penyediaan obat secara baik. Kemudian setiap pasien harus mendapat obat yang baik, artinya pengobatan jangka pendek standard yang telah terbukti ampuh secara klinik.
Akhirnya, harus ada dukungan dari pemerintah yang penanggulangan TB mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan kesehatan Aditama, 2002.
Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap penderita agar secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan melakukan
pelacakan bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang ditetapkan. Strategi DOTS mempunyai lima komponen :
1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana. 2. Diagnosa TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis.
3. Membuat program. 4. Pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis OAT jangka pendek dengan
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat PMO. 5. Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin.
6. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB.
2.4. Kepatuhan
2.4.1. Definisi Kepatuhan
Menurut Drennan 2000, kepatuhan Compliance dalam pengobatan dapat diartikan sebagai perilaku pasien yang mentaati semua nasehat dan petunjuk yang
dianjurkan oleh kalangan tenaga medis. Mengenai segala sesuatu yang harus
Universitas Sumatera Utara
dilakukan untuk mencapai tujuan pengobatan, salah satu diantaranya adalah kepatuhan dalam minum obat. Hal ini merupakan syarat utama tercapainya
keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Sarafino 2006 mendefinisikan kepatuhan ketaatan sebagai tingkat penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang
disarankan oleh dokternya atau yang lain. Kepatuhan terhadap pengobatan adalah kesetiaan mengikuti program yang
direkomendasikan sepanjang pengobatan dengan pengambilan semua paket obat yang ditentukan untuk keseluruhan panjangnya waktu yang diperlukan Untuk mencapai
kesembuhan diperlukan kepatuhan atau keteraturan berobat bagi setiap penderita. Penderita yang patuh berobat adalah yang menyelesaikan pengobatannya secara
teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan sampai dengan 8 bulan, sedangkan penderita yang tidak patuh datang berobat dan minum obat bila frekuensi
minum obat tidak dilaksanakan sesuai rencana yang ditetapkan. Penderita dikatakan lalai jika datang lebih dari 3 hari - 2 bulan dari tanggal perjanjian dan dikatakan drop
out jika lebih dari 2 bulan terturut-turut tidak datang berobat setelah dikunjungi petugas ksehatan Depkes, 2002.
Faktor karakteristik personal dan dukungan keluarga memiliki pengaruh terhadap pengobatan TB Paru. Besarnya angka ketidakpatuhan berobat akan
mengakibatkan tingginya angka kegagalan pengobatan penderita TB paru dan menyebabkan makin banyak ditemukan penderita TB paru dengan BTA yang resisten
dengan pengobatan standar. Hal ini akan mempersulit pemberantasan penyakit TB paru di Indonesia serta memperberat beban pemerintah. Dari berbagai faktor
Universitas Sumatera Utara
penyebab ketidakpatuhan minum obat penderita TB Paru, dapat disimpulkan bahwa faktor manusia, dalam hal ini penderita TB paru sebagai penyebab utama dari ketidak
patuhan minum obat. Pada umumnya alasan responden menghentikan pengobatan karena paket obat
terlalu banyak dan besar-besar, merasa sudah sembuh yang ditandai dengan batuk berkurang,perasaan sudah enak badan, sesak napas berkurang, nafsu makan baik.
Secara umum, hal-hal yang perlu dipahami dalam meningkatkan tingkat kepatuhan adalah bahwa:
1. Pasien memerlukan dukungan, bukan disalahkan. 2. Konsekuensi dari ketidakpatuhan terhadap terapi jangka panjang adalah tidak
tercapainya tujuan terapi dan meningkatnya biaya pelayanan kesehatan. 3. Peningkatan kepatuhan pasien dapat meningkatkan keamanan penggunaan obat.
4. Kepatuhan merupakan faktor penentu yang cukup penting dalam mencapai efektifitas suatu sistem kesehatan.
5. Memperbaiki kepatuhan dapat merupakan intervensi terbaik dalam penanganan secara efektif suatu penyakit kronis.
6. Sistem kesehatan harus terus berkembang agar selalu dapat menghadapi berbagai tantangan baru.
7. Diperlukan pendekatan secara multidisiplin dalam menyelesaikan masalah ketidakpatuhan.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2. Faktor - faktor yang Memengaruhi Kepatuhan