lingkungan. Dukungan informatif keluarga berfungsi tentang memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, dan saran-saran. Dukungan penghargaan keluarga sebagai
sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah.
2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelatihan Perawatan Diri
2.1.3.1. Usia
Penyakit kusta dapat menyerang semua usia, penyakit kusta pada populasi berisiko berkembang karena faktor usia penderita dengan karakterisitik yang
beragam dari mulai anak-anak hingga lanjut usia Susanto, 2010:25. Penelitian ini mengambil responden penelitian dengan usia 16-65 tahun. Berdasarkan
Depkes RI 2009 usia 16-65 tahun dikategorikan masa remaja awal hingga masa lansia akhir. Hasil penelitian Mahanani 2013, menunjukkan hasil bahwa terdapat
hubungan antara umur p value = 0,709 0,05 dengan perawatan diri kusta.
2.1.3.2. Jenis Kelamin
Kusta dapat mengenai laki-laki dan perempuan, berdasarkan laporan sebagian negara di dunia, kecuali di beberapa negara di Afrika menunjukkan bahwa laki-
laki lebih banyak terserang dari pada perempuan Depkes RI, 2012:8. Berdasarkan hasil penelitian Mahanani 2013, terdapat hubungan jenis kelamin
dengan perawatan diri pada penderita kusta p value = 0,008 0,05.
2.1.3.3. Pendidikan
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat. Pendidikan sebagai upaya
agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara
persuasi, bujukan, imbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran, dan sebagainya Notoatmodjo, 2007:16. Berdasarkan penelitian
Mahanani 2013, menunjukkan bahwa variabel pendidikan p value = 0,002 0,05 berhubungan dengan perawatan diri kusta.
2.1.3.4. Pengetahuan
Pengetahuan akan berpengaruh terhadap perilaku sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng atau
lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan Notoatmodjo, 2007:144. Berdasarkan penelitian Saogi dkk 2014, Semakin tinggi tingkat
pengetahuan dan kemampuan berpikir seseorang akan mendorong individu tersebut untuk melakukan pola hidup sehat termasuk perilaku pencegahan
penyakit dan pemeliharaan kesehatan. Hal ini juga berlaku pada penderita kusta, jika penderita memiliki pengetahuan yang baik tentang pencegahan dan perawatan
diri maka akan berpengaruh pada perilaku hidup sehat untuk mencegah dari infeksi penyakit kusta dan melakukan usaha-usaha perawatan diri agar tidak
terjadi cacat akibat kusta. Hasil penelitian Ekowati 2008, menunjukkan adanya hubungan tingkat pengetahuan berpengetahuan rendah dengan prosentase 55
dengan perilaku perawatan luka kusta pada penderita kusta.
2.1.3.5. Motivasi