikan laporan secara jelas dengan format yang standar yang ditetapkan perusahaan dan didokumentasikan bukan hanya berupa catatan kecil


(4)

dengan begitu laporan tersebut bisa menjadi acuan untuk evaluasi ke arah yang lebih baik khususnya dalam pengalokasian biaya dalam setiap proses produksi.

4. Dari segi pelaporan, sebaiknya dengan adanya format laporan pertanggungjawaban yang jelas dari masing-masing bagian di departemen produksi juga menjadi salah satu acuan dalam pemberian insentif/reward.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert N, and Vijay Govindarajan: Manajemen Control System, 10th Edition, New York : Mc. Graw Hill, 1995.

Brewer, Garrison, and Eric W Noreen: Introduction to Managerial Accounting, 2nd Edition, New York : Mc. Graw – Hill, 2002.

Christina Ellen, M. Fuad, Sugiarto, Edi Sukarno: Anggaran Perusahaan Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Garisson, Ray H, Akuntansi Manajemen : Konsep untuk perencanaan, pengendalian, dan pengambil keputusan, dialihbahasakan oleh Badjuri dan Kusnedi, jilid satu, Bandung: ITB, 1997.

Hansen and Mowen, Akuntansi Manajemen, dialihbahasakan oleh Ancella A, Hermawan, Jakarta : Erlangga 1999.

Hammer, Carter, dan Usry, Akuntansi Biaya, Edisi 11, Jakarta : Erlangga, 1994. Don, Marvance Mowen, Akuntansi Manajemen, buku dua, alih Bahasa : Dewi

Fitriasari dan Denny Armos Kwary, Jakarta : Salemba Empat, 2005.

Hongren, Charles T, Gary L Sondern and William O Srraton: Introduction to Manajemen Accounting, Twelfth Edition, New Jersey : Prentice Hall, Inc, 2002.

Mulyadi: Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, dan Rekayasa, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Jakarta : Salemba Empat, 2001.

Supriyono, R. A., Akuntansi Manajemen 2: Struktur Pengendalian Manajemen, Edisi Pertama, Cetakan BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, 2001.

Sutarto, Dasar-Dasar Organisasi, Cetakan Keduapuluh, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2002.

Warsito, Hermawan, Pengantar Metode Penelitian: Buku Pedoman Mahasiswa, Cetakan Kedua, diterbitkan atas kerjasama APTIK dengan penerbit Gramedia Pustaka Utama, 1993.


(6)

GENERAL

MANAGER

SEKRETARIS REGIONAL MANAJER PEMASARAN

MANAJER

PRODUKSI

MANAJER LITBANG MANAJER KEUANGAN SDM ASISTEN MANAJER PRODUKSI BENIH ASISTEN MANAJER LOGISTIK PRODUK ASISTEN MANAJER MUTU SPV. MONEV. PROD. BENIH SPV. ADM. PROD. BENIH SPV. MONEV. LOGISTIK PRODUK SPV. ADM. LOGISTIK PRODUK

SPV. MUTU BENIH

SPV. MUTU NON BENIH