Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Pusat Biaya dalam Peningkatan Laba pada Yayasan Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar.

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN PUSAT BIAYA PADA YAYASAN RUMAH SAKIT HARAPAN

PEMETANGSIANTAR

OLEH

NAMA : RAYMANO GINTNG

NIM : 030503046

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

i

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul :

“ Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Pusat Biaya dalam Peningkatan Laba Pada Yayasan Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul termaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skrpsi level Program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber informasi dan data yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas benar apa adanya dan apabila di kemudian hari, pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.

Medan, 9 April 2008 Yang membuat pernyataan

Raymano Ginting NIM. 030503046


(3)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena kasih-Nya yang begitu besar dan karya-Nya yang nyata dalam hidup penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Pusat Biaya dalam Peningkatan Laba pada Yayasan Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar”, guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Unversitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, yang disebabkan adanya keterbatasan kemampuan, pengalaman dan pengetahuan penulis baik mengenai materi, teknik penyusunan maupun hasil dan analisisnya. Oleh karenanya, dengan hati terbuka penulis menerima setiap saran dan kritik dari pembaca untuk penyempurnaan pada masa yang akan datang.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala dukungan, pemikiran, tenaga, materi, semangat dan juga doa dari semua pihak yang telah membantu selama penulis menjalani masa perkuliahan dan penyusunan skripsi ini, kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Fahmi Natigor Nasution SE, M.Acc, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

iii

meluangkan waktu dan pemikirannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM. Ak. sebagai Dosen Penguji I dan Bapak Fahmi N. Nasution, SE, M.Acc. Ak. sebagai Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini

5. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda MarihatGinting dan Ibunda Katherine Perangin-Angin yang telah memberikan doa, kasih sayang dan dukungan moral serta materi yang tiada hentinya kepada penulis selama ini.

6. Abang, kakak dan adik tercinta, Alfred, Ernesta, Erna, dan Cornelia yang selalu menjadi bagian terindah dari hidup penulis, dan tetap memberi semangat bagi penulis.

7. Seluruh keluarga besar Ginting dan Perangin- Angin yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan studinya.

8. Suster Aurelia KSSY dan Direktur Rumah Sakit Harapan yang telah memberikan data dan penjelasan yang diperlukan selama penulis melakukan penelitian guna penyusunan skripsi ini.

9. Buat Maurisha tercantik, terima kasih buat dukungan, bantuan dan doanya.

10. Untuk teman – teman seperjuangan Heru, thanks a lot untuk dukungannya dan buat 2318 WG-nya, Paris, buat bantuan printernya, Muel Nidji, Pal Dani the best IT, terima kasih untuk perawatan computer gratis-nya, Bang Jo, Aryo Picollo, Utal Guloh, Yosua, Edwin Ndut, Iyos, Muel Peglo, Amsal, Andi, Amister Poerba,


(5)

iv

Valen, Jhonson, Vian, Okto, Ivan dan teman – teman seperjuangan, terima kasih buat guyonannya, tetap semangat meraih cita, never give up friends.

11. Buat gadis – gadis tangguh Dora Sinchan, Erika blasteran reman dan perwira, Riris Perez, Yoshie, Ester br.Pinem, thanks buat canda tawanya, dukungan dan doanya, Merda Listana, Fenny, Lisbeth Christine, SE, Laura Yunita,SE, Mutiara Sinambela, SE, Dian Sihaloho, SE, Christine, SE, terimakasih buat doanya dan dukungan semangatnya.

12. Rekan – rekan seperjuangan, silih Hengky si Tampan yang seram, jangan menyerah memperjuangkan cintamu lih, dan perjuanganmu di meja hijau, Indang Makasar, Ando Sinaga, Riri, Lia, Indah, Albert, Edy Bayang, Dedi, Edu, Hendra, terima kasih untuk persahabatannya dan dukungan semangat juga doanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, yang disebabkan adanya keterbatasan kemampuan, pengalaman dan pengetahuan penulis baik mengenai materi, teknik penyusunan maupun hasil dan analisisnya. Oleh karenanya, dengan hati terbuka penulis menerima setiap saran dan kritik dari pembaca untuk penyempurnaan pada masa yang akan datang.

Akhirnya dengan kerendahan hati penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Semoga Tuhan selalu memberikan berkatNya yang melimpah kepada kita semua. Amin.

Medan, 29 Februari 2008 Penulis,

Raymano Ginting NIM : 030503046


(6)

v

Tujuan utama setiap perusahaan adalah untuk menghasilkan laba, demikian juga dengan Yayasan Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar, selain untuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat, juga untuk peningkatan laba. Untuk mencapai tujuan tersebut, diterapkanlah akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya pada Rumah Sakit Harapan yang mulai diterapkan dari tahun 2006. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana penerapan akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya dalam peningkatan laba pada Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar, apakah dengan penerapan akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya dapat tercapai peningkatan laba.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi dan wawancara, dan metode analisis data yang dilakukan adalah metode deskriptif.

Penelitian tentang penerapan akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya dalam peningkatan laba pada Yayasan Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar dilakukan dengan mengacu kepada anggaran biaya yang disusun oleh masing – masing kepala bidang keperawatan, teknis medis, dan administrasi dan keuangan. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : (i) Pengaruh penerapan akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya pada Rumah Sakit Harapan secara umum dapat dikatakan cukup baik, hal ini dapat dilihat dari peningkatan laba dari tahun 2006 semenjak diterapkannya akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya ke tahun 2007 sebesar Rp 49.737.462. (ii) Dengan diterapkannya akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya ini, pihak manajemen rumah sakit dapat semakin terperinci dalam melakukan pengawasan kegiatan rumah sakit, misalnya dalam melakukan kebijakan dalam pemakaian obat yang ada di instalasi farmasi rumah sakit, sehingga sirkulasi obat yang ada di bagian instalasi semakin baik, jumlah obat yang kadaluarsa karena tidak terpakai juga semakin berkurang, dan pendapatan dari pemakaian jasa sarana medis meningkat.

Kata Kunci: Akuntansi Manajemen, Anggaran Biaya, Laporan Pertanggungjawaban Pusat Biaya, Peningkatan Laba


(7)

vi ABSTRACT

The main aim of each company is to get profit, and also same with Harapan Hospital Foundation which is located at Pematangsiantar, beside of health service, profit increment is also become important. To achieve that aim, responsibility cost centre accounting was assembled, exactly assembled from 2006.This research is done to to know what is the impact of responsibility cost centre accounting assembling in profit increment.

This research is descriptive, the data that is used is primary and secundary data. That data achieved by observation and interview, and the data analyzed by descriptive method.

The research of the responsibility cost centre accounting in profit increment at Harapan Hospital Foundation refers to cost budget that is arranged by each manager of medical technics and financial and administration. The result of the research can be concluded as : (i) The influences of the responsibility cost centre accounting at Harapan Hospital Foundation generally is good, this can be seen from the profit increment from 2006 since the assembled of responsibility cost centre accounting to 2007. The increment is Rp 49.737.462. (ii) By the assembling of the responsibility cost centre accounting, the hospital’s management can be more detail in running the policy of medicine using in the hospital pharmacy, so that the cycle of medicine use are better, and the amount of medicine statute-barred can be lessen, and the income from the medical accommodation use is increase.

Keywords: Management Accounting, Cost Budget, Responsibility Cost Centre Report, Profit Increment


(8)

vii

Halaman

PERNYATAAN...i

KATA PENGANTAR ...ii

ABSTRAK ...v

ABSTRACT ...vi

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….1

B. Perumusan Masalah………...3

C. Tujuan Penelitian………...4

D. Manfaat Penelitian……….4

E. Kerangka Konseptual……….5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Akuntansi Pertanggungjawaban………...6

1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban ..………...6

2. Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban………..8

3. Kondisi – Kondisi yang Menunjang Efektifitas Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban ………..10


(9)

viii

B. Akuntansi Pertanggungjawaban Pusat Biaya………16

C. Akuntansi Pertanggungjawaban Pusat Biaya Kebijakan…………..19

D. Peningkatan Laba dengan Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Pusat Biaya………29

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian……….31

B. Objek Penelitian………...31

C. Sumber Data……….32

D. Teknik Pengumpulan Data………...32

E. Metode Analisis Data………...32

F. Jadwal dan Lokasi Penelitian………...32

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian……….33

1. Gambaran Umum Yayasan Rumah Sakit...33

2. Akuntansi Pertanggungjawaban Pusat Biaya Kebijakan……..44

a. Penyusunan Anggaran Biaya………44

b. Realisasi Anggaran Biaya……….47

3. Laporan Pertanggungjawaban Pusat Biaya………...49

4. Laporan Laba Rugi………51

B. Analisis Hasil Penelitian………..55

1. Analisis Laporan Pertanggungjawaban Pusat Biaya……….55

2. Analisis Laporan Laba Rugi dalam Penilaian Peningkatan Laba Rumah Sakit………..61


(10)

ix

A. Kesimpulan………..63

B. Saran………64

DAFTAR PUSTAKA...65 LAMPIRAN


(11)

x

DAFTAR TABEL

TABEL JUDUL HALAMAN Tabel 4.1 Anggaran Biaya Rumah Sakit Harapan Tahun 2006 45-46

Tabel 4-2 Anggaran Biaya Rumah Sakit Harapan Tahun 2007 46 Tabel 4-3 Realisasi Anggaran Biaya Rumah Sakit Harapan

Tahun 2006 47-48

Tabel 4-4 Realisasi Anggaran Biaya Rumah Sakit Harapan

Tahun 2007 48-49

Tabel 4-5 Laporan Pertanggungjawaban Pusat Biaya

Rumah Sakit Harapan tahun 2006 49-50 Tabel 4-6 Laporan Pertanggungjawaban Pusat Biaya

Rumah Sakit Harapan tahun 2007 50-51 Tabel 4-7 Laporan Laba Rugi Rumah Sakit Harapan

Tahun 2006 51-53

Tabel 4-8 Laporan Laba Rugi Rumah Sakit Harapan


(12)

xi

GAMBAR JUDUL HALAMAN


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN JUDUL

1 Struktur Organisasi Yayasan Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar


(14)

v

Tujuan utama setiap perusahaan adalah untuk menghasilkan laba, demikian juga dengan Yayasan Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar, selain untuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat, juga untuk peningkatan laba. Untuk mencapai tujuan tersebut, diterapkanlah akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya pada Rumah Sakit Harapan yang mulai diterapkan dari tahun 2006. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana penerapan akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya dalam peningkatan laba pada Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar, apakah dengan penerapan akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya dapat tercapai peningkatan laba.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi dan wawancara, dan metode analisis data yang dilakukan adalah metode deskriptif.

Penelitian tentang penerapan akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya dalam peningkatan laba pada Yayasan Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar dilakukan dengan mengacu kepada anggaran biaya yang disusun oleh masing – masing kepala bidang keperawatan, teknis medis, dan administrasi dan keuangan. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : (i) Pengaruh penerapan akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya pada Rumah Sakit Harapan secara umum dapat dikatakan cukup baik, hal ini dapat dilihat dari peningkatan laba dari tahun 2006 semenjak diterapkannya akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya ke tahun 2007 sebesar Rp 49.737.462. (ii) Dengan diterapkannya akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya ini, pihak manajemen rumah sakit dapat semakin terperinci dalam melakukan pengawasan kegiatan rumah sakit, misalnya dalam melakukan kebijakan dalam pemakaian obat yang ada di instalasi farmasi rumah sakit, sehingga sirkulasi obat yang ada di bagian instalasi semakin baik, jumlah obat yang kadaluarsa karena tidak terpakai juga semakin berkurang, dan pendapatan dari pemakaian jasa sarana medis meningkat.

Kata Kunci: Akuntansi Manajemen, Anggaran Biaya, Laporan Pertanggungjawaban Pusat Biaya, Peningkatan Laba


(15)

vi ABSTRACT

The main aim of each company is to get profit, and also same with Harapan Hospital Foundation which is located at Pematangsiantar, beside of health service, profit increment is also become important. To achieve that aim, responsibility cost centre accounting was assembled, exactly assembled from 2006.This research is done to to know what is the impact of responsibility cost centre accounting assembling in profit increment.

This research is descriptive, the data that is used is primary and secundary data. That data achieved by observation and interview, and the data analyzed by descriptive method.

The research of the responsibility cost centre accounting in profit increment at Harapan Hospital Foundation refers to cost budget that is arranged by each manager of medical technics and financial and administration. The result of the research can be concluded as : (i) The influences of the responsibility cost centre accounting at Harapan Hospital Foundation generally is good, this can be seen from the profit increment from 2006 since the assembled of responsibility cost centre accounting to 2007. The increment is Rp 49.737.462. (ii) By the assembling of the responsibility cost centre accounting, the hospital’s management can be more detail in running the policy of medicine using in the hospital pharmacy, so that the cycle of medicine use are better, and the amount of medicine statute-barred can be lessen, and the income from the medical accommodation use is increase.

Keywords: Management Accounting, Cost Budget, Responsibility Cost Centre Report, Profit Increment


(16)

1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan pada umumnya dibuat dan dibentuk sesuai dangan garis pertanggungjawaban. Struktur pusat pertanggungjawaban digunakan untuk menunjukkan unit organisasi yang dikelola oleh seorang manager yang bertanggungjawab. Penentuan pusat-pusat pertanggungjawaban memerlukan desentralisasi. Semakin besar ukuran organisasi semakin panjang dan banyak garis pertanggungjawaban.

Demikian juga peranan akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya sebagai alat pengawasan biaya berperan penting untuk suatu perusahaan dalam pencapaian tujuannya yaitu laba bersih yang maksimal. Pusat-pusat pertanggungjawaban tersebut digambarkan oleh kotak-kotak yang ada pada struktur organisasi sehingga pusat-pusat pertanggungjawaban tersebut membentuk suatu hirarki. Kotak paling atas pada struktur organisasi biasa disebut direktur, kotak dibawahnya biasanya tingkatan divisi. Kotak dibawah divisi disebut departemen, dibawah departemen disebut seksi, namun tidak selamanya struktur ini sama pada tiap organisasi / perusahaan.

Dengan adanya laporan pertanggungjawaban biaya, dapat diketahui berapa besarnya penyimpangan yang terjadi antara anggaran biaya dan realisasi biaya. Penyimpangan itulah yang nantinya dapat dijadikan oleh pihak akuntansi dan manajemen sebagai dasar untuk menyusun anggaran biaya yang lebih efektif dan efisien untuk periode berikutnya, sehingga penyimpangan antara anggaran dan realisasi biaya ditekan seminimal mungkin, dan peningkatan laba pun akan dapat teracapai.


(17)

2

Akuntansi biaya merupakan salah satu konsep yang ada dan mencoba memberikan solusi terhadap kebutuhan informasi tersebut, khususnya informasi yang berhubungan dengan pengawasan biaya. Ada 4 pusat pertanggungjawaban yaitu pusat biaya, pusat laba, pusat pendapatan dan pusat investasi. Setiap manajer pusat pertanggungjawaban harus bertanggungjawab atas elemen-elemen yang secara langsung berada dibawah pengawasannya/ pengendaliannya.

Konsep akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya yaitu menyusun, merencanakan dan membentuk pusat-pusat biaya pada perusahaan. Pusat biaya sendiri terdiri dari pusat biaya teknis dan pusat biaya kebijakan. Pusat biaya teknis yaitu pusat biaya yang sebagian besar biayanya dapat ditentukan dengan pasti karena biaya tersebut berhubungan erat dengan volume kegiatan pusat biaya tersebut, contoh pusat biaya teknis adalah biaya bagian produksi dan bagian pengiriman. Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya tidak berhubungan erat dengan volume kegiatan pusat biaya tersebut. Jumlah biaya yang tepat untuk kegiatan pusat biaya kebijakan ditentukan berdasarkan kebijakan manajemen. Contoh pusat biaya kebijakan adalah bagian akuntansi personalia, dan bagian penelitian dan pengembangan, sebagaimana yang yang dikemukakan oleh Suadi ( 2001 : 50-51)

RS swasta Harapan merupakan suatu badan usaha yang bertujuan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tetapi tidak menutup tujuan umum dari semua badan usaha yaitu untuk pencapaian laba. Oleh karena itu diperlukan struktur organisasi yang menggambarkan pembagian kinerja menurut fungsi dan kebutuhan perusahaan dengan tujuan untuk memudahkan dilakukannya pengawasan terhadap biaya maupun


(18)

pendapatannya. Pembagian yang dilakukan itu sekaligus menggambarkan pusat-pusat pertanggungjawaban yang dimiliki perusahaan tersebut.

Akuntansi pertanggungjawaban memiliki peranan yang besar dalam memberi informasi dari pusat-pusat pertanggungjawaban sebagai alat manager dalam pengawasannya, terlebih dengan semakin kompleksnya masalah yang dihadapi perusahaan dalam aktivitas sehari-hari. Sehubungan dengan itu penulis tertarik untuk mempelajari peran akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya pada yayasan rumah sakit Harapan ini. Penelitian akan dilakukan sampai sejauh akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya ini berperan sebagai alat pengawasan biaya dalam peningkatan laba rumah sakit . Maka penulis mencoba membahasnya dalam sebuah skripsi yang diberi judul “ Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Pusat Biaya Dalam Peningkatan Laba Pada Yayasan RS Harapan Pematangsiantar.”

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang yang ada, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

Bagaimana pengaruh penerapan akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya terhadap peningkatan laba Yayasan Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar.

Fokus penelitian yaitu pada bidang keperawatan, teknis medis, administrasi dan keuangan.


(19)

4

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya terhadap peningkatan laba Yayasan Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar, khususnya bagian keperawatan, teknis medis, administrasi dan keuangan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah

1. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai pengaruh penerapan akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya terhadap peningkatan laba khususnya di rumah sakit.

2. Bagi rumah sakit Harapan, sebagai masukan yang kiranya bermanfaat agar di masa depan penerapan akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya dapat lebih baik lagi sehingga kinerja rumah sakit Harapan dapat meningkat.

3. Sebagai acuan bagi para peneliti selanjutnya khususnya dalam bidang akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya.


(20)

E. Kerangka Konseptual

GAMBAR 1.1

KERANGKA KONSEPTUAL

Sumber : Penulis, 2007

Anggaran dan Realisasi Biaya Yayasan Rumah Sakit

Harapan

Laporan

Pertanggungjawaban Biaya

Penyimpangan Anggaran dan Realisasi Biaya Laporan Laba

Rugi Yayasan Rumah Sakit

Kebijakan dan Fungsi * Keperawatan * Teknis Medis * Administrasi dan

keuangan Akuntansi Pertanggungjawaban

Pusat Biaya

Peningkatan Laba Yayasan


(21)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Akuntansi Pertanggungjawaban

1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi yang digunakan untuk mengukur kinerja setiap pusat pertanggungjawaban sesuai dengan informasi yang dibutuhkan manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka. Sistem ini diciptakan untuk memberikan keleluasaan kepada manajer untuk mengelola bagian organisasi yang dipimpinnya secara formal.

Akuntansi pertanggungjawaban menurut Hansen dan Mowen (2001:218)

“ merupakan sebuah sistem yang disisun untuk mengukur hasil setiap pusat pertanggungjawaban dan membandingkan hasil – hasil tersebut dengan hasil yang diharapkan atau dianggarkan.”

Dari defenisi tersebut, akuntansi pertanggungjawaban merupakan alat untuk mengukur kinerja dari setiap pusat pertanggungjawaban, dimana kinerja tersebut dapat dibandingkan antara anggaran kegiatan / biaya dengan realisasi kegiatan / biaya.

Akuntansi pertanggungjawaban menurut Mulyadi (2001:218)

Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu system akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan pendapatan dilakukan sesuai dengan pusat pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggungjawab atas penyimpangan biaya dan pendapatan yang dianggarkan.

Defenisi tersebut mengatakan bahwa akuntansi pertanggungjawaban mengelompokkan organisasi atas pusat-pusat pertanggungjawaban, sehingga apabila


(22)

terjadi penyimpangan biaya, dapat dicari orang atau kelompok orang yang bertanggungjawab atas penyimpangan tersebut.

Dari kedua definisi di atas dapat diketahui bahwa akuntansi pertanggungjwaban dititikberatkan pada pertanggungjawaban biaya. Setiap biaya dari tiap – tiap organisasi harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan anggaran yang ditetapkan oleh masing – masing unit tersebut. Dengan membandingkan realisasi biaya dengan anggaran biaya dapat dilakukan penilaian atas pusat – pusat biaya dalam organisasi / perusahaan.

Akuntansi pertanggungjawaban bukan hanya menunjukkan besarnya penyimpangan yang terjadi, tetapi yang terutama adalah, untuk memberikan informasi bagaimana para manajer pusat pertanggungjawaban melaksanakan tanggung jawabnya. Melalui informasi ini diharapkan akan timbul motivasi bagi para manajer untuk bekerja lebih efektif dan efisien serta dapat melakukan tindakan korektif yang diperlukan agar tujuan perusahaan tercapai yaitu memperoleh keuntungan ( profit ) yang optimal.

Matz dan Usry (1997:420) mengemukakan tiga konsep dasar mengenai akuntansi pertanggungjawaban sebagai berikut :

a. Akuntansi pertanggungjawaban didasarkan atas penggolongan tanggungjawab manajemen (departemen – departemen ) pada setiap tingkatan dalam suatu organisasi dengan tujuan membentuk anggaran bagi masing – masing departemen. Individu yang mengepalai pusat pertanggungjawaban harus bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan biaya- biaya dari kegiatannya. Konsep ini menekankan perlunya penggolongan biaya menurut biaya yang dapat atau tidak dapat dikendalikan oleh kepala departemen. Umumnya biaya – biaya yang secara langsung dapat dibebankan pada departemen ( kecuali biaya tetap ) merupakan biaya yang dapat dikendalikan oleh manajer departemen tersebut.

b. Titik awal dari sistem informasi akuntansi pertanggungjawaban terletak pada bagan organisasi dimana ruang lengkup wewenang telah ditentukan. Wewenang mendasri pertanggungjawaban biaya – biaya tertentu dengan pertimbangan dan kerjasama antara penyelia, kepala departemen atau manajer. Biaya tersebut diajukan dalam anggaran departemen.

c. Setiap anggaran harus jelas menunjukkan biaya – biaya yang dapat dikendalikan oleh orang yang bersangkutan. Bagan perkiraan harus disesuaikan supaya dapat


(23)

8

dilakukan pencatatan atas biaya – biaya yang dapat dikendalikan atau dipertanggungjawabkan dalam kerangka kerja yang tercakup dalam wewenang. Konsep diatas menekankan perlunya pembentukan pusat pertanggungjawaban dan pusat pertanggungjawaban tersebut memerlukan pendelegasian wewenang untuk mendasari pertanggungjawaban atas biaya terkendali yang telah dianggarkan.

2. Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban

Menurut Mulyadi (2001:174) “ Akuntansi pertanggungjawaban yang berupa informasi masa yang akan datang, bermanfaat untuk penyusunan anggaran untuk periode yang akan datang, sedangkan informasi masa lalu bermanfaat sebagai penilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dan alat pemotivasi manajer. “ Dari kutipan tersebut ada 3 manfaat akuntansi pertanggungjawaban yaitu :

a. Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai Dasar Penyusunan Anggaran.

Informasi dari laporan akuntansi pertanggungjawaban dapat dipakai sebagai dasar penyusunan anggaran untuk periode berikutnya. Informasi tersebut berhubungan dengan peran dan tanggungjwab yang diberikan kepada manajer pusat pertanggungjawaban tersebut selama periode tertentu.

Menurut Mulyadi (2001:175) “ Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan siapa yang bertanggungjawab untuk melaksanakan kegiatan pencapaian tujuan perusahaan dan penetapan sumber daya yang disediakan bagi pemegang tanggungjawab tersebut.” Setiap pusat pertanggungjawaban harus menyusun anggaran sesuai dengan kebutuhan pusat pertanggungjawaban itu sendiri.


(24)

b. Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai Alat Penilai Kinerja Manajer Pusat Pertanggungjawaban

Penilaian kinerja merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksakan peran yang mereka miliki dalam organisasi. Jika informasi akuntansi merupakan salah satu dasar penilaian kinerja, maka informasi itu terkait dengan akuntansi manajemen yang dihubungkan dengan individu yang memiliki peran dalam organisasi yang merupakan informasi akuntansi manajemen. Pada akhir periode yang telah ditentukan, manajer pusat pertanggungjawaban harus melaporkan pertanggungjawaban atas kinerja mereka dalam suatu laporan akuntansi pertanggungjawaban selama periode tersebut.

Pada awal periode, manajemen puncak akan menetapkan batasan kepada manajer pusat pertanggungjawaban sebagaimana yang dikemukakan oleh Mulyadi (2001:421) “ Jika seseorang diminta untuk bertanggungjawab atas sesuatu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan dengan jelas daerah pertanggungjawaban yang menjadi wewenangnya.”

Manajer pusat pertanggungjawaban akan diberi wewenang dalam menjalankan tanggungjawab dan mencapai sasaran yang diberi oleh manajemen puncak. Dengan tanggungjawab dan sasaran yang jelas, maka kinerja manajer akan lebih mudah dinilai.

Setelah batasan tanggungjawab ditetapkan, tahap berikutnya adalah menetapkan kriteria penilaian kinerja. Kriteria penilaian kinerja harus disesuaikan dengan ruang lingkup tanggungjawab. Kriteria ini berbeda untuk setiap pusat pertanggungjawaban. Kinerja manajer pusat biaya teknis dinilai berdasarkan produktivitas dengan biaya lebih rendah dari yang dianggarkan. Kinerja manajer pusat biaya kebijakan dinilai berdasarkan


(25)

10

pelaksanaan tugas dalam batas biaya yang dianggarkan Kinerja manajer pusat biaya investasi dinilai dari Return on Investment.

c. Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai Alat Pemotivasi Manajer

Mulyadi ( 2001:418) mengatakan “ Seseorang akan termotivasi untuk bekerja jika ia yakin kinerjanya akan mendapat penghargaan.” Pemberian penghargaan atas kinerja manajer akan berpengaruh langsung pada motivasi manajer untuk meningkatkan kinerja. Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berisi laporan pertanggungjawaban manajer dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk menilai prestasi manajer yang tentunya secara positif memotivasi manajer untuk meningkatkan kinerjanya. Maksimalisasi motivasi manajer secara tidak langsung juga berarti maksimalisasi kinerja karyawan dan berarti juga dapat membangkitkan dorongan dalam diri setiap orang untuk mengerahkan semua usahanya dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Motivasi dapat dibangkitkan secara langsung dengan memberikan penghargaan berupa bonus dan promosi. Penghargaan tidak langsung dilakukan dengan memberikan tunjangan kesejahteraan seperti asuransi, honorarium, liburan atau tunjangan lainnya.

3. Kondisi – kondisi yang Menunjang Efektivitas Penerapan Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban mendasarkan pada pemikiran bahwa seorang manajer harus dibebani tanggungjawab atas kinerjanya sendiri dan kinerja bawahannya. Konsep akunansi pertanggungjawaban menjadi pedoman departemen akuntansi untuk mengumpulkan, mengukur dan melaporkan kinerja sesungguhnya, kinerja yang diharapkan, dan selisih yang timbul dalam setiap pusat pertanggungjawaban.


(26)

Supriyono (2001:374) mengemukakan bahwa Akuntansi pertanggungjawaban dapat digunakan dengan baik jika terdapat kondisi – kondisi berikut :

a. Luas wewenang dan tanggungjawab pembuat keputusan harus ditentukan dengan baik melalui struktur organisasi

b. Manajer pusat pertanggungjawaban harus berperan serta dalam penentuan tujuan yang digunakan untuk mengukur kinerjanya

c. Manajer pusat pertanggungjawaban harus berusaha untuk mencapai tujuan yang ditentukan untuknya dan untuk pusat pertanggungjawabannya.

d. Manajer pusat pertaqnggungjawaban harus bertanggungjawab atas kegiatan pusat pertanggungjawaban yang dikendalikannya.

e. Hanya biaya, pendapatan, laba, dan investasi yang terkendalikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban yang harus dimasukkan ke laporan kinerjanya.

f. Laporan kinerja dan umpan balik untuk manajer pusat pertanggungjawaban harus disajikan tepat waktu.

g. Laporan kinerja atau laporan pertanggungjwaban menyajikan secara jelas selisih yang terjadi, tindakan koreksi, dan tindak lanjutnya sehingga memungkinkan diterapkan prinsip pengecualian.

h. Harus ditentukan dengan jelas peranan kinerja manajemen terhadap struktur balas jasa atau struktur perangsang dalam perusahaan.

i. Sistem akuntansi pertanggungjawaban hanya mengukur salah satu kinerja manajer pusat pertanggungjawaban, yaitu kinerja keuangan. Selain kinerja keuangan, seorang manajer dapat menilai kinerjanya atas dasar tingkat kepuasan kepuasan karyawan, moral dan sebagainya.

Dari penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dalam akuntansi pertanggungjawaban terdapat syarat – syarat yang harus dipenuhi yaitu :

a. Struktur organisasi, baik yang artinya memiliki batasan wewenang dan tanggung jawab yang jelas dan tegas sehingga setiap karyawan dan personel perusahaan dapat menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik.

b. Anggaran harus disusun berdasarkan pusat – pusat pertanggungjawaban sehingga pendapatan dan biaya dapat dipertanggungjawabkan.

c. Khusus untuk akauntansi pertanggungjawaban pusat biaya, harus dilakukan pemisahan antara biaya yang dapat dikendalikan ( controllable cost ) dengan


(27)

12

biaya yang tidak dapat dikendalikan ( uncontrollable cost ) oleh manajer pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan.

4. Klasifikasi Akuntansi Pertanggungjawaban

Dalam akuntansi pertanggungjawaban terdapat empat pusat pertanggungjawaban yaitu pusat biaya, pusat laba, pusat pendapatan, dan pusat investasi.

a. Pusat Biaya

Pusat biaya merupakan merupakan pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggungjawab atas biaya yang terjadi dalam unit tersebut, yang meliputi keseluruhan biaya yang dibebankan untuk aktivitas usaha. Prestasi manajer pusat biaya diukur atas dasar biayanya atau masukan dalam menghasilkan keluaran, dengan kata lain prestasinya diukur berdasarkan kemampuannya untuk menekan biaya – biaya yang digunakan oleh pusat pertanggungjawabannya. Prestasi keuangan dari pimpinan suatu pusat biaya dapat juga dinilai dengan membandingkan biaya yang sesungguhnya dengan biaya menurut anggaran atau dengan harga pokok standar.

Menurut Suadi (2001:49) “ Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang oleh system pengendalian manajemen, masukannya diukur dalam satuan moneter, sedangkan keluarannya tidak diukur dalam satuan moneter.”

Anthony dan Govindarajan (2002:117) mengatakan “ Pusat biaya adalah pusat dimana seluruh input diukur dalam bentuk jumlah uang namun tidak diukur dalam jumlah yang sama.”

Pusat biaya terbagi atas pusat biaya teknis dan kebijakan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Suadi (2001:50-51)

Pusat biaya teknis adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya dapat ditentukan dengan pasti karena biaya tersebut berhubungan erat dengan volume


(28)

kegiatan pusat biaya tersebut. Contoh pusat biaya teknis adalah bagian produksi dan bagian pengiriman. Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya tidak berhubungan erat dengan volume kegiatan pusat biaya tersebut. Jumlah biaya yang tepat untuk kegiatan pusat biaya kebijakan ditentukan berdasarkan kebijakan manajemen. Contoh pusat biaya kebijakan adalah bagian akuntansi, personalia. Dan bagian penelitian dan pengembangan.

Biaya yang terjadi dalam pusat biaya tidak selamanya dapat dikendalikan oleh manajer yang bersangkutan sehingga dalam pengumpulan dan pelaporan biaya - biaya dan pengumpulan biaya dari setiap pertanggungjawaban, harus dipisahkan antara biaya yang dapat dikendalikan ( controllable cost ),contohnya biaya administrasi dan umum, biaya penyusustan, dengan biaya yang tidak dapat dikendalikan ( uncontrollable cost ), contohnya biaya jasa. Manajer pusat biaya hanya bertanggungjawab terhadap biaya – biaya yang dapat dikendalikan saja.

b. Pusat Laba

Menurut Suadi (2001:77) “ Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang keluaran dan masukannya diukur dalam satuan moneter, sehingga laba dapat dihitung.” Kinerja pimpinannya dapat dilihat dari laba yang dihasilkan. Dalam konsep sistem pengendalian manajemen, pimpinan pusat laba memiliki kewenangan / tanggungjawab atas pendapatan dan biaya.

Keberadaan suatu pusat laba lebih relevan untuk perencanaan dan pengendalian laba yang mengacu kepada pengukuran unit masukan dan keluaran dari pusat laba yang bersangkutan. Untuk meyakinkan efektifitas pengendalian melalui sistem pengendalian pusat laba, beragam aktifitas yang controllable dan uncontrollable harus diidentifikasi. Manajer pusat laba bertanggungjawab atas biaya – biaya dan penghasilan yang dikontrol melalui keputusan –keputusannya.


(29)

14 1) Kesadaran atas laba memicu para manajer untuk senantiasa peka dalam aktifitas

pemasaran yang memperbesar keuntungan.

2) Proses pembuatan keputusan operasional relative lebih singkat sebab tidak perlu harus dibuat di kantor pusat, tetapi cukup di pusat laba yang bersangkutan.

3) Manajer pusat laba semakin leluasa mengembangkan inisiatif dan kapabilitasnya dalam mengembangkan strategic business unit yang dipimpinnya.

Walaupun laba mampu menunjukkan efisiensi dan efektifitas perusahaan maupun pusat laba, tetapi sebagai alat pengukur, laba juga menimbulkan masalah.

Menurut Suadi (2001:78)

Laba tidak menunjukkan seluruh hasil kerja manajemen. Penyebabnya adalah laba hanya mencerminkan hal – hal yang dapat diukur dalam satuan moneter. Contoh hal – hal yang tidak dapat diukur dalam satuan moneter adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia ( semangat kerja, keterampilan, moral ), arah pangsa pasar ( naik turun ), dan sebagainya. Kelemahan lain dari laba sebagai alat pengukur adalah sukarnya menentukan standard laba dari sebuah pusat laba. Walaupun anggaran laba sering digunakan sebagai standard, tetapi penentuan anggaran tersebut tergantung pada manajemen sehingga diragukan perannya sebagai standar.

Cara – cara mengukur kinerja pusat laba menurut Sukarno (2002: 54) antara lain :

1) Contribution margin yaitu pendapatan setelah dikurangi penjualan dan semua biaya variabel.

2) Direct profit yaitu contribution margin setelah dikurangi biaya tetap yang terjadi di pusat laba yang bersangkutan.

3) Controllable profit yaitu direct profit dikurangi biaya yang dibebankan oleh kantor pusat namun masih controllable bagi pusat laba yang bersangkutan.

4) Income before income tax yaitu controllable profit setelah dikurangi beban dari kantor pusat lainnya.

5) Net income yaitu income before income tax setelah dikurangi pajak yang terhutang.

c. Pusat Pendapatan

Menurut Supriyono (2001:46) “ Pusat pendapatan adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi yang prestsi manajernya dinilai atas dasar pendapatan pusat pertanggungjawaban tersebut.” Prestasi manajer pusat pendapatan diukur berdasarkan pendapatan yang diperolehnya selama suatu periode


(30)

dimana pendapatan tersebut diukur berdasarkan jumlah penjualan yang dicapai lalu dibandingkan dengan penjualan yang dianggarkan.

Bila seorang manajer pusat pendapatan hanya berfokus pada aktifitas yang mampu meningkatkan omzet penjualan tanpa bertanggungjawab atas biaya yang dikeluarkan atau basis investasi yang digunakan, peluang dan kontribusi manajer tesebut terhadap profitabilitas perusahaan menjadi tidak jelas. Karena itu menurut Sukarno (2002:44-45)

Dalam menganalisis kinerja manajer pusat pendapatan, seyogyanya tidak semata – mata dengan mencermati hasil penjualan, namun juga dengan menelaah keseluruhan pasar yang tersedia dan besarnya pangsa pasar yang dikuasai oleh manajer yang bersangkutan. Dalam hal ini analisis industri menjadi sangat relevan.

Tahap analisis industri adalah sebagai berikut : 1) Membuat proyeksi permintaan pasar

2) Menilai posisi perusahaan dalam persaingan, yang dapat dihitung dengan rumus berikut :

Pangsa pasar = Permintaan Perusahaan x 100 % Permintaan Pasar

Biaya – biaya yang terjadi pada pusat pendapatan hanyalah biaya – biaya yang berada dibawah pengawasan langsung manajer pusat pendapatan. Pusat pendapatan tidak dapat disebut sebagai pusat laba karena biaya – biaya yang terjadi dalam pusat pertanggungjawaban ini belumlah merupakan biaya lengkap. d. Pusat Investasi

Hansen dan Mowen (2001:818) mengatakan, “ Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur berdasarkan investasi yang digunakan, pendapatan yang dihasilkan, serta biaya – biaya yang terjadi.” Sedangkan menurut Sukarno (2002:73)” Jika investasi diidentikkan dengan asset, maka pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang kinerja manajernya dinilai dari prestasi memanfatkan asset perusahaan.”


(31)

16

Pengertian prestasi memanfatkan adalah prestasi untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Pusat investasi menyerupai pusat laba. Yang membedakan adalah orientasi operasionalnya. Pusat laba lebih mengacu ke bisnis utama ( core business ) perusahaan dan waktunya periodik; sedangkan pusat investasi lebih mengacu pada pendayagunaan semua asset produktif ( Earning Asset ) dan jangka waktunya tidak selalu periodic. Dengan kata lain pusat laba menggunakan Transaction Approach dan pusat investasi menggunakan Capital Maintenance Approach. Dalam manajemen keuangan, asset produktif terdiri dari Modal Kerja, Penyertaan dan Aktiva Tetap.

Menurut Sukarno (2002:75) “ Alat ukur kinerja pusat investasi adalah Return on Investment ( ROI ) dan Economic Value Added (EVA).”

1. Formula ROI = Net Operating Income Total Assets 2. Formula EVA = EBIT – TAX – WACC

Keterangan :

EBIT = Earning Before Interest and Tax ( laba sebelum beban bunga dan pajak )

TAX = Pajak Penghasilan Perusahaan

WACC = Weighted Average Cost of Capital ( biaya modal rata –rata tertimbang

B. Akuntansi Pertanggungjawaban Pusat Biaya

Pusat biaya merupakan pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggungjawab atas biaya yang terjadi dalam unit tersebut, yang meliputi keseluruhan biaya yang dibebankan untuk aktifitas usaha. Prestasi manajer pusat biaya diukur atas dasar biayanya atau masukannya dalam menghasilkan keluaran, dengan kata lain prestasinya diukur berdasarkan kemampuannya untuk menekan biaya – biaya yang digunakan oleh pusat pertanggungjawaban. Prestasi keuangan dari pimpinan suatu pusat biaya dapat juga dinilai dengan membandingkan biaya yang sesungguhnya dengan biaya menurut anggaran atau dengan harga pokok standar.


(32)

1. Biaya Teknis dan Biaya Kebijakan

Dalam konsep Akuntansi pertanggungjawaban dikenal biaya teknis dan biaya kebijakan, seperti yang dikemukakan oleh Suadi (2001:50)

Biaya teknis adalah biaya yang pengeluaran dan manfaatnya dapat ditelusuri karena memiliki hubungan antara masukan dan keluaran yang dihasilkan,sedangkan Biaya kebijakan adalah biaya yang pengeluaran dan manfaatnya tidak dapat ditelusuri karena tidak memiliki hubungan antara masukan dengan keluarannya.

Anthony dan Gonvindarajan (2001:118) mengemukakan :

Biaya kebijakan adalah biaya yang merefleksikan keputusan pihak manajemen yang berkaitan dengan kebijakan tertentu yang biasanya terdapat pada unit – unit administratif dan pendukung ( seperti akuntansi, hokum, sumber daya manusia ), operasi – operasi litbang, dan aktifitas pemasaran yang outputnya tidak bias diukur dengan uang.

Sedangkan Supriyono (2000:337) memberikan defenisi sebagai berikut : “Biaya kebijakan adalah biaya yang terjadinya dan variabilitasnya ditentukan berdasarkan kebijakan manajemen dan tidak mempunyai hubungan fisik secara optimal ( erat dan nyata ) dengan keluarannya.”

Input biaya kebijakan sulit dikaitkan secara fisik kepada outputnya karena output tersebut tidak dapat dinilai secara kuantitatif. Biaya kebijakan merupakan hasil dari keputusan manajemen.

2. Pusat Biaya Teknis dan Pusat Biaya Kebijakan

Sejalan dengan konsep akuntansi pertanggungjawaban, manajemen merencanakan dan membentuk pusat – pusat biaya pada perusahaannya. Pusat biaya terbagi atas pusat biaya teknis dan pusat biaya kebijakan. Menurut Suadi (2001:50-51)

Pusat biaya teknis adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya dapat ditentukan dengan pasti karena biaya tersebut berhubungan erat dengan volume kegiatan pusat biayanya. Contoh pusat biaya teknis adalah bagian produksi dan


(33)

18

bagian pengiriman. Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya tidak berhubungan erat dengan volume kegiatan pusat biaya tersebut. Jumlah biaya yang tepat untuk kegiatan pusat biaya kebijakan ditentukan berdasarkan kebijakan manajemen. Contoh pusat biaya kebijakan adalah bagian akuntansi, personalia, dan bagian penelitian dan pengembangan.

Pengukuran pusat biaya kebijakan berkaitan erat dengan efektifitas dan efsiensi. Anthony dan Govindarajan (2002:114) mengatakan “ Efisiensi dan efektifitas berkaitan satu sama lainb, setiap pusat pertanggungjawaban harus efektif dan efisien, dimana perusahaan harus mencapai tujuannya dengan cara optimum.”

Menurut Supriyono (2001:24-25)

Efisiensi adalah ratio keluaran terhadap masukan. Efektifitas adalah hubungan antara keluaran pusat pertanggungjawaban dengan tujuannya. Semakin besar kontribusi keluaran pusat pertanggungjawaban terhadap pencapaian tujuan perusahaan, semakin efektif kegiatan pusat pertanggungjawaban tersebut.

Biaya kebijakan sulit diukur efisiensinya, tidak ada kepastian dimana semakin besar biaya yang digunakan maka keluaran yang dihasilkan akan semakin besar. Sebagai contoh, bagian penelitian dan pengembangan meminta agar diperkenankan melakukan pengeluaran yang lebih besar untuk mengkaji mengapa dalam tiga bulan terakhir omzet penjualan berkurang. Beban penelitian pemasaran tersebut tidak akan menjamin omzet penjualan akan meningkat.

Akan tetapi biaya kebijakan dapat diukur efektifitasnya, walaupun sulit dilakukan. Efektifitas kadang – kadang dinyatakan dalam standar kualitatif. Misalnya bagian penelitian dan pengembangan menciptakan produk baru ataupun peningkatan teknologi.


(34)

C. Akuntansi Pertanggungjawaban Pusat Biaya Kebijakan

Tahap – tahap dalam akuntansi pertanggungjawaban adalah penyusunan program, penyusunan anggaran dan penyusunanlaporan pertanggungjawaban. Penyusunan program merupakan bagian dari tahapan dari perencanaan yang meuat rancangan aktifitas pusat pertanggungjawaban tersebut selama periode mendatang. Penyusunan anggaran merupakan perencanaan pembiayaan program – program yang telah disusun. Laporan pertanggungjawaban merupakan mekanisme pengawasan atas pelaksanaan program dan realisasi anggaran yang telah disepakati sebelumnya.

1. Sistem Penyusunan Program Pusat Biaya Kebijakan

Setiap perusahaan harus melaksanakan perencanaan sebagai langkah awal dalam menjalankan aktifitasnya. Hasil dari perencanaan adalah tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Alat untuk mncapai tujuan tersebut adalah strategi. Implementasi dari strategi ini adalah program berupa kegiatan perusahaan dalam jangka waktu panjang.

Program adalah kegiatan pokok yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi untuk mengimplementasikan strategi –strategi yang telah ditetapkan dalam perumusan strategi. Perumusan strategi adalah proses pembuatan keputusan mengenai tujuan – tujuan dan strategi – strategi baru. Program terbagi atas dua bagian yaitu program berjalan ( program yang masih dilaksanakan untuk menjabarkan strategi yang ditetapkan pada masa lalu ) dan program yang baru.

a. Analisis Program Berjalan

Perubahan lingkungan luar mungkin mengakibatkan program yang sedang berjalan tidak dapat dipertahankan. Oleh karena itu program yang sedang berjalan perlu ditelaah agar dapat diketahui apkah program tersebut masih dapat dipertahankanatau


(35)

20

direvisi. Contoh – contoh perubahan lingkungan luar adalah perubahan kebutuhan dan selera masyarakat, perubahan kondisi persaingan, perubahan metode produksi, perubahan kondisi ekonomi, perubahan politik dan kebijaksanaan pemerintah dan sebagainya.

Penelaahan program yang sedang berjalan adalah peninjauan secara berkesinambungan dan sistematis terhadap program yang ada untuk menjamin bahwa kondisi – kondisi lingkungan luar yang baru telah diperkirakan dan tindakan yang tepat terhadap kondisi tersebut telah diputuskan. Salah satu cara untuk menelaah program yang sedang berjalan adalah telaah dasar nol ( zero-base-review ).

Menurut Supriyono (2000:10)

Zero-base-review adalah cara – cara sistematis untuk menelaah program yang sedang berjalan dengan cara menemtukan sumber ( biaya ) untuk menyelesaikan program berdasarkan tahun penelaahan sebagai kondisi titik awal untuk menyelesaikan program dan tidak dari tingkatan biaya program yang sudah dikeluarkan.

Manfaat – manfaat zero-base-review adalah sebagai berikut :

1) Untuk menanggulangi kecenderungan ke arah sifat puas diri terhadap pelaksanaan program utam yang ada sehingga enggan mengubah program yang seharusnya sudah memerlukan perubahan.

2) Untuk menelaah secara individual pusat biaya yang mempunyai biaya kebijakan yang besar.

Supriyono (2000:10) mengatakan bahwa untuk pusat biaya kebijakan, tinjauan program dengan zero-base-review dirumuskan dengan pertanyaan – pertanyaan pokok sebagai berikut :

1) Haruskah program atau kegiatan dilaksanakan?

2) Apakah program yang dilaksanakan terlalu banyak atau terlalu sedikit?

3) Haruskah program tersebut dilaksanakan sendiri atau harus dikontrakkan kepada pihak luar?


(36)

4) Apakah ada cara – cara yang lebih efisien untuk mencapai hasil yang diharapkan? 5) Berapa biaya yang diperlukan untuk melaksanakan program tersebut?

b. Penyusunan Program Baru

Manajemen harus selalu siap untuk mengusulkan program – program baru. Usulan ini dalam rangka menghadapi ancaman terhadap program yang sedang berjalan dan untuk memanfatkan keunggulan dan kesempatan baru yang diperoleh dari lingkungan luarnya.

Sistem yang biasanya digunakan untuk menganalisis program baru adalah sistem penyusunan anggaran modal (Capital Budgeting System). Sistem penyusunan anggaran modal adalah proses pembuatan keputusan mengenai pembelanjaan proyek – proyek investasi. Hal ini disebabkan karena usulan program baru memerlukan komitmen dana modal dalam jumlah besar dan tertanam dalam jangka panjang.

Prosedur penyusunan anggaran modal terdiri atas :

1) Pada tahap awal, pengusul program menyusun deskripsi usulan program dan alas an – alasannya.

2) Staff manajemen puncak menganalisis usulan tersebut dan menyampaikan rekomendasi bagi pengambil keputusan.

3) Bagian anggaran menyusun anggaran pengeluaran modal ( biasanya sekali setahun ) dan terpisah dari anggaran operasi.

4) Manajemen puncak mempertimbangkan, merivisi ( jika perlu )dan mensahkan anggaran pengeluaran modal. Pengesahan anggaran pengeluaran modal merupakan pengesahan program secara prinsip.

Menurut Supriyono (2000:3-4) “ Proses penyusunan program pada hakikatnya adalah proses pembuatan keputusan mengenai program – program yang akan dilaksanakan oleh


(37)

22

suatu organisasi dan taksiran jumlah sumber – sumber yang akan dialokasikan untuk setiap program.”

Menurut Mulyadi dan Setiawan (2001:545) “ Penyusunan program harus menjabarkan inisiatif strategik dengan meliputi tiga perspektif yaitu customer, proses bisnis / intern serta pembelajaran dan pertumbuhan.” Persepektif customer artinya dalam program yang disusun harus memiliki unsur peningkatan kualitas layanan kepada pelanggan. Perspektif proses bisnis / intern merupakan bagian program reorganisasi lini – lini organisasi yang bermasalah. Hal ini diperlukan agar kinerja organisasi tidak terganggu. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan berkaitan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Usulan program yang telah disusun oleh manajemen lalu disampaikan kepada komite penyediaan modal untuk di-review dan disyahkan. Review awal hanya dilakukan oleh staff dan hanya menyangkut apakah program telah disusun berdasarkan panduan program dan apakah terdapat konsistensi dalm program yang diusulkan. Kemudian usulan program itu didiskusikan dengan manajemen puncak yang mencakup apakah program yang diusulkan telah mencukupi dan menjabarkan strategi perusahaan. Pada diskusi ini dapat terjadi revisi terhadap usulan program. Setelah usulan program disetujui oleh manajemen puncak maka program ini disyahkan menjadi program.

2. Sistem Penyusunan Anggaran Pusat Biaya Kebijakan a. Pengertian Anggaran

Menurut Supriyono (2000:40) “ Anggaran adalah suatu rencana terinci yang disusun secara sistematis dan dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif,


(38)

biasanya dalam satuan moneter, untuk menunjukkan perolehan dan penggunaan sumber – sumber suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu.”

b. Manfaat Anggaran

Manfaat anggaran menurut Supriyono (2000:42), antara lain untuk :

1) Perencanaan kegiatan organisasi atau sauatu pusat tanggungjawab dalam jangka pendek.

2) Membantu mengkoordinasikan rencana jangka pendek

3) Alat komunikasirencana kepada berbagai manajer pusat pertanggungjawaban

4) Alat untuk memotivasi para manajer untuk mencapai tujuan pusat pertanggungajwban yang dipimpinnya.

5) Alat pengendalian kegiatan dan penilaian prestasi pusat – pusat pertanggungjawaban dan manajer.

6) Alat pendidikan para manajer.

c. Keunggulan, Keterbatasan, dan Syarat Anggaran

Supriyono (2001:44) mengemukakan keunggulan anggaran sebagai berikut : 1) Menyediakan suatu pendekatan disiplin untuk menyelesaikan masalah.

2) Membantu manajer membuat studi awal terhadap masalah – masalah yang dihadapi oleh suatu organisasi dan membiasakan manajemen untuk mempelajari secara seksama suatu masalah sebelum diputuskan.

3) Menyediakan cara – cara sebelum untuk memformalisasi usaha usaha perencanaan.

4) Menutup kemacetan potensial sebelum kemacetan tersebut terjadi.

5) Mengembangkan iklim sadar laba dalam perusahaan, mendorong sikap kesadaran terhadap pentingnya biaya dan memaksimalkan pemanfaatan sumber – sumber perusahaan.

6) Membantu mengkordinasi dan mengintegrasikan penyusunan rencana operasi berbagai bagian yang ada pada organisasi sehingga hasil akhirdan rencana – rencana tersebut dapat terintegrasi dan komprehensif.

7) Memberikan kesempatan kepada organisasi untuk meninjau kembali secara sistematis terhadap kebijaksanaan dan pedoman dasar yang sudah ditentukan. 8) Mengkoordinasikan, menghubungkan dan membantu mengarahkan investasi dan

semua usaha organisasi ke saluran yang paling menguntungkan.

9) Mendorong suatu standar prestasi yang tinggi dengan membangkitkan semangat bersaing yang sehat, menimbulkan perasaan yang berguna dan menyediakan peransang ( insentif ) untuk pelaksanaan yang efektif.

10) Menyediakan tujuan atau sasaran yang merupakan alat pengukuran atau standar untuk mengukur prestasi dan ukuran pertimbangan manajemen dan sikap eksekutif secara individual.


(39)

24

Meskipun anggaran memiliki banyak keunggulan, namun anggaran juga memiliki banyak keterbatasan, sebagaimana yang digunakan oleh Sukarno (2002:175-176) yaitu :

1) Anggaran berdasarkan taksiran sehingga tidak selalu akurat, aspek sensivitas bisnis kerap mewarnai kualitas data.

2) Dalam penyusunan anggaran diperlukan partisipasi dari berbagai tingkatan manajemen. Kondisi demikian cenderung menimbulkan permasalahan karena adanya ketidakselarasan hubungan antar karyawan.

3) Intuisi bisnis juga merupakan faktor penting yang senantiasa dipertimbangkan, dan hakikat anggaran adalah membantu dan bukan satu –satunya atau tyang tertinggi dalam kebijakan manajemen.

Agar anggaran dapat memanfatkan keunggulannya sebaik mungkin dan menekan keterbatasan seminimal mungkin, maka anggaran yang baik memerlukan syarat – syarat yang harus dipenuhi seperti yang dikemukakan oleh Supriyono (2000:45) sebagai berikut

1) Adanya organisasi perusahaan yang sehat

Organisasi yang sehat adalah organisasi yang membagi tugas fungsional dengan jelas dan menentukan garis wewenang dan tanggungjawab yang tegas.

2) Adanya sistem akuntansi yang memadai Sistem akuntansi yang memadai meliputi :

a) Penggolongan rekening yang sama antar anggaran dan realisasi sehingga dapat dibandingkan dan dihitung penyimpangannya.

b) Pencatatan akuntansi memberikan informasi mengenai realisasi, anggaran dan selisih.

c) Laporan berdasarkan akuntansi pertanggungjawaban. 3) Adanya penelitian dan analisis

Penelitian dan analisis diperlukan untuk menetapkan alat ukur prestasi sehingga anggaran dapat dipakai untuk menganalisis prestasi.

4. Adanya dukungan para pelaksana.

Anggaran dapat dipakai sebagai alat yang baik bagi manajemen jika ada dukungan dari para pelaksana, baik dari tingkat atas maupun tingkat bawah.

d. Jenis – Jenis Anggaran

Anggaran dapat dibuat untuk setiap kegiatan yang dilakukan perusahaan. Anggaran yang bersifat komprehensif tersebut disebut anggaran induk (master budget ). Oleh karena penganggaran memerlukan waktu dan perhatian manajemen yang cukup


(40)

besar, ada perusahaan yang hanya membuat anggaran untuk kegiatan yang dianggap kritis saja. Anggaran tersebut disebut anggaran perencanaan ( planning budgeting ) misalnya anggaran fleksibel yaitu anggaran biaya yang jumlahnya disesuaikan dengan volume kegiatan produksi.

e. Proses Penyusunan Anggaran

Anggaran memerlukan proses penyusunan. Penyusunan anggaran adalah proses akuntansi dan juga proses manajemen. Proses akuntansi berarti penyusunan anggaran merupakan proses mempelajari mekanisme, prosedur untuk merakit data dan membentuk anggaran. Proses manajemen berarti penyusunan anggaran merupakan proses penetapan peran setiap manajer dalam melaksanakan program atau bagian program.

f. Tahap – Tahap Penyusunan Anggaran Menurut Supriyono (2001:72-73)

Adapun tahap – tahap penyusunan anggaran adalah sebagai berikut : 1) Memahami SWOT

Manajemen puncak menganalisi SWOT ( Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats ) yang dimiliki organisasi dan lingkunganya.

2) Memahami Perumusan Strategi dan Perencanaan Strategis

Atas dasar SWOT, manajemen puncak menyusun perumusan strategi proses penentuan tujuan dan strategi pokok yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

3) Mengkomunikasikan Tujuan, Strategi Pokok dan Program

Manajemen puncak selanjutnya mengkomunikasikan SWOT, tujuan, strategi, dan program yang telah ditetapkan kepada komite anggaran, para manajer divisi dan para manajer dibawahnya.

4) Memilih Taktik, Mengkoordinasi dan Mengawasi Operasi

Setelah menetapkan tujuan, strategi dan program atas dasar SWOT, manajer divisi selanjutnya memilih taktik yang akan digunakan.

5) Menyusun Usulan Anggaran

Setiap manajer, baik manajer departemen maupun manajer seksi, harus menyusun dan menyerahkan usulan anggaran kepada komite anggaran.

6) Menyarankan Revisi Usulan Anggaran

Komite anggaran menyarankan revisi tehadap usulan anggaran setiap divisi agar terdapat keselarasan dengan anggaran divisi yang lain dan agar sesuai dengan


(41)

26

rencana jangka panjang dan tujuan organisasi yang telah ditentukan oleh manajemen puncak.

7) Menyetujui Revisi Usulan Anggaran dan Merakit Merakit Menjadi Anggaran Perusahaan

Setelah usulan anggaran direvisi oleh setiap divisi yang bersangkutan dan revisinya telah disetujui oleh komite anggaran, maka komite merakit usulan tersebut menjadi anggaran perusahaan.

8) Revisi dan Pengesahan Anggaran Perusahaan

Anggaran perusahaan mungkin masih memerlukan revisi sebelum disyahkan oleh manajemen puncak menajadi anggaran perusahaan yang resmi.

g. Hubungan Anggaran dengan Akuntansi Pertanggungjawaban

Ide pokok akuntansi pertanggungjawaban adalah bahwa setiap manajer pusat pertanggungjawaban harus bertanggungjawab terhadap elemen – elemenyang secara langsung berada di bawah pengendaliannya. Akuntansi pertanggungjawaban adalah akuntansi yang didesain secara khusus dan diimplementasikan untuk menilai kinerja manajer pusat – pusat pertanggungjawaban. Tanggungjawab manajer adalah pendapatan, biaya laba dan investasi sesuai dengan jenjang manajemen pusat pertanggungjawaban.

Sesuai dengan ide pokok tersebut, anggaran harus disusun untuk setiap jenjang manajemen pusat pertanggungjawaban yang dibebani tanggungjawab atas pendapatan, biaya, laba dan investasi. Melalui laporan kinerja, anggaran setiap pusat pertanggungjawaban dibandingkan dengan realisasinya sehingga dapat ditentukan kinerja manajer pusat pertanggungjawaban. Sebagai akibatnya system akunt ansi pertanggungjawaban memandang pendapatan, biaya, laba dan investasi dari sudut pengendalian pribadi atau kinerja manajer dan bukan dipandang dari kinerja ekonomi. Kinerja manajer atau pengendalian pribadi adalah kinerja untuk menunjukkan sebarapa baik manajer tersebut dalam mengelola pusat pertanggungjawabannya. Kinerja ekonomi adalah kinerja untuk menunjukkan kemampuan suatu pusat pertanggungjawaban sebagai suatu entitas ekonomi.


(42)

Anggaran dapat menunjukkan sumber daya yang boleh dipakai sebuah pusat pertanggungjawaban, sumber daya yang harus diperoleh pusat pertanggungjawaban ataupun keduanya. Menurut Suadi (2001:150) “ Sumber daya yang boleh dipakai menunjukkan wewenang pusat pertanggungjawaban, sedangkan sumber daya yang harus diperoleh menunjukkan tanggung jawab pusat pertanggungjawaban.

Pada awal tahun anggaran, anggaran merupakan harapan bagi manajemen. Pada akhir tahun anggaran, anggaran merupakan standar untuk mengevaluasi kinerja pusat pertanggungjawaban.

3. Sistem Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Pusat Biaya Kebijakan

Langkah pertama dalam sistem pelaporan pertanggungjawaban adalah pembentukan garis dan bidang pertanggungjawaban . Elemen – elemen yang terdapat pada struktur organisasi mewakili segmen organisasi yang membuat atau menerima laporan sesuai fungsi dan tanggungjawabnya.

Agar dapat memantau hasil kerja pusat pertanggungjawaban, diperlukan sebuah sistem pelaporan. Dalam laporan pertanggungjawaban harus ditunjukkan hasil kerja pusat pertanggungjawaban beserta anggarannya agar dapat diketahui penyimpangan terhadap anggaran. Agar lebih bermanfaat, laporan pertanggungjawaban harus disertai dengan analisis tentang penyebab timbulnya penyimbangan. Laporan pertanggungjawaban biasanya dibuat secara berkala dengan dasar bentuk dan format yang tetap dari waktu ke waktu serta disesuaikan dengan tingkat manajemen yang menerimanya.

Mulyadi (2001:194) mengatakan bahwa dasar – dasar yang melandasi penyusunan sebuah laporan pertanggungjawaban biaya adalah sebagai berikut :


(43)

28 b) Manajer jenjang terbawah diberi laporan pertanggungjawaban biaya yang diberi

rincian mengenai realisasi biaya dibandingkan dengan anggaran biaya disusunnya.

c) Manajer jenjang diatasnya diberi laporan mengenai biaya pusat pertanggungjawabannya sendiri dan ringkasan realisasi biaya yang dikeluarkan oleh manajer – manajer yang dibawah wewenangnya, yang disajikan dalam bentuk perbandingan dengan anggaran biaya yang disusun berdasarkan wewenang manajer – manajer tersebut.

d) Semakin ke atas laporan pertanggungjawaban biaya disajikan semakin ringkas. Selisih yang terjadi antara anggaran dan realisasinya dilaporkan kepada manajemen melalui sistem pelaporan pertanggungjawaban atau sistem pelaporan kinerja. Menurut Supriyono (2000:124) sistem pelaporan yang baik memiliki karakteristik sebagai berikut :

a) Laporan menyajikan selisih antara anggaran dan realisasinya, faktor – factor penyebab selisih, dan manajer yang bertanggungjawab.

b) Laporan mencakup ramalan tahunan.

c) Laporan mencakup penjelasan mengenai penyebab selisih, tindakan koreksi atau selisih dan waktu yang dperlukan untuk melaksanakan tindakan koreksi secara efektif.

Menurut Mulyadi ( 2001:195 ), jenis laporan pertanggungjawaban biaya digolongkan menjadi tiga kelompok sesuai dengan jenjang organisasi yaitu :

a) Laporan pertanggungjawaban biaya – manajer bagian. Laporan ini disajikan untuk para manajer bagian

b) Laporan pertanggungjawaban biaya manajer – departemen Laporan ini disajikan untuk para manajer departemen. c) Laporan pertanggungjawaban biaya – direksi

Laporan ini disajikan kepada direktur utama, produksi dan pemasaran. Menurut Supriyono ( 2001:137 )

Laporan kinerja pusat pertanggungjawaban dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu laporan kinerja ekonomi dan laporan kinerja pribadi. Laporan kinerja ekonomi berhubungan dengan kinerja suatu pusat pertanggungjawabansebagai suatau kesatuan ekonomi. Laporan rugi laba konvensional yang disusun untuk sutau pusat laba merupakan laporan kinerja ekonomi dan laba bersih merupakan dasar pengukuran kinerja ekonomi. Laporan kinerja ekonomi disusun dari informasi akuntansi konvensional, termasuk akuntansi biaya penuh.


(44)

Laporan kinerja pribadi menitikberatkan pada kinerja manajer pusat laba, laporan ini disebut juga laporan pengendalian. Laporan ini disusun dari informasi akuntansi pertanggungjawaban dan menunjukkan seberapa baik kinerja manajer pusat laba yang sesungguhnya dibandingkan dengan standar kinerja yang diharapkan dapat dicapai oleh manajer tersebut. Jika manajer pusat laba dinilai tidak mampu menghasilkan laba yang memuaskan maka diperlukan tindakan untuk memperbaiki hal tersebut. Pertimbangan perilaku manajer perlu digunakan pada laporan kinerja pribadi.

D. Peningkatan Laba Dengan Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Pusat Biaya

Menurut Supriyono ( 2001:24 ) “Suatu pusat pertanggungjawaban dibentuk untuk mencapai salah satu atau beberapa tujuan. Tujuan suatu pusat pertanggungjawaban secara individual diharapkan dapat membantu pencapaian tujuan suatu organisasi secara keseluruhan”.

Salah satu tujuan utama suatu organisasi adalah untuk memperoleh laba, oleh karena itu jumlah ,aba yang dicapai merupakan pengukur penting efektifitas organisasi tersebut. Laba merupakan selisih antara pendapatan dengan biaya, sekaligus mengukur masukan ( dalam bentuk biaya ) dan keluaran dalam bentuk pendapatan. Dengan penerapan akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya, penyimpangan anggaran dapat ditelusuri dengan lebih terperinci dan dicari apa penyebab utamanya, penyebab itulah yang harus menjadi patokan dalam penyusunan anggaran berikutnya agar lebih efektif, pada periode berikutnya pihak manajemen dapat tindakan – tindakan pencegahan agar tidak terjadi pemborosan biaya seperti pada periode yang sebelumnya dengan melakukan pengawasan biaya dan yang menjadi pedomannya adalah analisis penyimpangan biaya dar laporan pertanggungjawaban pusat biaya sebelumnya. Jika pemborosan biaya dapat dicegah maka total biaya operasional pun akan berkurang sehingga peningkatan laba dapat tercapai.


(45)

30

Menurut Garrison ( 2000:6 ) “ Akuntansi pertanggungjawaban menempatkan informasi akuntansi atas dasar ukuran perorangan dengan cara memandang biaya dari sudut pandang pengendalian perorangan, konsep ini berguna untuk sistem perencanaan dan pengendalian laba yang efektif, harus ada seseorang yang bertanggungjawab atas setiap biaya yang ada, agar biaya dapat dikendalikan”.

Bertanggungjawab atas kinerja keuangan tidak berarti bahwa manager terkena sanksi jika realisasi tidak sama dengan tujuan yang dianggarkan. Namun demikian manger harus berinisiatif untuk mengatasi setiap penyimpangan yang tidak menguntungkan, harus memahami penyebab setiap penyimpangan yang menguntungkan maupun yang merugikan dan harus siap menjelaskan penyebab penyimpangan kepada atasannya.

Menurut Garrison ( 2000:7 ) “ Inti dari sistem akuntansi pertanggungjawaban yang efektif adalah memastikan tidak ada penyimpangan yang dibiarkan terjadi tanpa teratasi, sehingga organisasi bereaksi dengan cepat dan tepat terhadap setiap penyimpangan dari rencana, dan organisasi dapat belajar dari umpan balik dengan cara membandingkan antara tujuan yang telah dianggarkan dengan realisasi”.


(46)

31 METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi dan wawancara, dan metode analisis data yang dilakukan adalah metode deskriptif.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian yaitu sebuah rumah sakit swasta, yakni Yayasan RS Harapan yang berlokasi di Pematangsiantar. Yang menjadi alasan dilakukan penelitian ini adalah karena ada kesesuaian antar permasalahan yang dihadapi pihak yayasan rumah sakit dengan topik skripsi.

C. Sumber Data

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari objek penelitian yang dalam hal ini dari rumah sakit Harapan secara langsung dengan wawancara kepada pihak – pihak yang terkait.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah diolah dari data rumah sakit .


(47)

32

D. Teknik Pengumpulan Data

Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung taerhadap aktifitas rumah sakit.

Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab secara langsung terhadap pihak – pihak tertentu dari pihak rumah sakit.

E. Metode Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah dengan metode deskriptif yaitu metode analisis dengan menyusun data – data yang diperoleh kemudian diinterpretasikan dan dianalisis sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan masalah yang dihadapi yaitu tentang bagaimana pengaruh penerapan akuntansi pertanggungjawaban terhadap peningkatan laba pada Yayasan Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar.

F. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak bulan September 2007 pada Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar. Lokasi objek penelitian beralamat di Jalan Farel Pasaribu No.21 Kelurahan Sukamaju Kecamatan Siantar Selatan Kotamadya Pematangsiantar.


(48)

33 ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum Yayasan Rumah Sakit a. Sejarah Singkat Yayasan Rumah Sakit Harapan

Rumah Sakit Harapan adalah sebuah rumah sakit berstatus swasta, yang beralamat di jalan Farel Pasaribu no.21 kelurahan Sukamaju, kecamatan Siantar Selatan, kotamadya Pematangsiantar. Rumah sakit Harapan didirikan pada tanggal 19 Juli 1968, dengan nama Rumah Sakit Roma Katolik yang didirikan atas prakarsa dewan gereja Roma Katolik Siantar – Simalungun. Rumah Sakit Harapan didirikan dibawah naungan Keuskupan Agung Medan. Pada mulanya didirikan Rumah Sakit Harapan hanya mempunyai poliklinik umum yang dipimpin seorang biarawati dari Belanda.

Pada tanggal 26 April 1971 dibentuk suatu badan untuk mengelola rumah sakit ini, yang dinamai dengan Yayasan Harapan. Semua urusan hak dan wewenang secara sepenuhnya diserahkan oleh Dewan Gereja Roma Katolik kepada yayasan ini, sasmpai dengan sekarang. Dengan adanya peralihan tugas ini, kemudian nama rumah sakit berubah menjadi RUMAH SAKIT HARAPAN. Pada tanggal 21 September 1972, Rumah Sakit Harapan diresmikan oleh Mgr. Dr. AH. Van Denhurk yang saat itu adalah Uskup Agung Medan.

Dilihat dari fasilitas rumah sakit yang ada, dengan keadaan para pasien yang memerlukan perawatan dan pengobatan kurang memadai, maka diadakanlah penambahan gedung – gedung baru untuk tempat para pasien. Ini dapat berjalan dengan baik berkat


(49)

34

kerjasama dan partisipasi dari berbagai pihak. Rumah Sakit Harapan dalam usahanya telah mengalami perkembangan yang cukup memadai. Hal ini terlihat dari pertambahan karyawan atau tenaga kerja yang berkarya di rumah sakit ini., kemajuan di bidang peralatan medisnya dan juga tenaga medisnya. Dengan berdirinya Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar, dan dengan melihat keberadaannya sampai saat ini, maka dapat dikatakan bahwa apa yang menjadi tujuan awal para pendiri awalnya telah tercapai sedikit demi sedikit.

b. Struktur Organisasi

Struktur organisasi suatu perusahaan meliputi penentuan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuannya, pengelompokan dan penyerahan tugas – tugas pada bagian – bagian dan pendelegasian wewenang yang diperlukan untuk pelaksanaannya. Struktur organisasi perusahaan bukan merupakan suatu tujuan tetapi merupakan suatu saran untuk keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan. Oleh karena itu penyusunan suatu struktur organisasi harus diikuti dengan pelaksanaan tugas dan wewenang yang telah ditentukan. Dalam penyusunan struktur organisasi suatu perusahaan, diperlukan pertimbangan agar struktur organisasi perusahaan tersebut dapat fleksibel, artinya memungkinkan untuk melakukan penyesuaian – penyesuaian tanpa harus mengadakan perubahan total. Sejalan dengan itulah Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar membuat struktur organisasinya.

Struktur organisasi Rumah Sakit Pematangsiantar menganut sistem Departementaliasi, yaitu sistem dengan mengadakan pembagian bidang – bidang pada bagian divisi. Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar dipimpin oleh seorang direktur yang diangkat atau dipilih oleh yayasan. Direktur mempunyai wewenang untuk bidang masing – masing yang dipimpin oleh kepala bidang dan seterusnya kepada bawahannya.


(50)

Untuk kelancaran tugas atau pekerjaan drektur dalam mengelola rumah sakit, telah diatur tentang pembagian tugas dan tanggung jawab masing – masing bawahan dengan tujuan untuk lebih meningkatkan pelaksanaan tugas – tugas. Dengan melihat struktur organisasi ini dapat diketahui bahwa bidang - bidang pembinaan dipegang oleh seorang direktur dan direktur bertanggung jawab langsung kepada yayasan. Berikut ini akan disajikan struktur organisasi Rumah Sakit Harapan Pematang Siantar.


(51)

36

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI RS HARAPAN PEMATANG SIANTAR

Sumber : Yayasan Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar, 2006. KEUSKUPAN AGUNG MEDAN

YAYASAN HARAPAN DIREKTUR KABID KEPERAWATAN KASI AKUNTANSI KASI FARMASI KOMITE MEDIK KASI UGD KASI ICU & K BEDAH KASI FRANSISKUS & MARTINA KASI MARIA KASI LUKAS KABID ADM & KEU KABID TEKNIS MEDIS KASI LABORATORIUM KASI RADIOLOGI KASI FISIOTERAPI KASI KEUANGAN KASI ADM & PERSONALIA KASI PENUNJANG UMUM KASI RUMAH TANGGA HUMAS & MARKETING S M F


(52)

Berikut ini akan diuraikan tugas-tugas dari struktur organisasi Rumah Sakit Harapan Pematang Siantar diatas;

1) KAM ( Keuskupan Agung Medan )

Pemilik perusahaan dan yang membentuk yayasan sebagai badan pengelola 2) Yayasan

Badan yang ditunjuk oleh pemilik untuk mengawasi kegiatan sehari – hari rumah sakit pada umumnya, dan bidang administrasi dan keuangan pada khususnya. Memilih dan mengangkat direktur rumah sakit dan memutuskan apakah seorang karyawan diterima atau tidak untuk bekerja di rumah sakit.

3) Direktur

Direktur merupakan pimpinan tertinggi rumah sakit yang diangkat oleh yayasan atas rekomendasi dan persetujuan pemilik untuk mengelola rumah sakit, serta berpartisipasi dalam mengembangkan kesehatan masyarakat. Direktur pada dasarnya merencanakan, mengorganisir, dan mengkoordinir seluruh kegiatan

rumah sakit dibidang medis, keperawatan, administrasi dan keuangan. 4) Kabid / Manager Keperawatan

Kepala bidang keperawatan adalah seorang pejabat struktural yang diangkat oleh pengurus yayasan untuk mengkoordinir, dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pelayanan di unit rawat inap, dan secara efektif dan efisien dalam usaha

meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Harapan.

Pejabat ini bertanggungjawab langsung kepada Direktur Umum dan membawahi langsung Kepala Seksi Rawat Inap. Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:


(53)

38

a) Membuat rencana kerja bagian

b) Mengkoordinir dan mengarahkan pelaksanaan program kerja di unit bawahannya. c) Mengkoordinir, membimbing, mengawasi epala unit dalam pelaksanaan tugas

mereka di unit masing – masing.

d) Menyusun dan menentukan standar asuhan keperawatan, menentukan prosedur, metode dan sistem kerja di unit – unit bawahannya.

e) Mengkoordinasi dan mengawasi keseimbangan tenaga dinas pagi, siang, sore dan malam untuk kelancaran pelayanan di unit – unit serta mengusulkan penyesuaian tenaga bila diperlukan untuk mencapai hasil yang lebih baik.

f) Menjunjung program kerja kepala unit dalam bimbingan dan latihan untuk meningkatkan kualitas karyawan – karyawan di unit tersebut.

g) Mengawasi terjaminnya hygiene serta sanitasi lingkungan di tiap – tiap unit. h) Mengajukan kepada direktur kebutuhan fasilitas maupun tenaga di unit – unit

bawahannya demi menjaga kelancaran pelayanan.

i) Ikut membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi kepala unit dan mencari solusi yang paling baik.

j) Ikut dalam menyusun anggaran biaya rumah sakit Wewenang dari Kabid keperawatan antara lain :

a) Meneliti dan menandatangani semua permintaan barang, bahan, obat, dan kebutuhan lainnya serta perbaikan di unit – unit bawahannya.

b) Menyetujui dan menandatangani daftar dinas surat – surat permohonan dan laporan – laporan kepala unit di bagiannya.


(54)

c) Meneliti dan menandatangani daftar lembur, stand by dan dinas jaga di unit bawahannya

d) Menyetujui dan menandatangani semua surat karyawan di bagiannya setelah mendapat rekomendasi dari kepala unit.

7) Kepala Bidang / Manager Teknis Medis

Kepala bidang teknis medis adalah seorang pejabat struktural yang dinggap oleh pegurusan Yayasan Harapan untuk membantu direktur dalam mengarahkan, mengkoordinir dan mengatur semua kegiatan – kegiatan medis dan kegiatan lainya yang berhubungan dengan medis kecuali kegiatan pelayanan keperawatan.

Tugas dan tanggung jawabnya yaitu :

a) Mendampingi direktur dalam menetapkan ukuran pelayanan medis dan mengembangkan rencana organisasi untuk melaksanakan kegiatan dalam batas dana yang ada.

b) Memberikan saran kepada direktur mengenai masalah – masalah medis dan administrasi serta mengenai soal – soal kebijaksanaan dan hubungan masyarakat. c) Mengambil inisiatif dan mengarahkan pertemuan – pertemuan staf untuk

membicarakan masalah administrasi dan medis serta untuk tujuan – tujuan instruktif.

d) Bertindak sebagai konsultan dalam kasus – kasus luar biasa dan sulit, memberikan saran kepada staf klinik dalam berbagai masalah.

e) Merencanakan dan ikut serta dalam instruksi dokter intern dan luar f) Merencanakan program medis.


(55)

40

g) Menentukan fasilitas – fasilitas dan personalia yang diperlukan untuk menjalankan program rumah sakit.

h) Mewakili rumah sakit dalam kelompok – kelompok pertemuan professional. i) Ikut dalam penyusunan anggaran rumah sakit.

j) Mengkoordinir, mengawasi dan memberi petunjuk kepada bawahannya dalam pelaksanaan tugasnya masing – masing.

Wewenangnya yaitu menyetujui dan menandatangani semua surat permohonan, laporan kepala unit, daftar dinas, permintaan barang, bahan, obat dan lain sebagainya kebutuhan serta perbaikan di unit – unit bawahnnya yang telah direkomendasikan atau ditandangani oleh kepala sub bidang.

8) Kepala Bidang / Manager Administrasi dan Keuangan

Kepala bidang administrasi dan keuangan adalah seorang pejabat struktural yang diangkat oleh pengurus yayasan untuk menyelenggarakan manajemen keuangan, pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas – fasilitas lainnya guna menunjang tujuan rukah sakit yakni untuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan juga untuk profitabilitas..

Tugas dan tanggung jawabnya adalah

a) Mereview, mengubah atau menyesuaikan dan mengarahkan peraturan, prosedur dan metode kerja serta kebujaksanaan operasional untuk mencapai tujuan rumah sakit secara lebih efisien.

b) Melakukan pengendalian dan koordinasi untuk berfungsinya semua bagian bawahannya dan terselenggaranya jasa – jasa penunjang pelayanan rumah sakit. c) Meningkatkan sistem dan prosedur pengendalian kegiatan operasional rumah


(56)

d) Melakukan pengontrolan agar metode, prosedur, peraturan dan ketentuan rumah sakit ditaati sebagaimana mestinya.

e) Melakukan kegiatan bagi rumah sakit sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam memanfaatkan dan mengembangkan dana.

f) Memberikan penjelasan tentang laporan pertanggungjawaban biaya kepada direktur.

g) Membuat kebijakan – kebijakan yang berkaitan dengan laporan pertanggungjawaban biaya agar dapat meminimalkan pemborosan biaya agar dapat mengurangi jumlah penyimpangan anggaran dan realisasi biaya.

h) Mengkoordinir dan mengawasi serta memberi petunjuk kepada bawahannya dalam melaksanakan tugas – tugasnya.

i) Mengkoordinir dan mengawasi serta memberi petunjuk kepada bawahannya dalam melaksanakan tugas-tugasnya

j) Bekerjasama dan menjalin hubungan yang baik dan harmonis dengan satuan organisasi atau karyawan lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya Wewenangnya antara lain :

a) Memberi rekomendasi dan menandatangani surat-surat permohonan cuti, dan surat ijin karyawan bawahannya.

b) Menandatangani surat – surat persetujuan atau perjanjian kerja yang berkenaan dengan kegiatan operasional dalam bidang keuangan termasuk laporan akuntansi pertanggungjawaban biaya yang disusun oleh kepala seksi akuntansi.

c) Menyetujui dan menandatangani permintaan atau pembelian bahan, barang, alat dan kebutuhan lainnya untuk keperluan seksi dengan batas tertentu.


(57)

42

9) Kepala Seksi Akuntansi

Kepala seksi akuntansi diangkat oleh pengurus yayasan atas rekomendasi dari direksi untuk mengkoordinir, mengawasi dan mengendalikan kegiatan – kegiatan administrasi keuangan rumah sakit.

Tugas dan tanggung jawabnya antara lain :

a) Mengkoordinir dan mengendalikan fungsi dan kegiatan unit – unit bawahannya dan unit – unit lain yang ada kaitannya dengan akuntansi, administrasi pasien, administrasi pemeriksaan untuk kelancaran akitifitas dalam rumah sakit.

b) Memeriksa catatan, status kas, bank dan pembukuan keuangan serta kecocokan saldo kas dengan pembukuan sehari – hari.

c) Mengajukan rencana atau program kerja kegiatan serta anggaran operasional bagiannya.

d) Melaporkan kepada kepala bidang bagian keuangan segala kegiatan dan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas - tugasnya.

e) Mengkoordinir, mengawasi, mengendalikan dan memberi petunjuk kepada bawahannya dalam melaksanakan tugas sehari – hari

f) Merencanakan dan mngerahkan kebijakan – kebijakan dan prosedur – prosedur tetap pelaksanaan penyusunan anggaran dalam hubungannya dengan pengembangan rumah sakit.

g) Menyusun laporan akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya dari realisasi anggaran yang telah disusun.


(1)

61

12) Penyimpangan biaya alat – alat kebersihan mengalami penurunan yang drastis karena alat – alat yang lama banyak masih dapat dipakai karena perawatannya cukup baik, karena pihak manajemen memberikan instruksi demikian melihat tahun 2006 banyak alat yang harus diganti karena rusak.

13) Demikian juga untuk biaya pemeliharaan pekarangan dan taman.

14) Penyimpangan biaya pajak yaitu sebesar Rp 10.160.145 atau sebesar 4,5 %( Unf ) hal ini terjadi karena adanya kenaikan laba pada tahun 2007.

15) Dengan melihat tahun 2006 dimana penyimpangan biaya inventaris yang cukup besar dari yang dianggarkan disebabkan oleh banyak inventaris yang rusak sebelum habis umur manfaatnya sehingga harus dilakukan penggantian yang baru, maka pada 2007, pihak manajemen melakukan perawatan yang cukup bagus terhadap inventaris yang ada dan pembelian inventaris dapat diminimalisasi, dan hasilnya pada 2007 penyimpanangan biaya inventaris turun menjadi sebesar Rp 1.390.520 atau sebesar 9,14 % ( Unf ).

16) Karena penambahan inventaris juga berkurang maka biaya pemeliharaan terhadap inventaris juga berkurang, penyimpangan pada tahun 2007 sebesar Rp 922.740 atau sebesar 6,32 % ( Unf ).

2. Analisis Laporan Laba Rugi dalam Penilaian Peningkatan Laba Rumah Sakit Harapan

Pada tahun 2007 terjadi peningkatan laba bersih dari sebelumnya tahun 2006 sebesar Rp 558.236.907 menjadi Rp 607.974.369. Peningkatan laba ada sebesar Rp 49.737.462 . Hal ini bisa terjadi Karen di bagian biaya administrasi dan umum atau yang disebut juga biaya operasional terjadi penurunan sebesar Rp 49.168.544.


(2)

62

Pada tahun juga 2007 juga terjadi kenaikan pemakaian obat karena kebijakan dari pihak manajemen sesuai dengan analisis laporan pertanggungjawaban pusat biaya pada 2007. Terjadi kenaikan sebesar Rp 113.971.258, hal ini akan berakibat pada kenaikan pemakaian sarana medis sebesar Rp 137.565.980.

Secara umum dari tahun 2006 ke tahun 2007 ada peningkatan laba dari Rp 558.236.907 menjadi Rp 607.974.369 atau kenaikan sebesar Rp 49.737.462.


(3)

(4)

63 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari uraian dan penjelasan hasil penelitian serta pembahasan, dapat ditarik kesimpulan dan saran yang mungkin bermanfaat bagi Rumah Sakit Harapan.

A.KESIMPULAN

Kesimpulan dari skripsi adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh penerapan akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya pada Rumah Sakit Harapan secara umum dapat dikatakan cukup baik, hal ini dapat dilihat dari peningkatan laba dari tahun 2006 semenjak diterapkannya akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya ke tahun 2007 sebesar Rp 49.737462.

2. Dengan diterapkannya akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya ini, pihak manajemen rumah sakit dapat semakin terperinci dalam melakukan pengawasan kegiatan rumah sakit, misalnya dalam melakukan kebijakan dalam pemakaian obat yang ada di instalasi farmasi rumah sakit, sehingga sirkulasi obat yang ada di bagian instalasi semakin baik, jumlah obat yang kadaluarsa karena tidak terpakai juga semakin berkurang, dan pendapatan dari pemakaian jasa sarana medis juga meningkat.

Namun demikian terdapat juga kelemahan yang sebaiknya diperhatikan agar pemaksimalan laba dapat dilakukan. Kelemahan tersebut yaitu :


(5)

65 Masih terdapat juga penyimpangan biaya yang cukup material yang seharusnya masih semakin diperkecil dengan penerapan akuntansi pertanggungjawaban pusat biaya ini, sebagai contoh penyimpangan biaya pembelian obat pada 2007 sebesar Rp 199.934.590.

B. SARAN

Sebaiknya rumah sakit mulai membuat anggaran setiap 4 bulan ataupun setiap 6 bulan dan demikian juga laporan pertanggungjawaban pusat biaya disusun sesuai dengan penyusunan anggaran apakah setiap 4 bulan atau setiap 6 bulan, dengan demikian evaluasi terhadap penyimpangan biaya dapat lebih sering dilakukan, dan penyimpangan tersebut dapat semakin diperkecil dan pengeluaran biaya yang tidak diperlukan dapat semakin berkurang tanpa mengurangi aktivitas rumah sakit dalam pelayanan terhadap kesehatan masyarakat , dan peningkatan laba yang maksimal untuk menunjang kegiatan operasional dapat tercapai.


(6)

65 DAFTAR PUSTAKA

Anthony,N. Robert, 2005. Manajemen Control System, Edisi Kesebelas, Jilid 1, Terjemahan Drs. F.X.Kurniawan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Blocher, J Edward, Chen H. Kung, dan Lin W Thomas, 2000.Manajemen Biaya, Edisi Pertama, Jilid 1, Terjemahan A. Susty Ambarriani, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

______, J Edward Chen H Kung dan Lin W Thomas, 2000.Manajemen Biaya, Edisi Pertama, Jilid 2, Terjemahan A. Susty Ambarriani, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Erlina, Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Penerbit USU Press, Medan.

Garrison, Ray H. and Eric W. Nooren, 2000. Akuntansi Manajerial, Terjemahan A. Totok Budisantoso, Jilid 11, Penebit Salemba Empat, Jakarta.

Hansen, Don R. and Maryanne M. Mowen, 2000. Manajemen Biaya : Akuntansi dan Pengendalian, Edisi Pertama, Buku Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. ______, Don R. and Maryanne M. Mowen, 2000. Manajemen Biaya : Akuntansi dan

Pengendalian, Edisi Pertama, Buku Dua, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Mulyadi, 2001. Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi Tiga,

Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

_______, 2001 Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen : Sistem Pelibatganda Kinerja Perusahaan, Edisi Dua, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Suadi Arief, 2001. Sistem Pengendalian Manajemen, Edisi Pertama, Penerbit BPFE –

UGM, Yogyakarta.

Sukarno Edy, 2002. Sistem Pengendalian Manajemen, Cetakan Pertama, Edisi Revisi, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Supriyono, RA, 2001, Sistem Pengendalian Manajemen, Buku Dua, Edisi Pertama, BPFE – UGM, Yogyakarta.

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Jurusan Akuntansi, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Medan.