Penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban untuk pengendalian biaya produksi : studi kasus pada PT. Sang Hyang Seri Pasuruhan-Jawa Timur.

(1)

vi ABSTRAK

PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI

PERTANGGUNGJAWABAN UNTUK PENGENDALIAN

BIAYA PRODUKSI

STUDY KASUS DI PT. SANG HYANG SERI PASURUHAN-JATIM

FARIDA DWI HASTUTI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah syarat-syarat penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban telah diterapkan oleh PT. Sang Hyang Seri sebagai alat pengendalian biaya produksi. Syarat-syarat tersebut adalah (1) struktur organisasi yang menerapkan secara tegas wewenang dan tanggung jawab tiap tingkatan manajemen, (2) anggaran

biaya yang disusun menurut pusat-pusat pertanggungjawaban, (3) penggolongan biaya sesuai dengan dapat dikendalikan tidaknya biaya

oleh manajemen pusat pertanggungjawaban, (4) sistem akuntansi biaya yang disesuaikan dengan struktur organisasi, (5) Sistem pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggung jawab.

Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di PT. Sang Hyang Seri pada bulan maret sampai april 2006. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik dokumentasi, wawancara dan observasi, selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan membandingkan syarat-syarat sistem akuntansi pertanggungjawaban menurut teori dengan pelaksanaannya pada PT. Sang Hang Seri.

Hasil penelitian menunjukkan : (1) perusahaan sudah menerapkan struktur organisasi yang memisahkan secara tegas wewenang dan tanggungjawab di tiap tingkatan manajemen, (2) perusahaan menyusun anggaran biaya menurut pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada, (3) perusahaan belum menggolongkan biaya produksi menjadi biaya terkendali dan biaya tidak terkendali, (4) sistem akuntansi biaya sudah disesuaikan dengan struktur organisasi, (5) sistem pelaporan biaya sudah dilaksanakan kepada manajer tingkat bawah, Agar dapat dilaksanakan sistem akuntansi pertanggungjawaban yang baik kelima syarat penerapannya harus dipenuhi. Pada PT. Sang Hyang Seri terdapat empat syarat yang terpenuhi, maka sistem ini belum sepenuhnya dilaksanakan.


(2)

vii

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF ACCOUNTABILITY ACCOUNTING SYSTEM TO CONTROL THE PRODUCTION COST

A CASE STUDY AT “PT. SANG HYANG SERI” PASURUHAN – EAST JAVA

FARIDA DWI HASTUTI SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA 2008

This research was intended to figure out whether or not the requirement of applying the accounting system had been applied by “PT.Sang Hyang Seri” as the controller of production cost. Those requirements were as follows : (1) The structure of organization which strongly settled the authority and responsibility of each management level, (2) the budged of the production cost was made for each responsibility center, (3) the classification of the production cost was based on whether or not the cost was controllable by the management level, (4) the production cost accounting system had to be adjusted with the organizational structure, (5) the production cost reporting system had to be carried out to the authorative manager.

This research was a case study which was carried out at “PT. Sang Hyang Seri” from March to April 2006. The data gathering techniques used were documentation, interviews and observation. Then, the data gathered were analyzed by comparing the requirements of the accountability accounting system based on theory and the application at “PT. Sang Hyang Seri”.

The research results could be concluded as follows: (1) the structure of organization had been settled which was separated the authority and responsibility centers of each management level, (2) the company had arranged the production cost budged for each responsibility center, (3) the company had not classified the production cost into the controllable and uncontrollable cost yet, (4) the production cost accounting system had adjusted with the organizational structure already, (5) the production cost reporting system had been carried out to the authorative manager. In order to be able to do the good accountable accounting system, the five qualifications were needed to be applied well. In “PT. Sang Hyang Seri” there were four qualifications which were applied well, so this system had not been applied completely yet.


(3)

PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI

PERTANGGUNGJAWABAN UNTUK PENGENDALIAN

BIAYA PRODUKSI

STUDI KASUS PADA PT. SANG HYANG SERI PASURUHAN-JAWA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Pendidikan Akuntansi

Oleh

FARIDA DWI HASTUTI 011334084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008


(4)

(5)

(6)

iv

M OTTO & PE RSE M BAH AN Tidaklah KAM I telah melapangkan dadamu,

Dan telah memperingan beban-bebanmu, Yang menberatkan punggungmu, Dan KAM I tinggikan sebutan namamu, M aka disamping kesulitan akan ada kemudahan. M aka apabila telah selesai urusanmu lanjutkan pada yang lain,

Dan hendaklah kamu selalu mengharap pada tuhanmu. (Alam Nasrah : 1-8 )

“Janganlah berputus asa. Sebab, dibalik kerancuan dunia ini, di balik zat dan mega

dan udara, dibalik semua benda terdapat suatu kekuatan yaitu keadilan dan belas kasihan

serta cinta dan keharuan”.

Seandainya layak aku persembahkan untuk mereka yang senantiasa ada dihati, yang telah memberikan do’a dan restu, semangat serta bantuan dalam berbagai bentuk sehingga skripsi ini memberikan kebanggaan bagi diriku dan bagi mereka semua.

1. Bapak dan Kedua I buku terkasih 2. M bakku Hety

3. Adik-adikku Candra, Ratih dan Davit


(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta 2 Juni 2008 Penulis


(8)

(9)

vi ABSTRAK

PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI

PERTANGGUNGJAWABAN UNTUK PENGENDALIAN

BIAYA PRODUKSI

STUDY KASUS DI PT. SANG HYANG SERI PASURUHAN-JATIM

FARIDA DWI HASTUTI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah syarat-syarat penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban telah diterapkan oleh PT. Sang Hyang Seri sebagai alat pengendalian biaya produksi. Syarat-syarat tersebut adalah (1) struktur organisasi yang menerapkan secara tegas wewenang dan tanggung jawab tiap tingkatan manajemen, (2) anggaran

biaya yang disusun menurut pusat-pusat pertanggungjawaban, (3) penggolongan biaya sesuai dengan dapat dikendalikan tidaknya biaya

oleh manajemen pusat pertanggungjawaban, (4) sistem akuntansi biaya yang disesuaikan dengan struktur organisasi, (5) Sistem pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggung jawab.

Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di PT. Sang Hyang Seri pada bulan maret sampai april 2006. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik dokumentasi, wawancara dan observasi, selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan membandingkan syarat-syarat sistem akuntansi pertanggungjawaban menurut teori dengan pelaksanaannya pada PT. Sang Hang Seri.

Hasil penelitian menunjukkan : (1) perusahaan sudah menerapkan struktur organisasi yang memisahkan secara tegas wewenang dan tanggungjawab di tiap tingkatan manajemen, (2) perusahaan menyusun anggaran biaya menurut pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada, (3) perusahaan belum menggolongkan biaya produksi menjadi biaya terkendali dan biaya tidak terkendali, (4) sistem akuntansi biaya sudah disesuaikan dengan struktur organisasi, (5) sistem pelaporan biaya sudah dilaksanakan kepada manajer tingkat bawah, Agar dapat dilaksanakan sistem akuntansi pertanggungjawaban yang baik kelima syarat penerapannya harus dipenuhi. Pada PT. Sang Hyang Seri terdapat empat syarat yang terpenuhi, maka sistem ini belum sepenuhnya dilaksanakan.


(10)

vii

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF ACCOUNTABILITY ACCOUNTING SYSTEM TO CONTROL THE PRODUCTION COST

A CASE STUDY AT “PT. SANG HYANG SERI” PASURUHAN – EAST JAVA

FARIDA DWI HASTUTI SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA 2008

This research was intended to figure out whether or not the requirement of applying the accounting system had been applied by “PT.Sang Hyang Seri” as the controller of production cost. Those requirements were as follows : (1) The structure of organization which strongly settled the authority and responsibility of each management level, (2) the budged of the production cost was made for each responsibility center, (3) the classification of the production cost was based on whether or not the cost was controllable by the management level, (4) the production cost accounting system had to be adjusted with the organizational structure, (5) the production cost reporting system had to be carried out to the authorative manager.

This research was a case study which was carried out at “PT. Sang Hyang Seri” from March to April 2006. The data gathering techniques used were documentation, interviews and observation. Then, the data gathered were analyzed by comparing the requirements of the accountability accounting system based on theory and the application at “PT. Sang Hyang Seri”.

The research results could be concluded as follows: (1) the structure of organization had been settled which was separated the authority and responsibility centers of each management level, (2) the company had arranged the production cost budged for each responsibility center, (3) the company had not classified the production cost into the controllable and uncontrollable cost yet, (4) the production cost accounting system had adjusted with the organizational structure already, (5) the production cost reporting system had been carried out to the authorative manager. In order to be able to do the good accountable accounting system, the five qualifications were needed to be applied well. In “PT. Sang Hyang Seri” there were four qualifications which were applied well, so this system had not been applied completely yet.


(11)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kepada Tuha n Yang Maha Esa atas Rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulisan tugas akhir ini dalam rangka melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di PT. Sang Hyang Seri, Pasuruhan Jawa Timur dengan judul “ Penerapan Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban untuk Pengendalian Biaya Produksi”

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi ijin untuk mengadakan penelitian guna penulisan skripsi ini.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta atas kelancaran yang diberikan.

4. Bapak S. Widanarto P. S.pd., M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah berkenan menyediakan waktu untuk memberi pengarahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran guna penyelesaian penyusunan skripsi ini.


(12)

ix

5. Bapak Drs. Bambang Purnomo SE, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah dengan sabar membimbing penulis dalam penyusunan tugas akhir ini. 6. Ibu Rita Eny P SP.d, Msi. Yang telah meluangkan waktu dan memberikan

masukan dalam penulisan skripsi ini.

7. Ibu E. Catur Rismiati, S.Pd, M.A. yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukan dalam penulisan abstrak.

8. Bapak Sugiarto, Selaku pimpinan PT.Sang Hyang Seri yang telah memberi ijin penelitian.

9. Semua Staf dan Karyawan PT.Sang Hyang Seri, Pasuruhan Jawa Timur yang telah membantu penulis dalam penelitian.

10. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi bantuan selama penulis kuliah.

11. Orang tuaku tercinta yang telah memberikan Do’a dan dorongan hingga selesainya tugas akhir ini.

12. Kakakku “mbak” hety yang telah memberikan semangat dan doa hingga tugas akhir ini selesai.

13. Adik – adikku tersayang Candra, Ratih, David yang telah memberi doa dan dorongan hingga tugas akhir ini selesai.

14. Rio yang telah aku anggap seperti adik sendiri, makasih ya flash disknya. 15. Sahabat-sahabatku Endah, ria “jember”, lisa, anas, nila, floren, tatik, terima

kasih atas persahabatan dan dorongan kalian. Buat mbak susi, basilia ria dan sunu “ayo semangat” kapan nyusul…………?


(13)

x

16. Teman-temanku wawan, sarju, sigit, sunu”paijo”,dwi, nia ma dewi makasih ya bantuannya sehingga selesai juga tugas akhir ini.

17. Mas Aziz makasih ya buat persahabatan, doa serta dorongannya kamu selalu ada setiap aku butuh teman untuk cerita segala hal.

18. Impresa biruku yang setia mengantar kemanapun aku pergi dan sebagai teman kemanapun aku pergi.

19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah memberi bantuan baik secara langsung /tidak langsung.

20. Teman – temanku PAK Angkatan “01

Penulis menyadari bahwa peulisan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan saran dan masukannya yang berguna bagi penyempurnaan lebih lanjut. Semoga hasil penulisan tugas akhir ini memberi manfaat bagi kita semua khususnya penulis.

Yogyakarta, 02 Juni 2008 Penulis


(14)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… ii

HALAMAN PENGESAHAN………... iii

HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. v

ABSTRAK……….. vi

ABSTRACT……….. . vii

KATA PENGANTAR………... viii

DAFTAR ISI………... xi

DAFTAR TABEL………... xiii

DAFTAR LAMPIRAN………... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang……… 1

B. Batasan Masalah... 6

C. Rumusan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian... 7

E. Manfaat Penelitian... 7

F. Sistematika Penulisan... 8

BAB II. LANDASAN TEORI……… 10

A. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban... 10

B. Bentuk-bentuk Pusat Pertanggungjawaban... 11

C. Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban... 17

D. Pengendalian Biaya Produksi... 18

E. Manfaat Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban... 20 F. Syarat-syarat penetapan Sistem Akuntansi


(15)

xii

Pertanggungjawaban ... 21

G. Sistem Pelaporan Kepada Manajemen Yang Bertanggungjawab... 39

H. Kajian Yang Relevan... 42

BAB III. METODA PENELITIAN ……… 44

A. Jenis Penelitian... 44

B. Tempat dan waktu Pene litian... 44

C. Subyek dan Objek Penelitian ... 44

D. Data Yang Dicari... 45

E. Teknis Pengumpulan Data ... 45

F. Teknik Analisis Data... 46

BAB IV. GAMBARAN PERUSAHAAN……… 52

A. Sejarah Perusahaan... 52

B. Lokasi Perusahaan……….. 53

C. Tujuan Perusahaan ... 54

D. Pemilihan Sumber Modal... 55

E. Personalia ……… 55

F. Produksi ... 57

G. Pemasaran ... 59

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……….. 60

A. Analisis Data ... 60

B. Pembahasan ... 70

BAB VI. PENUTUP………... ... 79

A. Kesimpulan ……….... 79

B. Keterbatasan ……… ... 80

C. Saran ………... 81 DAFTAR PUSTAKA


(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel V.2 Analisa Struktur Organisasi ... 68 Tabel V.3 Analisa Penyusunan Anggaran... 68 Tabel V.4 Penggolo ngan Biaya Terkendali dan Tidaknya Oleh

Manajer Yang Bertanggungjawab... 69 Tabel V.5 Sistem Akuntansi Biaya Yang Diosesuaikan Dengan

Struktur Organisasi... 69 Tabel V.6 Sistem Pelaporan Biaya Manajer Yang Bertanggungjawab ... 70 Tabel V.11 Laporan Pertanggungjawaban Biaya Produksi Kepala

Seksi Produksi... 78 Tabel V.12 Laporan Pertanggungjawawban Biaya Kepala Pabrik ... 78


(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh Struktur Organisasi Fungsional ... 24

Gambar 2.2 Contoh Struktur Organisasi Divisional ... 25

Gambar 2.3 Arti Posisi Angka Dalam Kode Rekening Biaya ... 33

Gambar 2.4 Arti Posasi Angka Dalam Kode Rekening Biaya ... 34

Gambar 2.5 Tingkatan Manajemen Dalam Struktur Organisasi... 37

Gambar 2.6 Contoh Struktur Organisasi Perusahaan... 38

Gambar 2.7 Contoh Laporan Pertanggungjawaban Biaya ... 41

Gambar 4.1 Saluran Pemasaran ... 59

Gambar 5.1 Struktur Organisasi Perusahaan PT. Sang Hyang Seri... 61

Gambar 5.7 Arti Kode Rekening Biaya Pmbelian Benih Kepala Bagian Persediaan... 75

Gambar 5.8 Arti Kode Rekening Biaya Pengo lahan Benih Kepala Bagian Produksi ... 75

Gambar 5.9 Arti Kode Rekening Pendapatan Penjualan Benih Kepala Bagian Pemasaran... 78


(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara... 82 Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ... 87


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia ekonomi yang semakin luas di Indonesia pada saat ini, menuntut para manajemen bekerja secara baik, efisien dan ekonomis. Oleh karena it u manajemen harus mampu menjalankan fungsinya dengan baik agar tujuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dapat tercapai. Sehubungan dengan itu, akuntansi merupakan salah satu alat untuk membantu manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan.

Sang Hyang Seri sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, mengingat negara kita yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Itulah salah satu alasan bagi Sang Hyang Seri untuk tetap beroperasi di negara kita ini. Segala cara yang mendukung kelangsungan perusahaan selalu dicari demi mengembangkan usaha, salah satunya dalam pengambilan keputusan yang tepat oleh seorang manajer demi lancarnya manajemen perusahaan.

Keberhasilan suatu perusahaan tidak lepas dari upaya pengelolaan yang dilakukan dengan baik oleh manajemen. Untuk mengeahui apakah perusahaan sudah berjalan sesuai dengan yang direncanakan diperlukan suatu pengendalian untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi perusahaan. Oleh karena itu peranan manajemen dalam pengendalian bia ya produksi sangat diperlukan.


(20)

2

Salah satu sarana yang dapat digunakan dalam pengendalian perusahaan adalah akuntansi pertanggungjawaban. Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya serta penghasilan dilakukan sesuai dengan pusat pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuannya adalah dapat diketahui orang atau kelompok orang yang bertanggungjawab atas penyimpangan biaya dan penghasilan yang dianggarkan.

Akuntansi yang bertujuan menyediakan informasi biaya bagi manajemen disebut akuntansi biaya. Agar akuntansi biaya dapat mencapai tujuan tersebut maka biaya yang dikeluarkan perusahaan harus dicatat dan digolongkan dahulu ke dalam : (1) penentuan HPP (2) pengendalian biaya (3) pengambilan keputusan.

Untuk penentuan HPP, akuntansi biaya mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa. Pada umumnya akuntansi biaya yang bertujuan untuk penentuan HPP ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pihak luar perusahaan dan untuk memenuhi kebutuhan manajemen melalui akuntansi pertanggungjawaban.

Fokus pengendalian dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah sumber daya yang dikonsumsi oleh manajer yang memiliki wewenang untuk mengkonsumsi sumber daya tersebut. Karena sumber daya yang dinyatakan dalam satuan uang merupakan biaya, maka sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan metode pengendalian biaya yang


(21)

memungkinkan manajemen untuk melakukan pengelolaan biaya (cost

management) (Mulyadi, 1993:160).

Akuntansi pertanggungjawaban diterapkan pada organisasi yang telah mempunyai pusat-pusat pertanggungjawaban (responbility center). Tujuan dibentuknya pusat pertanggungjawaban adalah (Mardiasmo, 2002:46) :

1. Sebagai basis perencanaan, pengendalian, dan penilaian kinerja manajer dan unit organisasi yang dipimpinnya.

2. Untuk memudahkan tercapainya tujuan organisasi. 3. Memfasilitasi terbentuknya goal congruence.

4. Mendelegasikan tugas dan wewenang ke unit-unit yang memiliki kompetensi sehingga mengurangi beban tugas manajer pusat.

5. mendorong kreativitas dan daya inovasi bawahan.

6. sebagai alat untuk melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efisien.

7. Sebagai alat pengendalian anggaran.

Setiap pusat pertanggungjawaban mempunyai wewenang menyusun anggaran biaya dan atau pengendalian masing- masing. Dengan adanya pembagian pusat pertanggungjawaban yang jelas dalam suatu perusahaan, maka apabila timbul penyimpangan-penyimpangan dalam aktivitas perusahaan akan segera dapat ditelusuri penyebabnya dan masing- masing pusat pertanggungjawaban bertanggung jawab atas penyimpangan- penyimpangan yang terjadi.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian biaya adalah struktur organisasi. Struktur organisasi yang dimaksud merupakan hubungan formal antara individu, bagian atau unit dalam organisasi. Struktur organisasi yang baik adalah struktur yang jelas dimana terdapat pembagian tanggung jawab dan wewenang yang tegas. Pembagian tersebut mengalir dari manajemen atas ke manajemen bawah, pembagian atau lebih tepatnya pendelegasian akan


(22)

4

memungkinkan adanya partisipasi masing- masing unit organisasi dalam mengendalikan biaya karena setiap unit diberi tanggung jawab dan wewenang.

Dengan pendelegasian wewenang tiap tingkatan manajer bertanggung jawab terbatas pada biaya yang dapat dikendalikan saja, sehingga perlu diadakan pemisahan biaya menjadi biaya terkendalikan dan biaya tak terkendalikan.

Sebagai alat perencanaan dan pengendalian, akuntansi pertanggungjawaban dilakukan dengan memberi peran bagi manajer untuk merencanakan pendapatan atau biaya kemudian menjadikan informasi realisasi pendapatan atau biaya tersebut menurut manajer yang bertanggung jawab. Efisiensi tidaknya manajer departemen produksi dalam mengolah biaya dapat dinilai dengan membandingkan rencana anggaran dengan realisasinya. Hasil perbandingan itulah yang menunjukkan adanya penyimpangan atau tidak dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. Selain itu untuk memudahkan pencatatan transaksi digunakan kode rekening. Kode rekening yang biasa digunakan akuntansi pertanggungjawaban adalah kode rekening kelompok yang menghubungkan transaksi dengan pusat pertanggungjawaban.

Syarat-syarat dapat diterapkannya pusat pertanggungjawaban dalam suatu perusahaan adalah (Mulyadi, 1983:381), yaitu :

1. Struktur organisasi yang menerapkan secara tegas wewenang dan tanggung jawab tiap tingkatan manajemen.

2. Anggaran biaya yang disusun menurut pusat-pusat pertanggungjawaban. 3. Penggolongan biaya sesuai dengan dapat dikendalikan tidaknya biaya oleh

manajemen pusat pertanggungjawaban.

4. Sistem akuntansi biaya yang disesuaikan dengan struktur organisasi. 5. Sistim pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggung jawab.


(23)

Sistem akuntansi pertanggungjawaban dapat digunakan untuk mengendalikan biaya mengingat sistem ini mengikuti pendelegasian tanggungjawab dan wewenang yang jelas. Pendelegasian tanggungjawab dan wewenang merupakan salah satu usaha pengawasan dan pengendalian biaya yang dikeluarkan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari penyusunan sampai pada pelaporan tanggungjawab atas biaya satu unit organis asi dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban. Anggaran disusun untuk setiap tingkatan manajemen dimana semua manajer diikutsertakan dalam penyusunannya. Di samping itu adanya sistem biaya disesuaikan dengan struktur organisasi serta adanya pemisahan biaya ke dalam biaya terkendali dan tidak terkendali.

Dengan sistem ini dapat diketahui siapa yang bertanggungjawab terhadap penyimpangan biaya yang terjadi, sistem ini membuat pengendalian biaya yang efektif, melihat uraian tersebut dapat dikatakan bahwa sistem ini menguntungkan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “ Penerapan Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban untuk Pengendalian Biaya Produksi “ mengambil kasus di perusahaan PT. Sang Hyang Seri, UBD Pasuruhan Jawa Timur.


(24)

6

B. Batasan Masalah

Mengingat pengendalian biaya dalam departemen produksi dan akuntansi pertanggungjawaban dapat digunakan sebagai alat pengendalian biaya, maka penulis menbatasi masalah pada akuntansi pertanggungjawaban pada departemen produksi. Selanjutnya karena biaya produksi yang mampu dikendalikan oleh manajer dan atas hubungan antara masukan dengan keluaran pusat pertanggungjawaban dikelompokkan menjadi pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba, dan pusat investasi maka batasan proses pertanggungjawaban dalam pembahasan hanya sebagai pusat biaya.

C. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang masalah tersebut, maka untuk mengembangkan penelitian dapat dirumuskan suatu masalah :

1. Apakah struktur organisasi perusahaan telah menerapkan secara tegas wewenang dan tanggung jawab tiap tingkatan manajemen ?

2. Apakah anggaran biaya produksi perusahaan telah disusun menurut pusat pertanggungjawaban biaya ?

3. Apakah penggolongan biaya produksi perusahaan telah sesuai dengan dapat tidaknya biaya dikendalikan oleh manajemen pusat pertanggungjawaban ?

4. Apakah sistem akuntansi biaya produksi perusahaan telah disesuaikan dengan struktur organisasi ?


(25)

5. Apakah sistem pelaporan biaya produksi kepada manajer yang bertanggung jawab telah diterapkan di perusahaan ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui apakah struktur organisasi perusahaan telah menerapkan secara tegas wewenang dan tanggungjawab tiap tingkatan manajemen.

2. Untuk mengetahui apakah anggaran biaya produksi perusahaan telah disusun menurut pusat pertanggungjawaban biaya.

3. Untuk mengetahui apakah penggolongan biaya produksi perusahaan telah sesuai dengan dapat tidaknya biaya dikendalikan oleh manajemen pusat pertanggungjawaban.

4. Untuk mengetahui apakah sistem akuntansi biaya produksi perusahaan telah disesuaikan dengan struktur organisasi.

5. Untuk mengetahui apakah sistem pelaporan biaya produksi kepada manajer yang bertanggung jawab telah diterapkan di perusahaan.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan masukan pada penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban untuk pengendalian biaya produksi perusahaan.


(26)

8

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

3. Bagi penulis

Penelitian ini dapat menambah pengalaman yang sangat berharga yaitu menambah pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban untuk pengendalian biaya produksi.

F. Sistimatika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini dikemukakan teori-teori yang dipakai untuk membahas masalah dalam penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian sistem akuntansi pertanggungjawaban, syarat-syarat penerapan sistem akuntansi dan pengendalian.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan dijelaskan tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, sumber data, data yang dicari dan teknik analisis data.


(27)

BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah perkembangan perusahaan, bentuk perusahaan, produksi, pemasaran, personalia dan permodalan. BAB V : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai analisis terhadap struktur organisasi perusahaan, penggolongan biaya terkendali dan biaya tak terkendali, pemberian kode rekening, sistem anggaran serta pelaporan biaya pada perusahaan.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dan hasil penelitian yang dilakukan, keterbatasan penelitian serta saran-saran yang diajukan pada perusahaan.


(28)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban

Mulyadi mendefinisikan akuntansi pertanggungjawaban sebagai (1983:379):

“Suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya serta penghasilan dilakukan sesuai dengan pusat pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggung jawab atas penyimpangan biaya dan pendapatan yang dianggarkan”

Sedangkan Slamet Sugiri mendefinisikan akuntansi pertanggungjawaban sebagai berikut (1994:199):

“Akuntansi pertanggungjawaban adalah penyusunan laporan- laporan prestasi yang dikaitkan kepada individu- individu atau anggota-angota kelompok sebuah organisasi dengan suatu cara yang menekankan pada fak tor-faktor yang dapat dikendalikan oleh individu atau anggota kelompok tersebut”.

Definisi lain akuntansi pertanggungjawaban adalah (Gudono 1993:207) yaitu :

Akuntansi pertanggungjawaban adalah proses yang meliputi : 1. Penunjukan pusat pertanggungjawaban

2. Pendelegasian wewenang kepada orang-orang dalam pusat pertanggunjawaban

3. Penyajian anggaran, pengumpulan data realisasi, dan penyajian laporan perbandingan antara realisasi dengan anggaran

4. Penanganan orang-orang yang harus bertanggung jawab atas tindakan tertentu.


(29)

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa :

1. Akuntansi pertanggungjawaban menghendaki adanya pemisahan wewenang dan tanggung jawab untuk setiap tingkatan manajemen

2. Setiap kegiatan pengumpulan biaya dan pelaporan biaya yang disesuaikan dengan tingkatan manajemen sehingga dengan mudah menentukan pihak-pihak yang bertanggung jawab

3. Dalam akuntansi pertanggungjawaban prestasi manajer dinilai berdasarkan unit organisasi yang yang dipimpinnya dengan menyusun laporan prestasi dimana laporan tersebut hanya berisi biaya-biaya yang dapat dikendalikan.

B. Bentuk-bentuk Pusat Pertanggungjawaban

Dalam akuntasi pertanggungjawaban, laporan prestasi disiapkan untuk setiap segmen. Segmen dapat berupa departemen, bagian-bagian yang lebih dari departemen, atau sekelompok departemen yang beroperasi di bawah kendali dan wewenang seorang manajer yang bertanggung jawab. Pusat pertanggungjawaban diartikan sebagai bagian atau unit organisasi yang dipimpin seorang manajer yang bertanggung jawab terhadap unit yang dipimpinnya ( Abdul Halim & Bambang, 1990:120 ). Menurut S. Widanarto dalam Reader Controllership, pusat pertanggungjawaban diartikan sebagai suatu unit organisasi dalam perusahaan yang dipimpin oleh seorang manajemen yang bertanggung jawab atau dengan kata lain setiap unit kerja dalam organisasi dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab. Sedangkan pusat pertanggungjawaban menurut Slamet sugiri dalam bukunya


(30)

12

Akuntansi Manajemen adalah setiap unit organisasi yang disiapkan laporan prestasinya. Setiap pusat pertanggungjawaban mempunyai wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan organisasi yang bersangkutan.

Setiap pusat pertanggungjawaban dalam kegiatan untuk menghasilkan keluaran (output) berupa barang atau jasa memerlukan sumber-sumber ekonomi seperti bahan, jasa tenaga kerja dan berbagai masukan (input). Masukan suatu pusat pertanggungjawaban yang dinyatakan dalam satuan uang merupakan biaya, sedangkan keluaran yang dinyatakan dalam satuan uang merupakan pendapatan.

Setiap pusat pertanggungjawaban akan diukur kinerjanya atas dasar suatu kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketentuan yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja suatu pusat pertanggungjawaban tersebut adalah efisiensi dan efektivitas. Efisiens i adalah rasio antara output terhadap input atau jumlah output per unit yang dibandingkan dengan input (Supriyono, 1989:26).

Suatu pusat pertanggung jawaban dikatakan efisien bila :

1. Menggunakan sumber atau biaya atau masukan lebih kecil untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah yang sama

2. Menggunakan sumber atau biaya atau masukan yang sama untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah yang besar.

Sedangkan efektivitas adalah hubungan antara output pusat pertanggunjawaban dan tujuannya. Semakin besar kontribusi keluaran suatu


(31)

pusat pertanggungjawaban terhadap pencapaian tujuan perusahaan semakin efektif kegiatan pertanggungjawaban tersebut.

Atas dasar hubungan antara masukan dan keluaran pusat-pusat pertanggungjawaban dapat dikelompokkan menjadi :

1. Pusat biaya

Pusat biaya merupakan suatu pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai atas dasar biayanya. Keluaran pusat biaya tidak diukur dalam bentuk pendapatan, karena manajer pusat biaya tidak memiliki wewenang untuk mengendalikan pendapatan penjualan atas keluaran yang dihasilkan dan keluaran pusat biaya sulit diukur secara kuantitatif. Departemen produksi merupakan contoh pusat biaya yang tidak dapat mengendalikan pendapatan penjualan yang dihasilkannya. Keluaran departemen ini dapat diukur secara kua ntitatif, namun manajer departemen ini tidak dibebani tanggung jawab untuk memperoleh pendapatan penjualan atas keluarannya. Tanggung jawab manajer departeman produksi adalah menghasilkan produk tertentu dengan biaya atau pemasukan serendah mungkin sehingga departeman produksi hanya merupakan pusat biaya. Atas dasar karakteristik hubungan antara pemasukan dan keluarannya, pusat biaya digolongkan menjadi pusat

biaya teknik (engineered expense center ) dan pusat biaya kebijakan

( disretoinary expense center ).

Pusat biaya teknik atau pusat biaya standar adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya mempunyai hubungan fisik yang erat dan nyata


(32)

14

dengan keluarannya. Contoh departemen produksi. Efisiensi pusat biaya teknik dimulai atas dasar hubungan antara masukan dengan keluarannya dan alat penilai efisiensi pusat biaya teknik adalah biaya standar. Dikatakan efisiensi jika biaya sesungguhnya tidak melebihi jumlah biaya standarnya. Sedangkan efektivitasnya dinilai atas dasar kemanpuan pusat biaya dalam mencapai volume produksi yang diharapkan pada tingkat kualitas dan waktu tertentu. Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya tidak mempunyai hubungan proposional atau hubungan nyata dengan keluarannya. Penyusunan anggaran pusat biaya kebijakan dimulai dari penentuan volume tugas-tugas yang akan dilaksanakan dalam tahun anggaran yang akan datang yang digolongkan dalam tugas rutin dan tugas khusus. Contoh departemen administrasi umum, departemen penelitian dan pengembangan serta departemen pemasaran. Biaya-biaya yang timbul dalan pusat biaya kebijakan dapat dikendalikan dengan cara (Mulyadi, 1993:437) :

1. memutuskan tugas-tugas apa yang akan dilaksanakan dan tingkat usaha yang harus dilaksanakan untuk setiap tugas tersebut

2. menyusun anggaran biaya yang jumlahnya sedekat mungkin dengan biaya yang sesungguhnya untuk melaksanakan tugas yang direncanakan

3. memperlakukan anggaran biaya kebijakan sebagai batas atas yang tidak boleh dilampaui.


(33)

Proses pengendalian biaya kebijakan dilakukan dengan menyusun anggaran biaya oleh manajer pusat biaya kebijakan yang bersangkutan untuk melaksanakan semua kegiatan yang direncanakan dengan biaya yang dianggarkan. Salah satu syarat yang penting agar dapat mengendalikan pusat biaya kebijakan adalah pemilihan manajer yang baik untuk dapat memimpin pusat biaya tersebut. Manajer pusat biaya kebijakan harus mempunyai kemampuan teknik dan manajerial. Kemampuan teknik diperlukan karena manajer pusat biaya kebijakan harus mengendalikan tugas-tugas yang dilaksanakan departemennya, sedangkan kemampuan manajerial diperlukan untuk mengatur pelaksanaan tugas-tugas ke arah pencapaian tujuan organisasi yang dipimpinnya.

2. Pusat pendapatan

Pusat pendapatan merupakan suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan pendapatan pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Manajer pusat pendapatan diukur kinerjanya dari pendapatan yang diperoleh pusat pertanggungjawabannya dan tidak dimintai pertanggungjawaban mengenai masukannya, karena dia tidak dapat mempengaruhi pemakaian masukan tersebut. Contoh pusat pendapatan adalah departemen pemasaran, departemen ini bertanggung jawab terhadap pencapaian pendapatan yang ditargetkan tanpa dibebani tanggung jawab mengenai biaya yang terjadi di departemennya, karena biaya sering kali tidak mempunyai hubungan dengan pendapatan yang diperoleh departemen tersebut.


(34)

16

Oleh karena sulitnya pengendalian biaya di pusat biaya kebijakan maka pertimbangan manajemen memegang peranan penting. Pertimbangan manajemen dalam pertimbangan biaya ini antara lain (Supriyono, 1989:60):

a. Setiap rupiah tambahan biaya yang dikeluarkan diharapkan dapat meningkatkan penjualan yang lebih besar sehingga dapat meningkatkan laba

b. Lingkungan luar terutama persaingan sangat mempengaruhi kegiatan promosi.

3. Pusat Laba

Pusat laba merupakan suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan pendapatan dan biaya pusat pertanggungjawaban tersebut. Manajer pusat laba kinerjanya diukur dari selisih antara pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.

4. Pusat investasi

Pusat investasi merupakan suatu pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai atas dasar laba yang diperoleh dibandingkan dengan investasi yang digunakan. Pengukuran prestasi pusat investasi merupakan perluasan dari pengukuran prestasi pusat laba. Pengukuran ini diperlukan karena suatu divisi yang memperoleh laba tinggi tidak berarti mempunyai prestasi yang baik jika laba tersebut dihubungkan dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Ukuran prestasi manajer


(35)

pusat investasi dapat berupa ratio antara laba dengan investasi yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut.

C. Sistem Akuntansi Pertanggugjawaban

Dalam perusahaan yang telah dibentuk menjadi pusat-pusat pertanggungjawaban, pelaporan kinerja masing- masing pusat pertanggungjawaban sangat diperlukan sekali. Hal ini berguna untuk menilai seberapa baik individu- individu yang telah ditunjuk untuk melaksanakan tanggung jawab yang telah dibebankan kepadanya. Agar dapat mengevaluasi kegiatan para manajer dalam pencapaian tujuan perusahaan, bagian akuntansi perusahaan harus merancang sistem akuntansi yang menyediakan pelaporan kinerja masing- masing pusat pertanggungjawaban. Sistem akuntansi yang harus dirancang oleh bagian akuntansi adalah sistem akuntansi pertanggungjawaban.

Definisi sistem akuntansi pertanggungjawaban (Mulyadi, 1993:196) dalam bukunya Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa adalah sistem pengolahan informasi biaya, dengan cara menggolongkan, mencatat, dan meringkas biaya dalam hubungannya dengan jenjang manajemen yang bertanggung jawab atas terjadinya biaya, dengan tujuan untuk menghasilkan informasi akuntansi pertanggungjawaban guna pengendalian biaya.

Oleh karena biaya yang terjadi dikumpulkan untuk setiap tingkatan manajemen, maka biaya-biaya harus digolongkan dan diberi kode setiap


(36)

18

tingkatan manajemen yang terdapat dalam struktur organisasi. Setiap tingkatan manajemen merupakan pusat pertanggungjawaban dan akan dibebani dengan biaya-biaya yang terjadi di dalamnya yang dipisahkan antara biaya terkendali dan biaya tak terkendali.

D. Pengendalian Biaya Produksi 1. Definisi Pengendalian Biaya

Pengendalian merupakan salah satu usaha perusahaan untuk pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Pengendalian oleh manajemen dapat dilakukan antara lain dengan membandingkan hasil pelaksanaan dengan rencana atau anggaran yang telah ditetapkan. Menurut Arief Suadi pengendalian adalah proses untuk membuat suatu organisasi mencapai tujuannya. Menurut Matz-Usry (1986:4) dalam bukunya Akuntansi Biaya pengendalian (control) merupakan usaha sistematis perusahaan untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan prestasi kerja dengan rencana kegiatan dan bila terdapat perbedaan yang besar dapat diambil tindakan. Sedangkan menurut Drs. Prayitno Djoyoprawiro (1982:16) dalam bukunya Akunting Biaya pengendalian merupakan proses meninjau kembali, mengevaluasi dan menetapkan perkembangan usaha untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan antara hasil yang dicapai dengan proyeksi dalam perencanaan dan juga hasil periode-periode yang lalu.


(37)

Dari pengertian di atas secara umum, pengendalian dapat diartikan sebagai usaha manajer untuk mencapai tujuan perusahaan dan merupakan proses atau sistem yang mana rencana dan pelaksanaan tindakan dibandingkan, dan perbandingan tersebut berfungsi sebagai dasar untuk menetapkan reaksi yang memadai terhadap hasil pelaksanaan tersebut. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan :

a. Setiap pengendalian harus didahului dengan penerapan suatu rencana, yaitu keadaan atau kondisi lingkungan

b. Pengendalian merupakan suatu usaha, kegiatan atau proses yang mana pelaksanaan tindakan dibandingkan dengan rencana atau keadaan yang diinginkan.

2. Sistem Harga Pokok Standar (Supriyono, 1982:81)

Sistem harga pokok standar merupakan salah satu sistem harga pokok yang ditentukan di muka untuk mengolah produk tertentu dengan cara menentukan besarnya biaya standar dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan overhead pabrik untuk mengolah satu satuan produk tertentu. Biaya standar dipakai sebagai alat untuk mengukur dan menilai prestasi pelaksanaan, menetapkan anggaran, dan menentukan harga pokok produk (biaya produk). Biaya standar didasarkan pada prediksi yang realistis apabila dikehendaki tercapainya manfaat penuh dari biaya standar.

Harga pokok standar mencerminkan biaya yang seharusnya terjadi yang ditentukan untuk setiap elemen biaya dan pada setiap departemen dimana produk diolah. Harga pokok standar tersebut dapat dipakai sebagai


(38)

20

alat pengendalian biaya dan menilai prestasi manajemen. Pada setiap periode akuntansi biaya sesungguhnya dibandingkan dengan biaya standar, sehingga dapat dilakukan pengendalian biaya dan penilaian prestasi dengan menentukan efisiensi setiap elemen biaya pada setiap departemen dimana produk diolah. Dalam hal ini pengendalian adalah kegiatan untuk melakukan penyelidikan terhadap selisih biaya yang timbul.

E. Manfaat Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban (Mulyadi, 1993:170) Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi mengenai pendapatan, biaya atau aktiva yang dikaitkan dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap pusat pertanggungjawaban tertentu. Manfaat informasi pertanggungjawaban antara lain :

1. sebagai penilaian kinerja manajer pusat pertanggungjawaban

Sebagai penilaian kinerja pusat pertanggungjawaban, informasi akuntansi pertanggunjawaban penting dalam proses perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi, karena informasi akuntansi pertanggungjawaban menekankan hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan realisasinya. Sedangkan untuk memotivasi manajer, informasi akuntansi pertanggungjawaban digunakan untuk mengukur kinerja manajer dengan memberi penghargaan, sehingga manajer termotivasi untuk meningkatkan usahanya.


(39)

2. sebagai penyusunan anggaran

Penyusunan anggaran merupakan proses penetapan dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan, oleh karena itu diterapkan siapa yang akan berperan dalam melaksanakan sebagian aktivitas pencapaian sasaran perusahaan dan ditetapkan pula sumber daya yang disediakan bagi pemegang peran tersebut.

3. sebagai pemotivasi manajer

Pemotivasi adalah sesuatu yang digunakan untuk mendorong timbulnya prakarsa seseorang untuk melakukan tindakan secara sadar dan bertujuan (Mulyadi, 1993:173). Seseorang akan berusaha sebaik-baiknya jika mereka mengetahui dengan usaha mereka yang tinggi akan mendapatkan suatu penghargaan (reward). Jadi suatu penghargaan atau

reward sangat berpengaruh dalam penilaian kinerja manajer.

F. Syarat Penetapan Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban

1. Struktur Organisasi yang Menetapkan Secara Tegas Wewenang dan Tanggung jawab Tiap Tingkatan Manajemen

Penetapan secara tegas wewenang dan tanggung jawab dapat dilakukan dengan desentralisasi. Dengan desentralisasi sebagian wewenang dan tanggung jawab manajemen puncak didelegasikan kepada bawahannya sehingga akan mengurangi beban terhadap penggunaan waktu. Setiap bawahan juga akan bertanggung jawab atas wewenang yang didelegasikan kepadanya. Jadi penetapan secara tegas wewenang


(40)

22

dan tanggung jawab suatu pusat pertanggungjawaban mengandung makna bahwa dengan adanya pelimpahan wewenang, akan dituntut adanya pertanggungjawaban oleh pemberi wewenang. Uraian mengenai wewenang dan tanggung jawab suatu organisasi biasanya diungkapkan dalam job description. Dalam pengendalian biaya, wewenang dan tanggung jawab yang dimaksud adalah dalam hal pengambilan keputusan atas biaya pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya.

Sistem akuntansi pertanggungjawaban menganggap bahwa pengendalian organisasi dapat meningkat dengan cara menciptakan jaringan pusat pertanggungjawaban yang sesuai dengan organisasi formal perusahaan. Dalam penerapannya, sistem akuntansi pertanggungjawaban menghendaki adanya pemisahan wewenang dan tanggung jawab secara tegas. Tujuannya adalah agar setiap tingkatan manajemen dalam perusahaan mempunyai wewenang untuk mengatur unitnya sendiri-sendiri, menghindari adanya duplikasi tugas di antara unit- unit perusahaan, menghindari kesalahpahaman antara bawahan dengan pimpinan karena setiap tugas, wewenang dan tanggung jawab telah dijabarkan dengan jelas serta dapat menjadi pedoman bagi suatu pusat pertanggungjawaban dalam memisahkan biaya ke dalam biaya terkendali dan biaya tak terkendalikan.

Menurut Supriyono (1991:99) struktur organisasi meliputi penentuan hirarki dalam organisasi yang dapat digolongkan ke dalam dua hirarki yaitu :


(41)

a. Hirarki vertikal

Hirarki vertikal menunjukkan diferensiasi kekuasaan dan tanggung jawab. Oleh karena itu, setiap peringkat vertikal dalam suatu struktur organisasi menunjukan perbedaan peringkat kekuasaan dan tanggung jawab.

b. Hirarki horizontal

Hirarki horizontal menunjukkan diferensiasi spesialisasi antar unit-unit yang ada dalam struktur organisasi yang bersangkutan. Proses penentuan hirarki horizontal ini dinamakan departementalisasi.

Semakin berkembang lingkungan organisasi dapat mempengaruhi struktur organisasi khususnya pada pembentukan departemen-departemen di dalam organisasi. Penyusunan departemen-departemen dapat dilakukan dengan cara:

a. Struktur organisasi fungsional

Dalam organisasi ini setiap manajer bertanggung jawab atas salah satu fungsi dari berbagai fungsi yang ada dalam organisasi ya ng secara kolektif dilibatkan dalam pencapaian tujuan organisasi. Organisai fungsional mempunyai potensi yang besar untuk bekerja secara efisien sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan keahlian. Organisasi fungsional juga mempunyai kelemahan yaitu pertama

tidak ada cara yang tepat untuk menentukan tingkat keefektifan pemisahan fungsi tersebut di atas karena masing- masing fungsi secara bersamaan memberi kontribusi terhadap output perusahaan. Dengan


(42)

24

begitu perusahaan sulit untuk menetapkan tanggung jawab terhadap laba kepada manajer secara individual. Kedua tidak ada cara yang tepat untuk perencanaan kerja dari masing- masing fungsi yang terpisah pada level bawah dari suatu organisasi. Contoh suatu organisasi fungsional:

Gambar 2.1 Contoh Struktur Organisasi Fungsional

b. Struktur organisasi divisional

Dalam organisasi divisional, manajer dapat mengembangkan strategi bisnisnya masing- masing. Untuk tujuan pengendalian dan pertanggungjawaban dalam divisi ini dapat diperlakukan sebagai kesatuan usaha yang berdiri sendiri. Sebagai contoh manajer divisi bertanggung jawab terhadap bisnis atau lini produk tertentu, mereka mempunyai wewenang untuk mengubah kebijaksanaan pemasaran dalam bisnisnya. Kelemahannya manajer unit usaha tidak mempunyai kekuasaan yang lengkap.

Presiden Direktur

Direktur Produksi

Direktur Pemasaran

Direktur Keuangan

Direktur Personalia


(43)

Gambar 2.2 Contoh Struktur Organisasi Divisional c. Struktur organisasi garis

Dalam organisasi ini kekuasaan mengalir secara langsung dari atasan sampai ke bawahan. Masing- masing bagian merupakan unit yang berdiri sendiri. Kebaikan dari organisasi ini adalah adanya kesatuan dalam pimpinan dan pemerintah, sehingga atasan atau pimpinan dapat mengambil keputusan sendiri dengan cepat. Namun struktur organisasi garis juga mempunyai kelemahan yaitu sering terdapat birokrasi yang menghambat jalannya perusahaan, tidak ada spesialisasi yang menyebabkan tugas yang berat para Direktur Devisi

Bandung

Direktur Devisi Bali

Direktur Devisi Jateng

Direktur Produksi

Direktur Produksi

Direktur Produksi

Direktu Pemasaran

Direktur Pemasaran

Direktur Pemasaran

Direktur Keuangan

Direktur Keuangan

Direktur Keuangan Presiden


(44)

26

karyawan sehingga kurang efisien dan kurang kerjasama diantara masing- masing bagian.

d. Struktur organisasi garis dan staf

Organisasi ini menetapkan adanya pengawasan secara langsung dan spesifikasi dalam perusahaan. Tugas para kepala bagian yang semakin berat memerlukan bantuan para ahli (spesialis) yang dapat memberikan saran dalam beberapa fungsi, tetapi mereka tidak mempunyai wewenang untuk pemberian perintah. Sehingga dapat dimungkinkan dibentuknya staf-staf perusahan. Hubungan yang terjadi antara pimpinan dan bawahan disebut sebagai hubungan garis. Sedangkan hubungan antara pimpinan dan staf disebut hubungan staf. Kebaikan dari organisasi ini adalah adanya kesatuan dari perusahaan sehingga dapat tercipta aliran kekuasaan dengan jelas, pimpinan dapat memberikan saran kepada bawahan sedangkan staf dapat membantu untuk mengatasi masalah yang timbul di perusahaan sehingga akan memperingan dan dapat meningkatkan efisiensi kerja. Keburukan bentuk organisasi ini adalah timbulnya anggapan akan lebih percaya pada staf daripada pada atasan.

e. Struktur organisasi komite

Organisasi komite sering digunakan untuk mengumpulkan pendapat tentang berbagai kegiatan dalam perusahaan. Komite ini


(45)

dapat dibentuk di semua bagian dalam organisasi, sehingga dapat timbul beberapa komite. Syarat-syarat terbentuknya komite: 1. suasana santai dan formal

2. semua anggota komite ikut ambil bagian dalam membicarakan tugas-tugasnya

3. masing- masing anggota komite bersedia mendengarkan pendapat dari anggota yang lain

4. komite mengetahui tugas-tugas yang dibebankan kepadanya 5. keputusan diambil secara konsensus

6. ketua komite mempunyai kekuasaan atas yang lain.

Kebaikan dari organisasi ini adanya suatu keputusan yang ditentukan bersama-sama sehingga memberikan hasil yang lebih baik dan tercipta koordinasi antar anggota. Keburukan kesulitan dalam mempersiapkan pertemuan karena masing- masing anggota sibuk dengan pekerjaannya. Harus ada suatu musya warah antar anggota.

f. Struktur organisasi matrik

Organisasi ini berdasarkan struktur organisasi garis dan staf . organisasi matrik juga disebut organisasi manajemen proyek, yang dapat didefinisikan sebagai struktur organisasi dimana para spesialis dari bagian-bagian yang berbeda disatukan untuk mengerjakan suatu proyek khusus. Karena struktur ini dirancang untuk menangani masalah atau proyek khusus, maka


(46)

28

pengidentifikasian proyek seperti itu perlu diikuti dengan pemilihan sebuah team yang anggota-anggotanya mempunyai keahlian yang diperlukan. Pusat-pusat pertanggungjawaban ditata berdasarkan fungsi, dan tanggung jawab program berada di atasnya, dengan atau tanpa proyek-proyek. Organisasi matrik menghasilkan kombinasi dari wewenang ganda, yaitu anggota-anggota proyek menerima perintah dari manajer proyek (wewenang horizontal) dan tetap mempertahankan keanggotaan mereka dalam bagian-bagian fungsional yang permanen (wewenang vertikal). Kebaikan dari organisasi ini sifatnya yang luwes, organisasi ini dapat memberikan metode untuk memusatkan perhatian pada masalah- masalah utama yang spesifik. Sedangkan keburukannya adalah menimbulkan beberapa masalah karena pendekatan ini melanggar prinsip-prinsip kesatuan perintah yang tradisional, konflik akan muncul antara manajer proyek dengan manajer- manajer bagian yang lain.

2. Anggaran Biaya yang Disusun Menurut Pusat-pusat Pertanggungjawaban

Anggaran merupakan perencanaan secara formal dari seluruh kegiatan perusahaan di dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam unit moneter (Agus Ahyari, 1998:8).


(47)

Anggaran adalah suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya dalam satuan uang untuk menunjukkan perolehan dan penggunaan sumber-sumber suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun (Supriyono, 1989:90)

Anggaran (budget) ialah rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (kesatuan moneter) dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas disimpulkan bahwa di dalam penyusunan anggaran, tiap manajer bertanggung jawab atas pelaksanaan seluruh program yang berada di bawah tanggung jawabnya, biasanya program-program tersebut diterjemahkan ke dalam satuan uang. Proses penyusunan anggaran merupakan proses negosiasi di antara para manajer pusat-pusat pertanggungjawaban dengan atasannya. Hasil akhirnya adalah suatu anggaran yang telah disetujui oleh atasan, yang berisi mengenai penghasilan yang diharapkan dan diperoleh dalam tahun anggaran.

Untuk tujuan pengendalian, biaya harus disusun sesuai dengan tingkatan manajemen dalam organisasi. Dalam proses penyusunan anggaran, tiap manajer harus mengajukan rancangan anggaran biaya yang di bawah tanggung jawabnya. Rancangan-rancangan anggaran ini kemudian dikombinasikan dan diselaraskan satu sama lain oleh Komite Anggaran. Setiap perubahan yang dilakukan terhadap rancangan anggaran tersebut harus dirundingkan dan diberitahukan dengan manajer


(48)

30

yang bersangkutan. Diikutsertakannya semua manajer dalam penyusunan anggaran biaya menimbulkan partisipasi mereka dalam mencapai target yang telah ditetapkan. Dengan demikian, masing- masing manajer akan merasa bahwa anggaran biaya untuk unit organisasi yang dipimpinnya adalah anggarannya dan dia akan bersedia dinilai atas dasar patokan anggaran tersebut.

Agar pembagian wewenang penganggaran berjalan seiring dengan pembagian wewenang organisasi untuk tujuan pengendalian biaya, maka organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga jelas wewenang dan tanggung jawab tiap-tiap manajer. Dengan demikian jika sesuatu tidak sesuai yang direncanakan dalam anggaran, akan mudah ditunjuk siapa yang bertanggung jawab.

3. Penggolongan Biaya yang Sesuai Dapat Dikendalikan Tidaknya Biaya Oleh Manajemen Pusat Pertanggungjawaban

Dalam akuntansi pertanggungjawaban, tiap manajer berpartisipasi dalam menyusun anggaran biaya bagiannya masing- masing, sehingga masing- masing manajer akan diminta pertanggungjawabannya mengenai realisasi anggaran tersebut. Terjadinya biaya dalam suatu pusat pertanggungjawaban tidak selalu sebagai akibat dari keputusan yang diambil oleh manajer pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan, karena tidak semua biaya yang terjadi dalam suatu pusat pertanggungjawaban dapat dikendalikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban tersebut. Agar biaya dapat dikendalikan oleh


(49)

manajer suatu pusat pertanggungjawaban maka biaya harus dipisahkan menjadi biaya terkendalikan dan biaya tak terkendalikan.

Biaya terkendalikan adalah biaya yang secara signifikan dapat dipengaruhi dan dikendalikan oleh manajer dalam jangka waktu tertetu. Sedangkan biaya tak terkendalikan adalah biaya yang secara signifikan tidak dapat dipengaruhi dan dikendalikan oleh seorang manajer, karena manajer tersebut tidak memiliki wewenang dalam mengendalikan biaya-biaya yang terjadi dibagiannya dalam jangka waktu tertentu (Supriyanto, 1994:148)

Untuk memisahkan biaya ke dalam biaya terkendalikan dan tak terkendalikan pada kenyataannya para manajer mengalami kesulitan. Hanya biaya-bia ya yang terkendalikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban saja yang disajikan dalam laporan biaya dan diminta pertanggungjawabannya.

Pedoman untuk menetapkan apakah suatu biaya dapat dibebankan sebagai tanggung jawab seseorang (pusat pertanggungjawaban) adalah sebagai berikut (Mulyadi, 1983:383) :

a. Jika seseorang memiliki wewenang baik dalam perolehan maupun penggunaan jasa, ia harus dibebani dengan penggunaan jasa tersebut.

b. Jika seseorang dapat secara berarti mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui tindakannya sendiri, ia dapat dibebani dengan biaya tersebut.

c. Meskipun seseorang tidak secara berarti mempengaruhi jumlah biaya tertentu melalui tindakan langsungnya sendiri, ia dapat juga dibebani biaya tersebut jika manajemen menghendaki agar supaya ia menaruh perhatian, sehingga ia dapat membantu orang-orang bertanggung jawab mempengaruhinya.

Semua biaya dalam suatu organisasi dapat dikendalikan, tergantung manajer pusat pertanggungjawaban mana yang dapat mengendalikannya.


(50)

32

Biaya yang tak terkendalikan dapat diubah menjadi biaya terkendalikan melalui dua cara yaitu (Supriyono, 1989:16):

a. Dengan mengubah dasar pembebanan dari alokasi ke pembebenan langsung.

b. Dengan mengubah letak wewenang dan tanggung jawab dalam pengambilan keputusan.

4. Sistem Akuntansi Biaya yang Disesuaikan dengan Struktur Organisasi

Sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem pengumpulan biaya untuk kepentingan pengendalian biaya, yaitu dengan cara menggolongkan, mencatat dan meringkas biaya-biaya dalam hubungannya dengan tingkat-tingkat manajemen yang bertanggung jawab atas terjadinya biaya dengan tujuan untuk menghasilkan informasi akuntansi pertanggungjawaban guna pengendalian biaya.

Oleh karena biaya yang terjadi akan dikumpulkan untuk setiap tingkatan manajemen, maka biaya-biaya harus digolongkan dan diberi kode sesuai dengan tingkatan manajemen yang terdapat dalam struktur organisasi. Setiap tingkatan manajemen merupakan pusat pertanggungjawaban dan akan dibebani dengan biaya-biaya yang terjadi di dalamnya yang dipisahkan antara biaya terkendalikan dan biaya tak terkendalikan.

Dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban pencatatan transaksi dikaitkan dengan pusat pertanggungjawaban, sehingga kode rekening yang


(51)

biasa digunakan adalah kode angka kelompok. Kode angka kelompok digunakan untuk menunjukkan hirarki data atau tempat terjadinya data, serta dapat mencerminkan informasi biaya yang menggambarkan :

a. Hubungan biaya dengan pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan, yang terbagi menurut hirarki : direksi, departemen dan bagian.

b. Jenis-jenis biaya.

Berdasarkan hubungan biaya dengan pusat pertanggungjawaban dapat ditentukan bahwa jumlah angka dalam kode adalah lima, dengan rincian tiga angka pertama untuk menunjukkan hubungan biaya dengan struktur organisasi (ada tiga jenjang organisasi) dan dua angka sisanya untuk menunjukkan jenis biaya karena jumlah biaya diperkirakan tidak akan lebih dari 100 jenis

Dengan demikian arti posisi angka dalam kode rekening biaya, tampak sebagai berikut:

Direktorat Departemen Bagian Jenis Biaya

Pusat pertanggungjawaban Gambar 2.3

Arti posisi angka dalam kode rekening biaya 1 2 3 4 5


(52)

34

Adapun prosedur pengumpulan data biaya dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai berikut (Mulyadi, 1983:389):

a. Atas dasar media pembukuan, biaya dicatat tiap jenis biaya ke dalam kartu biaya. Dalam kartu biaya, biaya telah digolongkan menurut jenis, dan terkendalikan tidaknya biaya serta pusat biaya di mana biaya tersebut terjadi. Kartu biaya merupakan alat distribusi biaya untuk keperluan akuntansi pertanggungjawaban.

b. Secara periodik (misalnya sebulan sekali) biaya yang dicatat dalam buku pembantu biaya dijumlah dan disajikan dalam bentuk laporan pertanggungjawaban.

Contoh:

PT Eliona sari adalah produsen kertas. Rekening buku besarnya dibagi menjagi enam kelompok dan diberi kode rekening sebagai berikut :

1)Aktiva 2)Utang 3) Modal 4) Pendapatan 5) Biaya

6) Pendapatan dan biaya di luar usaha

Rekening buku besar diberi kode angka kelompok yang terdiri dari empat angka. Arti posisi angka dalam kode rekening biaya tersebut adalah : 5 X X X

Kelompok biaya Pusat biaya direksi

Pusat biaya departemen Pusat biaya bagian


(53)

Jenis biaya dalam tiap-tiap pusat biaya digolongkan sesuai dengan obyek pengeluaran dan dicatat dalam kartu biaya (buku pembantu biaya). Kode rekening pembantu biaya terdiri dari 7 angka dan arti posisi angka dalam setiap kode adalah sebagai berikut :

5 X X X XXX Kelompok rekening biaya

Pusat pertanggungjawaban direksi Pusat pertanggungjawaban departemen Pusat pertanggungjawaban bagian Jenis biaya

5. Sistem Pelaporan Biaya Kepada Manajer yang Bertanggung jawab Pada hakekatnya, sistem pelaporan pertanggungjawaban terdiri dari seperangkat laporan yang disiapkan bagi para manajer di berbagai pusat pertanggungjawaban di dalam suatu perusahaan.

Laporan pertanggungjawaban merupakan langkah terakhir dalam proses penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban. Laporan ini mencerminkan informasi mengenai sebab terjadinya penyimpangan biaya, sehingga laporan harus disusun sesuai dengan pusat pertanggungjawaban untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya penyimpangan biaya. Di samping itu laporan pertanggungjawaban berfokus pada prestasi keuangan setiap pusat pertanggungjawaban sehingga sistem pelaporannya sangat dipengaruhi oleh lini pertanggungjawaban dan wewenang yang ditetapkan oleh struktur organisasi.


(54)

36

Jenis laporan pertanggungjawaban biaya berdasarkan sistem laporan kepada manajer yang bertanggung jawab digolongkan menjadi tiga kelompok sesuai dengan jenjang organisasi berikut ini :

a. Laporan pertanggungjawaban biaya – manajer bagian. Dalam unit organisasi produksi terdapat bagian persiapan, bagian pengolahan, bagian penyelesaian dan bagian pengawas produksi.

b. Laporan pertanggungjawaban biaya – manajer departemen. Laporan disajikan untuk manajer departemen produksi.

c. Laporan pertanggungjawaban biaya – direksi. Laporan ini disajikan kepada direktur produksi

Isi laporan pertanggungjawaban biaya disesuaikan dengan tingkat manajemen yang akan menerimanya. Untuk tingkat manajemen yang terendah disajikan jenis biaya (menurut objek pengeluaran), sedangkan untuk tingkat manajemen di atasnya disajikan total biaya tiap – tiap pusat biaya yang di bawahnya ditambah dengan biaya-biaya yang terkendalikan yang terjadi di pusat biayanya sendiri.

Tingkatan manajemen dalam akuntansi pertanggungjawaban terbagi menjadi tiga golongan yaitu:

a. Manajer lini pertama yaitu tingkatan yang paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin, mengawasi dan mengkoordinasi aktivitas karyawan. Biasanya jabatan yang disandang manajer lini adalah penyelia koordinator dan manajer kantor.


(55)

b. Manajer menengah yaitu manajer yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan kebijakan dan rencana yang dikembangkan oleh manajer puncak serta mengevaluasi dan mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas dari manajer tangkat yang lebih rendah. Biasanya jabatan yang disandang manajer menengah adalah kepala departeman, manajer cabang, dan kepala pengawas.

c. Manajer puncak yaitu manajemen yang bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen organisasi. Jabatan yang disandang manajer puncak adalah direktur, kepala divisi, dan wakil direktur.

Manajemen puncak Manajemen

menangah Manajemen

lini

Gambar 2.5 Tingkatan manajemen dalam suatu organisasi

Kode organisasi perusahaan yang menjadi model untuk menggambarkan sistem pelaporan dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban dapat dilihat dalam ga mbar 2.6 berikut ini :


(56)

38

Departemen Produksi

210

Bagian

Perencanaan &

Pengawasan Produksi 201 Departemen Teknik 220 Departemen Personalia &

Umum 310 Direktur Produksi 200 Direktur Keuangan 300 Direktur Utama 100 Direktur Pemasaran 400 Bagian Penyelesaian 213 Bagian Pengolahan 212 Bagian Persiapan 211 Bagian Reparasi & Pemeliharaan 221 Bagian Listrik & Air

222 Bagian Penerimaan 223 Bagian Gudang 224 Bagian Umum 313 Bagian Pencatat Waktu 312 Bagian Kepegawaian 311 Bagian Gaji & Upah

314 Departemen Keuangan 210 Departemen Akuntansi 330 Departemen Penjualan 410 Departemen Promosi 420 Bagian Kassa 321 Bagian Perpajakan 322 Bagian Asuransi 323 Bagian Kredit 324 Bagian Anggaran 325 Bagian Piutang 331 Bagian Utang 332 Bagian Penagihan 333 Bagian Kartu Persediaan & Kartu Biaya 334 Bagian Jurnal Buku Besar & Laporan 335 BagianOrder Penjualan 441 Bagian Pengiriman 412 Bagian Purna Jual 413 Bagian Riset Pasar 421 Bagian Promosi 422 Bagian Pemeriksaan

Intern 101

Bagian Hubungan Masy. 102 Bagian Sekretariat 103 Bagian Pembelian 104


(57)

39

G. Sistem Pelaporan Kepada Manajemen yang Bertanggungjawab.

Sistem akuntansi pertanggungjawaban pada dasarnya merupakan sistem pelaporan informasi keuangan menurut sistem manajer yang bertanggung jawab atas terjadinya informasi keuangan menurut manajer yang bertanggungjawab. Dalam hal ini yang dimaksud dengan informasi adalah informasi biaya. Sistem akuntansi pertanggungjawaban di samping sebagai pencatat biaya juga berfungsi sebagai sistem pelaporan untuk memberi umpan balik kepada manajer penyusun anggaran mengenai hasil pelaksanaan anggaran tersebut.

Setiap periode (bulanan, triwulan) pusat-pusat pertanggungjawaban mengirim bukti-bukti sebagai dasar untuk menyusun laporan atas dasar biaya yang menjadi tanggung jawab departemennya. Data yang dilaporkan oleh pusat pertanggungjawaban adalah biaya yang sesungguhnya atau actual cost. Selanjutnya bagian akuntansi sebagai penyusun laporan perusahaan, mengolah data-data yang berasal dari pusat pertanggungjawaban dan menyusun laporan pertanggungjawaban. Bagian akuntansi pertanggungjawaban selanjutnya mengirim laporan pertanggungjawaban tersebut ke pusat-pusat pertanggungjawaban yang akan dinilai.

Isi laporan pertanggungjawaban disesuaikan dengan tingkat manajemen yang menerimanya. Untuk tingkat manajemen yang terendah disajikan jenis biaya (menurut obyek pengeluarannya), sedangkan untuk tingkat manajemen yang di atasnya disajikan total biaya tiap-tiap pusat yang


(58)

40

berada di bawahnya ditambah dengan biaya-biaya yang terkendali dan terjadi di pusat biayanya sendiri.

Laporan pertanggungjawaban biaya disusun dengan dasar sebagai berikut (Mulyadi, 1992:120) :

1. Jenjang terbawah yang diberi laporan adalah tingkat manajer bagian. 2. Manajer jenjang terbawah diberi laporan pertanggungjawaban yang berisi

rincian realisasi biaya dibandingkan dengan anggaran biaya yang disusunnya.

3. Manajer jenjang di atasnya diberi laporan mengenai biaya pusat pertanggungjawaban sendiri dan ringkasan realisasi biaya yang dikeluarkan oleh manajer- manajer yang berada di bawah wewenangnya, yang disajikan dalam bentuk perbandingan dengan anggaran biaya yang disusun oleh masing- masing manajer yang bersangkutan.

4. Semakin ke atas laporan pertanggungjawaban biaya semakin ringkas. Format umum laporan pertanggungjawaban biaya berisi informasi sebagai berikut (Mulyadi, 1992:121) :

1. Nomor kode rekening biaya

2. Jenis biaya atau pusat pertanggungjawaban 3. Realisasi bulan ini

4. Anggaran biaya bulan ini 5. Penyimpangan biaya bulan ini 6. Realisasi biaya sampai bulan ini 7. Anggaran biaya sampai bulan ini 8. Penyimpangan biaya sampai bulan ini


(59)

Gambar 2.7 Contoh Laporan Pertanggungjawaban Biaya

Manajer Direktur Produksi

Laporan Pertanggungjawaban Biaya Bulan…………..

Bulan ini Sampai dengan Bulan ini

Kode Rek

Jenis/Pusat

Biaya Anggaran Realisasi Selisih Anggaran Realisasi Selisih 200 210 220 Dir. Produksi Dept. Produksi Dept. Teknik Jumlah

Manajer Direktur Produksi

Laporan Pertanggungjawaban Biaya Bulan…………..

Bulan ini Sampai dengan Bulan ini

Kode Rek

Jenis/Pusat

Biaya Anggaran Realisasi Selisih Anggaran Realisasi Selisih 200 211 212 213 Dept. Produksi Bag. Persiapan Bag. Pengolah Bag. Penyelesaian Jumlah

Manajer Direktur Produksi

Laporan Pertanggungjawaban Biaya Bulan…………..

Bulan ini Sampai dengan Bulan ini

Kode Rek

Jenis/Pusat

Biaya Anggaran Realisasi Selisih Anggaran Realisasi Selisih 200

211 212 213

Bi. Merang Bi. Bhn Penolong Bi. Gaji & Upah Bi. Lembur

Jumlah


(60)

42

H. Kajian yang Relevan

Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan di dalam penulisan ini berjudul “Akuntansi Pertanggungjawan Sebagai Sarana Penyusunan Anggaran Biaya Produksi Pada Pusat Biaya”, yang ditulis oleh Dian Budianto.

Dalam penelitian tersebut jenis penelitian yang digunakan jenis penelitian studi kasus dengan mengambil subjek penelitian pimpinan perusahaan, kepala bagian keuangan dan kepala produksi. Objek penelitian tersebut adalah biaya produksi, anggaran dan laporan realisasi anggaran pada PT. Wijaya Kwarta Penta, Kp. Tegalrejo RT 01/RW 01 Kel Dagen, Kec Jaten, Kab Karanganyar Surakarta.

Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara, dokumentasi dan observasi, sedangkan teknik analisisnya menggunakan:

1. Analisis struktur organisasi, meliputi: a. Deskripsi struktur organisasi perusahaan

b. Analisis struktur organisasi perusahaan yang menetapkan secara tegas wewenang dan tanggung jawab tiap tingkatan manajemen.

2. Analisis anggaran biaya, meliputi

a. Deskripsi anggaran biaya produksi pada perusahaan

b. Analisis penyusunan anggaran biaya produksi pada perusaha an 3. Analisis penggolongan biaya

4. Analisis sistem pelaporan, meliputi;

a. Deskripsi sistem pelaporan biaya produksi yang diterapkan di perusahaan


(61)

b. Analisis sistem peleporan biaya produksi pada perusahan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur organisasi yang ada sudah mencerminkan secara tegas wewenang dan tanggung jawab di tiap tingkatan manajemen. Anggaran biaya pada PT.Wijaya Kwarta Penta disususun oleh manajer tingkat bawah. Belum ada penggolongan biaya menjadi biaya terkendali dan biaya tak terkendali. Sistem akuntansi biaya yang dipakai disesuaikan dengan struktur organisasi yang ada. Sistem pelaporan pertanggungjawaban disusun oleh manajer tingkat bawah. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa PT. Wijaya Kwarta Penta belum menerapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban dengan tepat karena tidak memenuhi semua syarat yang ada.


(62)

44 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian studi kasus, yaitu penelitian yang memusatkan perhatian pada satu objek tertentu atau membatasi objeknya pada suatu unit yang terbatas tetapi mencurahkan perhatiannya pada setiap aspek unit tersebut serta mempelajarinya sebagai suatu kasus. Dari uraian tersebut maka kesimpulannya hanya berlaku bagi perusahaan yang bersangkutan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di PT. Sang Hyang Seri Desa Pacarkeling, Kec. Kejayan, Kotak Pos 1, Pasuruhan 2. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret 2006 – April 2006

C. Subyek da n Objek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Pimpinan perusahaan, kepala bagian keuangan dan kepala bagian produksi 2. Objek Penelitian


(63)

b. Penyusunan anggaran bagian produksi c. Cara penggolongan biaya

d. Kode rekening biaya produksi

e. Laporan biaya produksi yang dibuat oleh manajer

D. Data yang Dicari

1. Gambaran umum perusahaan

2. Struktur organisasi bagian perusahaan 3. Proses penyusunan anggaran biaya produksi 4. Penggolongan biaya

5. Kode rekening yang digunakan perusahaan

6. Laporan akuntansi pertanggungjawaban biaya produksi

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab antara pencari informasi dengan sumber informasi. Data yang akan dicari antara lain sejarah singkat perusahaan, ruang dan struktur organisasi. 2. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung pada objek penelitian yang diteliti. Tujuannya untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang proses produksi.


(64)

46

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data melalui catatan perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini digunakan untuk mencari data kode rekening biaya produksi, laporan biaya produksi yang dihasilkan perusahaan baik yang bersifat bulanan, mingguan maupun harian dan gambaran umum perusahaan.

F. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan yang ada maka penulis mencoba untuk menyusun langkah- langkah sebagai berikut :

a. Untuk menjawab masalah pertama, yaitu apakah struktur organisasi perusahaan telah menetapkan secara tegas wewenang dan tanggung jawab tiap tingkatan manajemen, di gunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan struktur organisasi perusahaan dan desentralisasi

wewenang di dalamnya.

2. Melakukan analisis kritis dan menarik kesimpulan apakah struktur organisasi perusahaan telah menerapkan secara tegas wewenang dan tanggung jawab tiap tingkatan manajemen.

Teori Praktek

- Adanya pemisahan wewenang dan tanggung jawab

- Adanya pemisahan antara karyawan sesuai dengan keahlian dan


(65)

spesialisasinya

- Setiap departemen dikepalai seorang kepala departemen yang membawahi beberapa bagian

- Manajer bertanggung jawab atas salah satu fungsi yang ada dalam organisasi

- Manajer dapat mengembangkan strategi bisnisnya dan manajer divisi bertanggung jawab terhadap bisnis atau lini produk tertentu

b. Untuk menjawab masalah yang kedua, yaitu apakah anggaran biaya yang disusun menurut pusat-pusat pertanggungjawaban, digunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mendiskripsikan penyusunan anggaran biaya produksi perusahaan. 2. Membandingkan antara penyusunan anggaran biaya produksi

perusahaan dengan penyusunan anggaran biaya produksi dari hasil kajian teori.

3. Melakukan analisis terhadap perbedaan-perbedaan yang ada antara penyusunan anggaran biaya produksi perusahaan dengan penyusunan anggaran biaya produksi kajian teori.


(66)

48

4. Menarik kesimpulan apakah anggaran biaya produksi telah disusun menurut pusat-pusat pertanggungjawaban biaya, sehingga telah sesuai dengan kajian teori.

Teori Praktek

- Penyusunan anggaran (bulanan atau tahunan) - Manajer terbawah

mengajukan rancangan angga ran yang di bawah tanggung jawabnya dan diajukan kepada atasan

c. Untuk menjawab masalah yang ketiga, yaitu apakah penggolongan biaya sesuai dengan dapat tidaknya biaya dikendalikan oleh manajemen pusat pertanggungjawaban, digunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan penggolongan biaya produksi perusahaan.

2. Membandingkan antara penggolongan biaya produksi yang disusun oleh perusahaan dengan penggolongan biaya produksi yang disusun berdasarkan kajian teori.

3. Melakukan analisis terhadap perbedaan-perbedaan yang ada antara penggolongan biaya produksi yang disusun perusahaan dengan penggolongan biaya produksi dengan kajian teori.


(67)

4. Menarik kesimpulan apakah penggolongan biaya produksi perusahaan telah sesuai dengan dapat tidaknya biaya dikendalikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban.

Teori Praktek

- Adanya pemisahan biaya terkendali dan tak terkendali - Adanya pemisahan antara biaya

langsung dan biaya tidak langsung

- Adanya penggolongan biaya - Adanya pengkodean rekening

d. Untuk menjawab pertanyaan ya ng keempat, yaitu apakah sistem akuntansi biaya yang disesuaikan dengan struktur organisasi, digunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan sistem akuntansi.

2. Membandingkan antara sistem akuntansi biaya produksi yang disusun perusahaan dengan sistem akuntansi biaya dari hasil kajian teori.

3. Melakukan analisis terhadap perbedaan-perbedaan yang ada antara sistem akuntansi biaya produksi yang disusun perusahaan dengan sistem akuntansi biaya produksi dari hasil kajian teori.


(68)

50

4. Menarik kesimpulan apakah sistem akuntansi biaya produksi perusahaan telah disesuaikan dengan struktur organisasi.

Teori Praktek

- Penggolongan dan pemberian kode biaya

- Hubungan biaya dengan pusat pertanggungjawaban

- Pengumpulan data biaya dalam sistem akuntansi

pertanggungjawaban

e. Untuk menjawab masalah kelima, yaitu apakah sistem pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggung jawab, digunakan langkah- langkah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan sistem pelaporan biaya produksi yang diterapkan perusahaan.

2. Membandingkan antara sistem pelaporan biaya produksi yang disusun perusahaan dengan sistem biaya produksi dari hasil kajian teori.

3. Melakukan analisis terhadap perbedaan-perbedaan yang ada antara sistem pelaporan biaya produksi yang disusun perusahaan dengan sistem pelaporan biaya produksi dari hasil kajian teori.


(69)

4. Menarik kesimpulan apakah sistem pelaporan biaya produksi kepada manajer yang bertanggung jawab telah diterapkan oleh perusahaan.

Teori Praktek

- Adanya penyusunan laporan (harian, bulanan, tahunan) - Laporan disusun sesuai dengan

pusat pertanggungjawaban - Format penyusunan laporan

pertanggungjawaban biaya


(70)

52

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Sang Hyang Seri adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perbenihan. PT. Sang Hyang Seri berpusat di Wisma Benih, Jl. Dr. Saharjo No. 313, Jakarta Selatan. Pada tahun 1971 perusahaan dibangun mewarisi bekas perkebunan milik Inggris Pamanukan & Tjiasem Land yang bergerak dalam bidang Tapioka dan Rosella, yang kemudian melalui proses nasionalisasi menjadi Yayasan Pertanian Jawa Barat. Pada tahun 1971 lembaga Sang Hyang Seri berubah menjadi Perum Sang Hyang Seri melalui Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 1971, dengan memulai usaha benih tanaman pangan yang pada tahap awal menitik beratkan pada komoditi benih padi dan beberapa benih palawija penting.

PT. Sang Hyang Seri yang mula- mula sebagai perusahaan umum (PERUM) kemudian disempurnakan dengan PP No. 44 tahun 1985 berubah status menjadi Perseroan Terbatas (Persero) melalui peraturan pemerintah No 18 tahun 1995 sampai sekarang.

Pada tahun1997 perusahaan mengalami kemunduran karena Indonesia mengalami krisis ekonomi, sehingga mengakibatkan bahan baku yang dibutuhkan perusahaan untuk usaha harga-harganya menjadi mahal. Setelah beberapa tahun berjalan keadaan perekonomian perusahaan berangsur-angsur pulih sehingga perusahaan dapat memperluas usaha dengan mendirikan


(71)

pabrik-pabrik baru yang terletak di Malang sebagai kantor wilayah II, Medan sebagai kantor wilayah III, Lampung sebagai kantor wilayah IV dan Sulawesi Selatan sebagai kantor wilayah V.

B. Lokasi Perusahaan

PT. Sang Hyang Seri (Persero) UBD Pasuruhan terletak di Jn. Raya Pacarkeling, Kec Kejayan, Kabupaten Pasuruhan Malang Jawa Timur dengan menempati tanah seluas ± 23.388 M2. Karena penentuan lokasi perusahan merupakan salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya perusahaan dalam mencapai tujuan, maka penentuan lokasi ini berdasarkan faktor- faktor yang dapat menunjang pencapaiaan tujuan perusahaan. Adapun faktor- faktor tersebut antara la in:

1. Tenaga Kerja

PT. Sang Hyang seri (Persero) UBD pasuruhan terletak di daerah yang padat penduduknya, sehingga tersedianya sumber tenaga kerja disekitar lokasi perusahaan akan memudahkan perusahaan untuk memilih dan memperoleh tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan.

2. Bahan Baku

Letak perusahaan yang dekat dengan lahan pertanian sehingga memudahkan perusahaan dalam memperoleh bahan baku selain bahan baku yang berasal dari luar daerah. Di samping itu perusahaan juga bekerja sama dengan para kelompok tani daerah setempat sehingga hasil panen dari para petani dapat dibeli oleh perusahaan dengan mudah.


(72)

54

3. Transportasi

PT. Sang Hyang Seri (Persero) UBD Pasuruhan yang terletak di pinggir jalan raya, sehingga memudahkan transportasi yang menghubungkan pabrik dengan pasar, tenaga kerja dan bahan baku baik dari dalam maupun luar kota. Dengan semakin mudahnya transportasi maka aktivitas perusahaan dapat berjalan cepat dan lancar.

4. Pemasaran

Dilihat dari segi pemasaran, lokasi ini sangat baik karena dekat dengan konsumen hasil produksi yang sebagian besar adalah petani. Karena letak perusahaan yang strategis bisa memudahkan konsumen mengetahui dan menghubungi perusahaan, sehingga pemasaran dapat berjalan dengan lancar.

C. Tujuan Perusahaan

Adapun tujuan didirikan PT. Sang Hyang Seri ini adalah :

1. Untuk menghasilkan benih pertanian yang bermutu tinggi dan usaha lainnya yang langsung menunjang usaha karena mengingat negara kita adalah negara agraris.

2. Memberi lapangan pekerjaan yang tetap pada penduduk sekitar sehingga dapat mengurangi pengangguran.


(73)

D. Pemilihan Sumber Modal

Modal merupakan salah satu faktor penunjang dalam proses produksi dan sangat menentukan proses produksi. Modal dalam perusahaan dapat berasal dari modal sendiri maupun modal pinjaman. Modal pada PT. Sang Hyang Seri (Persero) berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman, dalam hal ini perusahaan melakukan pinjaman dalam bentuk uang pada pemerintah.

E. Personalia

Tenaga kerja menpunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan sebab tenaga kerja merupakan faktor utama berjalannya suatu perusahaan. Kondisi tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap pencapaian target produksi ataupun aktivitas lainnya.

Dalam upaya memperoleh tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan, perusahaan melakukan seleksi terhadap calon tenaga kerja. Proses seleksi tenaga kerja dilakukan oleh bagian personalia dan tes tersebut meliputi, tes pengetahuan dasar, tes psikologi, serta tes kesehatan dan mengadakan program training. Calon tenaga kerja yang berhasil melalui tahap-tahap penyeleksian itu baru kemudian ditetapkan menjadi karyawan di PT. Sang Hyang Seri (Persero). Selain itu untuk memajukan karir karyawan perusahaan juga melakukan pengembangan karir melalui promosi, mutasi, dan pendidikan dan pelatihan kerja.

Jam kerja pada PT. Sang Hyang Seri di mulai dari jam 08.00 pagi. Pada hari Senin sampai dengan Kamis dimulai dari jam 08.00 s/d jam 16.00


(1)

4. Bagaimanakah partisipasi manajemen pusat pertanggung jawaban dalam penyusunan anggaran tersebut ?

5. Bila ada revisi siapa yang berhak melakukan revisi ?

6. Apa permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan anggaran tersebut ?

VI. SISTEM AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN

1. Bagaimanakah perusahaan menggunakan sistem akutansi penjualan untuk mengendalikan harga ?

2. Apakah sistem akuntansi biaya di perusahaan sudah sesuai dengan struktur organisasi ?

3. Metode apa yang digunakan dalam rekening biaya produksi ? 4. Bagaimana sistem pengkodean rekening biaya produksi ? 5. Kode rekening biaya produksi terdiri dari berapa angka ?

6. Bagaimana penerapan kode rekening tersebut bila dihubungkan dengan struktur orga nisasi?

VII. SISTEM PELAPORAN

1. Apakah digunakan sistem pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggung jawab ?

2. Jika tidak, kepada siapa laporan biaya dilaporkan ? 3. Untuk setiap jangka waktu berapa lama laporan dibuat ? 4. Siapa yang menyusun laporan biaya produksi ?


(2)

5. Untuk siapa laporan pertanggung jawaban tersebut ?

6. Bagaimana sistem pelaporan biaya di pusat pertanggung jawaban produksi tersebut ?


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anthony Robert dan Vijay Govindarajan.2003. Sistem Pengendalian Manajemen. Jakarta : Salemba Empat.

Ahyari, Agus. 1989. Anggaran Perusahaan Pendekatan Kuantitatif. Yogyakarta : BPFE.

Dearden, Anthony dan Bedford. 1982. Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi 5 Jakarta : Erlangga.

Djoyoprawiro, prayitno. 1982. Akunting Biaya. Yogyakarta : PT. Pustaka Binamanan Pressindo.

Gudono. 1993. Akuntansi Manajemen, dilengkapi Software konsultan Express.

Halim, Abdul dan Supomo Bambang. 1998. Akuntansi Manajemjen. Yogyakarta :BPFE.

Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi Offset.

Mulyadi, 1983. Akuntansi Biaya. Penentuan Harga Pokok dan pengendalian Biaya. Yogyakarta : BPFE.

_________. 1983. Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Yogyakarta : STIE YKPN.

Munandar. 1986. Budgeting, Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja dan pengawasan kerja. Yogyakarta : BPFE.

Sugiri, Slamet. 1994. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Supriyanto, Y. 1995. Anggaran Perusahaan, Perencanaan dan Pengendalian Laba. Edisi 1. Yogyakarta : STIE YKPN.


(4)

Supriyono, RA. 1989. Akuntansi Manajemen, Struktur Pengendalian Manajemen.

Yogyakarta : BPFE.

__________. 1989. Akuntansi Manajemen, Proses Pengendalian Manajemen. Yogyakarta : BPFE.

__________. 1990. Akuntansi Biaya, Perencanaan dan Pengendalian Biaya, serta pembuatan Keputusan. Edisi 2. yogyakarta : BPFE.

___________. 1991. Akuntansi Manajemen, Konsep Dasar Akuntansi manajemen dan Perencanaan. Yogyakarta : BPFE.

Usry, Matz. 1986. Akuntansi Biaya, Perencanaan dan Pengendalian. Jilid 1. Jakarta : Erlangga.


(5)

(6)