Masa Kemerdekaan Sampai Sekarang

54 Tahun 2000 tentang Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan dan Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. UU No. 30 Tahun 1999 membawa perubahan penting bagi pola penyelesaian sengketa dalam masyarakat Indonesia. Masyarakat cenderung berpikir bahwa ketika terjadi konflik atau sengketa, maka yang terbayang adalah pengadilan. Namun, ketika berhadapan dengan pengadilan, para pihak yang bersengketa menghadapi persoalan antara lain waktu, biaya dan mungkin persoalan mereka diketahui oleh publik. UU No. 30 Tahun 1999 membawa angin baru bagi para pihak yang ingin menyelesaikan sengketa di luar pengadilan. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan menganut prinsip sama-sama menguntungkan win-win solution, dan berbeda dengan penyelesaian sengketa di pengadilan dimana prinsip yang dianut adalah menang-kalah. Undang-undang ini memberikan dorongan kepada para pihak bersengketa agar menunjukan itikad baik, karena tanpa itikad baik apa pun yang diputuskan di luar pengadilan tidak akan dapat dilaksanakan. Prinsip win-win solution dan penyelesaian sengketa secara cepat telah menjadi pilihan masyarakat akhir-akhir ini, shingga keberadaan UU No. 30 Tahun 1999 benar-benar memenuhi kebutuhan hukum masyarakat yang semakin berkembang. Kedua peraturan perundang-undangan diatas, yaitu UU No. 30 Tahun 1999 dan PP No. 54 Tahun 2000 mengatur sejumlah ketentuan menyangkut mediasi di luar pengadilan. Ketentuan mengenai mediasi di pengadilan diatur dalam PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Perma ini menempatkan mediasi sebagai bagian dari proses penyelesaian perkara yang diajukan para pihak ke pengadilan. Mediasi menjadi suatu kewajiban yang harus ditempuh hakim dalam memutuskan perkara di pengadilan.

2.4 Perbandingan Mediasi di Luar Pengadilan Dengan Mediasi di Pengadilan

2.4.1 Mediasi Di Luar Pengadilan

Undang-Undang No. 30 tahun 1999 merupakan landasan yuridis bagi penyelenggaraan mediasi di luar pengadilan. UU No. 30 Tahun 1999 menekankan penyelesaian sengketa di luar pengadilan dengan menempuh cara arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa yang di dalamnya meliputi konsultasi, negosiasi, fasilitasi, mediasi atau penilaian ahli. Penyelesaian sengketa melalui mediasi di luar pengadilan bukan berarti mediasi tidak ada kaitan sama sekali dengan pengadilan. Mediasi tetap memiliki keterkaitan dengan pengadilan terutama menyangkut hasil kesepakatan para pihak dalam mediasi. Proses pelaksanaan mediasi di luar pengadilan dalam UU No. 30 Tahun 1999 diatur dalam Pasal 6 yang berbunyi: 1. Sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan oleh para pihak melalui alternatifpenyelesaian sengketa yang didasarkan pada itikad baik dengan mengesampingkanpenyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri. 2. Penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui alternatif penyelesaian sengketasebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diselesaikan dalam pertemuan langsung oleh para pihakdalam waktu paling lama 14 empat belas hari dan hasilnya dituangkan dalam suatukesepakatan tertulis. 3. Dalam hal sengketa atau beda pendapat sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 tidak dapatdiselesaikan, maka atas kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau beda pendapatdiselesaikan melalui bantuan seorang atau lebih penasehat ahli maupun melalui seorangmediator. 4. Apabila para pihak tersebut dalam waktu paling lama 14 empat belas hari dengan bantuanseorang atau lebih penasehat ahli maupun melalui seorang mediator tidak berhasil mencapaikata sepakat, atau mediator tidak berhasil mempertemukan kedua belah pihak, maka para pihakdapat menghubungi sebuah lembaga arbitrase atau lembaga alternatif penyelesaian sengketauntuk menunjuk seorang mediator. 5. Setelah penunjukan mediator oleh lembaga arbitrase atau lembaga alternatif penyelesaiansengketa, dalam waktu paling lama 7 tujuh hari usaha mediasi harus sudah dapat dimulai. 6. Usaha penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui mediator sebagaimana dimaksuddalam ayat 5 dengan memegang teguh kerahasiaan, dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari harus tercapai kesepakatan dalam bentuk tertulis yang ditandatangani oleh semua pihakyang terkait. 7. Kesepakatan penyelesaian sengketa atau beda pendapat secara tertulis adalah final danmengikat para pihak untuk dilaksanakan dengan itikad baik serta wajib didaftarkan di PengadilanNegeri dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari sejak penandatanganan. 8. Kesepakatan penyelesaian sengketa atau beda pendapat sebagaimana dimaksud dalam ayat7 wajib selesai dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari sejak pendaftaran.