Gambaran umum tentang UD. Coco Sejahtera Pabrik Sabut Kelapa

4.2 Gambaran umum tentang UD. Coco Sejahtera Pabrik Sabut Kelapa

Selama ini di Aceh sabut kelapa belum dimanfaatkan secara maksimal untuk dijadikan komoditas yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Untuk memanfaatkan sumber daya yang melimpah ini,maka perlu adanya industri sabut kelapa yang dapat memberikan nilai tambah secarra ekonomi. Disamping itu diharapkan akan terbuka lapagan pekerjaan baru bagi masyarakat di sekitar lokasi pabrik. Menimbang pentingnya sabut kelapa untuk menumbuhkan perekonomian masyarakat sekitar, maka PT.Arun NGL melalui program Corporate Social Responsibility menggandeng asosiiasi nasional pengembangan sekaligus eksportir sabut kelapa Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia AISKI. Langkah strategis ini dilanjutkan dengan Memorandum of Understanding MoU antara PT.Arun NGL dengan AISKI untuk Pengembangan Industri Sabut Kelapa di Aceh tanggal 26 September 2012 di Jakarta. Dari pihak PT.Arun NGL dengan nomor perjanjian No.01IXPTA2012 dan AISKI dengan perjanjian No.003AISKI- IX2012 sepakat untuk mendirikan sebuah industri kecil pengolahan sabut kelapa di Desa Tanjung Beuridi,Kecamatan Peusangan Selatan Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh.Industri ini merupakan bentuk inisiatif program tanggung jawab PT.Arun NGL terhadap masyarakat sekitar dengan mendorong program-program pengembangandaerah yang berkelanjutan. Dengan di keluarkan izin oleh pihak managemen PT.Arun NGL dimana prinsipnya adalah memberi kebijakan melalui program CSR-nya untuk membiayai pembangunan gedung dan pengadaan peralatan-peralatan pengolahan sabut Universitas Sumatera Utara kelapa, maka pihak CSR PT.Arun NGL mendelegasikan kegiatan tersebut kepada pihak YBDI-Arun. Selanjutnya dari pihak YBDI-Arun menggandeng PT.Mahligai Indococo Fiber sebagai pemasok peralatan produksi dengan membuat Memorandum of Understanding MoU dengan nomor Perjanjian PT. Mahligai Indococo Fiber No.01MIFI2013 dan YBDI Arun No.01YBDIAI2013 yang ditandatangani kedua pihak pada tanggal 25 Januari 2013. Kerjasama ini dimaksudkan agar PT.Mahligai Indococo Fiber menyediakan peralatan produksi dan memasarkan hasil produksi sabut kelapa melalui AISKI. Untuk menjalankan semua kegiatan produksi mulai dari pengadaan bahan baku hingga proses akhir produksi sabut kelapa maka YBDI Arun menunjuk UD.Coco Sejahtera sebagai pelaksananya. Selanjutnya semua produksi sabut kelapa dibeli oleh YBDI-Arun. Sejak usaha yang digagas tersebut berdiri hingga saat ini total produksi sabut yang telah diekspor ke Cina melalui AISKI sebesar 102.930 kg atau 102,93 ton. Usaha ini juga telah mendatangkan mata pencaharian baru terhadap kerja baru penyerapan,1 unit kilang dapat mempekerjakan 16 orang perempuan dan 3 orang laki-laki. Usaha industri pengolahan serat sabut kelapa ini dalam bentuk usaha kecil dan menengah.Usaha ini berkembang sebagai program kemitraan dengan YBDI Arun pada 17 Maret 2013,dimana organisasi korporasi vital yang berada di kota Lhokseumawe tersebut memberikan fasilitas mesin pengurai sabut,mesin pengayak dan mesin press sabut kelapa dengan nilai sekitar 416 juta rupiah serta biaya produksi awal sekitar 59 juta rupiah. Sesuai dengan bentuk perusahaannya yang berbadan hukum, UD.Coco Sejahtera yang berorientasi pada pengelolaan serat sabut kelapa, memiliki visi Universitas Sumatera Utara sebagai berikut: Mewujudkan kesejahteraan masyarakat setempat dan lingkungann dengan memanfaatkann potensi manusia, sumber daya alam dan lingkungan melalui industri padat karya. Adapun misi yang dilakukan adalah: 1. Memanfaatkan potensi sumber daya alam setempat untuk dikelola secara efektif dan efisien 2. Memberi pendidikan bagi masyarakat setempat untuk meningkatkan keahlian dan produktivitas kerja sehingga mampu menghasilkan produk yang bermutu. Sedangkan tujuan,UD.Coco Sejahtera adalah memaksimalkan keuntungan sebagaimana perusahaan lainnya. Untuk mencapai semua itu, UD.Coco Sejahtera tersebut menerapkan strategi sebagai berikut: 1. Strategi jangka pendek merupakan strategi yang tidak berdampak pada perubahan kapasitas produksi. 2. Strategi jangka pendek merupakan strategi yang berdampak pada perubahan kapasitas produksi. 3. Meningkatkan ekonomi masyarakat Aceh beradasarkan potensi lokal melalui pilot project. 4. Membuka akses kerjasama Pemerintah Provinsi Aceh-Cina melalui konsultan Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia AISKI.

4.2.1 Aspek pasar dan pemasaran

1. Potensi Sabut kelapa merupakan produk turunan dari industri kelapa terpadu. Di negara maju,sabut kelapa sering digunakan sebaggai media tanam Universitas Sumatera Utara hidroponik,sumber serat dan bahan pendukung furniture seperti tempat tidur dan sofa.Cina dan negara-negara di Eropa merupakan pengimpor terbesar sabut kelapa. Kebutuhan sabut kelapa dunia tercatat pada tahun 2012 sebesar 600.000 ton Asian and Pasific Coconut Community,2012. Saat ini Indonesia hanya mampu memenuhi 10 saja dari total kebutuhan dunia akan sabut kelapa. Secara faktual industri kelapa ini memiliki potensi pasar yang sangat potensial. 2. Pertumbuhan permintaan dan potensi bisnis Meskipun hanya 10 jumlah pemenuhan kebutuhan ekspor sabut kelapa yang dapat dicounter di Indonesia namun hal ini bukan berarti bahwa kebutuhan dalam negeri juga sudah cukup terpenuhi. Tingkat kebutuhan sabut kelapa semakin tinggi seiring kesadaran masyarakat konsumen di Indonesia menggunakan bahan- bahan organik pada peralatan sehari-hari. Industri furniture yang perkembanngannya sekitar 3 per tahun juga berdampak pada naiknya kebutuhan sabut kelapa. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode rasio rantai untuk menghitung tingkat permintaan diitingkatt lokal dan nasional didapatkann bahwa hingga 10 tahun ke depan kebutuhan sabut kelapa lokal dan nasional akan terus meningkat. Namun sampai saat ini masih sedikit pelaku industri yang peka terhadap bisnis ini. Terhitung di Kabupaten Aceh utara hanya ada 3 industri kecil yang menjalankannya. Hal in menjadi kekuatan sekaligus ancaman bagi UD.Coco Sejahtera. Dari sisi persaingan, UD.Coco Sejahtera masih tergolong industri sabut kelapa terbesar di Kabupaten Bireuen. Namun disisi laiin hal ini akan menyebabkan pola dasar yang kurang sehat sehingga akan terbentuk sistem perdagangan monopoli. Universitas Sumatera Utara 3. Kebijakan pemasaran dan distribusi Saat ini sistem kerjasama yang diterapkan adalah sistem kerjasama antara UD.Coco Sejahtera sebagai produsen, YBDI Arun sebagai investor sekaligus broker dengan UD.Coco Sejahtera sebagai produsen utama serta AISKI sebagai pemegang lisensi penjualan. Kualitas dan spesifikasi produk ditentukan oleh AISKI. Segmen pasar dari produk yang ditawarkan masih pada produk barang setengah jadi. Namun kedepannya target dari segmen pasar yang direncanakan adalah barang jadi berupa spring bed, jok mobil, matras, sofa, bantal, karpet,tali dan lain-lain.

4.2.2 Aspek manajemen usaha

1. Struktur manajeman usaha Usaha ini merupakan integrasi program Community Development CODEV ini sebagai sub program corporate Social Responsibilitiy CSR PT. ARUN NGL terhadap lingkungan sekitar tempat beroperasinya kilang gas PT. ARUN NGl. Manajemen produksi yang berjalan selama ini, mengikuti system kendali dimana kebijakan penuh terkait penentuan harga, teknologi, spesifikasi kualitas, system keuangan, dan pemasaran masih dipegang sepenuhnya oleh PT. ARUN NGL melalui Yayasan Badan Dakwah Islam Arun YBDI-Arun. “ UD Coco Sejahtera” di desa Tanjung Beuridi Kecamatan Peusangan Selaatan Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh hanya berperan sebagai produsen. 2. Kebutuhan Tenaga Kerja Secara relative industry serat sabut kelapa merupakan industry yang bersifat padat karya terutama untuk industry yang masih menggunakan teknologi proses Universitas Sumatera Utara yang sederhana. Untuk industry seperti ini, kebutuhan tenaga kerja terbesar adalah pada tahap sortasi dan penguraian. Tenaga kerja yang merupakan penerima manfaat utama dari usaha ini merupakan wargas etempat dan 5 desa lain sekitar desa Tanjung Beuridi. Menurut infomasi dari bapak Ilyas AR selaku manager Sabut kelapa, total tenaga kerja sebesar 119 orang. 3. System Manajeman Keuangan System manajemen keuangan tidak diatur oleh UD. Coco Sejahtera. Sedangkan PT. ARUN NGL melalui YBDI-Arun membeli produk sabut dengan harga sekitar Rp. 1.500,- hinggaRp. 1.600,- per kilogram - nya. Adapun harga tersebut didasarkan pada perhitungan operasinal setiap harinya. Para pekerja mendapatkan upah berkisar antara Rp. 30.000,- hinggaRp. 35.000,- per hari. Namun system penggajian ini tidak bersifat baku karena akan ada gaji tambahan, jika target produksi terpenuhi. Perhitungan penggajian ditentukan oleh pihak YBDI-Arun selaku pemegang manajemen pelaksana. 4. Schedule Kerja Waktu kerja dalam sehari adalah 8 jam kerja. Wanita yang sebagian besar bekerja dibagian penguraian sabut kelapa bekerja pada siang hari, sementara laki – laki bekerja pada malam hari.

4.2.3 Aspek Finansial

Analisa aspek keuangan diperlukan untuk mengetahuai kelayakan usaha dari sisi keuangan, terutama kemampuan pengusaha untuk mengembalikan kredit yang diperoleh dari Bank. Analisa keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam perencanaan dan pengelolaan usaha industry pengolahan serat Universitas Sumatera Utara sabut kelapa. Perhitungan aspek keuangan terdiri dari dua scenario berdasarkan kelengkapan alat dan proses yang digunakan, yang berimplikasi pada total kebutuhan dana, kapasitas, kualitas, dan harga produk serta jangkauan pasar. Saat ini pembiayaan proyek maupun produksi hanya semata – mata bersumber dari dana kegiatan operasional sebelumnya.

4.2.4 Aspek Teknis dan teknologi

1. Bahan baku Bahan baku yang adalah sabut kelapa kampong selain itu juga jenis hibrida. Bahan baku bersumber dari perkebunan kelapa rakyat melalui sitempe dagang kumpul, kemudian dari pengumpulan diserahkan kepada UD. Coco sejahtera sebagai pabrik pengolahan sabut kelapa yang terikat dengan harga penyerahan yang wajar guna menjaga kelangsungan industry ini. UD. Coco Sejahtera membuat perjajian dengan para pengumpul tersebut. Adapun persyaratan bahan bakunya sebagai berikut : 1. Bahan harus dalam keadaan basah. 2. Bahan berasal dari sabut kelapa yang masih segar dengan cirri kulitnya masih terlihat hijau. 3. Tidak keropos 4. Bukan bahan baku bekas 5. Lebih baik sabut kelapa diambil dari kelapa untuk kopra, minyak atau untuk yang diambil santannya. 2. Produksi Produksi serabut kelapa cocofiber pertama kali diproses oleh sebuah mesin pemisah serat dengan hasil sampingnya berupa serbuk sabu tkelapa Universitas Sumatera Utara cocopeat . Cocofiber selanjutnya dikemur atau dengan kadar air tertentu dengan menggunakan sinar matahari atau dengan alat pengering bautan dryer. Selanjutnya dilakukan proses packaging dengan menguna kkanalat press. Dan selanjutnya produk siap untuk dipasarkan. Adapun proses produksi sebagai berikut: 1. Sabut dalam kondisi basah. 2. Sabut dimasukkan secara continue kedalam mesin pengurai, tidak bersamaan sampai terpisah cocofiber dan cocopeatnya. 3. Pisahkan cocofiber dari cocopeatnya 4. Jemur cocofiber selama 30 menit dan dilakukan pembalikan supaya merata. 3. Kapasitas Produksi Kapasitas produksi terpasang saat ini adalah 2.000 kg hari 12 jam kerja hari. Secara actual selama 6 bulan produksi hanya mampu memproduksi 102.930 kg atau 102,903 Ton sabut kelapa atau rata – rata 17.155 kg bulan. Angka ini mengisyaratkan batuh optimasi dan kinerja mesin agar produksi sesuai dengan yang direncanakan. 4. Jenis dan mutu produksi Jenis produksi yang dihasilkan dari industry serat sabut kelapa cocofiber oleh UD. Coco Sejahtera adalah serat sabut kelapa. Mutu serat sabut kelapa ditentukan oleh warna, persentase kotoran, kadar air, dan proporsi antara bobo tserat panjang dan serat pendek. Spesifikasi nutu produk serat yang sesuai dengan eksporttir sabut kelapa yaitu Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia AISKI adalah: Universitas Sumatera Utara a. Kadar air 10 b. Kandungan serbuk sabut kelapa cocopeat atau gabus sabut kelapa 5 c. Panjang serat 2 – 10 cm 30 d. Ukuran bale 100 x 80 x 45 cm e. Bobot bale 75 kg bale 5. Spesifikasi alat Ada 3 tiga alat utama yang digunakan dalam proses produksi pembuatan sabut. Selain tersebut masih terdapat beberapa alat pendukung operasional. 6. Schedule kerja Dari hasil wawancara dengan bapak Ilyas AR selaku manager Sabut Kelapa, saat ini UD.Coco Sejahtera masih kewalahan dalam hal manajemen waktu dan siklus produksi. Dalam analisa business evaluation ini, analisa mengasumsikan masa produksi 26 hari per bulan dan 12 bulan per tahun. Adapun jam kerja yang diberlakukan adalah 8 jam dalam sehari. Universitas Sumatera Utara BAB V TEMUAN DAN ANALISA TEMUAN Setelah melakukan pengumpulan data dan penelitian tentang Implementasi program Corporate Social Responsibility CSR PT.Arun NGL, maka peneliti akan menyajikan hasilnya. Pada hakekatnya, di dalam penelitian perlu adanya analisis untuk smengatur, mengurutkan dan mengelompokkan data-data atau informasi yang telah ditemukan selama penelitian di lapangan sehingga diperoleh temuan baik temuan formal maupun substantif yang dapat menjawab fokus atau masalah penelitian. Dalam bab ini peneliti juga menyajikan karakteristik informan dan hasil analisis data yang ditemukan peneliti selama melakukan penelitian dilapangan field research yang telah dilakukan oleh peneliti selama ± 3 bulan.

5.1 Karakteristik Informan