Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi program Corporate

Tabel 5.2 Tabel Pengklasifikasian Informan Berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Jumlah Persentase 1 SMP 3 orang 23 2 SMA 6 orang 23 3 SarjanaS1 4 orang 54 Total 13 orang 100 Sumber: Hasil Wawancara, desember 2013 – Januari 2014 Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa informan baik informan kunci maupun informan utama dalam penelitian ini tingkat pendidikan yang tinggi yakni sebagian besar memiliki tingkat pendidikan S1 atau sarjana. Walaupun mayoritas berpendidikan SMA namun hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi implementor untuk melakukan tugasnya dengan baik.

5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi program Corporate

Social Responsibility CSR PT.Arun NGL Kebijakan publik yang telah ditetapkan dan disetujui seyogianya dilaksanakan secara maksimal untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Pelaksanaan kebijakan publik ini disebut dengan implementasi yang memiliki tahapan yang bersifat praktis dan tentunya dibedakan dengan tahapan formulasi yang bersifat teoritis. Implementasi kebijakan merupakan proses administratif yang dilaksanakan oleh birokrasi pemerintah atau pelaksana teknis sesuai dengan ketetapan yang ada didalam kebijakan itu sendiri dengan mendayagunakan setiap sumber daya dan sumber dana yang ada. Universitas Sumatera Utara Implementasi program Corporate Social Responsibility CSR PT.Arun NGL dapat dilihat dari model implementasi Van Meter dan Van Horn yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dibawah ini:

1. Standar dan Sasaran Kebijakan

Kejelasan standar dan sasaran kebijakan publik memberikan kejelasan bagi implementor dalam proses pelaksanaan kebijakan publik. Untuk itu, perlu pemahaman yang baik tentang maksud umum atas standar dan sasaran kebijakan oleh para implementor kebijakan agar tidak terjadi kesalahan interpretasi yang menimbulkan kegagalan frustated. Menurut Kepala Bidang CSR PT. Arun mengatakan bahwa CSR adalah kegiatan pengelolaan lingkungan yang ramah, jalinan hubungan kekeluargaan dan gotong royong dengan masyarakat sekitar serta membina hubungan yang baik dengan seluruh stakeholder perusahaan. Standar pelaksanaan CSR sendiri mengacu pada UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan terbatas yang mewajibkan setiap perusahaan untuk melaksanakan CSR. Sasaran dan tujuan kewajiban pelaksanaan CSR ini adalah agar terjalin hubungan yang baik antara perusahaan dan masyarakat sekitarnya dan untuk meningkatkan tingkat kepedulian kualitas kehidupan dan harmonisasi social yang akan memperngaruhi aktivitas perusahaan. Pelaksanaan CSR ini juga dapat mendongkrak citra baik perusahaan sehingga semakin membuka peluang pasar yang lebih luas. Hal ini juga dibenarkan oleh salah seorang Staff bidang CSR, Liza yang menyatakan bahwa program CSR ini membuat perusahaan semakin dekat dengan masyarakat karena banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama-sama. Selain itu Timbulnya self of belonging rasa memiliki dari masyarakat kepada Universitas Sumatera Utara perusahaan yang sangat tinggi yang pada akhirnya menimbulkan adanya trust dari masyarakat kepada perusahaan sehingga perusahaan mendapat nama baik, dan ini berpengaruh terhadap nilai saham. Koordinator program sabut kelapa Helmi Hasbi juga mengatakan bahwa CSR sangat penting untuk dilakukan karena dapat menciptakan iklim yang kondusif didalam perusahaan karena tidak ada ganguan-gangguan dari luar karena tekanan masyarakat. Hal yang sama juga diungkapkan kembali oleh informan utama lainnya misalnya Anggota program sabut kelapa, T.Eddy Safari dan Zainal Abidin Abu. Pendirian pabrik sabut kelapa ini memberikan manfaat bagi masyarakat selain dibukanya lapangan pekerjaan baru, pabrik ini juga meningkatkan perekonomian para petani kelapa. Dari sisi lingkungan, usaha ini berperan dalam mengurangi sekitar 13.000 butir kelapa yang sebelumnya menjadi sampah dan ada juga olahan hasil samping per hari yaitu serbuk sabut kelapa menjadi media tanam, kompos, cocopeat blok, dan apabila dikelola secara professional serbuk sabut kelapa akan menjadi komoditas ekspor Wawancara dengan Manager pabrik sabut kelapa, Ilyas AR. Selain melakukan wawancara tentang pengertian, standar dan tujuan program CSR, peneliti juga melakukan wawancara tentang latar belakang dilaksanakannya program CSR di PT Arun Ngl, khususnya pada pendirian pabrik sabut kelapa. Staff bidang CSR, Liza mengatakan bahwa PT Arun Ngl mendirikan pabrik sabut kelapa sebagai bentuk CSR adalah karena melihat adanya potensi banyaknya pohon kelapa di Aceh khususnya Desa Beuridi. Dari sekian banyak buah kelapa yang dihasilkan, maka tentunya akan bias menghasilkan sabut kelapa Universitas Sumatera Utara yang banyak juga seperti yang kita ketahui bahwa 33 dari buah kelapa tersebut adalah sabut, 30 daging, 15 tempurung, dan air 22. Dan PT Arun memilih desa beuridi karena desa tersebut merupakan desa penghasil kelapa terbesar di Aceh. Hal ini juga didukung oleh informan kunci penelitian. Beliau mengatakan bahwa pendirian pabrik sabut kelapa sebagai salah satu program CSR ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya produksi kelapa di Bireuen dari 15.889 tonhari pada tahun 2009 menjadi 15.945 tonhari di tahun 2011. Artinya ada peningkatan sebesar 56 ton per tahun atau 168 ton selama 3 tahun terakhir. Wawancara dengan Hasballah said ketua program CSR PT Arun Ngl, pada Desember 2013. Manager UD.Coco Sejahtera, Ilyas AR juga mengatakan bahwa pendirian pabrik sabut kelapa ini menjadikan sabut kelapa yang selama ini belum dimanfaatkan dengan maksimal dapat dijadikan komoditas yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Ada banyak program CSR di PT Arun Ngl yang meliputi program pendidikan dengan melakukan pembangunan sekolah Menengah pertama dan sekolah menengah atas. Di bidang kesehatan, PT Arun membangun sebuah sarana pelayanan kesehatan untuk public dan untuk mengembangkan Sumber daya manusia local, maka PT Arun memberikan pelatihan skill kepada pemuda-pemuda sekitar. Sementara itu, dibidang ekonomi maka PT Arun member bantuan dalam pendirian pabrik sabut kelapa Wawancara dengan direktur proyek sabut kelapa M.Nurdin Idris. Universitas Sumatera Utara Pernyataan-pernyataan yang sama dari informan utama lainnya yakni Anwar Yacob, Munazir Adam dan M.Rafi Ali yang juga menggambarkan tentang adanya pemahaman informan tentang tujuan dan latar belakang pendirian pabrik sabut kelapa. Para implementor juga mengetahui tanggung-jawab yang mereka miliki dalam mengelola pabrik sabut kelapa untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat disekitar PT Arun Ngl.

2. Sumber Daya

Dukungan sumber daya baik sumber daya manusia, sumber dana maupun sumber daya lainnya sangat penting dalam proses implementasi kebijakan publik. Sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tugas dan fungsi yang diisyaratkan dalam peraturan kebijakan akan memberi dampak positif bagi proses implementasi dan tercapainya tujuan kebijakan. Hal ini diungkapkan oleh Van Meter dan Van Horn dalam melihat bagaimana implementasi kebijakan publik. Untuk melasanakan inisiatif pendirian pabrik sabut kelapa, maka PT Arun mengandeng Asosiasi industry sabut kelapa Indonesia AISKI. Setelah ini PT. Arun yang kemudian diwakilkan oleh YBDI-Arun menunjuk PT.Mahligai Indococo Fiber sebagai pemasok peralatan produksi berupa mesin pengurai sabut, mesin pengayak dan mesin press sabut kelapa dengan nilai sekitar 416 juta rupiah serta biaya produksi awal sebesar 59 juta rupiah. Sebagai pelaksana mulai dari pengadaan bahan baku hingga proses akhir produksi maka YBDI Arun menunjuk UD.Coco Sejahtera Wawancara dengan direktur proyek sabut kelapa M.Nurdin Idris. Hal yang sama juga disebutkan oleh Ilyas AR, dan Zulkifli M.saad. Implementor utama dalam pendirian pabrik ini adalah YBDI Arun. Dan hingga saat ini ada terdapat 16 orang perempuan dan 3 orang laik-laki penduduk Universitas Sumatera Utara setempat yang menjadi pekerja pada pabrik tersebut. Pekerja tersebut diangkat berdasarkan usulan dan pertimbangan dari manager pabrik. Dalam hal ini, manager pabrik diangkat secara langsung oleh YBDI Arun Wawancara dengan Koordinator program Sabut kelapa, Helmi Hasbi. Menurut ketua CSR ekonomi PT Arun, persiapan Sumber Daya Manusia dalam mengimplementasikan program CSR dilakukan mulai dengan seminar- seminar agar persiapan matang kemudian tinjau lokasi. Sebenarnya pemahaman para staff tentang CSR masih kurang tetapi selalu diberikan pelajaran tentang CSR pada setiap kesempatan yang memungkinkan. Bukan hanya sumber daya manusia, sumber dana juga mempengaruhi berhasil atau tidaknya sebuah kebijakan publik. Sama halnya dengan implementasi program CSR yang membutuhkan dana dalam pelaksanaannya. Sumber dana dalam mengimplementasikan program pendirian pabrik sabut kelapa pada awalnya berasal dari dana PT Arun sebesar Rp.475 juta untuk perangkat mesin, pelatihan serta modal awal produksi Wawancara dengan Koordinator program Sabut kelapa, Helmi Hasbi. Selain sumber daya manusia dan sumber daya dana, ketersediaan fasilitas juga sangat mempengaruhi keberhasilan suatu kebijakan. Maka pabrik sabut kelapa memiliki fasilitas sebagai berikut : 1. Unit pengolahan sabut kelapa 2. Mesin pengurai sabut kelapa 3. Mesin ayakan sabut kelapa 4. Mesin press sabut kelapa Universitas Sumatera Utara Keberhasilan pabrik ini sangat tergantung pada ketersediaan bahan baku dengan harga yang wajar yakni sekitar Rp 50 – Rp 100 per buah termasuk ongkos sampai ke pabrik. Karena itu, pabrik pengolahan sabut kelapa sengaja didirikan dekat dengan lokasi bahan baku untuk menghemat ongkos angkutan karena kebutuhan bahan baku yang besar yakni sebanyak 20.000 butir per hari Wawancara dengan manager pabrik, Ilyas AR.1 pabrik membutuhkan luas area minimal 1 ha yaitu untuk lahan jemur dan bangunan pabrik dimana lokasi pabrik disediakan oleh petani dengan tidak disewa. Maka sebagai pilot project disediakan 2 lokasi dengan masing-masing 1 set mesin dan alat pendukung lainnya Wawancara dengan Zulkifli M.Saad.

3. Komunikasi

Van Meter dan Van Horn mengatakan bahwa komunikasi yang baik pada setiap implementor dalam pelaksanaan sebuah kebijakan publik sangat berpengaruh terhadap hasil pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan. Para implementor kebijakan harus memperoleh informasi melalui pengkomunikasian secara konsisten dan seragam. Hal ini bertujuan untuk memberi pemahaman bagi para implementor tentang tugas dan fungsinya dalam pelaksanaan kebijakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain komunikasi antara para agen implementor, komunikasi terhadap target group juga sangat penting sejalan dengan yang terdapat pada model Edward, dimana apa yang menjadi tujuan dan sasaran dari pendirian pabrik sabut kelapa ini harus dikomunikasikan kepada kelompok yang menjadi sasaran program. Dalam program ini, yang menjadi kelompok sasaran adalah masyarakat kabupaten Bireuen khususnya desa Beuridi. Sementara yang menjadi implementor Universitas Sumatera Utara kebijakan ini adalah YBDI Arun dan UD.Coco SejahteraWawancara dengan Koordinator program Sabut kelapa, Helmi Hasbi. Berkaitan dengan komunikasi internal organisasi pelaksana, Komunikasi diantara mereka lebih flexibel, bisa via telephone, e-mail, facebook,dan lain-lain. Namun untuk pertemuan rutin tidak ada dilakukan. Walaupun memang pada awal-awal pembentukan, sering ada rapat apalagi kalau ada masalah. Hal ini dikarenakan pada saat itu, pabrik masih dalam tahap memulai sehingga mereka sedikit terkejut kalau ada masalah Wawancara dengan manager pabrik, Ilyas AR. Namun hal yang berbeda dinyatakan oleh staff YBDI Arun yang menyatakan bahwa mereka mengadakan rapat rutin setiap minggu untuk evaluasi pekerjaan selama 1 minggu dan disaat itu dibahas masalah-masalah atau kendala yang dihadapi. Terkait dengan sosialisasi, YBDI Arun telah melakukan sosialisasi kepada kelompok sasaran sebelum pabrik didirikan. Sosialisasi yang dilakukan dalam bentuk seminar dan kemudian melakukan tinjau lokasi untuk melihat dimana tempat yang strategis untuk mendirikan pabrik sabut kelapa. Dimana saat itu turut hadir para petani kelapa. Namun sosialisasi lanjutan tidak ada dilakukan kemudian.

4. Karakteristik Organisasi Pelaksana Kebijakan Publik

Van Meter dan Van Horn menyatakan bahwa selain kejelasan standar dan tujuan kebijakan, kesiapan sumber daya dan komunikasi yang baik antara para agen pelaksana kebijakan, karakteristik agen pelaksana juga menjadi hal yang sangat berperan dalam menentukan berhasil atau tidaknya sebuah kebijakan Universitas Sumatera Utara publik. Sama halnya dengan keberhasilan implementasi program CSR PT Arun dengan pendirian pabrik sabut kelapa juga sangat dipengaruhi oleh karakteristik organisasi pelaksana program CSR PT Arun dengan pendirian pabrik sabut kelapa yang dapat dilihat dari struktur birokrasi pelaksana dan standar Prosedur yang standar SOP. Struktur organisasi di pabrik bersifat fleksibel. Jika ada masalah maka para karyawan bias langsung menyampaikan pada manager pabrik untuk kemudian dapat didiskusikan dalam rapat. Struktur organisasi yang fleksibel ini sangat memudahkan komunikasi yang terjalin diantara para implementor Wawancara dengan Koordinator program Sabut kelapa, Helmi Hasbi. Para implementor baik YBDI Arun maupun UD.Coco Sejahtera memahami dengan baik apa yang menjadi tugas dan tanggungjawab masing- masing. Para implementor ini juga mayoritas memiliki tingkat pendidikan yang sangat mendukung pelaksanaan pekerjaan mereka Wawancara dengan Direktur proyek sabut kelapa, M.Nurdin Idris . Sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Van Meter dan Van Horn seyogiayanya setiap kebijakan atau peraturan pastinya memiliki pedoman pelaksanaan, dalam mendirikan pabrik, PT Arun Ngl memiliki standar operasional procedure SOP yang sangat mudah untuk dipahami. Selain SOP yang ada di PT ARun Ngl, UD.Coco Sejahtera juga memiliki SOP yang dalam pembuatannya melibatkan masyarakat dan management PT Arun Ngl. Kebijakan pemasaran yang diterapkan adalah system kerjasama antara UD.Coco Sejahtera sebagai produsen dan YBDI Arun sebagai investor. Hasil produksi UD.Coco Sejahtera Universitas Sumatera Utara dijual dengan memakai lisensi AISKI Wawancara dengan Koordinator program sabut kelapa Helmi Hasbi .

5. Kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan

Bukan hanya kondisi internal yang mempengaruhi implementasi sebuah kebijakan, Van Meter dan Van Horn mengatakan bahwa kondisi eksternal yakni opini publik juga dapat mempengaruhi implementasi kebijakan. Sama halnya dengan keberhasilan atau kegagalan implementasi program CSR dengan pendirian pabrik sabut kelapa yang tentunya diharapkan dapat meningkatkan sosial ekonomi dan lingkungan masyarakat yang menjadi sasarannya dimana secara umum dapat dilihat bahwa keadaan social, ekonomi dan lingkungan masyarakat di sekitar PT Arun Ngl masih kondusif untuk melaksanakan program CSR dengan mendirikan pabrik sabut kelapa. Masyarakat kabupaten Bireauren mayoritas kelas menengah ke bawah. Karena itu pada dasarnya masyarakat sangat antusias dengan adanya pabrik sabut kelapa ini karena selain membuka lapangan pekerjaan, pabrik ini juga menambah penghasilan bagi para petani kelapa Wawancara dengan Koordinator program sabut kelapa Helmi Hasbi . Seiring dengan semakin meningkatnya pendapatan masyarakat, maka tentu saja mempengaruhi taraf hidup sosial masyarakat sehingga mengurangi adanya tindakan criminal maupun pencurian karena keterbatasan perekonomian. Selain itu, secara social adanya pabrik ini bisa membuat hubungan antara masyarakat dengan PT Arun Ngl dapat terjaga dengan baik. Kabupaten Bireuren yang berada di pesisir pantai tentu saja sangat mendukung penyediaan bahan baku untuk sabut kelapa. Dari sisi lingkungan, Universitas Sumatera Utara adanya pabrik ini sangat membantu dalam mengurangi limbah hasil pengolahan kelapa. Industry pengolahan ini juga tidak menghasilkan limbah cair maupun gas. Limbah yang terjadi hanya berupa hasil samping gabus sabut kelapa atau serbuk sabut kelapa yang sebenarnya juga masih bias digunakan sebagai media tanam Wawancara dengan Direktur proyek sabut kelapa, M.Nurdin Idris .

6. Disposisi Implementor atau sikap para pelaksana kebijakan publik

Menurut Van Meter dan Van Horn, disposisi atau sikap pelaksana kebijakan publik dalam merespon kebijakan publik baik penerimaan maupun penolakan juga dapat mempengaruhi pencapaian sasaran dan tujuan kebijakan. Pada dasarnya, implementasi kebijakan diawali dengan penyaringan befiltered yang dilakukan oleh agen pelaksana kebijakan sesuai dengan persepsinya masing- masing dan selanjutnya diimplementasikan. Disposisi Implementor dapat dilihat dari tiga hal, yakni: a. respon terhadap program; b. Kognisi atau pemahaman agen pelaksana terhadap program CSR dan c. Preferensi atau pilihan nilai yang dimiliki oleh agen pelaksana. Disposition atau Disposisi Implementor ini juga berkenaan dengan kesediaan dari para implementor untuk melaksanakan program tersebut, kecakapaan saja tidak mencukupi, diperlukan kesediaan dan komitmen untuk melaksanakan program tersebut. Program CSR PT Arun dengan mendirikan pabrik sabut kelapa sangat bermanfaat bagi perusahaan maupun masyarakat. Karena itu saat ini, management PT Arun sendiri sedang merencanakan untuk menambah unit pabrik dilokasi lain yang memiliki lahan kelapa yang luas Wawancara dengan manager pabrik Ilyas AR. Universitas Sumatera Utara Dikeluarkannya kebijakan dari PT Arun untuk membiayai pembangunan pabrik sabut kelapa memberikan akses kepada masyarakat untuk mampu memanfaatkan potensi yang ada pada mereka. Ini merupakan jalan bagi masyarakat untuk terus berinovasi dalam meningkatkan kualitas hidup karena akan lebih mudah bagi masyarakat untuk mencari investor Wawancara dengan Direktur proyek sabut kelapa, M.Nurdin Idris . Pada intinya, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa sebagian besar informan kunci dan informan utama sudah mengetahui latar belakang, manfaat, tujuan serta sasaran program CSR ini. Kepala bidang CSR PT Arun Ngl juga mengatakan bahwa semua staff memiliki kompetensi yang bagus dimana staff mengetahui dengan baik apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya Wawancara dengan Koordinator program sabut kelapa Helmi Hasbi .

5.3 Analisis Implementasi program pendirian pabrik sabut kelapa