1
I . PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perencanaan pembangunan
pertanian periode
tahun 2015-2019,
difokuskan pada pengembangan kawasan komoditas strategis dan unggulan nasional
sesuai dengan
Peraturan Menteri
Pertanian Nomor:
50 Permentan CT.140 8 2012 mengenai pedoman pengembangan kawasan pertanian.
Termasuk cabai sebagai komoditas unggulan hortikultura
dan merupakan salah satu komoditas bernilai tinggi dan diminati oleh pasar, seperti
tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 131 tahun 2014, komoditas cabai merupakan salah satu dari 7 tujuh komoditas pangan strategis nasional,
yaitu; padi, jagung, kedelai, daging sapi, gula, cabai dan bawang merah yang dikembangkan pada kawasan-kawasan andalan secara utuh.
Pendampingan merupakan salah satu kegiatan diseminasi teknologi dan informasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian melalui Balai-balai
penelitian komoditas maupun secara spesifik lokasi oleh BPTP di daerah-daerah. Diseminasi merupakan kegiatan yang ditujukan untuk menyampaikan teknologi
dan informasi hasil litkaji kepada pengguna, sehingga teknologi dan informasi hasil litkaji
dapat dimanfaatkan
dan diadopsi
oleh pengguna
yang dalam
penyelenggaraannya disesuaikan kebutuhan, metode diseminasi dan media
komunikasi yang berlandaskan pada pertimbangan efektivitas dan efisiensi cost
efective untuk khalayak sasaran. Melalui pendampingan kegiatan pengembangan kawasan agribisnis hortikultura diharapkan minimal dapat menggunakan 25
inovasi teknologi Badan Litbang Pertanian Hendayana et al., 2009.
Cabai merah Capsicum annuum L. merupakan salah satu jenis tanaman
sayuran bernilai ekonomi tinggi dan t ermasuk ke dalam kategori komoditas hortikultura utama, selain bawang merah, kentang, tomat, mentimun, dan kubis.
Komoditas cabai ini memiliki karakteristik yang unik, selain merupakan ikon nasional juga sebagai pemicu inflasi, memiliki sebaran wilayah luas, potensi pasar
cukup besar di dalam maupun luar negeri, sehingga pengembangan komoditas ini memerlukan dukungan pemerintah Dirjen Hortikultura, 2013.
Provinsi Bengkulu merupakan salah satu daerah yang mempunyai potensi dalam pengembangan komoditas hort ikultura, termasuk cabai merah yang
pengembangannya tersentra di daerah dataran tinggi. Tanaman cabai merah
2
mempunyai daya adaptasi cukup luas dari dataran tinggi sampai dataran rendah, namun rerata produktivitas cabai merah relatif rendah yaitu hanya sekitar 5,61
t ha Kementerian Pertanian, 2011 bila dibandingkan dengan potensi hasil yang berkisar antara 12–20 t ha Soetiarso dan Setiawati, 2010.
Masih banyak kendala yang dihadapi pada peningkatan produksi cabai merah, termasuk; kondisi iklim yang berubah-ubah, kelembaban, ketersediaan air,
serangan hama dan penyakit yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak optimal serta menurunkan kualitas maupun kuantitas cabai merah yang
diproduksi. Menurut Beckerman 2004 bahwa pada umumnya penyakit tanaman, seperti pada cabai dapat berkembang cepat pada kelembaban yang relatif tinggi.
Petani cabai merah umumnya akan memilih periode atau musim tanam yang dianggap paling tepat untuk penanaman cabai, pemilihan musim tanam
inilah yang memicu terjadinya fluktuasi produksi cabai merah sepanjang tahun dan seringkali tidak menguntungkan petani. Luas tanam tertinggi terjadi pada Bulan
Desember, Januari dan Februari, sedangkan luas tanam terendah terjadi pada Bulan September dan Oktober namun permintaan relatif stabil sepanjang tahun
Dirjen Hortikultura 2006. Diperlukan pola produksi cabai merah yang dapat menghasilkan sepanjang tahun, melakui dukungan diseminasi teknologi produksi
dan pengembangan cabai merah sesuai kondisi wilayah dan kebutuhan petani. Termasuk pengembangan program gerakan tanam cabai dimusim kering
GTCK atau diluar musim sebagai tematik, melalui pendampingan dalam suatu wilayah kawasan komoditas terkait berdasarkan apresiasi atau kebutuhan
masyarakat bottom
up terhadap
pengembangan kawasan
komodit as Kementerian Pertanian, 2014 yang dalam pelaksanaannya perlu disinergikan
dengan program daerah kawasan terkait. Selain dari permintaan cabai merah yang relatif tetap sepanjang tahun,
pada beberapa tahun belakangan ini juga terdapat permintaan produk cabai merah yang berkualitas, baik dari segi penampilan maupun aman untuk
dikonsumsi. Dalam rangka memenuhi permintaan produk cabai merah yang berkualitas, baik untuk permintaan lokal maupun potensi untuk ekspor diperlukan
kontinuitas produktivitas cabai sepanjang tahun. Sehingga diperlukan dukungan teknologi produksi dan pengembangan cabai merah yang sesuai dengan kondisi
wilayah dan kebutuhan petani.
3
Hal ini sangat memberi peluang pada petani cabai untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan pengetahuan maupun keterampilan, guna menjamin
kualiltas dan kuantitas hasil tanaman cabai diwilayah sentra produksi, perluasan jangkauan penggunaan teknologi dan percepatan penyebaran atau diseminasi
inovasi pada pengguna melalui berbagai pembinaan dan pendampingan pengembangan berwawasan agribisnis. Baik itu aspek perbaikan teknologi
prapanen, pascapanen, pemberdayaan petani, penguatan kelembagaan serta mendorong terjadinya kemitraan. Sehingga perlu dukungan dan sinergisme serta
kebijakan program daerah dalam mewujudkan pengembangan komoditas cabai merah, melalui penguatan inovasi teknologi, diseminasi dan kelembagaan
usahataninya. Termasuk
sistem penyuluhannya
harus berperan
aktif dalam
menginformasikan dan menjembatani diseminasi perakit dan pengguna teknologi, dalam mempercepat proses transfer dan adopsi teknologi pertanian melalui
penggunaan berbagai saluran diseminasi baik itu berupa percontohan, pertemuan, diskusi, media elektronik dan media cetak maupun implementasi langsung oleh
pengguna.
1.2. Tujuan 1.2.1. Tujuan Akhir