46 seharusnya berperan sebagai pemberi informasi drug informer khususnya untuk
obat-obat yang digunakan dalam swamedikasi Depkes RI., 2007. Selain efek pengobatan yang ditimbulkan, obat juga mempunyai efek
samping yang tidak diinginkan meskipun pada dosis normal. Efek samping yang paling umum dialami responden adalah jantung berdebar dan nyeri lambung. Efek
samping seperti itu banyak dirasakan pasien yang menggunakan obat-obat pereda nyeri yang mengandung kafein.
Penilaian polifarmasi pada penelitian ini berdasarkan penggunaan obat dalam jumlah yang banyak dan tidak sesuai dengan kondisi kesehatan pasien.
Berdasarkan hasil penilaian pada bagian ini, kejadian polifarmasi ditemukan pada 9 pasien 2,6 dan paling sering terjadi pada pasien dengan keluhan nyeri dan
flu, dengan penggunaan dua jenis obat flu atau obat pereda nyeri dalam waktu barsamaan. Kejadian polifarmasi terjadi karna kesadaran masyarakat untuk
membaca label pada kemasan obat masih kecil dan pengetahuan masyarakat mengenai obat-obatan pun masih kurang. Penggunaan obat bebas yang tidak
sesuai aturan adalah salah satu bentuk penyimpangan dari pemanfaatan obat, sebagaimana hasil penelitian WHO yang mengidentifikasi beberapa bentuk
penyimpangan penggunaan obat yang seringterjadi yang tidak sesuai dan menimbulkan dampak negatif pada kesehatan masyarakat, yang diantaranya
adalah penggunaan yang berlebihan dari obat-obat bebas Chetley, 2007.
4.6 Pengaruh Faktor-Faktor Sosiodemografi terhadap Tingkat Pengetahuan
tentang Swamedikasi Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan
mempunyai hubungan dengan pendidikan terakhir nilai p = 0,000 dan pekerjaan 0,030. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Dian Hermawati
47 2012 yang menunjukkan bahwa semua faktor sosiodemografi tidak
mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pengobatan swamedikasi.
Tabel 4.8 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sosiodemografi Responden.
Variabel Tingkat Pengetahuan
Total N
P Value Buruk
N Sedang
N Baik
N
Umur 18-28 tahun
29-39 tahun 40-50 tahun
51-60 tahun Total
103 36,3
17 44,7
6 42,9
3 50,0
129
37,7
120 42,3
16 42,1
4 28,6
3 50,0
143
41,8
61 21,5
5 13,2
4 28,6
0,0 70
20,5
284 100,0
38 100,0
14 100,0
6 100,0
342
100,0 0,632
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan Total
42 40,0
87 36,7
129 37,7
43 41,0
100 42,2
143 41,8
20 19,0
50 21,1
70 20,5
105 100,0
237 100,0
342 100,0
0,834
Pendidikan Terakhir Dibawah SMP
SMP SMA
Perguruan Tinggi Total
23 71,9
41 46,6
62 31,2
3 13,0
129 37,7
4 12,5
37 42,0
86 43,2
16 69,6
143 41,8
5 15,6
10 11,4
51 25,6
4 17,4
70 20,5
32 100,0
88 100,0
199 100,0
23 100,0
342 100,0
0,000
Pekerjaan Tidakbelum bekerja
Guru 56
39,4 6
33,33 63
44,4 6
33,33 23
16,2 6
33,33 142
100,0 18
100,0 0,030
48 Tabel 4.8Lanjutan.
Tenaga Kesehatan Lainnya
Total
2 10,0
65 40,1
129 37,7
9 45,0
65 40,1
143 41,8
9 45,0
32 19,8
70 20,5
20 100,0
162 100.0
342 100,0
0,030
4.7
Pengaruh Faktor- faktor Sosiodemografi terhadap Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi
Berdasarkan tabel 4.9 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan pekerjaan dengan rasionalitas
penggunaan obat. Kesimpulan tersebut didasari oleh nilai p keempat variabel faktor sosiodemografi lebih besar dari nilai α 0,050.
Tabel 4.9 Hubungan Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi dengan Sosiodemografi Responden.
Variabel Rasionalitas Swamedikasi
Total N
P Value Tidak Rasional
N Rasional
N
Umur 18-28 tahun
29-39 tahun 40-50 tahun
51-60 tahun Total
110 38,7
21 55,3
5 35,7
3 50,0
139 40,6
174 61,3
17 44,7
9 64,3
3 50,0
203 59,4
284 100,0
38 100,0
14 100,0
6 100,0
342 100,0
0,245
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan Total
47 44,8
92 38,8
139 40,6
58 55,2
145 61,2
203 59,4
105 100,0
237 100,0
342 100,0
0,340
49 Tabel 4.9 Lanjutan.
Pendidikan Terakhir
Dibawah SMP SMP
SMA Perguruan Tinggi
Total
14 43,8
41 46,6
76 38,2
8 34,8
139 40,6
18 56,3
47 53,4
123 61,8
15 65,2
203 59,4
32 100,0
88 100,0
199 100,0
23 100,0
342 100,0
0,533
Pekerjaan Tidakbelum bekerja
Guru Tenaga Kesehatan
Lainnya Total
55 38,7
6 33,3
10 50,0
68 42,0
139 40,6
87 61,3
12 66,7
10 50,0
94 58,0
203 59,4
142 100,0
18 100,0
20 100,0
162 100,0
342 100,0
0,702
Beberapa penelitian terdahulu memperlihatkan bahwa jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan dan tingkat pendapatan berhubungan dengan
perilaku pengobatan sendiri yang rasional Kristina, dkk., 2007. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Supardi dan Raharni pada tahun 2006,faktor
yang berhubungan secara bermakna dengan tindakan swamedikasi yang sesuai dengan aturan adalah faktor umur dan pendidikan terakhir. Kondisi masyarakat
dan lingkungan yang diteliti dapat mempengaruhi hasil penelitian, sehingga hasilnya bisa berbeda-beda.
50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Tingkat pengetahuan pasien tentang swamedikasi di tiga apotek Kota
Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal, mayoritasnya adalah tingkat pengetahuan tergolong sedang 41,8 .
b. Rasionalitas penggunaan obat swamedikasi dari pasien ditiga apotek Kota
Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal yaitu rasional 59,4 dan tidak rasional 40,6 .
c. Tingkat pengetahan dipengaruhi oleh Pendidikan terakhir dan pekerjaan.
Sedangkan rasionalitas penggunaan obat swamedikasi tidak dipengaruhi
faktor sosiodemografi.
5.2 Saran
a. Dinas Kesehatan Kabupaten mandailing Natal perlu memberikan promosi
mengenai cara memilih dan menggunakan obat dengan benar dan tepat. b.
Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor –faktor yang dapat mempengaruhi rasionalitas penggunaan obat swamedikasi seperti sikap
dan penghasilan masyarakat. c.
Diharapkan kepada masyarakat agar mendapatkan informasi yang benar tentang obat –obatan dari sumber yang bisa dipercaya dalam hal ini
petugas kesehatan.