4.7.2. Menerobos Masuk Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DPRD Medan
Aksi ini merupakan manifestasi kekecewaan pedagang terhadap aparatur negara yaitu, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Kota Medan. Pedagang
telah mengadukan nasib mereka kepada anggota DPRD Medan dan di terima langsung oleh ketua DPRD Medan. Pertemuan tersebut untuk memfasilitasi
pedagang untuk dengar pendapat dengan pihak-pihak terkait seperti, PT.KAI dan Pemko Medan. Dalam pertemuan tersebut, DPRD Medan menetapkan keputusan
untuk mendukung relokasi yang di lakukan oleh Pemko Medan, walaupun pedagang menolak keputusan tersebut Pemko Medan dan DPRD Medan tetap
bersikukuh dengan keputusan mereka. Kecewa dengan hal tersebut, pedagang melakukan persiapan untuk melakukan aksi di gedung DPRD. Ketidakpuasan
pedagang yang dialami diikuti dengan tindakan untuk mempolitisir ketidakpuasan tersebut. Adanya kesenjangan nilai harapan dengan kenyataan mempercepat
proses perlawanan pedagang buku terhadap pihak pemerintah. Pada tanggal 24 Juni 2013 merupakan hari bersejarah bagi pedagang buku
yang berhasil masuk ke ruang rapat paripurna DPRD Kota Medan untuk menuntut Pemko Medan. Sidang Paripurna yang sedang berlangsung dipimpin langsung
oleh Walikota Medan, Drs. H.Dzulmi Eldin, Msi yang pada hari tersebut masih menjabat sebagai Pelaksana Tugas PLT Walikota. Di tengah berlangsungya
rapat sedang berlangsung pedagang masuk satu per satu ke dalam gedung DPRD tanpa sepengetahuan penja keamananan. Untuk mengelabui mereka, pedagang
dengan membawa gulungan spanduk yang berisikan tentang penolakan relokasi
agar tidak diketahui oleh penjaga keamanan. Hal ini berdasarkan penuturaan yang diungkapkan Ketua P2BLM Bapak Sainan :
“Kami dan kawan-kawan ke DPR yang sedang melakukan sidang paripurna yang dihadiri Walikota Medan Plt yaitu Pak Eldin tentunya
pada saat mereka sidang, kami juga udah di dalam sama pedagang buku yang udah ada di dalam gedung DPRD itu. Kami satu per satu naik ke
ruangan sidang itu menerobos dan serta gulungan poster ama spanduk digulung supaya gak ketauan, meminta pada security untuk berjumpa
dengan Eldin untuk melakukan audiensi akhirnya diterima juga sama pihak security kami pun tatap muka sama Walikota untuk menyampaikan
aspirasi kami untuk menolak relokasi”. Wawancara, Januari 2015
Melihat pedagang buku berhasil masuk ke dalam gedung DPRD, Bapak Drs. H.Dzulmi Eldin terkejut mengapa mereka bisa masuk ke dalam. Bapak Eldin
pada saat sedang di wawancarai di ruang sidang oleh wartawan pedagang melakukan orasi dan meneriakkan “Hidup Pedagang Buku” di hadapan para
anggota DPRD. Pedagang buku juga memberikan selebaran-selebaran kepada anggota DPRD dan meminta dukungan yang isinya menolak relokasi, menuntut
revitalisasi karena mereka sebagai cagar budaya Kota Medan. Pedagang buku langsung berhadapan di depan meja Bapak Plt Walikota saat itu. Dewan Pembina
P2BLM yaitu, Lilik Sukamto Lubis menerangkan langsung tentang sejarah pedagang buku bekas yang dulunya berada di Titi Gantung. Menjelaskan bahwa
pedagang buku ikut melestarikan nilai-nilai sejarah dari berjualan buku bekas yang sebenarnya merupakan anak angkat dari Pemko Medan. Walikota Medan
sekarang Drs. H. Dzulmi Eldin menyatakan dengan jawaban normatif kepada pedagang buku. Berdasarkan rekaman video percakapan Drs. H.Dzulmi Eldin
kepada pedagang buku : “Kalau begitu nanti akan kami bicarakan dulu, kemarin itu juga sudah
ada perwakilan kalian dulu kalau mau ditempatkan di Mandala dulu kalian gak mau terus minta dipindahkan ke Pegadaian itulah makanya
keluar SK Walikota itu. Awalnya SK Walikota itu dietapkan di Mandala,
maka dibatalkan lagi SK Walikota itu di Pegadaian. Saya tahu itu kesepakatan, karena ada perjanjian. Besok akan kita akan adakan
pertemuan dengan PT.KAI bagaimana kesepakatannya dan nanti kalian akan diundang juga”. Rekaman Video P2BLM
Gerakan sosial pedagang buku ini sesuai dengan apa yang dikatakan Sujatmiko dalam buku “Gerakan Sosial” menekankan pada ranah politik dengan
menerobos masuk gedung DPRD Medan untuk memaksa Pemko Medan tidak merelokasi pedagang buku melainkan melakukan revitalisasi sebagai win-win
solutions antara kedua pihak. Pedagang melakukan “class actions” untuk memaksa Pemko Medan sebagai aktor yang mempunyai otoritas politik untuk
menghasilkan kebijakan yang adil sesuai dengan aspirasi pedagang buku. Kebijakan SK Walikota dirubah secara sepihak tanpa ada kejelasan lokasi hak
pemakaian kios di Jl. Pegadaian.
4.7.3. Demonstrasi