Koordinasi Peningkatan Produksi Cabai Merah Pada Kaw asan Pengembangan

19 cercospora cercospora sp., busuk buah antraknos colletotrichum sp., layu fusarium fusarium oxysporum, layu bakteri pseudomonas solanacearum, embun tepung leveillula taurica, dan virus komplek. Umumnya upaya pengendalian yang dilakukan masyarakat adalah melalui antisipasi penyemprotan fungi dan insektisida pada saat pertanaman, penyiangan dan pertumbuhan serta adanya terlihat gejala klinis penyakit cabai yang menyerang. Disamping juga melalui pengendalian lingkungan seperti halnya penggunaan mulsa pada lahan tanam cabai yang juga berperan dalam pengendalian penyakit tanaman cabai, bahan mulsa yang banyak digunakan dan mudah diperoleh adalah mulsa plastik hitam perak MPHP. Hasil penelitian Yulimasni et al. 2003 melaporkan bahwa penggunaan MPHP mampu menekan populasi serangga aphids dan serangan penyakit busuk buah antraknos serta meningkatkan hasil cabai merah secara nyata. Upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani terhadap pengendalian hama dan penyakit tanaman cabai dilokasi pendampingan pengembangan kawasan agribisnis cabai di Bengkulu, selain dilakukan melalui pertemuan, bimbingan teknis, juga diikuti dengan pelatihan pembuatan Biopestisida menggunakan limbah urine ternak sapi atau ternak kambing difermentasi bersama bahan biofarmaka atau empon-mpon yang banyak terdapat disekitar pemukiman petani, serta penyebaran bahan informasi berupa Banner dan Leaflet Penyakit Utama Tanaman Cabai Merah.

4.2.1. Koordinasi

Kajian diseminasi pengembangan kawasan agribisnis hortikultura yang dilaksanakan di wilayah pengembangan kawasan komoditas cabai, terfokus pada kegiatan pendampingan inovasi teknologi. Untuk itu dalam pelaksanaan kegiatan selalu dikoordinasikan dengan Pemerintah Provinsi Bengkulu dan wilayah kabupaten yang memiliki program pengembangan kawasan komoditas cabai, sehingga diseminasi kegiatan pendampingan yang dilakukan sesuai dengan kondisi wilayah dan dalam pelaksanaannya dapat bersinergi dengan berbagai program terkait dan daerah yang dibutuhkan masyarakat dalam pengembangan kawasan tanaman cabai. Provinsi Bengkulu memiliki agrosistem lahan kering beriklim basah mendapatkan program pengembangan kawasan agribisnis hortikultura PKAH 20 untuk komoditas cabai, tersebar pada 5 lima wilayah kabupaten, baik untuk dataran tinggi, dataran medium maupun dataran rendah. Untuk; dataran tinggi meliputi wilayah Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang; dataran medium Kabupaten Bengkulu Utara; serta untuk dataran rendah Kabupaten Kaur dan Kabupaten Mukomuko. Program pengembangan kawasan agribisnis hortikultura komoditas cabai Tahun 2016 merupakan dukungan dari Dirjen Tanaman Pangan dengan luasan kawasan yang dikembangkan mencapai 260 ha yang difokuskan pada gerakan tanam diluar musim atau gerakan tanam cabai musim kemarau GTCK. Hasil pengamatan lapangan dan koordinasi dengan pemerintah kabupaten yang wilayahnya memiliki program pengembangan kawasan cabai, pelaksanaan program pengembangan kawasan cabai sudah terealisasikan dengan baik, mulai dari tahapan pendistribusian sarana produksi untuk Kabupaten Bengkulu Utara, Rejang Lebong, Mukomuko dan Kaur, serta Kabupaten Kepahiang berdasarkan verifikasi dan identifikasi yang sudah dilakukan, teridentifikasi pengembangan kawasan agribisnis cabai tersebar pada 32 kecamatan dan 57 desa kelurahan Tabel 1.. Tabel 1. Lokasi program pengembangan kawasan agribisnis hortikultura komoditas cabai di Provinsi Bengkulu dan sinergi pendampingan oleh BPTP Bengkulu Tahun 2016. No Kabupaten Lokasi Pendampingan Kawasan Cabe Keterangan Kecamatan Desa Kelurahan Luas ha 1. Rejang Lebong 7 15 40 Pendistribusian sarana produksi langsung pada petani pelaksana 2. Bengkulu Utara 1 7 40 3. Mukomuko 8 14 40 4. K a u r 10 12 40 5. Kepahiang 6 9 100 Jumlah 32 57 260 Sumber : Data Primer terolahh Pada saat koordinasi selain menyampaikan informasi dan tujuan pelaksanaan kegiatan diseminasi pendampingan dan pengawalan inovasi peningkatan produksi cabai, sekaligus juga didiskusikan lokasi dan pelaku usaha untuk didampingi, serta sinergi program dan kebutuhan inovasi maupun pengembangan teknologi dalam pelaksanaan kegiatan pendampingan oleh BPTP. Baik itu berupa identifikasi inovasi dan penggalian tingkat pengetahuan petani 21 dalam pengendalian HPT cabai maupun pendampingan inovasi teknologi menggunakan metode; pertemuan, pelatihan, narasumber dan penyebaran media informasi sesuai kondisi yang dilakukan secara sinergisme dan padupadan program daerah. Pelaksanaan koordinasi dan sinergi program dengan Pemerintah Daerah Kabupaten wilayah pengembangan kawasan agribisnis cabai, sekaligus juga sebagai penyampaian informasi pelaksanaan kegiatan diseminasi pendampingan yang dilakukan BPTP t elah memberikan hasil positif dengan berbagai pihak dan pengambil kebijakan terkait. Pemerintah kabupaten lokasi pendampingan, memberikan respon dan dukungan penuh sesuai kebijakan pemerintah daerah terhadap pengembangan kawasan agribisnis cabai maupun pengguna teknologi. Diharapkan pelaksanaan kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh BPTP dapat mendukung program pengembangan kawasan agribisnis cabai didaerah, serta dalam pelaksanaannya bersinergi antar program terkait. Menurut Balitbangtan 2011 penyampaian informasi teknologi dari sumber teknologi kepada pengguna perlu dilakukan dengan mengoptimalkan pemangku kepentingan stakeholders dan memanfaatkan media diseminasi sesuai kebutuhan wilayah. Pelaksanaan koordinasi dan sinergi program dengan Pemerintah Daerah Kabupaten dilakukan oleh BPTP sebagai upaya, mendukung program pengembangan lokasi pengembangan kawasan agribisnis cabai. Selain itu sekaligus juga untuk menyampaikan informasi pelaksanaan kegiatan diseminasi pendampingan yang diselenggarakan BPTP, telah memberikan hasil positif dengan berbagai pihak dan pengambil kebijakan terkait. Pemerintah kabupaten lokasi pendampingan, memberikan respon dan dukungan penuh sesuai kebijakan pemerintah daerah terhadap pengembangan kawasan agribisnis cabai maupun pengguna teknologi. Diharapkan pelaksanaan kegiatan pendampingan kawasan agribisnis cabai di daerah serta dalam pelaksanaannya bersinergi antar program terkait. Menurut Balitbangtan 2011 penyampaian informasi teknologi dari sumber teknologi kepada pengguna perlu dilakukan dengan mengoptimalkan pemangku kepentingan stakeholders dan memanfaatkan media diseminasi sesuai kebutuhan wilayah. 22

4.2.2. I dentifikasi inovasi teknologi