5 8
Cemaran mikroba: 8.1Angka lempeng
total 8.2Bakteri koliform
8.3Kapang Kolonig
APMg Kolonig
Maks 1 x 10
4
3 Maks 50
Sumber: SNI 01- 2976-2006
2.2 Logam Berat
Logam berat berasal dari kerak bumi yang mengandung bahan- bahan murni, organik, dan anorganik. Logam merupakan bahan pertama yang dikenal
oleh manusia dan digunakan sebagai alat- alat yang berperan penting dalam sejarah peradaban manusia Darmono, 1995.
Menurut Widowati 2008, logam berat dibagi dalam 2 jenis, yaitu: 1.
Logam berat essensial, yakni logam dalam jumlah tertentu yang sangat dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan logam tersebut
bisa menimbulkan efek toksik. Contohya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya.
2. Logam berat tidak essensial, yakni logam yang keberadaannya dalam
tubuh masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik, seperti Hg, Cd, Pb, Cr, dan lain- lain.
2.2.1 Sumber Logam Berat
1. Sumber Alamiah
Universitas Sumatera Utara
6 Logam- logam di atmosfer berdasarkan sumber alamiahnya berasal dari
debu- debu kegiatan gunung berapi, erosi dan pelapukan tebing dan tanah, asap dari kebakaran hutan, dan partikulat dari permukaan laut. Secara alamiah unsur
tembaga dapat masuk ke dalam lingkungan sebagai akibat dari peristiwa alam seperti erosi dari batuan mineral Connel dan Miller, 1995.
2. Sumber Pencemaran
Pencemaran logam berat dapat terjadi pada daerah lingkungan yang bermacam-macam dan ini dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu udara, air,
dan tanah.Di Indonesia pencemaran logam berat cendrung meningkat sejalan dengan proses industrialisasi.Di daerah perkotaan dan industri pencemaran udara
disebabkan karena uap sisa pembakaran bahan bakar kendaraan dan asap pabrik. Udara di daerah ini akan tercemar oleh logam berat dan kemudian terbawa oleh
air hujan, sehingga air hujan tersebut juga mengandung logam berat. Air yang mengandung logam berat ini akan mencemari tanah dan lingkungan.Hal ini juga
dapat disebabkan karena penggunaan logam sebagai bahan baku berbagai jenis industri untuk memenuhi kebutuhan manusia juga semakin meningkat.Seperti
penggunaan pembasmi hama peptisida, pemupukan atau limbah buangan pabrik yang menggunakan logam. Widowati, 2008; Darmono, 1995.
2.3Tembaga
Tembaga Cu merupakan logam yang bewarna merah muda yang lunak.Memiliki titik lebur 1038°C, tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat
encerdan mudah larut dalam asam nitrat. Logam tembaga dapat diidentifikasi dengan beberapa reaksi kualitatif yaitu dengan penambahan H
2
S akan membentuk endapan hitam dari CuS, dimana endapan ini tidak dapat larut dalam H
2
SO
4
encer
Universitas Sumatera Utara
7 dan larut dalam HNO
3
pekat. Reaksi indentifikasi tembaga dapat dilakukan menggunakan uji nyala menghasilkan nyala hijau dengan pembasahan asam
klorida pekat sebelum pemanasan Vogel, 1985. Unsur tembaga di alam ditemukan dalam bentuk logam bebas, namun
lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan ion seperti CuCO
3
, CuOH dan lain sebagainya. Unsur tembaga juga terdapat dalam bentuk mineral yang
terdapat pada tanah dan batuan seperti CuFeS
2,
Cu
2
S, dan Cu
5
FeS
4
Palar, 2008. Tembaga dianggap sebagai zat gizi essensial pada tahun 1928, ketika
ditemukan bahwa anemia hanya dapat dicegah bila tembaga dan besi keduanya ada di dalam tubuh dalam jumlah cukup. Tembaga memegang peranan dalam
mencegah anemia dengan cara membantu absorpsi besi dan merangsang sintesis hemoglobin sehingga melepas simpanan besi dari feritin dalam hati.Tembaga ada
di dalam tubuh sebanyak 50-120 mg, sekitar 40 ada di dalam otot, 15 di dalam hati, 10 di dalam otak, 6 di dalam darah dan selebihnya di dalam tulang,
ginjal, dan jaringan tubuh lain. Di dalam plasma, 60 dari tembaga terikat pada seruloplasmin, 30 pada transkuprein dan selebihnya pada albumin dan asam
amino Almatsier, 2004. Di dalam tubuh tembaga berfungsi sebagai bagian dari enzim,
contohnyaenzim metaloprotein yang terlibat dalam fungsi rantai sitokrom dalam oksidasi di dalam mitokondria. Fungsi lain tembaga diantaranya adalah sebagai
sintesis protein-protein kompleks jaringan kolagen di dalam kerangka tubuh dan pembuluh darah, tembaga yang terdapat di dalam sel darah merah terdapat sebagai
metaloenzim superoksidadismutase yang terlibat dalam pemusnahan radikal
Universitas Sumatera Utara
8 bebas, berperan dalam sintesis pembawa rangsangan saraf neurotransmiter
seperti noradrenalin, juga berperan dalam mencegah anemia Almatsier, 2004. Kelebihan tembaga secara kronis menyebabkan penumpukan tembaga di
dalam hati yang dapat menyebabkan nekrosis hati, konsumsi sebanyak 10-15 mg tembaga sehari dapat menimbulkan muntah-muntah, diare, berbagai tahap
perdarahan intravaskular dapat terjadi, begitupun nekrosis sel-sel hati dan gagal ginjal, konsumsi dosis tinggi dapat menyebabkan kematian.Gejala defisiensi
tembaga yaitu terjadi penurunan kadar Cu-serum, lalu terjadi anemia yang serupa dengandefisiensi Fe , menggangu pertumbuhan dan metabolisme Almatsier,
2004.
2.4Destruksi
Untuk menentukan kandungan mineral bahan makanan, bahan harusdidestruksi dulu. Cara yang biasa dilakukan yaitu pengabuan kering dry
ashing dan pengabuan basah wet digestion. Pemilihan cara tersebut tergantung
pada sifat zat organik dalam bahan, sifat zat anorganik yang ada di dalam bahan, mineral yang akan dianalisa serta sensitivitas cara yang digunakan. Pada destruksi
kering sering terjadi kehilangan unsur- unsur mikro tertentu karena suhu pemanasan yang tinggi, dapat juga terjadi reaksi antara unsur dengan wadah. Pada
pengabuan basah suhu yang digunakan tidak melebihi titik didih larutan dan pada umumnya karbon lebih cepat hancur daripada menggunakan cara pengabuan
keringApriantono, dkk., 1989. Destruksi kering merupakan perombakan organik logam di dalam sampel
menjadi logam-logam anorganik dengan jalan pengabuan sampel dalam tanur dan memerlukan suhu pemanasan tertentu. Pada umumnya dalam destruksi kering ini
Universitas Sumatera Utara
9 dibutuhkan suhu pemanasan antara 400-800°C, tetapi suhu ini sangat tergantung
pada jenis sampel yang akan dianalisis. Untuk menentukan suhu pengabuan dengan sistem ini terlebih dahulu ditinjau jenis logam yang akan dianalisis. Bila
oksida-oksida logam yang terbentuk bersifat kurang stabil, maka perlakuan ini tidak memberikan hasil yang baik. Untuk logam Fe, Cu, dan Zn oksidanya yang
terbentuk adalah Fe
2
O
3
, FeO, CuO, dan ZnO. Semua oksida logam ini cukup stabil pada suhu pengabuan yang digunakan. Oksida-oksida ini kemudian
dilarutkan ke dalam pelarut asam encer baik tunggal maupun campuran, setelah itu dianalisis menurut metode yang digunakan
Kristianingrum
, 2012.
2.5 Spekrofotmetri Serapan Atom