Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan

pidana, yudex facti dalam menjatuhkan pidana dirasakan tidak adil dan sesuai dengan perbuatan yang dilakukan terdakwa dan sebagainya. 2. Kelalaian, kekhilafan, dan kesalahan penerapan hukum dan kesalahan menafsirkan unsur-unsur bestenddelen dari suatu tindak pidana, baik tindak pidana umum ius commune yang diatur dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana KUHP maupun di luar KUHP sebagai hukum pidana khusus. 4 Putusan pengadilan negeri dapat dijatuhakan dan diumumkan pada hari itu juga atau pada hari lain yang sebelumnya harus diberitahukan kepada penuntut umum, terdakwa, atau penasehat hukum Pasal 182 ayat 8 KUHAP . Sesudah pemeriksaan dinyatakan ditutup, hakim mengadakan musyawarah terakhir untuk mengambil keputusan dan apabila perlu musyawarah itu diadakan setelah terrdakwa, saksi, penasehat hukum, penuntut umum, dan hadir meninggalkan ruangan sidang. Pelaksanaan pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud diatas, dicatat dalam buku himpunan putusan yang disediakan kuhusus untuk keperluan itu dan isi buku tersebut sipatnya rahasia pasal 192 ayat 7 KUHAP. Dengan tegas dinyatakan bahwa pengambilan keputusan itu didasarkan kepada surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam sidang pengadilan pasal 191 KUHAP. 4 Lilik Mulyadi, 2007. Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana, Hal 137 Ketentuan pasal 50 ayat 1 Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman yang menyatakan bahwa: “Putusan pengadilan selain harus memuat alasan dasar putusan tersebut, memuat pula pasal tetentu dari peraturan perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili.” Pendapat Lilik Mulyadi, dengan visi bahwasanya putusan hakim merupakan mahkota dan puncak dari perkara pidana tentu saja hakim harus juga mempertimbangkan aspek-aspek lainya selain dari aspek yuridis sehingga putusan hakim tersebut lengkap mencerminkan nilai-nilai sosiologis, filosopis dan yuridis. Pada hakikatnya dengan adanya pertimbangan-pertimbangan tersebut diharapkan nantinya dihindari sedikit mungkin putusan hakim menjadi batal demi hukum karena kurangnya pertimbangan hukum. Lazimnya, dalam praktek peradilan pada putusan hakim sebelum pertimbangan-pertimbangan yuridis dibuktikan dan dipertimbangkan maka hakim terlebih dahulu akan menarik fakta-fakta dalam persidangan yang timbul dan merupakan konklusi kumulatif dari keterangan para saksi, keterangan terdakwa, dan barang bukti yang diajukan dan diperiksa dipersidangan. Fakta-fakta yang terungkap di tingkat penyidikan hanyalah berlaku sebagai hasil pemeriksaan sementara, sedangkan fakta-fakta yang terungkap dalam pemeriksaan sidang yang menjadi dasar-dasar pertimbangan bagi putusan pengadilan. 5 5 Harun M. Husein, 2005. Surat Dakwaan, Hal 118. Selanjutnya, setelah fakta-fakta dalam persidangan tersebut diungkapkan, pada putusan hakim kemudian akan dipertimbangkan terhadap unsur-unsur dari tindak pidana yang telah didakwakan oleh jaksa penuntut umum dan pleidoi dari terdakwa dan atau penasehat hukumnya. Menurut Lilik Mulyadi bentuk-bentuk tanggapan dan pertimbangan dari majelis hakim terhadap tuntutan pidana dari jaksa penuntut umum dan pleidoi dari terdakwa dan atau penasihat hukumnya, yaitu: 6 1. Ada majelis hakim yang menanggapi dan mempertimbangkan secara detail, Terprinci, dan substansial terhadap tuntutan pidana dari jaksa dan pleidoi dari terdakwa dan atau penasihat hukumnya. 2. Ada pula majelis hakim yang menanggapi dan mempertimbangkan secara selintas saja terhadap tindak pidana yang diajukan oleh jaksa dan peidoi dari terdakwa dan atau penasihat hukumnya, lazimnya dalam praktek seringkali dijumpai pertimbangan selintas tersebut dapat berupa, misalnya: ”Menimbang bahwa terhadap pembelaan pleidoi dari terdakwapenasihat hukum karena tidak berdasrkan hukum dan fakta irrelevant untuk dipertimbangkan”. 3. Ada majelis hakim yang sama sekali tidak menanggapi dan mempertimbangkan terhadap tuntutan pidana yang diajukan oleh jaksa penuntut umum dan pleidoi dari terdakwa dan atau penasihat hukumnya. Tahu-tahu dalam pertimbangannya langsung menyatakan perbuatan terdakwa terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah 6 Lilik Mulyadi, 2007. Putusan Hakim dalam Hukum Acara Pidana, Hal 196. melakukan tindak pidana sesuai dengan surat dakwaan dari Jaksa atau Penuntut Umum. Hakikatnya dalam pembuktian terhadap pertimbangan-pertimbangan yuridis dari tindak pidana yang didakwakan maka majelis hakim haruslah menguasai aspek teoritik dan praktik, pandangan doktrin, yurisprudensi, dan kasus posisi yang sedang ditangani, kemudian secara limitatif menetapkan putusanya.

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pembahasan terhadap masalah penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan masalah yuridis normatif dan yuridis empiris. Untuk itu diperlukan penelitian yang merupakan suatu rencana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Pendekatan yuridis normatif adalah penelitiandengan cara meneliti bahan pustaka atau sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengedakan penelusuran terhadap peraturan perundang-undangan, teori-teori, dan konsep-konsep yang berhubungan dengan penulisan penelitian ini, secara oprasional penelitian yuridis normatif adalah studi pustaka. Pendekatan yuridis empiris adalah menelaah hukum sebagai pola perilaku yang diajukan kepada penerapan peraturan hukum yang berkaitan dengan penerapan sanksi pidana terhadap pertanggungjawaban tindak pidana Korupsi Oleh Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah di Kabupaen Lampung Tengah dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Tanjung Karang. Secara operasional penelitian ini dilakukan di lapangan sifat penelitian ini adalah eksplorasi dengan dasar pemikiran mengumpulkan bahan dan data serta melihat fakta-fakta yang ada dalam praktik mengenai pelaksanaanya.

B. Sumber dan Jenis Data

Setiap penilitian yang akan diteliti adalah gejala-gejala tertentu dan hasil dari gejala- gejala tersebut biasanya disebut data. 1 Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data primer adalah yang diperoleh secara langsung dari hasil penelitian lapangan, baik melalui pengamatan atau wawancara dengan para responden, dalam hal ini adalah pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan masalah penulisan skripsi ini. 2. Data sekunder yaitu data diperoleh dengan menelusuri literatur-literatur maupun peraturan-peraturan dan norma-norma yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini. Data sekunder dalam penulisan skripsi ini terdiri dari. a. Bahan hukum primer, yaitu: 1. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana KUHAP Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 3. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman 1 Soerjono Soekanto, 1986. Pengantar Penelitian Hukum, Hal 7. b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer berupa Putusan Pidana Nomor: 12Pid.TPK 2014PengadilanNegeriTanjungKarang. c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum penunjang yang mencakup bahan memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti : kamus, bibiliogrfi, karya-karya ilmiah, bahan seminar, hasil-hasil penelitian para sarjana dan salah satunya adalah kamus besar Bahasa Indonesia

C. Penentuan Narasumber

Berkaitan dengan permasalahn penelitian, maka data lapangan akan diperoleh dari para narasumber. Narasumber adalah seseorang yang memberikan pendapat atas objek yang diteliti. 2 Narasumber ditentukan secara purposive yaitu penunjukan langsung narasumber tidak secara acak untuk mendapatkan data lapangan, dengan anggapan narasumber yang ditunjuk menguasai permasalahn dalam penelitian ini. 3 Narasumber tersebut adalah : 1. Hakim Tipikor Pengadilan Negeri Tanjung Karang : 1 orang 2. Dosen Bagian Hukum Pidana Fakulstas Hukum Unila : 1 orang 2 Mukti Fajar dan Yulianto, 2010. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Hal 175. 3 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, 1989. Metode Penelitian Survei, Hal 155.

Dokumen yang terkait

ANALISIS YURIDIS MENGENAI UNSUR MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA DI PROVINSI MALUKU (Putusan Nomor : 07/PID.SUS/2012/PN.AB)

0 9 17

ANALISIS YURIDIS PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA KORUPSI DANA ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN BANYUWANGI (Studi Putusan Nomor 824/Pid. B/2007/PN. Bwi)

0 6 93

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI ANGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) LAMPUNG TIMUR ( Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Nomor 22/Pid/TPK/2011/PN.TK )

0 14 53

ANALISIS PERTANGGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH KOPERASI SINDANG JAYA DI LAMPUNG BARAT (Studi Putusan Nomor: 99/Pidana B/2006/PN. LW)

0 3 26

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri No.06/PID.TPK/2011/PN.TK )

0 9 60

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA ABORSI DI BANDAR LAMPUNG (Studi Putusan PN Nomor 169/PID/B/2009/PNTK)

1 26 59

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP KASUS TINDAK PIDANA GRATIFIKASI OLEH BADAN PERTANAHAN NASIONAL TULANG BAWANG (Studi Putusan Nomor:02/Pid./TPK/2012/PT.TK.)

0 40 59

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI TENDER PERBAIKAN JALAN (Studi Putusan Nomor : 07/PID.TPK/2011/PN.TK)

0 4 49

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI DANA TILANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (Studi Putusan Nomor: 32/Pid.TPK/2014/PN.TJK)

0 9 53

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA KORUPSI PENYALURAN DANA BANTUAN SOSIAL OLEH KEPALA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Studi Putusan Nomor : 12/Pid.TPK/2014/PN.TK)

0 4 54