Analisis Kemandirian Pribadi Dan Perilaku Kewirausahaan Pada Pedagang Pandai Besi Jl. Galang dan Jl. Sekip Lubuk Pakam

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

ANALISIS KEMANDIRIAN PRIBADI DAN PERILAKU

KEWIRAUSAHAAN PADA PEDAGANG

PANDAI BESI JL. GALANG DAN

PANDAI BESI JL. SEKIP

LUBUK PAKAM

SKRIPSI OLEH: DIPPAN ALMAN

070521128 MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Dippan (2010) “ Analisis Kemandirian Pribadi Dan Perilaku Kewirausahaan Pada Pedagang Pandai Besi Jl. Galang dan Jl. Sekip Lubuk Pakam. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, Msi selaku Ketua Departemen Manajemen dan Dosen Pembimbing, Dra. Setri Hiyanti Siregar, Msi selaku Dosen Penguji I dan Drs. Raja Bongsu Hutagalung, Msi selaku Dosen Penguji II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah analisis kemandirian pribadi dan perilaku kewirausahaan selama ini sudah tepat pada Pedagang Pandai Besi Jalan Galang dan Jalan Sekip Lubuk Pakam. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu: kuesioner, wawancara dan observasi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Analisis deskriptif merupakan metode analisis dimana data yang dikumpulkan mula-mula disusun, diklasifikasikan, dan dianalisis sehingga akan memberikan gambaran yang jelas mengenai perusahaan dan masalah yang sedang diteliti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pedagang Pandai Besi Jalan Galang dan Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip memiliki kemandirian pribadi yang baik karena Pedagang Pandai Besi Jalan Galang dan Pandai Besi Jalan Sekip dalam menjalankan usahanya selalu menggunakan proses kemandirian pribadi yang sudah tepat sedangkan Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip belum menerapkan sepenuhnya proses kemandirian pribadi karena masih tergantung dengan orang lain dalam menjalankan usahanya. Pedagang Pandai Besi Jalan Galang memiliki perilaku kewirausahaan yang baik dibandingkan Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip karena Pedagang Pandai Besi Jalan Galang menerapkan perilaku kewirausahaan pada usahanya sudah tepat sedangkan Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip belum menerapkan sepenuhnya perilaku kewirausahaan secara tepat karena masih tergantung dengan orang lain dalam menjalankan usahanya dan masih kurang pengalaman dalam mengelola usahanya.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala berkat dan rahmat khususnya bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. Dalam penulisan slcripsi ini penulis mengangkat judul "Analisis Kemandirian Pribadi Dan Perilaku Kewirausahaan Pada Pedagang Pandai Besi Jl. Galang Dan Pandai Besi Jl. Sekip Lubuk Pakam".

Pada kesempatan ini penulis juga terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia memberikan waktu, saran, tenaga dan pemikirannya untuk membantu penulis didalam penyempurnaan skripsi ini.. 3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, M.BA selaku Sekretaris Departemen Manajemen. 4. Ibu Dra. Setri Haryanti Siregar, M.Si selaku Dosen Penguji I yang telah

menyediakan waktu, didalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Raja Bongsu Hutagalung, M.Si selaku Dosen Penjuji II yang telah menyediakan waktu, didalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh staf pegawai Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yakni K'Dani, K'Vina, B'Jum, dan K, Nur.


(4)

7. Ayahanda Manahan T, Ibunda Altin Rani S, Kakak dan Adik-adik ku tersayang (K'rosi, Wagner dan Okti) yang telah memberikan cinta dan kasih sayangnya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Untuk Zerny yang selalu mendampingiku setiap saat dan selalu menjadi sumber inspirasiku.

9. Sahabatku yang selama ini telah memberi dukungan, semangat dan selalu mendo'akan yaitu sahabat-sahabatku Leny, Juanda, Yasir, Ricky, Ricky Afandi (kulex), Bima, Ogut, Frans, dan semua teman di Departemen Manajemen yang telah bersama-sama berjuang, khususnya stambuk 2007 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah membantu selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih atas semuanya yang telah membantu perrulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini, dan kepada Tuhan penulis mohon ampun atas segala kesalahan selama membuat skripsi ini. Semoga Tuhan melimpahkan karunianya kepada kita semua khususnya kepada penulis.

Medan, September 2010 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Kerangka Konseptual ... 5

D. Hipotesis ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Manfaat Penelitian ... 7

F. Metode Penelitian ... 8

1. Batasan Operasional Variabel ... 8

2. Definisi Operasional Variabel ... 8

3. Skala Pengukuran Variabel ... 10

4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

5. Populasi dan Sampel ... 10

6. Jenis dan Sumber Data ... 11

7. Teknik Pengumpulan Data ... 11

8. Metode Analisis Data ... 12

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 13

B. Wirausaha ... 14

C. Kemandirian Pribadi ... 18

D. Perilaku Kewirausahaan ... 23

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAIIAAN A. Sejarah Singkat Perusahaan ... 28

1. Pandai Besi Jalan Galang ... 28

2. Pandai Besi Jalan Sekip ... 30

B. Kegiatan Operasional ... 32

1. Pandai Besi Jalan Galang ... 32

2. Pandai Besi Jalan Sekip ... 36

C. Struktur Organisasi Pedagang Pandai Besi ... 39

D. Lokasi Pemasaran ... 40


(6)

F. Produk Yang Ditawarkan ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Pedagang Pandai Besi ... 42

B. Analisis Kemandirian Pribadi ... 42

1. Pandai Besi Jalan Galang ... 42

2. Pandai Besi Jalan Sekip ... 44

C. Analisis Perilaku Kewirausahaan ... 45

1. Pandai Besi Jalan Galang ... 45

2. Pandai Besi Jalan Sekip ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 6

Gambar 3.1 Lokasi Pandai Besi Jalan Galang ... 28

Gambar 3.2 Lokasi Pandai Besi Jalan Sekip ... 30

Gambar 3.3 Kegiatan Operasional Pandai Besi Jalan Galang ... 33

Gambar 3.4 Kegiatan Operasional Pandai Besi Jalan Sekip ... 36


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Spesifikasi Penjualan Barang ... 3 Tabel 1.2 Definisi OperasionalisasiVariabel... 9 Tabel 1.3 Ciri-ciri dan Watak Kewirausahaan ... 17


(9)

ABSTRAK

Dippan (2010) “ Analisis Kemandirian Pribadi Dan Perilaku Kewirausahaan Pada Pedagang Pandai Besi Jl. Galang dan Jl. Sekip Lubuk Pakam. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, Msi selaku Ketua Departemen Manajemen dan Dosen Pembimbing, Dra. Setri Hiyanti Siregar, Msi selaku Dosen Penguji I dan Drs. Raja Bongsu Hutagalung, Msi selaku Dosen Penguji II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah analisis kemandirian pribadi dan perilaku kewirausahaan selama ini sudah tepat pada Pedagang Pandai Besi Jalan Galang dan Jalan Sekip Lubuk Pakam. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu: kuesioner, wawancara dan observasi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Analisis deskriptif merupakan metode analisis dimana data yang dikumpulkan mula-mula disusun, diklasifikasikan, dan dianalisis sehingga akan memberikan gambaran yang jelas mengenai perusahaan dan masalah yang sedang diteliti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pedagang Pandai Besi Jalan Galang dan Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip memiliki kemandirian pribadi yang baik karena Pedagang Pandai Besi Jalan Galang dan Pandai Besi Jalan Sekip dalam menjalankan usahanya selalu menggunakan proses kemandirian pribadi yang sudah tepat sedangkan Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip belum menerapkan sepenuhnya proses kemandirian pribadi karena masih tergantung dengan orang lain dalam menjalankan usahanya. Pedagang Pandai Besi Jalan Galang memiliki perilaku kewirausahaan yang baik dibandingkan Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip karena Pedagang Pandai Besi Jalan Galang menerapkan perilaku kewirausahaan pada usahanya sudah tepat sedangkan Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip belum menerapkan sepenuhnya perilaku kewirausahaan secara tepat karena masih tergantung dengan orang lain dalam menjalankan usahanya dan masih kurang pengalaman dalam mengelola usahanya.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perilaku kewirausahaan merupakan sifat wirausaha. Hal ini dikarenakan merupakan ciri khas yang melekat pada individu wirausaha, bukan semata-mata atribut yang diberikan oleh lingkungan kepadanya.

Kemampuan untuk mengembangkan usaha tersebut bergantung kepada upaya para pengusaha itu sendiri memanfaatkan keterampilan bisnisnya untuk memuaskan pelanggan. Penelitian Cunningham (Riyanti, 2003:7) terhadap 178 wirausaha dan manajer profesional di Singapura, menunjukkan keberhasilan berkaitan dengan sifat-sifat kepribadian (49%), seperti keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan baik, keinginan untuk berhasil, motivasi diri, percaya diri dan berfikir positif, komitmen dan sabar. Penelitian Mc.Ber & CO (Riyanti, 2003:7) menemukan bahwa wirausaha yang berhasil memiliki sifat yang proaktif, berorientasi prestasi dan komitmen dengan pihak lain.

Kemampuan untuk mengembangkan diri dan mempertahankan kemajuan teknologi, menurut Cunningham (Riyanti, 2003:9) merupakan faktor yang menyebabkan 28,1% keberhasilan usaha skala kecil. Faktor ini terkait dengan sifat-sifat kepribadian dan kemauan untuk belajar dan menerima perubahan. Dinsi (2004:6) mengatakan bisnis adalah ajang kompetisi yang peka terhadap perubahan.

Kepekaan ini menuntut pribadi dengan inisiatif, kreativitas dan motivasi yang tinggi. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi perilaku kewirausahaan


(11)

yang mereka miliki. Dengan demikian masing-masing pelaku usaha akan terdorong dalam meningkatkan kreativitas berfikir, menentukan keputusan yang lebih baik dan pencapaian sukses usaha.

Adanya tingkat pengangguran yang tinggi diperlukan kreativitas dari setiap individu untuk tidak mengandalkan pekerjaan dari orang lain melainkan menciptakan lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja yang ada dan menghidupkan kembali roda perekonomian Indonesia. Usaha Kecil adalah perusahaan skala kecil yang mampu bertahan karena usaha kecil juga berperan dalam pemerataan perekonomian Indonesia dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat, serta memiliki potensi menghasilkan devisa bagi negara.

Peranan wirausaha tidak diragukan lagi dalam menghadapi perkembangan ekonomi saat ini. Karena tumbuh tidaknya perekonomian di suatu negara terutama bergantung pada kehadiran dan keaktifan para wirausaha. Wirausaha yang dimaksud adalah para pengusaha yang mandiri yang memiliki kebebasan dalam memilih karier sesuai dengan bidang usaha yang diminatinya serta dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang sebesar-besarnya. Para wirausaha ini biasanya memulai usahanya secara mandiri dengan modal sendiri atau modal bersama. Usaha mereka umumnya berskala kecil, tetapi dapat menyerap tenaga kerja yang besar

Pandai Besi yang lebih dikenal masyarakat dengan suatu pembuatan alat-alat pertanian dan perkebunan yang bahan bakunya terbuat dari besi Per mobil dan truk bekas yang berada di Jalan Galang dan Jalan Sekip Lubuk Pakam.


(12)

Pandai Besi merupakan suatu tempat usaha yang digunakan untuk membuat serta menjual barang-barang kebutuhan alat-alat pertanian dan perkebunan. Banyak alat-alat pertanian dan perkebunan yang di buat serta dijual kepada bagian pertanian dan perkebunan diantaranya alat-alat tersebut: Dodos, Kampak, Eggrek, Parang, Parang babat, Pisau Cekung, Kerokan Kulit, dan Garuk, dan lain-lain. hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Spesifikasi Penjualan Barang Tahun 2009

No Spesifikasi Penjualan Barang di Jalan Galang

Penjualan Barang di Jalan Sekip

1 Dodos 500 300

2 Kampak 700 400

3 Eggrek 200 300

4 Parang 100 200

5 Parang Babat 80 100

6 Pisau Cekung 800 -

7 Kerokan Kulit 400 -

8 Garuk 900 -

JUMLAH 4480 1200

Sumber: Pandai Besi Jl. Galang dan Jl. Sekip Lubuk Pakam (2010)

Pedagang Pandai Besi adalah salah satu usaha dalam perdagangan dan salah satu wujud sektor informal. Pedagang pandai besi adalah orang yang dengan modal yang relatif sedikit berusaha di bidang produksi dan penjualan barang-barang alat-alat pertanian dan perkebunan untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu di dalam masyarakat, usaha tersebut dilaksanakan pada tempat-tempat yang dianggap strategis dalam suasana lingkungan yang informal (Winardi dalam Haryono, 1989). Sektor informal sangat membantu kepentingan masyarakat dalam menyediakan lapangan pekerjaan dengan penyerapan tenaga kerja secara mandiri atau menjadi safety belt bagi tenaga kerja yang memasuki pasar kerja, selain untuk


(13)

menyediakan kebutuhan masyarakat golongan menengah ke bawah. Pada umumnya sektor informal sering dianggap lebih mampu bertahan hidup (survive) dibandingkan sektor usaha yang lain. Hal tersebut dapat terjadi karena sektor informal relatif lebih independent atau tidak tergantung pada pihak lain, khususnya menyangkut permodalan dan lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan usahanya

Penelitian dilakukan pada pedagang pandai besi Jalan Galang dan Jalan Sekip Lubuk Pakam. Sifat kemandirian merupakan salah satu perilaku wirausaha dalam menjalankan kegiatan usahanya. Pedagang pandai besi lebih mengutamakan bagaimana memperoleh konsumen yang banyak agar dapat bertahan dalam menjalankan usahanya.

Penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada pedagang pandai besi Jalan Galang dan Jalan Sekip Lubuk Pakam dengan judul: “Analisis

Kemandirian Pribadi dan Perilaku Kewirausahaan Pada Pedagang Pandai Besi Jalan Galang dan Jalan Sekip Lubuk Pakam”.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas adalah sebagai berikut: “Apakah analisis kemandirian pribadi dan perilaku

kewirausahaan selama ini sudah tepat pada Pedagang Pandai Besi Jl.Galang dan Jl. Sekip Lubuk Pakam?”.


(14)

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual bertujuan untuk mengemukakan secara umum mengenai objek penelitian yang dilakukan dalam kerangka variabel yang akan diteliti. Kemandirian pribadi merupakan suatu upaya sendiri yang meliputi segala aspek kebutuhan yang mampu dipenuhi sendiri tanpa harus menggantungkan kepada orang lain. Hal ini mengandung suatu maksud bahwa dengan segala usaha yang dilakukan mulai dari perencanaan, penetapan tujuan, bernegoisasi, memenangkan persaingan, melaksanakan pekerjaan, menciptakan ide, mencari sumber-sumber, dan menyelesaikan masalah-masalah usaha mampu dilakukan sendiri dengan usaha yang keras. Dengan demikian dari usaha yang dilakukan tersebut mampu membawa keberhasilan yang memberikan kepuasan (Ranto, 2007:23).

Wirausaha selalu berkomitmen dalam menjalankan tugasnya sampai berhasil. Karena itu, ia selalu tekun, ulet, pantang menyerah sebelum usahanya berhasil. Tindakannya tidak didasari oleh spekulasi melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil resiko terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil risiko yang moderat, artinya risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi resiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus mencari peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objektif, dan merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran kegiatannya. Dengan semangat optimisme yang tinggi


(15)

karena ada hasil yang diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan dipandang sebagai sumber daya bukan tujuan akhir.

Pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan pribadi yang dimiliki pengusaha dapat mempengaruhi perilaku kewirausahaan pengusaha dalam menjalankan usahanya.

Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian adalah seperti yang digambarkan dalam skema berikut:

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Sumber : Riyanti (2003) dan Ranto (2007) diolah KEMANDIRIAN PRIBADI 1. Mengandalkan kemampuan sendiri 2. Mengandalkan kemampuan keuangan sendiri

3. Keberanian menghadapi tantangan

4. Kebebasan berfikir

PERILAKU KEWIRAUSAHAAN 1.Bertanggung jawab 2.Berani mengambil resiko 3.Percaya diri

4.Umpan Balik

5.Semangat untuk bersaing 6.Berorientasi ke masa depan 7.Memiliki keterampilan

personal

8.Selalu mencari peluang. PEDAGANG PANDAI BESI JL. GALANG PEDAGANG PANDAI BESI JL. SEKIP


(16)

D. Hipotesis

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian” (Sugiyono,2005:51). Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: “Analisis kemandirian pribadi dan perilaku kewirausahaan selama ini sudah tepat pada Pedagang Pandai Besi Jalan Galang dan Jalan Sekip Lubuk Pakam”.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah analisis kemandirian pribadi dan perilaku kewirausahaan selama ini sudah tepat pada Pedagang Pandai Besi Jalan Galang dan Jalan Sekip Lubuk Pakam.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Pelaku Usaha (Pedagang Pandai Besi)

Memberikan tambahan informasi dan wawasan serta memberikan masukan bagi para pedagang agar dapat mengembangkan usahanya.

b. Bagi Penulis

Memberikan kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah dan menambah wawasan peneliti serta kewirausahaan.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan informasi dan referensi dalam melakukan penelitian lanjutan.


(17)

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional Variabel

Penelitian ini dibatasi pada analisis kemandirian pribadi dan perilaku kewirausahaan selama ini sudah tepat pada Pedagang Pandai Besi Jalan Galang dan Jalan Sekip Lubuk Pakam.

2. Definisi Operasional Variabel

Pada penelitian ini variabel-variabel yang dioperasionalkan adalah semua variabel yang termasuk dalam hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan pelaksanaan penelitian, maka perlu definisi variabel-variabel yang akan diteliti sebagai berikut:

a. Kemandirian Pribadi

Kemandirian pribadi adalah kemampuan untuk mengandalkan diri sendiri dalam upaya untuk menciptakan lapangan kerja baru tanpa harus bergantung dengan orang lain, mulai dari menciptakan ide, menetapkan tujuan, sampai pada pencapaian kepuasan. Indikator yang digunakan antara lain:

1. Mengandalkan kemampuan diri sendiri 2. Mengandalkan kemampuan keuangan sendiri 3. Keberanian menghadapi tantangan

4. Kebebasan berfikir b. Perilaku Kewirausahaan

Perilaku kewirausahaan adalah sesuatu yang berhubungan dengan watak, karakteristik, tabiat, sikap orang terhadap perjuangan hidup


(18)

untuk mencapai keberhasilan dalam menjalankan usahanya. Menurut Zimmerer (Suryana,2003:14), ada delapan karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan yang berhasil, yaitu:

1 Bertanggung jawab 2 Berani mengambil resiko 3. Percaya diri

4. Umpan balik

5. Semangat untuk bersaing 6. Berorientasi ke masa depan 7. Memiliki keterampilan personal 8. Selalu mencari Peluang

Tabel 1.2

Definisi Operasionalisasi Variabel

VARIABEL DEFENISI INDIKATOR SKALA

UKUR

Kemandirian Pribadi

Kemampuan untuk mengandalkan diri sendiri

dalam upaya untuk menciptakan lapangan kerja baru tanpa harus bergantung dengan orang lain, mulai dari

menciptakan ide, menetapkan tujuan, sampai

pada pencapaian kepuasan.

1.Mengandalkan kemampuan diri sendiri 2.Mengandalkan kemampuan keuangan sendiri 3.Keberanian menghadapi tantangan 4.Kebebasan berfikir Skala Guttman


(19)

Perilaku Kewirausahaan

Perilaku Kewirausahaan adalah sesuatu yang berhubungan dengan watak, karakteristik, tabiat, sikap orang terhadap perjuangan hidup untuk mencapai

keberhasilan dalam menjalankan usahanya. 1.Bertanggung jawab 2.Berani mengambil resiko 3.Percaya diri 4.Umpan Balik

5.Semangat untuk bersaing

6.Berorientasi ke masa depan 7.Memiliki keterampilan personal 8.Selalu mencari peluang Skala Guttman

Sumber : Riyanti, 2003 diolah

3. Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Guttman. Skala pengukuran tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas; yaitu “ya-tidak”, “benar-salah”, “pernah-tidak pernah”, “positif-negatif” dan lain-lain.

4. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Pedagang Pandai Besi Jalan Galang dan Jalan Sekip Lubuk Pakam. Penelitian dilakukan dari Agustus sampai September 2010.

5. Populasi dan Sampel

Penelitian ini merupakan studi kasus pada usaha yang merupakan populasi sekaligus sebagai sampel yang representatif dalam penelitian ini yang berperan penting dalam menjalankan usaha yaitu pemilik dari Pandai Besi Jalan Galang dan Jalan Sekip Lubuk Pakam, dimana dapat diperoleh informasi


(20)

dan data-data penting dalam keseluruhan pelaksanaan aktivitas usahanya yang telah berhasil.

6. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data yaitu: a. Data primer

Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan kuesioner dan wawancara kepada responden.

b. Data sekunder

Yaitu data yang diperoleh melalui studi pustaka, dengan mempelajari berbagai tulisan melalui buku, jurnal, untuk mendukung penelitian ini.

7. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu:

a. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar pertanyaan pada pedagang atau pemilik pandai besi untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan sehingga penelitian penulis dapat lebih terstruktur.

b. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara tatap muka (face to face) dengan responden terpilih yaitu pedagang pandai besi. Wawancara dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa seperangkat daftar pertanyaan


(21)

yang telah dipersiapkan terlebih dahulu atau sering disebut interview guide.

c. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung pada lokasi penelitian, dalam hal ini di Jalan Galang dan Jalan Sekip Lubuk Pakam, untuk melengkapi catatan penelitian yang diperlukan.

8. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang dipergunakan didalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif merupakan metode analisis dimana data yang dikumpulkan mula-mula disusun, diklasifikasikan, dan dianalisis sehingga akan memberikan gambaran yang jelas mengenai perusahaan dan masalah yang sedang diteliti.

Penulis akan meneliti analisis kemandirian pribadi dan perilaku kewirausahaan pada pedagang pandai besi di Jalan Galang dan Jalan Sekip Lubuk Pakam untuk melihat apakah analisis kemandirian pribadi dan perilaku kewirausahaan yang dilakukan pedagang pandai besi di Jalan Galang dan Jalan Sekip Lubuk Pakam sudah tepat.


(22)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Silalahi (2007) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Motif Berprestasi, dan Kemandirian Pribadi Terhadap Perilaku Kewirausahaan (Kasus Warnet Di Padang Bulan)”. Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa variabel Pengetahuan kewirausahaan (X1), dan Kemandirian Pribadi (X3) berpengaruh signifikan terhadap Perilaku Kewirausahaan para pemilik usaha warnet di Padang Bulan. Sedangkan variabel Motif Berprestasi (X2) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Perilaku Kewirausahaan para pemilik usaha warnet di Padang Bulan.

Ranto (2007), melakukan penelitian yang berjudul ”Korelasi Antara Motivasi, Knowdedge of Enterpreneurship dan Independensi dan The Enterpreneur’s Performance pada Kawasan Industri Kecil Pulo Gadung”. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah Motivasi Berusaha (X1), Pengetahuan Kewirausahaan (X2), dan Kemandirian Usaha (X3). Sedangkan Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Kinerja Usaha (Y). Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan positif antara Motivasi Berusaha, Pengetahuan Kewirausahaan, dan Kemandirian Usaha secara bersama dengan Kinerja Usaha Industri Kecil.


(23)

B. Wirausaha

Kata “wirausaha” dalam bahasa Indonesia adalah padanan kata bahasa perancis “entrepreneur”, yang sudah dikenal sejak abad ke 17. Menurut Holt (Riyanti, 2003: 21), kata Entrepreneur berasal dari kata kerja Enterprende. Kata ”wirausaha” merupakan gabungan kata ”wira” (gagah berani, perkasa) dan kata ”usaha”. Jadi wirausaha berarti orang yang gagah berani/perkasa dalam usaha.

Menurut Zimmerer dan Schorborough (Riyanti, 2003: 22): ”an enterpreneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit. And the growth by identifying opportunities and assembling the necessary resources to capitalize of them”.

Menurut Smith (Riyanti, 2003: 23) melihat wirausaha sebagai orang yang memiliki pandangan yang tidak lazim yang dapat mengenali tuntutan potensial atas barang dan jasa. Dalam pandangan Smith, wirausaha bereaksi terhadap perubahan ekonomi, lalu menjadi agen ekonomi yang merubah permintaan menjadi produksi. Menurut Cantillon (Riyanti, 2003:23) berpendapat bahwa wirausaha adalah seorang inkubator gagasan baru, yang selalu berusaha menggunakan sumber daya secara optimal untuk mencapai tingkat komersial paling tinggi. Sementara Menger (Riyanti, 2003:23) berpendapat bahwa wirausaha adalah orang yang dapat melihat cara-cara ekstrem dan tersusun untuk mengubah sesuatu yang tidak bernilai /bernilai rendah menjadi sesuatu yang bernilai tinggi. Misalnya, dari terigu menjadi roti yang lezat.

Kamus umum bahasa Indonesia (Riyanti, 2003:24) mengartikan wirausaha sebagai: ”orang yang pandai atau berbakat mengenali produk, menentukan cara


(24)

produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya”.

Pengertian wirausaha yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perpaduan definisi yang dikemukakan diatas sebagai berikut: ”wirausaha adalah orang yang menciptakan kerja bagi orang lain dengan cara mendirikan, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri dan bersedia mengambil resiko pribadi dalam menemukan peluang berusaha dan secara kreatif menggunakan potensi-potensi dirinya untuk mengenali produk, mengelola dan menentukan cara produksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk, memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya”.

Definisi ini hanya berlaku bagi mereka yang mengelola usaha sendiri dan mempekerjakan orang lain dalam menjalankan kegiatan usahanya. Oleh karena itu penelitian ini hendak melihat peran dari orang yang memimpin usaha miliknya sendiri. Dengan demikian, dia bertanggungjawab penuh terhadap hasil akhir dari upaya mengantisipasi peluang dan hambatan demi kemajuan usahanya.

Ada enam hakekat penting kewirausahaan yaitu (Suryana, 2003:13), sebagai berikut:

1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Sanusi, 1994).

2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) (Drucker, 1959).


(25)

3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer, 1996).

4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Prawiro, 1997).

5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih.

6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.

Kewirausahaan secara ringkas berdasarkan keenam konsep diatas dapat didefinisikan sebagai sesuatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko.


(26)

Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup, maka seorang wirausaha harus mempunyai kemampuan kreatif didalam mengembangkan ide dan pikiranya terutama didalam menciptakan peluang usaha didalam dirinya, dia dapat mandiri menjalankan usaha yang digelutinya tanpa harus bergantung pada orang lain, seorang wirausaha harus dituntut untuk selalu menciptakan hal yang baru dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber yang ada disekitarnya, mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.

Menurut Meredith (Suryana, 2003:14) mengemukakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan sebagai berikut:

Tabel 1.2

Ciri-ciri dan Watak Kewirausahaan

Ciri-ciri Watak

(1) Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan,

individualitas, dan optimisme.

(2) Berorientasi pada tugas dan hasil Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik dan insiatif.


(27)

tantangan yang wajar.

(4) Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik.

(5) Keorisinilan Inovatif dan kreatif serta fleksibel (6) Berorientasi ke masa depan Pandangan ke depan, perspektif.

C. Kemandirian Pribadi

Kemandirian, menurut Barnadib (1982), meliputi "perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain”. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Kartini dan Dali (1987) yang mengatakan bahwa kemandirian adalah “hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri”. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengandung pengertian:

a. Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya,

b. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi,

c. Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya,

d. Bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya.

Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto, 2007:22) adalah kepemilikan sebuah nilai dalam diri seseorang yang mengarah kepada kedewasaan, sehingga dia mampu menghadapi persaingan. Sedangkan persaingan


(28)

itu sendiri merupakan sesuatu yang dapat memberi semangat sebagai alat untuk menentukan pesaing terbaik. Ketika seseorang bersaing dengan orang lain, tidak dapat dielakkan adanya pemenang dan adanya yang kalah. Itulah sebabnya kemandirian merupakan suatu proses mulai dari menciptakan ide, membuat rencana, mencari sumber sampai dengan memperoleh hasil yang memuaskan. Di dalam kemandirian menurut Irwin (Ranto, 2007:22) terdapat kedewasaan yang merubah pandangan seseorang dan mempengaruhi kehidupannya. Orang yang tidak mandiri akan beraksi hanya jika ada penghargaan dari orang lain. Sebaliknya, sesorang yang mandiri beraksi untuk kepuasannya sendiri tanpa tergantung dari yang difikirkan orang lain. Itulah sebabnya kembali Irwin menegaskan bahwa seseorang yang mandiri akan melakukan apa saja yang diinginkan merupakan kebebasan berfikir untuk memuaskan dirinya dan orang lain. Walaupun kemandirian bukan berarti suatu kematangan akhir yang dipunyai seseorang.

Covey (Ranto, 2007:23) mengatakan bahwa perkembangan keefektifan pribadi dan antar pribadi dapat digerakkan secara progresif pada kontinu kematangan menuju kemandirian sampai kesaling tergantungan. Perubahan sikap dari ketergantungan pada paradigma ”anda” yang berarti anda harus mengurus saya, dan saya akan menyalahkan anda bila tidak berhasil (depend on), bergeser menjadi paradigma ”saya” yang berarti saya dapat melakukannya, bertanggung jawab, percaya diri, dan dapat memilih (independend), selanjutnya menjadi saling tergantung dan berubah menjadi paradigma ”kita” dan berarti kita dapat melakukannya, dapat bekerja sama, dapat menggabungkan bakat dan kemampuan


(29)

serta ”kita” dapat menciptakan sesuatu yang lebih besar secara bersama-sama (interdependency). Sehubungan dengan uraian di atas, kemudian Covey menegaskan bahwa kemandirian sejati adalah sebuah karakter yang akan memberikan kekuatan untuk bertindak, terutama dalam menghadapi tantangan, jadi bukan menjadi sasaran tindakan itu sendiri. Hal ini dapat membebaskan diri dari pengaruh lain sehingga kemandirian merupakan cita-cita pembebas yang layak. Namun, kemandirian bukanlah tujuan tertinggi dalam kehidupan yang efektif.

Pengertian tersebut diatas tampak mengandung maksud bahwa kemandirian seseorang merupakan suatu proses kematangan. Kematangan akan memberikan kekuatan karakter menuju kondisi sampai kesaling tergantungan (interdependency). Kematangan akan mendorong untuk meraih prestasi, maka prestasi demi prestasi akan semakin memantapkan kematangan dalam bentuk kedewasaan (maturity) tersebut. Kekuatan karakter yang telah menyatu dalam kedewasaan akan mendorong kekuatan untuk bertindak. Dengan demikian, walaupun memiliki keterbatasan kebebasan dari pemahaman dan nilai-nilai yang dianut namun dengan akal budi yang dimilikinya, tetap tahu apa yang akan dilakukuannya. Sikap dewasa tentunya sangat dituntut oleh siapapun yang sedang berusaha untuk mencapai prestasi termasuk para usahawan, sebab mereka dituntut untuk menjadikan dirinya menjadi majikan yang mampu untuk menciptakan kerja dan mengelola secara baik dengan mengkombinasikan berbagai sumber dan menciptakan sinergi untuk mencapai tujuan yang diharapkan.


(30)

Kemandirian pada dasarnya memiliki dua bentuk yaitu pemikiran dan tindakan. Seorang pemimpin menurut Chutterbuck dan Waine (Ranto, 2007:23) memerlukan keduanya untuk menunjukkan dirinya sendiri mandiri. Pemikiran yang mandiri akan membawanya pada perspektif yang berbeda dalam strategi, sehingga mampu menentukan skala prioritas. Tindakan yang mandiri berarti seorang pemimpin tidak memiliki konflik kepentingan terhadap perusahaannya.

Wirausahawan adalah orang yang merdeka lahir batin, lebih suka bekerja atas kemampauan sendiri daripada bekerja untuk orang lain. Kemandirian ini tetap didukung dengan kepedulian pada orang lain dan lingkungan, menerima kritik dan saran dari orang lain.

Pribadi tiap orang itu tumbuh atas dua kekuatan, yaitu (1) kekuatan dari dalam, yang sudah dibawa sejak lahir, berwujud benih, bibit, atau sering disebut juga kemampuan-kemampuan dasar (faktor dalam). Adapun yang termasuk faktor dalam atau faktor pembawaan, ialah segala sesuatu yang telah dibawa oleh anak sejak lahir, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang bersifat ketubuhan. Kejiwaan yang berwujud fikiran, perasaan, kemauan, fantasi, ingatan, dsb yang dibawa sejak lahir, ikut menentukan pribadi seseorang. Keadaan jasmanipun demikian pula. Panjang pendeknya leher, besar kecilnya tengkorak, susunan urat syaraf, otot-otot, susunan dan keadaan tulang-tulang, juga mempengaruhi pribadi manusia. (2) Kekuatan dari luar (faktor lingkungan), yaitu segala sesuatu yang ada diluar manusia. Baik yang hidup maupun yang mati. Semuanya ikut serta membentuk pribadi seseorang yang berada dalam lingkungan itu.


(31)

Kata kepribadian berasal dari kata Personality (bahasa inggris) yang berasal dari kata Persona (bahasa latin) yang berarti kedok atau topeng. Yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang.

Menurut Allport (Sobur, 2003:300), pengertian kepribadian adalah organisasi-organisasi dinamis dari sistem-sistem psiko-fisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik/khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kepribadian terletak di balik tindakan tertentu dan dalam individu; dan sistem yang menyusun kepribadian dalam segala hal adalah kecenderungan yang sehat. Allport menggunakan istilah ”sistem Psiko-fisik” dengan maksud menunjukkan bahwa ”jiwa” dan ”raga” manusia merupakan suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta di antara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sementara itu istilah ”khas” dalam definisi kepribadian Allport memiliki arti bahwa individu bertingkah laku dalam caranya sendiri, karena setiap individu memiliki kepribadian sendiri.

Sifat kepribadian yang paling banyak dibahas oleh para ahli, dalam kaitan dengan wirausaha adalah sifat kreatif dan inovatif. Drucker (Riyanti, 2003:24) juga menegaskan bahwa untuk meraih keberhasilan, seorang wirausaha harus belajar mempraktikkan inovasi secara sistematik. Menurutnya inovasi adalah alat khusus bagi para wirausaha. Kreativitas lebih menekankan kemampuan, bukan kegiatan. Jadi, orang disebut kreatif jika dia memiliki ide/gagasan yang baru tanpa


(32)

harus merealisasikan gagasannya itu. Inovasi adalah proses melakukan sesuatu yang baru.

Kreativitas enterpreneur adalah kemampuan untuk menerapkan gagasan kreatif demi kemajuan usaha. Gagasan itu tidak harus baru, yang penting ada solusi yang baru yang diterapkan dalam proses menciptakan dan menjual barang atau jasa ke pasar. Gagasan baru itu bisa saja menyangkut barang atau jasa itu sendiri, bisa berupa kemampuan untuk mengenali pasar baru, bisa dalam bentuk cara-cara memproduksi dan memasarkan barang/jasa, atau juga cara mengelola finansial dan karyawan. Adapun kreativitas yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan pribadi dalam menemukan gagasan dalam mengelola masalah keuangan pribadi/melalui fasilitas pinjaman/kredit dari lembaga keuangan.

Kemandirian pribadi dengan demikian adalah kemampuan untuk mengandalkan diri sendiri dalam upaya untuk menciptakan lapangan kerja baru tanpa harus bergantung dengan orang lain, mulai dari menciptakan ide, menetapkan tujuan, sampai pada pencapaian kepuasan.

D. Perilaku Kewirausahaan

Menurut Scarborough dan Zimmerer (Suryana, 2003:14), ada delapan karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan yang berhasil, yaitu:

1. Bertanggung jawab. Wirausaha selalu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya baik dalam mengendalikan sumber daya yang digunakan maupun terhadap keberhasilan berwirausaha.


(33)

2. Berani mengambil resiko. Wirausaha dalam mengambil tindakan hendaknya tidak didasari oleh spekulasi, melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil risiko terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil risiko yang moderat, artinya risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan, dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil.

3. Percaya diri. Ia cenderung optimis dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk berhasil.

4. Umpan balik. Wirausaha selalu memerlukan umpan balik yang segera. Ia selalu ingin mengetahui hasil dari apa yang dikerjakannya. Tujuan dari umpan balik adalah untuk memberikan informasi untuk menolong individu memahami bagaimana perilakunya mempengaruhi orang lain dan bagaimana penilaian orang lain terhadap perilakunya.

5. Semangat untuk bersaing. Wirausaha harus memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik. 6. Berorientasi ke masa depan. Seorang wirausahawan hendaknya seorang

yang mampu menatap masa dengan dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki persepktif dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan maka ia akan selalu berusaha untuk


(34)

berkarsa dan berkarya. Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang sudah ada. Walaupun dengan risiko yang mungkin dapat terjadi, seorang yang perspektif harus tetap tabah dalam mencari peluang tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada. Karena itu ia harus mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.

7. Memiliki keterampilan personal. Pandai berkomunikasi. Seorang wirausaha harus dapat menarik orang lain dengan tutur kata yang baik, sopan, jujur dan percaya diri. Dengan demikian akan memberi kesan kepada orang lain menjadi tertarik dan orang akan percaya dengan apa yang disampaikan.

8. Selalu mencari peluang. Seorang wirausaha selalu berambisi untuk selalu mencari peluang. Keberhasilan wirausaha selalu diukur dengan keberhasilan untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan terjadi apabila ada peluang.

Seorang wirausaha yang sukses harus mempunyai perilaku yang baik dan menarik. Perilaku seorang wirausaha akan terlihat dan berkembang melalui ilmu pengetahuan, pengalaman yang diperoleh dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Jadi perilaku adalah sesuatu yang berhubungan dengan watak, karakteristik, tabiat, sikap orang terhadap perjuangan hidup untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin.


(35)

Perilaku seorang wirausaha yang baik, akan membawa ke arah kebenaran, keselamatan serta menaikan derajat dan martabatnya. Perilaku wirausahawan yang perlu dimiliki dan perlu dikembangkan (Lupiyoadi, 2007:8) adalah sebagai berikut:

1. Berwatak luhur

2. Bekerja keras dan disiplin 3. Mandiri dan realistis

4. Prestatif dan komitmen tinggi

5. Berfikir positif dan bertanggungjawab 6. Dapat mengendalikan emosi

7. Tidak ingkar janji, menepati janji dan waktu 8. Belajar dari pengalaman

9. Memperhitungkn resiko

10. Merasakan kebutuhan orang lain 11. Bekerjasama dengan orang lain

12. Menghasilkan sesuatu untuk orang lain 13. Memberi semangat kepada orang lain

14. Mencari jalan keluar bagi setiap permasalahan 15. Merencanakan sesuatu sebelum bertindak.

Menurut Cunningham (Riyanti, 2003:31) berdasarkan wawancara terhadap 175 wirausaha dan manajer profesional Singapore tentang alasan-alasan keberhasilan usaha, mencatat bahwa keberhasilan usaha berkaitan erat dengan hal-hal sebagai berikut:


(36)

a. Sifat kepribadian (49%) seperti memiliki keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan baik, memiliki keinginan untuk berhasil, dan memiliki motivasi diri, percaya diri, berfikir positif, memiliki komitmen dan sabar. b. Kemampuan berhubungan dengan pelanggan (17%), yaitu jujur, ramah,

adil pada pelanggan, staf dan kemampuan berhubungan baik dengan orang lain.

c. Kemampuan memahami lingkungan bisnis (15%), yaitu kemampuan belajar dari pihak pesaing, pengetahuan tentang bidang usaha, kemauan untuk belajar, pengetahuan tentang produk dan jasa serta pemahaman tentang persaingan.

d. Orientasi ke masa depan dan fleksibilitas (11%), yaitu berorientasi tujuan, kreatif dan kemauan mengambil resiko, memiliki visi dan gambaran mental masa depan.

e. Kesadaran pribadi (4%), yaitu mengetahui kekuatan dan kelemahan diri, serta mampu menerima kesalahan.


(37)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan 1. Pandai Besi Jalan Galang

Pandai Besi Jalan Galang didirikan oleh Bapak Manahan pada tahun 1979. Pada awal membuka usaha Bapak Manahan menyewa sebuah rumah sederhana sebagai tempat ia menjual alat-alat pertanian dan perkebunan. Awalnya Bapak Manahan masih mengambil atau memesan produk dari usaha yang memproduksi barang-barang dari besi untuk dijual kembali di rumah Bapak Manahan.

Bapak Manahan mulai memproduksi produk-produk dari besi sendiri dengan pada awalnya masih memperkerjakan 3 orang tenaga kerja pada tahun 1983. Orang tua dari Bapak Manahan juga memiliki usaha besi dengan nama usaha Pandai Besi, sehingga pada awal mendirikan usaha, Bapak Manahan memiliki pengalaman yang cukup baik dalam bidang usaha besi.


(38)

Dodos Kampak Parang Babat Gambar 3.1 . Lokasi Pandai Besi Jalan Galang

Sumber : Hasil penelitian, 2010 (data diolah)

Pada awal kegiatan pengoperasiannya konsumen yang datang untuk membeli barang-barang dari besi belum banyak dan di sepanjang jalan Galang belum ada pandai besi, sehingga keuntungan yang didapat oleh Bapak Manahan tidak begitu banyak. Apalagi Bapak Manahan harus membiayai kegiatan operasional Pandai Besi dan membiayai keluarganya.

Bapak Manahan tetap yakin dengan usaha yang ia jalankan akan berhasil. Kendala-kendala yang dihadapinya tidak menjadikan Bapak Manahan patah semangat dalam mengelola usahanya tersebut. Terbukti pada tahun kedua, Bapak Manahan mulai merasakan keuntungan dari Pandai Besi. Saat ini Bapak Manahan memiliki pelanggan tetap yang membeli pisau baik digunakan sendiri oleh konsumen tersebut maupun memesan beberapa jenis barang untuk dijual kembali di luar kota Lubuk Pakam.


(39)

2. Pandai Besi Jalan Sekip

Perusahaan dalam mencapai suatu kesuksesan tentulah diperlukan suatu kerja keras agar setiap hal yang menjadi impian dapat terwujud. Demikian juga halnya dengan menjalankan suatu usaha ataupun bisnis, dalam membangunnya perlu kerja keras agar usaha yang kita bangun dapat berhasil dan terus bertumbuh. Usaha alat-alat pertanian dan perkebunan seperti Pandai Besi adalah salah satu usaha yang cukup diminati di kota Lubuk Pakam walaupun sudah banyak usaha yang bergerak di bidang alat-alat pertanian dan perkebunan ini. Hal ini disebabkan pasar yang akan terus meningkat seiring dengan banyaknya permintaan saat ini yang suka sekali dengan berbagai macam alat-alat pertanian dan perkebunan untuk melengkapi ladang dan perkebunan.


(40)

Sabit Pisau Daging Parang Babat Gambar 3.2. Lokasi Pandai Besi Jalan Sekip

Sumber : Hasil penelitian, 2010 (data diolah)

Pandai Besi Jalan sekip didirikan pada tahun 1999 di jalan Sekip. Usaha ini dikelola secara kekeluargaan, karena Bapak Marihot dibantu oleh Ibu Nurul dan anak-anaknya, baik dalam proses produksi maupun melayani para pelanggan.

Pandai Besi Jalan Sekip pada awalnya sangat kesulitan dalam hal modal untuk pengembangan usahanya dan dalam pemasaran kendala yang dihadapi bagaimana menguasai pasar dengan merebut pelanggan.

Bapak Marihot juga sempat menjalankan bisnis lain diluar Pandai Besi yaitu usaha perdangangan kayu pada tahun 1999. Tetapi karena pada saat itu bangsa Indonesia sedang mengalami krisis moneter hal tersebut sangat mempengaruhi usaha Bapak Marihot, dan usaha perdagangan kayu Bapak Marihot mengalami kegagalan. Maka, di tahun 2000, pengelolaan pandai besi lebih di fokuskan kembali dan Bapak Marihot bertanggung jawab untuk hal-hal


(41)

yang bersifat eksternal, sedangkan untuk urusan keuangan ditangani oleh istrinya, dan pelayanan pelanggan ditangani oleh pegawainya.

Waktu terus berjalan, dan pandai besi yang semula didirikan dengan menumpang pada halaman rumah dijalan Imam Bonjol. Secara bertahap, Perluasan usaha dengan membeli rumah dan sekaligus tempat usahanya.

B. Kegiatan Operasional 1. Pandai Besi Jalan Galang

Pedagang Pandai Besi Jalan Galang beroperasi setiap hari Senin-Sabtu dan melakukan aktivitas mulai dari pukul 07.30-16.00 WIB. Karyawan yang dimiliki oleh Pedagang Pandai Besi Jalan Galang sebanyak 10 orang.

Kegiatan Bapak Manahan berada dirumahnya adalah memantau pekerjaan para karyawan ketika membuat pisau dari besi, membeli bahan baku utama yaitu besi Per bekas dan bahan baku pendukung yaitu arang di Pandai Besi dan menerima pesanan pelanggan dari luar kota Lubuk Pakam dan merangkap sebagai kasir. Bapak Manahan biasanya membeli bahan baku pada pemasok bahan baku langganannya yaitu toko Rezeki. Sepuluh orang karyawan Pandai Besi Jalan Galang hanya bertugas untuk membuat barang mentah menjadi barang jadi. Pak Manahan juga bertugas untuk menjaga hubungan baik dengan pelanggan. Seluruh karyawannya juga diarahkan Pak Manahan untuk menjaga hubungan baik dengan para pelanggan. Menurut Pak Manahan hubungan yang baik dengan pelanggan akan membuat pelanggan menjadi loyal (setia) untuk datang ke Pandai Besi Jalan Galang.


(42)

Bapak Manahan

(Pemilik Pandai Besi Jl.Galang)


(43)

Proses Penajaman


(44)

Bahan Penolong (arang kayu)

Gambar 3.3. Kegiatan Operasional Pandai Besi Jalan Galang Sumber : Hasil penelitian, 2010 (data diolah)

Omset dari Pedagang Pandai Besi Jalan Galang dalam satu bulan dapat dirata-ratakan sekitar Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) sampai Rp 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) dengan laba sekitar 20 % dari omset yang diperoleh. Sementara itu, pengeluaran Pandai Besi Jalan Galang dalam satu bulan di rata-ratakan sekitar Rp 14.000.000,- (empat belas juta rupiah) yang mencakup gaji karyawan, biaya listrik, air dan telepon.


(45)

2. Pandai Besi Jalan Sekip

Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip beroperasi setiap hari Senin-Sabtu dan melakukan aktivitas mulai dari pukul 09.00-18.00 WIB. Karyawan yang dimiliki oleh Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip sebanyak 4 orang.

Kegiatan Pak Marihot sebagai pencetak dan pengawas, selain itu Pak Marihot juga merangkap sebagai kasir. Empat orang karyawan Pandai Besi Jalan Sekip hanya bertugas untuk pencetak dan penajam pisau. Pak Marihot juga bertugas untuk memberi nasehat kepada para karyawannya. Seluruh karyawannya diajari untuk ramah tamah kepada pelanggan supaya pelanggan merasa dihargai.

Bapak Marihot


(46)

Proses Penajaman


(47)

Bahan Baku (Besi Per)


(48)

Bahan Penolong (Arang Kayu)

Gambar 3.4. Kegiatan Operasional Pandai Besi Jalan Sekip Sumber : Hasil penelitian, 2010 (data diolah)

Omset dari Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip dalam satu bulan dapat dirata-ratakan sekitar Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) sampai Rp 15.000.000,- (lima belas juta rupiah) dengan laba sekitar 25 % dari omset yang diperoleh. Sementara itu, pengeluaran Pandai Besi Jalan Sekip dalam satu bulan di rata-ratakan sekitar Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) yang mencakup gaji karyawan, biaya listrik, air dan telepon.

C. Struktur Organisasi Pedagang Pandai Besi

Pedagang Pandai Besi di Jalan Galang maupun Jalan Sekip memiliki struktur organisasi yang sangat sederhana, seluruh karyawan langsung berada di


(49)

bawah pengawasan pemilik. Struktur organisasi Pedagang Pandai Besi adalah struktur organisasi garis lurus. Dapat digambarkan sebagai berikut:

Pemilik

Gambar 3.5. Struktur Organisasi Pandai Besi

Sumber : Pedagang Pandai Besi Jl. Galang dan Jl. Sekip

D. Lokasi Pemasaran

Pedagang Pandai Besi Jalan Galang memiliki lokasi pemasaran yang berada di JL. Galang No 51 Lubuk Pakam dan Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip memiliki lokasi pemasaran yang berada di JL. Sekip No 33 Lubuk Pakam.

E. Pasar Sasaran

Pedagang Pandai Besi di Jalan Galang dan Jalan Sekip hanya memiliki pasar sasaran yang berada di Lubuk Pakam.

F. Produk Yang Ditawarkan

Produk yang ditawarkan pada Pedagang Pandai Besi Jalan Galang dan Jalan Sekip adalah sebagai berikut:

1. Dodos 2. Kampak 3. Eggrek

Pemilik


(50)

4. Parang 5. Parang Babat 6. Pisau Cekung 7. Kerokan Kulit 8. Garuk


(51)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif Pedagang Pandai Besi

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah Pedagang Pandai Besi Jalan Galang dan Jalan Sekip Lubuk Pakam. Pedagang Pandai Besi Jalan Galang dan Jalan Sekip adalah berjenis kelamin laki-laki dengan usia 30 tahun keatas dan pendidikan terakhir yang dimiliki adalah SMA (Sekolah Menengah Atas). Pedagang Pandai Besi Jalan Galang sudah berdiri selama ± 27 tahun di Lubuk Pakam. Sedangkan Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip sudah berdiri selama ± 11 tahun di Lubuk Pakam.

B. Analisis Kemandirian Pribadi 1. Pandai Besi Jalan Galang

Penerapan Analisis Kemandirian Pribadi pada pedagang Pandai Besi Jalan Galang Lubuk Pakam dilakukan terlebih dahulu penulis memberikan penjelasan tentang fungsi dan tujuan dari Analisis Kemandirian Pribadi. Hal ini dilakukan karena sebelumnya Bapak Manahan sebagai pemilik Pandai Besi Jalan Galang Lubuk Pakam tidak pernah menggunakan analisis tertentu untuk merumuskan atau membuat strategi yang akan Bapak Manahan gunakan untuk mengembangkan Pandai Besi Jalan Galang Lubuk Pakam tersebut.

Penulis dapat mengetahui penggunaan Analisis Kemandirian Pribadi dan mengetahui apa-apa saja yang menjadi kemandirian pribadi dari Pandai Besi Jalan Galang Lubuk Pakam.


(52)

Analisis Kemandirian Pribadi dari Pandai Besi Jalan Galang Lubuk Pakam yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan ke pemilik usaha tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengandalkan kemampuan diri sendiri

Bapak Manahan memulai usaha Pandai Besi Jalan Galang dengan ide sendiri dan membuka usaha ini tanpa bantuan orang lain karena hobi dalam membuat peralatan pertanian dan perdagangan.

2. Mengandalkan kemampuan keuangan sendiri

Bapak Manahan memiliki modal sendiri untuk menjalankan usaha Pandai Besi Jalan Galang dan tidak memerlukan bantuan modal dari teman ataupun keluarganya karena modal yang dibutuhkan untuk membuat usaha ini tidak terlalu besar.

3. Keberanian menghadapi tantangan

Bapak Manahan yakin usaha Pandai Besi Jalan Galang akan memiliki prospek yang lebih baik di masa yang akan datang karena tidak banyak yang mendirikan usaha ini di Lubuk Pakam. Bapak Manahan selalu berani mengambil resiko atas usaha yang dilakukannya karena resiko usahanya sedikit.

4. Kebebasan berfikir

Bapak Manahan selalu menggunakan ide-ide kreatif tanpa tekanan dari orang lain karena Bapak Manahan sendiri yang mencetuskan ide-ide pembuatan alat-alat pertanian dan Bapak Manahan sangat jarang meminta ide atau masukan


(53)

dari bawahannya karena para bawahanya hanya bisa mengerjakan alat-alat tersebut dengan bantuan Bapak Manahan.

2. Pandai Besi Jalan Sekip

Penerapan Analisis Kemandirian Pribadi pada pedagang Pandai Besi Jalan Sekip Lubuk Pakam dilakukan terlebih dahulu penulis memberikan penjelasan tentang fungsi dan tujuan dari Analisis Kemandirian Pribadi. Hal ini dilakukan karena sebelumnya Bapak Marihot sebagai pemilik Pandai Besi Jalan Sekip Lubuk Pakam tidak pernah menggunakan analisis tertentu untuk merumuskan atau membuat strategi yang akan Bapak Marihot gunakan untuk mengembangkan Pandai Besi Jalan Sekip Lubuk Pakam tersebut.

Penulis dapat mengetahui penggunaan Analisis Kemandirian Pribadi dan mengetahui apa-apa saja yang menjadi kemandirian pribadi dari Pandai Besi Jalan Sekip Lubuk Pakam.

Analisis Kemandirian Pribadi dari Pandai Besi Jalan Sekip Lubuk Pakam yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan ke pemilik usaha tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengandalkan kemampuan diri sendiri

Bapak Marihot memulai usaha Pandai Besi Jalan Sekip tidak dengan ide sendiri tetapi membuka usaha ini dengan bantuan orang lain karena kurang mengerti tentang pembuatan alat-alat pertanian dan perdagangan serta masih belajar dalam membuka usaha Pandai Besi bersama dengan temannya yaitu Bapak Jhon.


(54)

2. Mengandalkan kemampuan keuangan sendiri

Bapak Marihot tidak memiliki modal sendiri untuk menjalankan usaha Pandai Besi Jalan Sekip tetapi memerlukan bantuan modal dari teman ataupun keluarganya karena modal yang dibutuhkan untuk membuat usaha ini cukup besar.

3. Keberanian menghadapi tantangan

Bapak Marihot yakin usaha Pandai Besi Jalan Sekip akan memiliki prospek yang lebih baik di masa yang akan datang karena tidak banyak yang mendirikan usaha ini di Jalan Sekip.

4. Kebebasan berfikir

Bapak Marihot tidak menggunakan ide-ide kreatif karena Bapak Marihot meminta bantuan temannya tentang ide-ide pembuatan alat-alat pertanian dan Bapak Marihot sering meminta ide atau masukan dari bawahannya karena para bawahanya bisa mengerjakan alat-alat tersebut karena memiliki keahlian dalam membuat alat-alat pertanian di Lubuk Pakam.

C. Analisis Perilaku Kewirausahaan 1. Pandai Besi Jalan Galang

Penerapan Analisis Perilaku Kewirausahaan pada pedagang Pandai Besi Jalan Galang Lubuk Pakam dilakukan terlebih dahulu penulis memberikan penjelasan tentang fungsi dan tujuan dari Analisis Perilaku Kewirausahaan. Hal ini dilakukan karena sebelumnya Bapak Manahan sebagai pemilik Pandai Besi Jalan Galang Lubuk Pakam tidak pernah menggunakan analisis tertentu untuk


(55)

merumuskan atau membuat strategi yang akan Bapak Manahan gunakan untuk mengembangkan Pandai Besi Jalan Galang Lubuk Pakam tersebut.

Penulis akhirnya dapat mengetahui penggunaan Analisis Perilaku Kewirausahaan dan mengetahui apa-apa saja yang menjadi perilaku kewirausahaan dari Pandai Besi Jalan Galang Lubuk Pakam.

Analisis Perilaku Kewirausahaan dari Pandai Besi Jalan Galang Lubuk Pakam yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan ke pemilik usaha tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bertanggung jawab

Bapak Manahan menjalankan usaha ini bukan adanya sikap persaudaraan keadilan pemilik terhadap bawahannya tetapi lebih menerapkan sikap bertanggung jawab atas usaha yang dilakukannya dan mengendalikan sumber daya yang digunakan maupun terhadap keberhasilan berwirausaha dengan penuh tanggung jawab karena usahanya dibangun dengan kerja keras.

2. Berani mengambil resiko

Bapak Manahan selalu berani mengambil resiko demi kemajuan usahanya karena dia beranggapan resiko besar maka keuntungan yang diperoleh juga besar. Dalam mengambil keputusan Bapak Manahan juga selalu mempertimbangkan resiko yang kemungkinan terjadi agar tidak salah dalam membuat keputusan demi kelangsungan usahanya.

3. Percaya diri

Bapak Manahan membuka usaha Pandai Besi Jalan Galang karena mampu mengelolanya sendiri dan Bapak Manahan juga selalu optimis serta yakin


(56)

bahwa usaha Pandai Besi Jalan Galang ini akan berhasil dimasa depan karena banyaknya kebutuhan masyarakat pada alat-alat pertanian dan perdagangan. 4. Umpan balik

Bapak Manahan membuka usaha Pandai Besi Jalan Galang dengan tujuan membuka lapangan kerja di daerahnya karena banyaknya pengangguran yang ada di Lubuk Pakam. Usaha Pandai Besi Jalan Galang yang dimiliki oleh Bapak Manahan sudah dikenal oleh hampir seluruh daerah Lubuk Pakam karena Bapak Manahan sudah tinggal lama di daerah itu yaitu sejak berusia 20 tahun.

5. Semangat untuk bersaing

Bapak Manahan berani menghadapi persaingan selama menjalankan usaha Pandai Besi Jalan Galang karena usaha yang seperti ini masih sedikit yang menjalankannya jadi persaingan yang dihadapi masih relatif kecil jangkauannya. Bapak Manahan dalam menjalankan usahanya selalu bersemangat karena usaha ini sudah dia kerjakan dari sejak kecil bersama orang tuanya.

6. Berorientasi ke masa depan

Bapak Manahan sebagai pemilik Pandai Besi Jalan Galang akan terus mengembangkan usahanya dengan model alat pertanian yang sedang tren sekarang ini karena usaha ini dapat membantu para petani untuk menggarap sawah atau lahannya. Bapak Manahan ingin membuka cabang ke daerah lain yang memiliki lahan atau sawah sebagai mata pencaharian karena dengan membuka cabang berarti Pandai Besi bisa lebih dikenal oleh masyarakat di


(57)

luar Lubuk Pakam seperti Tebing Tinggi, Padang Sidempuan, Pekan Baru dan sebagainya.

7. Memiliki keterampilan personal

Bapak Manahan mampu menyesuaikan alat pertanian yang diminati konsumen di Lubuk Pakam karena sudah lama tinggal di daerah tersebut. Usaha Pandai Besi yang dimiliki oleh Bapak Manahan mampu menarik konsumen untuk membeli alat-alat pertanian karena masyarakat disana sangat senang membeli peralatannya. Bapak Manahan selalu ramah dengan para pengunjung yang datang ke Pandai Besi miliknya dan pelayanan yang diberikan juga memuaskan hati konsumen.

8. Selalu mencari peluang

Bapak Manahan membuka usaha Pandai Besi karena alat menjadi salah satu kebutuhan utama konsumen di Lubuk Pakam karena konsumen tidak dapat mengelola sawah atau lahannya jika tidak ada alat di daerah tersebut atau kesulitan dalam menggarap sawahnya. Bapak Manahan menjalankan usaha ini pertama kali karena hobi dalam membuat peralatan pertanian yang sudah diajarkan oleh orang tuanya sejak kecil.

2. Pandai Besi Jalan Sekip

Penerapan Analisis Perilaku Kewirausahaan pada pedagang Pandai Besi Jalan Sekip Lubuk Pakam dilakukan terlebih dahulu penulis memberikan penjelasan tentang fungsi dan tujuan dari Analisis Perilaku Kewirausahaan. Hal ini dilakukan karena sebelumnya Bapak Marihot sebagai pemilik Pandai Besi Jalan Sekip Lubuk Pakam tidak pernah menggunakan analisis tertentu untuk


(58)

merumuskan atau membuat strategi yang akan Bapak Marihot gunakan untuk mengembangkan Pandai Besi Jalan Sekip Lubuk Pakam tersebut.

Penulis akhirnya dapat mengetahui penggunaan Analisis Perilaku Kewirausahaan dan mengetahui apa-apa saja yang menjadi perilaku kewirausahaan dari Pandai Besi Jalan Sekip Lubuk Pakam.

Analisis Perilaku Kewirausahaan dari Pandai Besi Jalan Sekip Lubuk Pakam yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan ke pemilik usaha tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bertanggung jawab

Bapak Marihot menjalankan usaha ini karena adanya sikap persaudaraan keadilan pemilik terhadap bawahannya tetapi kurang menerapkan sikap bertanggung jawab atas usaha yang dilakukannya dan saling mengendalikan sumber daya yang digunakan maupun terhadap keberhasilan berwirausaha dengan penuh tanggung jawab bersama dengan temannya karena usahanya dibangun dengan bantuan dari temannya.

2. Berani mengambil resiko

Bapak Marihot tidak berani mengambil resiko demi kemajuan usahanya karena dia beranggapan lebih aman jika tidak mengambil resiko terlalu tinggi. Dalam mengambil keputusan Bapak Marihot selalu mempertimbangkan resiko yang kemungkinan terjadi karena dia selalu meminta bantuan temannya sebelum mengambil keputusan jadi masih tergantung kepada teman Bapak Marihot.


(59)

3. Percaya diri

Bapak Marihot membuka usaha Pandai Besi Jalan Sekip karena untuk menambah pendapatannya dan tidak mampu mengelolanya sendiri sehingga meminta bantuan kepada temannya tersebut. Bapak Marihot optimis serta yakin bahwa usaha Pandai Besi Jalan Sekip ini akan berhasil dimasa depan karena banyaknya kebutuhan masyarakat pada alat-alat pertanian dan perdagangan.

4. Umpan balik

Bapak Marihot membuka usaha Pandai Besi Jalan Sekip dengan tujuan membuka lapangan kerja di daerahnya karena banyaknya pengangguran yang ada di Lubuk Pakam dan menambah pendapatannya. Usaha Pandai Besi Jalan Sekip yang dimiliki oleh Bapak Marihot sudah dikenal oleh hampir seluruh daerah Lubuk Pakam karena Bapak Marihot sudah tinggal lama di daerah itu. 5. Semangat untuk bersaing

Bapak Marihot berani menghadapi persaingan selama menjalankan usaha Pandai Besi Jalan Sekip karena usaha yang seperti ini masih sedikit yang menjalankannya jadi persaingan yang dihadapi masih relatif kecil jangkauannya. Bapak Marihot dalam menjalankan usahanya bersemangat karena usaha ini dia kerjakan bersama temannya.

6. Berorientasi ke masa depan

Bapak Marihot sebagai pemilik Pandai Besi Jalan Sekip akan terus mengembangkan usahanya dengan model alat pertanian yang sedang tren sekarang ini karena usaha ini dapat membantu para petani untuk menggarap


(60)

sawah atau lahannya. Bapak Marihot tidak ingin membuka cabang ke daerah lain yang memiliki lahan atau sawah sebagai mata pencaharian karena dengan membuka cabang berarti Pandai Besi memerlukan tambahan dana dan hal ini membuat Bapak Marihot kesulitan untuk mendapatkan dana tersebut.

7. Memiliki keterampilan personal

Bapak Marihot mampu menyesuaikan alat pertanian yang diminati konsumen di Lubuk Pakam karena sudah lama tinggal di daerah tersebut. Usaha Pandai Besi yang dimiliki oleh Bapak Marihot kurang mampu menarik konsumen untuk membeli alat-alat pertanian karena tempat usahanya kurang stretegis bagi konsumen yang membeli peralatannya.

8. Selalu mencari peluang

Bapak Marihot membuka usaha Pandai Besi karena alat menjadi salah satu kebutuhan utama konsumen di Lubuk Pakam karena konsumen tidak dapat mengelola sawah atau lahannya jika tidak ada alat di daerah tersebut atau kesulitan dalam menggarap sawahnya. Bapak Marihot menjalankan usaha ini pertama kali bukan karena hobi tetapi ingin mencari pengalaman dalam berwirausaha dan ingin menambah penghasilannya.


(61)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pedagang Pandai Besi Jalan Galang dan Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip memiliki kemandirian pribadi yang baik karena Pedagang Pandai Besi Jalan Galang dan Pandai Besi Jalan Sekip dalam menjalankan usahanya selalu menggunakan proses kemandirian pribadi yang sudah tepat antara lain:

1. Mengandalkan kemampuan diri sendiri 2. Mengandalkan kemampuan keuangan sendiri 3. Keberanian menghadapi tantangan

4. Kebebasan berfikir

Sedangkan Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip belum menerapkan sepenuhnya proses kemandirian pribadi karena masih tergantung dengan orang lain dalam menjalankan usahanya. Kemandirian Pedagang Pandai Besi Jalan Galang merupakan suatu proses kematangan. Kematangan akan mendorong untuk meraih prestasi, maka prestasi demi prestasi akan semakin memantapkan kematangan dalam bentuk kedewasaan (maturity) tersebut tetapi Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip masih belum matang dalam menjalankan usahanya sehingga belum di kategorikan dalam bentuk kedewasaan (maturity).


(62)

2. Pedagang Pandai Besi Jalan Galang memiliki perilaku kewirausahaan yang baik dibandingkan Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip karena Pedagang Pandai Besi Jalan Galang menerapkan perilaku kewirausahaan pada usahanya sudah tepat antara lain:

1. Bertanggung jawab 2. Berani mengambil resiko 3. Percaya diri

4. Umpan balik

5. Semangat untuk bersaing 6. Berorientasi ke masa depan 7. Memiliki keterampilan personal 8. Selalu mencari Peluang

Sedangkan Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip belum menerapkan sepenuhnya perilaku kewirausahaan secara tepat karena masih tergantung dengan orang lain dalam menjalankan usahanya dan masih kurang pengalaman dalam mengelola usahanya.


(63)

B. SARAN

Adapun saran yang dapat penulis kemukakan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip sebaiknya melakukan ekspansi pada usahanya, karena Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip merupakan usaha yag potensial, walaupun memiliki resiko yang besar.

2. Pedagang Pandai Besi Jalan Galang dan Jalan Sekip hendaknya tetap mempertahankan keunggulan produk yang ditawarkan dan meningkatkan keunggulannya dengan menambah motif-motif dari produknya.

3. Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip harus dapat mempertahankan pelanggannya dan menjadikannya pelanggan yang setia, sehingga Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip memiliki pasar tersendiri.

4. Pedagang Pandai Besi Jalan Galang dan Jalan Sekip sebaiknya mengikuti terus perkembangan pasar, sehingga dapat terus bertahan dalam persaingan. 5. Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip sebaiknya dapat menerapkan analisis

kemandirian pribadi dan perilaku kewirausahaan yang tepat pada usaha yang dijalankannya.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Dinsi, Valentino SE, MM, MBA,dkk. 2004. Jangan Mau Seumur Hidup Jadi

Orang Gajian. Jakarta: Let’ GO Indonesia.

Hutagalung, Raja Bongsu dan Syahfrizal Helmi Situmorang. 2008. Pengantar

Kewirausahaan. Medan: USU Press.

Lupiyoadi, Rambat. 2007. Enterpreneurship: From Mindset to Strategy. Edisi Ketiga Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Moko P,Astamoen. 2005. Enterpreneurship. Bandung : Alfabeta.

Nasution, Arman Hakim, Bustanul Arifin Noer dan Mokhamad Suef. 2001.

Membangun Spirit Enterpreneur Muda Indonesia. Suatu Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Jakarta : PT Elex Komputindo Kelompok

Gramedia.

Ranto, Dr. Basuki. 2007. ”Korelasi antara Motivasi, Knowledge of Enterpreneurship dan Independensi dan The Enterpreneur’s Performance pada Kawasan Industri Kecil.” Jurnal Usahawan No. 10 Tahun XXXVI

Oktober 2007.

Riyanti,BDP.2003. Kewirausahahan Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta: Penerbit Grasindo.

Situmorang, Syafrizal Helmi, Doli M. Jafar Dalimunthe , Iskandar Muda, Muslich Lufti dan Syahyunan. 2008. Analisis Data Penelitian. Medan: USU Press. Sobur, Drs. Alex M.si.2003. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah.

Bandung: CV Pustaka Setia.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta

Sujanto, Drs. Agus.2001. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Bumi Aksara. Suryana.2003. Kewirausahaan, Pedoman Praktis. Kiat dan Proses Menuju

Sukses. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Umar, Dr. Husein S.E., MBA., M.M.2008. Metode Penelitian untuk Skripsi

dan Tesis Bisnis. Edisi Kedua. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Silalahi, Purnama S. 2007. “Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Motif


(65)

Kewirausahaan (Kasus Warnet di Padang Bulan)”. Skripsi. Medan:

Fakultas Ekonomi USU.

www.wirausaha.com.”Pengembangan Usaha Kecil COR Logam Di Kabupaten Klaten”. Admin. Diakses oleh Dippan Alman tanggal 22 Oktober 2008 pada pukul 14:30 Wib

Lima”. Th. Agung M. Harsiwi. Diakses oleh Dippan Alman tanggal 23 Desember 2008 pada pukul 16:00 Wib

www.e-psikologi.com.”Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Pada

Remaja”.


(66)

KUESIONER

ANALISIS KEMANDIRIAN PRIBADI DAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PADA PEDAGANG PANDAI BESI

JL. GALANG DAN JL. SEKIP LUBUK PAKAM

Pemilik yang terhormat,

Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak untuk mengisi daftar pertanyaan untuk data penyusunan skripsi saya yang berjudul ”Analisis Kemandirian

Pribadi dan Perilaku Kewirausahaan Pada Pedagang Pandai Besi Jl.Galang dan Jl. Sekip Lubuk Pakam” pada Program Sarjana Ekonomi Universitas

Sumatera Utara (USU). Dan saya mengharapkan kesediaan untuk menjawabnya dengan baik. Terima kasih atas kerja samanya.

A. IDENTITAS RESPONDEN

1.Nama : 2.Jenis Kelamin : 3. Status :

4. Umur :

5. Pendidikan : 6. Nama Usaha : 7. Lama Usaha :

Mohon berikan tanda checklist (√) pada salah satu jawaban yang Anda pilih

B. PERTANYAAN PENELITIAN

Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai menurut pendapat Anda yang menyangkut Kemandirian Pribadi dan Perilaku Kewirausahaan dengan memberikan tanda silang (√) pada Kolom jawaban yang anda anggap paling sesuai


(67)

Pertanyaan yang berkaitan dengan Kemandirian Pribadi

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah anda memulai usaha ini dengan ide sendiri?

Alasan :

2. Apakah anda membuka usaha tanpa bantuan orang lain?

Alasan :

3. Apakah anda memiliki modal sendiri untuk menjalankan usaha ini?

Alasan :

4. Apakah anda memerlukan bantuan modal dari keluarga atau orang lain?

Alasan :

5. Apakah anda yakin usaha ini akan memiliki prospek yang lebih baik di masa yang akan datang?

Alasan :

6. Apakah anda selalu berani mengambil resiko atas usaha yang anda lakukan?

Alasan :

7. Apakah anda selalu menggunakan ide-ide kreatif tanpa tekanan orang lain?

Alasan :

8. Apakah anda selalu menerima ide atau masukan dari bawahan atau orang lain? Alasan :


(68)

Pertanyaan yang berkaitan dengan : Perilaku Kewirausahaan (Y)

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah anda menjalankan usaha ini adanya sikap persaudaraan keadilan pemilik terhadap bawahannya?

Alasan :

2. Apakah anda berani mengambil resiko demi kemajuan usaha ini?

Alasan :

3. Apakah anda membuka usaha ini karena mampu mengelola sendiri?

4. Apakah anda membuka usaha ini dengan tujuan membuka lapangan kerja?

5. Apakah anda berani menghadapi persaingan selama menjalankan usaha ini?

6. Apakah anda akan terus mengembangkan usaha ini dengan model alat pertanian yang sedang tren?

7. Apakah anda mampu menyesuaikan alat pertanian yang diminati konsumen?

8. Apakah anda membuka usaha ini karena alat menjadi salah satu kebutuhan utama konsumen?


(1)

B. SARAN

Adapun saran yang dapat penulis kemukakan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip sebaiknya melakukan ekspansi pada usahanya, karena Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip merupakan usaha yag potensial, walaupun memiliki resiko yang besar.

2. Pedagang Pandai Besi Jalan Galang dan Jalan Sekip hendaknya tetap mempertahankan keunggulan produk yang ditawarkan dan meningkatkan keunggulannya dengan menambah motif-motif dari produknya.

3. Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip harus dapat mempertahankan pelanggannya dan menjadikannya pelanggan yang setia, sehingga Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip memiliki pasar tersendiri.

4. Pedagang Pandai Besi Jalan Galang dan Jalan Sekip sebaiknya mengikuti terus perkembangan pasar, sehingga dapat terus bertahan dalam persaingan. 5. Pedagang Pandai Besi Jalan Sekip sebaiknya dapat menerapkan analisis

kemandirian pribadi dan perilaku kewirausahaan yang tepat pada usaha yang dijalankannya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Dinsi, Valentino SE, MM, MBA,dkk. 2004. Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian. Jakarta: Let’ GO Indonesia.

Hutagalung, Raja Bongsu dan Syahfrizal Helmi Situmorang. 2008. Pengantar Kewirausahaan. Medan: USU Press.

Lupiyoadi, Rambat. 2007. Enterpreneurship: From Mindset to Strategy. Edisi Ketiga Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Moko P,Astamoen. 2005. Enterpreneurship. Bandung : Alfabeta.

Nasution, Arman Hakim, Bustanul Arifin Noer dan Mokhamad Suef. 2001. Membangun Spirit Enterpreneur Muda Indonesia. Suatu Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Jakarta : PT Elex Komputindo Kelompok Gramedia.

Ranto, Dr. Basuki. 2007. ”Korelasi antara Motivasi, Knowledge of Enterpreneurship dan Independensi dan The Enterpreneur’s Performance pada Kawasan Industri Kecil.” Jurnal Usahawan No. 10 Tahun XXXVI Oktober 2007.

Riyanti,BDP.2003. Kewirausahahan Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta: Penerbit Grasindo.

Situmorang, Syafrizal Helmi, Doli M. Jafar Dalimunthe , Iskandar Muda, Muslich Lufti dan Syahyunan. 2008. Analisis Data Penelitian. Medan: USU Press. Sobur, Drs. Alex M.si.2003. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah.

Bandung: CV Pustaka Setia.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta


(3)

Kewirausahaan (Kasus Warnet di Padang Bulan)”. Skripsi. Medan: Fakultas Ekonomi USU.

www.wirausaha.com.”Pengembangan Usaha Kecil COR Logam Di Kabupaten Klaten”. Admin. Diakses oleh Dippan Alman tanggal 22 Oktober 2008 pada pukul 14:30 Wib

Lima”. Th. Agung M. Harsiwi. Diakses oleh Dippan Alman tanggal 23 Desember 2008 pada pukul 16:00 Wib

www.e-psikologi.com.”Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Pada

Remaja”.


(4)

KUESIONER

ANALISIS KEMANDIRIAN PRIBADI DAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PADA PEDAGANG PANDAI BESI

JL. GALANG DAN JL. SEKIP LUBUK PAKAM Pemilik yang terhormat,

Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak untuk mengisi daftar pertanyaan untuk data penyusunan skripsi saya yang berjudul ”Analisis Kemandirian Pribadi dan Perilaku Kewirausahaan Pada Pedagang Pandai Besi Jl.Galang dan Jl. Sekip Lubuk Pakam” pada Program Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU). Dan saya mengharapkan kesediaan untuk menjawabnya dengan baik. Terima kasih atas kerja samanya.

A. IDENTITAS RESPONDEN 1.Nama :

2.Jenis Kelamin : 3. Status : 4. Umur : 5. Pendidikan : 6. Nama Usaha : 7. Lama Usaha :

Mohon berikan tanda checklist (√) pada salah satu jawaban yang Anda pilih

B. PERTANYAAN PENELITIAN

Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai menurut pendapat Anda yang menyangkut Kemandirian Pribadi dan Perilaku Kewirausahaan dengan memberikan tanda silang (√) pada Kolom jawaban yang anda anggap paling sesuai


(5)

Pertanyaan yang berkaitan dengan Kemandirian Pribadi

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah anda memulai usaha ini dengan ide

sendiri? Alasan :

2. Apakah anda membuka usaha tanpa bantuan orang lain?

Alasan :

3. Apakah anda memiliki modal sendiri untuk

menjalankan usaha ini? Alasan :

4. Apakah anda memerlukan bantuan modal dari keluarga atau orang lain?

Alasan :

5. Apakah anda yakin usaha ini akan memiliki

prospek yang lebih baik di masa yang akan datang?

Alasan :

6. Apakah anda selalu berani mengambil resiko atas usaha yang anda lakukan?

Alasan :

7. Apakah anda selalu menggunakan ide-ide kreatif tanpa tekanan orang lain?

Alasan :

8. Apakah anda selalu menerima ide atau masukan dari bawahan atau orang lain? Alasan :


(6)

Pertanyaan yang berkaitan dengan : Perilaku Kewirausahaan (Y)

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah anda menjalankan usaha ini adanya

sikap persaudaraan keadilan pemilik terhadap bawahannya?

Alasan :

2. Apakah anda berani mengambil resiko demi

kemajuan usaha ini? Alasan :

3. Apakah anda membuka usaha ini karena mampu

mengelola sendiri?

4. Apakah anda membuka usaha ini dengan tujuan

membuka lapangan kerja?

5. Apakah anda berani menghadapi persaingan

selama menjalankan usaha ini?

6. Apakah anda akan terus mengembangkan usaha

ini dengan model alat pertanian yang sedang tren?

7. Apakah anda mampu menyesuaikan alat

pertanian yang diminati konsumen?

8. Apakah anda membuka usaha ini karena alat