B. Bija Niyama
Sumber: septian99.wordpress.com
Gambar 7.8 Pohon berbuah
Bija Niyama adalah hukum universal yang berkaitan dengan tumbuh- tumbuhan, yaitu bagaimana biji, stek, batang, cabang, ranting, pucuk, daun
dapat bertunas, bertumbuh, berkembang, dan berbuah. Kemudian dari satu bibit menghasilkan buah yang banyak, atau dari bibit yang kecil menumbuhkan pohon
yang besar, dan lain-lain. Bija berarti ”benih” di mana tumbuhan tumbuh dan berkembang darinya dalam berbagai bentuk. Dari pandangan ilosoi, hukum
pembenihan hanyalah bentuk lain dari hukum energi. Dengan demikian pengatur perkembangan dan pertumbuhan dunia tumbuhan merupakan hukum energi
yang cenderung mewujudkan kehidupan tumbuhan.
Sumber : https:www.google.comsearch?q=gambar+pohon+besar
Gambar 7.9 Pertumbuhan 115
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
Hukum pembenihan menentukan kecambah, tunas, batang, cabang, ranting, daun, bunga, dan buah di mana dapat tumbuh. Dengan demikian, biji jambu ti-
dak akan berhenti menghasilkan keturunan spesies jambu yang sama. Hal ini juga berlaku untuk semua jenis tumbuhan lainnya dan tidak ada sosok pencipta yang
mengaturnya.
C. Kamma Niyama
Sumber: mycuteshoppe.blogspot.com
Gambar 7.10 Karma manusia yang menyedihkan
Kamma Niyama adalah hukum universal tentang karmaperbuatan. Kamma Niyama dikenal sebagai hukum yang berkaitan dengan moral. Keterangan rinci
tentang hukum perbuatan Hukum Karma dapat dilihat pada uraian pada buku Pendidikan Agama Buddha Kelas XI. Hukum Karma adalah hukum perbuatan
yang didasarkan kehendak atau niat. Seperti yang disebutkan dalam kitab Pali: ”Para bhikkhu, kehendak itulah yang Ku sebut perbuatan. Melalui kehendaklah
seseorang melakukan sesuatu dalam bentuk perbuatan, ucapan, atau pikiran” Anguttara Nikaya, iii:415.
Di sini kehendak merupakan kemauan tindakan mental. Dalam melakukan sesuatu, baik maupun buruk, kehendak mempertimbangkan dan memutuskan
langkah-langkah yang diambil, menjadi pemimpin semua fungsi mental yang terlibat dalam perbuatan tersebut. Ia menyediakan tekanan mental pada fungsi-
fungsi ini terhadap objek yang diinginkan.
Dalam melaksanakan tugasnya, termasuk juga tugas-tugas semua proses men- tal lainnya yang terlibat, kehendak menjadi pemimpin tertinggi dalam pengertian
ia memberitahukan semua sisanya. Kehendak menyebabkan semua aktivitas men- tal cenderung bergerak dalam satu arah.
Hukum perbuatan mengatur akibat-akibat dari suatu perbuatan apakah baik atau buruk. Contoh-contoh akibat moral dari suatu perbuatan dapat dijumpai
dalam berbagai sutta, misalnya dalam Majjhima-Nikaya, Cula-Kamma-Vibhanga-
116 Kelas X SMASMK
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
Sutta: ”Akibat dari membunuh menyebabkan umur pendek, dan tidak melakukan pembunuhan menyebabkan umur panjang. Iri hati menghasilkan banyak
perselisihan, sedangkan kebaikan hati menghasilkan perdamaian. Kemarahan merampas kecantikan seseorang, sedangkan kesabaran menambah kecantikan
diri. Kebencian menghasilkan kelemahan, sedangkan persahabatan menghasilkan kekuatan. Pencurian menghasilkan kemiskinan, sedangkan pekerjaan yang
jujur menghasilkan kemakmuran. Kesombongan berakhir dengan hilangnya kehormatan, sedangkan kerendahan hati membawa kehormatan. Pergaulan
dengan orang bodoh menyebabkan hilangnya kebijaksanaan, sedangkan pengetahuan merupakan hadiah dari pergaulan dengan orang bijaksana.”
Di sini pernyataan ”membunuh menyebabkan umur pendek” mengandung makna bahwa ketika seseorang telah membunuh sekali saja manusia atau makh-
luk lainnya, perbuatan ini menyediakan akibat untuk terlahir kembali dalam ke- adaan menderita dengan berbagai cara. Selama masa ketika ia terlahir kembali
sebagai manusia, perbuatan tersebut menyebabkannya berumur pendek dalam ribuan kelahiran. Penjelasan yang sejenis juga berlaku untuk pernyataan sebab
akibat yang lain di atas. Oleh karena itu, Hukum Karma juga dikenal sebagai hu- kum sebab-akibat perbuatan.
D. Citta Niyama