50
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan teknologi yang semakin pesat dan industrialisasi yang semakin tumbuh subur di wilayah Cikarang membuat kebutuhan masyarakat semakin
terpenuhi, salah satunya adalah radio yang merupakan salah satu jenis media massa channel of communication, seperti halnya surat kabar, majalah atau
televisi.
1
Oleh sebab itu, radio merupakan salah satu media alternatif masyarakat dalam menyerap informasi serta edukasi baik lokal, nasional, regional maupun
internasional dari lapisan bawah, menengah, hingga lapisan atas, baik tua maupun muda, serta berbagai strata status ekonomi.
Suara penyiar dan lagu-lagu di radio yang semakin enak didengar, serta informasi yang akurat dan cepat on the spot dari narasumber yang valid dan
dapat dipercaya, semuanya merupakan sederet kelebihan radio di mata pendengar setianya.
Radio sebagai salah satu pilihan media hiburan dan informasi ternyata tidak kalah pamor dengan media cetak maupun elektronik. Info kesehatan,
teknologi, gaya hidup, info seni dan budaya, berita politik, ekonomi, kriminalitas, agama, bahkan gosip artis bisa didengar secara gratis dari subuh hingga tengah
malam.
2
Radio juga merupakan media massa udara yang dapat didengar oleh masyarakat luas. Ini terbukti dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, baik
hiburan, pendidikan, warta berita, program, maupun berita-berita periklanan dari sebuah hasil produk komersil untuk dapat diudarakan. Dengan itu, radio memiliki
ciri khas utama, yakni auditif, atau kata lainnya adalah yang dikomsumsi telinga
1
Dra. Eva Arifin Sp.si, “Diktat kuliah Siaran Radio”, hlm 1.
2
Fatmasari Ningrum, “Sukses Menjadi Penyiar, Scriptwriter, dan Reporter Radio”, Hlm:3.
51 atau pendengar. “apa yang dilakukan radio adalah memperdengarkan suara
manusia untuk mengutarkan sesuatu. Radio merupakan media massa yang paling luas di muka bumi, tidak
sejengkal tanah dan permukaan lautpun yang tidak terjamah oleh signal elektromagnetik yang dipancarkan oleh lebih dari 35.000 stasiun radio diseluruh
dunia, yang salah satunya adalah Radio Gema Annisa yang berlokasikan di daerah industri di Cikarang Utara yang akan penulis teliti sekarang ini.
Dakwah Islam tidak terlepas dari sumber pokok ajaran Islam, yaitu Al- Qur’an, Hadist serta ijtihad, karena dari ketiganya itu merupakan satu kesatuan
pokok ajaran Islam yang tidak boleh dilepaskan. Dakwah bisa disampaikan dengan berbagai cara, namun pada kesempatan ini, dakwah yang dibahas penulis
yakni melalui media elektronik radio. Dalam hal ini, pelaku dakwah atau sang da’i
tidak bisa melihat secara langsung sasaran dakwahnya atau mad’unya, sehingga materi yang disajikan harus lebih singkat, padat, dan menarik agar
mad’u yang mendengarkan tetap stay tune di frekwensi radio tersebut.
Di dalam buku dakwah kontemporer, M Arifin mengatakan, dakwah melalui radio adalah dakwah kontemporer yang berarti dakwah yang dilakukan
dengan cara menggunakan teknologi yang sedang berkembang . Karena sebagai konsumsi publik dengan pendengar yang sangat heterogen maka sang da’i sedapat
mungkin selain sebagai guru yang membimbing juga harus memiliki jiwa entertaint
yang dapat menghibur, sehingga dapat diterima semua lapisan masyarakat. Materi-materi yang diberikan juga beragam sesuai perkembangan
52 zaman, namun tidak terlepas dari pakem syariah, fiqih dan akhlak yang telah
dicontohkan Rosulullah Saw. Sesuai dengan moto Radio Gema Annisa yaitu : ”Sahabat keluarga
muslim”, maka Radio Gema Annisa memposisikan diri sebagai sahabat yang selalu memberikan kesejukan hati kepada keluarga muslim Cikarang, sehingga
dakwah yang disampaikan lebih bersifat sharing dan tidak menggurui, namun tetap merujuk pada Alquran, hadist dan ijtihad para ulama. Radio Gema Annisa
ingin menjadikan dakwah sebagai hiburan hati, serta media untuk mencurahkan setiap permasalahan permasalahan hidup yang bersifat agama.
Dakwah melalui radio merupakan dakwah yang cukup efisien dari segi tenaga, jumlah pendengar, serta biaya yang dikeluarkan. Untuk mengumpulkan
mad’u yang sangat banyak pada tabligh akbar di perlukan persiapan dana yang
besar. Namun melalui media radio ini da’i cukup berdakwah di perangkat siar di studio, namun memiliki mad’u yang relatif banyak secara kontinyu setiap hari.
Cukup dengan menggunakan radio fortable radio jinjing, mad’u dapat mendengarkan dimana saja sesuai daya jangkau Frekwensi radio. Mad’u juga
dapat berinteraksi dengan da’i melalui saluran telepon dan layanan pesan singkat SMS yang disediakan.
Berbagai macam media dakwah kini telah banyak digunakan, baik melalui media catak, maupun media elektronik. Hal yang perlu diperhatikan dalam
berdakwah adalah pemilihan bahasa, karena pemilihan bahasa merupakan srategi komunikasi yang paling utama agar pesan yang disampaikan dapat dimengerti dan
dirasakan oleh pendengar. Dengan bahasa kita dapat melihat berbagai macam
53 komunikasi yang dikembangkan dengan cara dakwah bil lisan dan bil
3
Q OLAM
yang sederhana namun dapat menyentuh perasaan. Penguasaan bahasa yang baik dan benar bagi komunikator yang dalam hal
ini seorang da’i, merupakan prasyarat sampai atau tidaknya pesan-pesan yang disampaikan kepada komunikan yang dalam hal ini sebagai mad’u.
Bahasa jika disampaikan dengan isi, tekanan waktu dan orang yang tepat akan mempunyai kekuatan yang luar biasa. Secara psikologis bahasa mempunyai
peran yang sangat besar dalam mengendalikan tingkah laku manusia. Bahasa diibaratkan sebagai alat kendali yang dapat digunakan untuk mengontrol manusia
menjadi tertawa, menangis, sedih, marah, atau semangat dan sebagainya. “Sampaikanlah walau satu ayat”
, hadist tersebut menekankan kepada kaum muslimin betapa pentingnya kita berdakwah antar sesama muslim sesuai
kemampuan dan potensi seorang muslim itu sendiri. Menurut Toto Tasmara dalam bukunya “Komunikasi Dakwah” bahwa kewajiban dakwah merupakan suatu yang
besifat Conditio Sine Quanon, tidak mungkin dihindarkan dari kehidupannya, karena dakwah melekat erat bersamaan dengan pengakuan dirinya sebagai orang
yang mengidentifisir diri sebagai seorang penganut Islam, sehingga orang mengaku sebagai seorang penganut muslim maka secara otomatis pula dia itu
menjadi seorang juru dakwah
4
. Sudah menjadi doktrin bahwa setiap muslim memiliki tanggung jawab
untuk berdakwah, artinya setiap muslim berkewajiban menjadi pengajak, penyeru atau pemanggil kepada yang lainnya untuk melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi
3
M Arifin, Dakwah Kontemporer, Jakarta: Gaya Pratama, 1998, h. 45
4
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Pratama, 1997, h. 32.
54 Munkar
baik dalam bentuk lisan maupun tulisan dalam usaha mempengaruhi orang lain agar timbul dalam dirinya pengertian, penghayatan, dan mengamalkan
ajaran Islam. Letjen H. Sudirman dalam bukunya Problematika Dakwah Islam di
Indonesia, mendefinisikan dakwah sebagai proses untuk merealisasikan ajaran
Islam di dalam kenyataan hidup sehari-hari, baik kehidupan seseorang maupun kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka
pembangunan bangsa dan ummat untuk memperoleh keridhoan Allah Swt.
5
Syekh Mustafa Al-Gayala seperti yang dikutip H. Amura, juga mengatakan dalam bukunya “Al-Islam Ruhul Madaniyah”, bahwa dakwah dalam
kehidupan agama, tidak akan berdiri agama tanpa dakwah, serta kebaikannya harus disebarluaskan diantara manusia.
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah