Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Posing

soal tersebut dipecahkan oleh kelompok-kelompok lain, 8 guru memberikan tugas rumah secara individu sebagai penguatan, 9 guru menutup kegiatan pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, peneliti cenderung menggambil teori dari langkah-langkah problem posing menurut Thobroni Mustofa. Langkah-langkah problem posing yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 menjelaskan materi pelajaran, 2 guru membagi siswa menjadi kelompok secara heterogen, 3 siswa mengajukan pertanyaan pada lembar soal secara berkelompok, kemudian menjawab soal yang telah dibuat, 4 siswa menukarkan lembar soal yang dimiliki dengan kelompok lainnya, 5 menjawab soal kelompok lain pada lembar jawab, dan 6 mempresentasikan lembar soal dan lembar jawab di depan kelas.

5. Peran Guru dalam Pembelajaran Problem Posing

Peran guru dalam pembelajaran sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Rohman Amri 2013: 180 menyatakan bahwa sebagai perencana, guru dituntut untuk memahami secara benar kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas dan sumber daya yang ada, sehingga semuanya dapat dijadikan komponen-komponen dalam menyusun rencana pembelajaran. Rusman 2012: 75 menyatakan bahwa jika dipandang dari segi siswa, maka tugas guru adalah harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktik-praktik komunikasi. Thobroni Mustofa 2012: 348 menyatakan bahwa yang harus dilakukan guru adalah: a. Memotivasi siswa untuk mengajukan soal b. Guru melatih siswa merumuskan dan mengajukan masalah atau pertanyaan berdasarkan situasi yang diberikan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa peran guru adalah tindakan yang dilakukan guru untuk memberikan suasana belajar sesuai dengan pembelajaran serta mengantarkan siswa untuk memahami konsep dengan cara menyiapkan situasi sesuai dengan materi pelajaran yang sedang dibahas. Adapun peran guru dalam model problem posing yaitu sebagai perancang pembelajaran, sebagai motivator, mediator, fasilitator, evaluator dan pengelola kelas. Selain itu guru juga berperan untuk mengantarkan siswa dalam memahami konsep dengan cara menyiapkan situasi sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan atau sesuai dengan materi dalam pembelajaran.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas ini adalah “Apabila dalam proses pembelajaran matematika menerapkan model problem posing sesuai konsep dan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 10 Metro Tim ur Tahun Pelajaran 20142015”.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau Penelitian Tindakan Kelas PTK. Istilah penelitian tindakan berasal dari kata action research dalam bahasa Inggris. Penelitian tindakan ini diciptakan oleh Kurt Lewin, seorang sosiolog Amerika yang bekerja pada proyek-proyek kemasyarakatan yang berkenaan dengan integrasi dan keadilan sosial di berbagai bidang seperti perumahan dan ketenagakerjaan. PTK meliputi tiga kata yaitu “Penelitian”, “Tindakan” dan “Kelas”. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan kualitas diberbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang disengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya berbentuk rangkaian periodesiklus kegiatan. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswamahasiswa yang dalam waktu yang sama dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang gurudosen yang sama Suharsimi Ekawarna, 2013: 4 Sedangkan, Arikunto 2011: 58 menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu pelajaran di kelas. Melalui PTK guru dapat meningkatkan kinerjanya secara terus menerus dengan cara melakukan refleksi diri yakni upaya menganalisis untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya, kemudian merencanakannya dalam proses

Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IVA SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 8 53

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV A SDN 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 75

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 4 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 9 101

PENERAPAN MAPPING DALAM MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 10 77

HUBUNGAN PENERAPAN STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 10 METRO TIMUR

0 3 69

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV B SD NEGERI 10 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 4 63

PENERAPAN MODEL TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 03 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

5 45 78

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 BANJARREJO BATANGHARI LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 24 52

PENERAPAN MEDIA REALIA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IA SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

7 93 76

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 10 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 6 71