Cacat pada penyakit kusta dapat timbul secara primer dan sekunder: 1 Cacat primer
Cacat primer disebabkan langsung oleh aktivitas penyakitnya sendiri yang meliputi kerusakan akibat respons jaringan terhadap kuman penyebab. Adapun
yang termasuk cacat primer antara lain: 1 Cacat pada fungsi saraf sensorik misalnya anastesi dan fungsi saraf
motorik misalnya claw hand, wrist drop, foot drop, claw toes, lagoftalmos. 2 Infiltrasi kuman pada kulit dan jaringan subkutan yang menyebabkan
alopesia atau madarosis, kerusakan glandula sebasea, dan sudorifera sehingga menyebabkan kulit menjadi kering dan tidak elastis.
3 Cacat pada jaringan lain akibat infiltrasi kuman kusta yang dapat terjadi pada tendon, ligamen, bola mata, sendi, tulang rawan, dan tulang testis.
2 Cacat sekunder Cacat sekunder adalah cacat yang tidak langsung disebabkan oleh penyakitnya
sendiri atau cacat primer, terutama diakibatkan oleh adanya saraf sensoris, motoris, dan otonom Amiruddin, 2012:116-119.
2.1.1.8.1. Proses Terjadinya Cacat Kusta
Proses terjadinya cacat kusta tergantung dari fungsi serta saraf mana yang rusak. Secara umum fungsi saraf ada 3 macam, yaitu fungsi motoris, fungsi
sensoris, fungsi otonom. Kecacatan yang terjadi tergantung pada komponen saraf yang terkena, dapat sensoris, motoris, otonom maupun kombinasi ketiganya.
Kecacatan akibat penyakit kusta dapat terjadi lewat 2 proses yaitu melalui Infiltrasi langsung Mycobacterium leprae ke susunan saraf tepi dan organ
misalnya mata, serta melalui reaksi kusta. Berikut adalah skema yang menggambarkan proses terjadinya kecacatan akibat kerusakan dari fungsi saraf
Depkes RI, 2012:123-124.
Gambar 2.1. Proses terjadinya kecacatan kusta Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2012:124
GANGGUAN FUNGSI SARAF
Gambar 2. 1
Sensorik Motorik
Otonom
Anastesi mati rasa
Kelemahan otot
Gangguan kelenjar keringat, kelenjar
minyak, aliran darah
.
Tangan kaki mati
rasa Tangan
kaki lemah
lumpuh Mata tidak
bisa berkedip
Kulit kering dan pecah-pecah
Kornea mata mati rasa,
reflek kedip berkurang
Luka Jari
bengkok kaku
Infeksi Luka
Infeksi
Mutilasi absorbsi
Buta Luka
Infeksi Buta
Mutilasi absorbsi
2.1.1.8.2. Tingkat Cacat Kusta
Depkes RI 2012:125, kecacatan merupakan kerusakan dan pembatasan aktivitas yang mengenai seseorang. Setiap pasien yang ditemukan harus dicatat
tingkat cacatnya, tiap organ mata, tangan, dan kaki. Berikut adalah penjelasan mengenai tingkat cacat kusta menurut WHO.
Tabel 2.7. Tingkat cacat kusta menurut WHO
Tingkat Mata
Telapak Tangan atau Kaki
Tidak ada kelainan pada mata akibat kusta.
Tidak ada cacat akibat kusta. 1
Ada kerusakan karena kusta anestesi pada kornea, tetapi
gangguan virus tidak berat virus 660: masih dapat menghitung jari
dari jarak 6 meter. Anestesi, kelemahan otot.
tidak ada cacat atau kerusakan yang kelihatan akibat kusta.
2 Ada lagoftalmos, iridosiklitis,
opasitas pada kornea serta gangguan virus berat visus
660: tidak mampu menghitung jari dari jarak 6 meter.
Ada cacat atau kerusakan yang kelihatan akibat kusta, misalnya
ulkus, jari kiting, kaki semper.
Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2012:125.
2.1.1.8.3. Pencegahan Cacat Kusta