Memberikan Motivasi pada Lansia Fungsi afektif Fungsi sosialisasi

54 sedangkan sebanyak 17 orang 54,8 mengatakan sering mengingatkan lansia untuk beribadah setiap hari. Tabel 5.1.4 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam perawatan spritual pada lansia No Pernyataan TP JR SR SL F F F F 1. Menemani lansia pergi ke 2 6,5 15 48,4 10 32,3 4 12,9 tempat ibadah. 2. Menyiapkan perlengkapan ibadah 0 0 16 51,6 10 32,3 5 16,1 lansia 3. Memfasilitasi lansia dalam beribadah 0 0 12 38,7 14 45,2 5 16,1 seperti pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin. 4. Menjaga ketenangan lingkungan 0 0 2 6,5 12 38,7 17 54,8 saat lansia mengerjakan ibadah. 5. Mengingatkan lansia untuk beribadah 0 0 5 16,1 17 54,8 9 29,0 setiap hari

5. Memberikan Motivasi pada Lansia

Dari komponen memberikan motivasi pada lansia yang dilakukan keluarga yaitu sebanyak 15 orang 48,4 mengatakan jarang mendukung lansia melakukan aktivitas fisik yang disukai dalam batas kemampuannya, mayoritas 19 orang 61,3 mengatakan jarang mendukung dan memberikan lansia kegiatan yang mengisi hari-harinya, seperti berkebun, beternak, dll, dan sebanyak 14 orang 45,2 mengatakan jarang dan sering memberikan kepercayaan terhadap lansia dalam melakukan suatu kegiatan seperti gotong royong, musyawarah,dll, serta sebanyak 21 orang 67,7 mengatakan jarang mendukung lansia untuk memiliki pasangan kembali. Sedangkan sebanyak 23 Universitas Sumatera Utara 55 orang 74,2 mengatakan sering dan selalu membantu lansia menyelesaikan masalahnya. Tabel 5.1.5 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam memberikan motivasi pada lansia No Pernyataan TP JR SR SL F F F F 1. Mendukung lansia melakukan 1 3,2 15 48,4 14 45,2 1 3,2 aktivitas fisik yang disukai dalam batas kemampuannya 2. Mendukung dan memberikan lansia 1 3,2 19 61,3 9 29,0 2 6,5 kegiatan yang mengisi hari-harinya, seperti berkebun, beternak, dll 3. Memberikan kepercayaan terhadap 1 3,2 14 45,2 14 45,2 2 6,5 lansia dalam melakukan suatu kegiatan seperti gotong royong, musyawarah,dll 4. Mendukung lansia untuk memiliki 7 22,6 21 67,7 3 9,7 0 0 pasangan kembali 5. Membantu lansia menyelesaikan 0 0 0 0 8 25,8 23 74,2 masalahnya Universitas Sumatera Utara 56

2. Pembahasan

Hasil penelitian peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu dan mandailing di Kelurahan Labuhanbilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhanbatu, terlihat bahwa keluarga dengan budaya melayu dan mandailing dalam kategori peran baik yaitu 30 responden 96,8 berbudaya melayu dan 23 responden 74,2 berbudaya mandailing. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Adrian W 2012 peran keluarga dalam perawatan lansia di Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor, terlihat bahwa keluarga dalam kategori peran baik 32 responden 52,46. Peneliti berasumsi bahwa mayoritas responden berada dalam kategori peran yang baik, karena mayoritas lansia tinggal bersama anak kandungnya 77,4 berbudaya melayu dan 74,2 berbudaya mandailing. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian conell 2003 bahwa merawat lansia dirumah menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan peran pemberi asuhan yaitu keluarga. Hal ini dimungkinkan terjadi karena keluarga yang memiliki budaya berbeda- beda. Sebaliknya hasil penelitian center for population and policy studies Universitas Gadjah MadaUGM 1999 menggambarkan bahwa merawat orang tua merupakan suatu kewajiban dan perwujudan bakti anak. Hal ini dapat terjadi karena penelitian dilakukan di daerah yang mempunyai karakteristik budaya yang hampir sama yaitu seperti mayoritas budaya melayu yang dilakukan oleh peneliti. Anak wanita biasanya lebih berperan dalam perawatan lansia daripada pria, karena pria biasanya memiliki tanggung jawab penuh mencari nafkah keluarga, sehingga perhatian atau kepeduliannya kurang terhadap lansia. Hal ini Universitas Sumatera Utara 57 sesuai dengan pernyataan hasil penelitian Wiyono dkk 2008 bahwa pemberi asuhan dapat dilakukan oleh seluruh anggota keluarga tetapi wanita secara tradisional diasumsikan dan diterima mempunyai peran sebagai pemberi asuhan secara alamiah. Selain itu, perawatan keluarga juga mungkin dipengaruhi oleh budaya yang ada di keluarga masing-masing. Berkaitan dengan budaya melayu yang sejalan dengan pendapat Dja’far 2008 bahwa budaya melayu dikenal dengan tingkah lakunya lemah lembut, ramah-tamah, mengutamakan sopansantun, dan menghormati orang yang lebih tua dan tamu-tamu. Begitu juga dengan budaya mandailing yang sejalan dengan pendapat Loebis 1998 bahwa budaya mandailing juga memiliki sikap yang ramah, rajin, dan selalu merendahkan diri. Pada lansia akan timbul penurunan fungsi tubuh sehingga timbul masalah- masalah fisik pada lansia. Penyakit yang diderita lansia di Kelurahan Labuhanbilik berbudaya melayu kebanyakan adalah remathoid artritis yang dikenal dengan istilah rematik 38,7. Dan lama menderita penyakit 1-10 tahun 64,5. Sedangkan berbudaya mandailing mayoritas adalah hipertensi 38,7. Dan lama menderita penyakit 11-20 tahun 71. Keluarga berperan baik dengan lansia karena mengetahui penyakit yang diderita lansia serta lama penyakit yang telah di derita. Hal ini juga diperlihatkan pada pernyataan keluarga sering memeriksakan kesehatan lansia secara teratur 38,7 berbudaya melayu dan 48,4 berbudaya mandailing. Universitas Sumatera Utara 58

1. Perawatan Fisik Lansia

Hasil penelitian peran keluarga terhadap perawatan fisik lansia berbudaya melayu menunjukkan bahwa sebanyak 16 orang 51,6 mengatakan selalu menyiapkan makanan yang bernutrisi untuk lansia, 21 orang 67,7 mengatakan selalu mengingatkan lansia untuk istirahattidur dan 18 orang 58,1 mengatakan sering membantu dan mengingatkan lansia untuk membersihkan diri mandi, serta 17 orang 54,8 mengatakan jarang mempertahankan kekuatan fisik lansia dengan cara melakukan latihan fisik seperti berolah raga sedangkan sebanyak 12 orang 38,7 mengatakan sering memeriksakan kesehatan lansia secara teratur. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kuswardani 2009 terdapat 56 lansia yang melakukan olahraga secara teratur dan terdapat 28,3 lansia yang keluarganya melakukan olahraga secara bersama-sama. Peneliti berasumsi bahwa pekerjaan responden juga sangat berpengaruh yaitu sebagian besar responden adalah sebagai buruhpetani 38,7, yang menyebabkan responden jarang dirumah dari pagi sampai petang. Walaupun responden yang bekerja setiap hari pulang ke rumah, tetapi itu hanya untuk makan dan istirahat saja, dan setelah itu pergi lagi ke sawahladang. Sehingga sebagian besar responden jarang atau bahkan tidak pernah mengajarkan lansia untuk melakukan latihan fisik seperti berolahraga. Sedangkan hasil penelitian dari keluarga yang berbudaya mandailing menunjukkan bahwa sebanyak 16 orang 51,6 mengatakan sering menyiapkan makanan yang bernutrisi untuk lansia, sebanyak 13 orang 41,9 mengatakan jarang mengingatkan lansia untuk istirahattidur, dan sebanyak 18 orang 58,1 Universitas Sumatera Utara 59 sering membantu dan mengingatkan lansia untuk membersihkan dirimandi, serta 20 orang 64,5 mengatakan jarang mempertahankan kekuatan fisik lansia dengan cara melakukan latihan fisik seperti berolah raga, sedangkan sebanyak 15 orang 48,4 mengatakan sering memeriksakan kesehatan lansia secara teratur. Hal ini juga terjadi karena keluarga terlalu sibuk bekerja diluar rumah. 2. Mempertahankan Status Mental Lansia Hasil penelitian peran keluarga dalam mempertahankan status mental lansia berbudaya melayu menunjukkan bahwa sebanyak 19 orang 61,3 mengatakan selalu memberikan kesempatan dan waktu mendengarkan setiap keluhan lansia, sebanyak 19 orang 61,3 mengatakan selalu memperhatikan keadaan lansia seperti sakit, sedih, dll, dan sebanyak 17 orang 54,8 mengatakan selalu menjaga perasaan lansia baik dalam berbicara maupun tingkah laku, mayoritas 16 orang 51,6 mengatakan sering melibatkan lansia dalam acara-acara yang ada dikeluarga, sedangkan sebanyak 14 orang 45,2 mengatakan sering dan selalu mendengarkan nasehat lansia. Hal ini juga dipengaruhi dari kebiasaan budaya melayu yang kental terhadap sistem kekeluargaan. Sedangkan hasil penelitian dari keluarga yang berbudaya mandailing menunjukkan bahwa sebanyak 19 orang 61,3 mengatakan selalu memberikan kesempatan dan waktu mendengarkan setiap keluhan lansia, sebanyak 19 orang 61,3 mengatakan selalu memperhatikan keadaan lansia seperti sakit, sedih, dll, dan sebanyak 17 orang 54,8 mengatakan selalu menjaga perasaan lansia baik dalam berbicara maupun tingkah laku, mayoritas 16 orang 51,6 mengatakan Universitas Sumatera Utara 60 sering melibatkan lansia dalam acara-acara yang ada dikeluarga, sedangkan sebanyak 14 orang 45,2 mengatakan sering dan selalu mendengarkan nasehat lansia. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Kuswardani 2009 menyebutkan bahwa lansia lebih mempercayakan keluarga sebagai sosok yang bisa berbagi cerita mengenai masalah yang dirasakannya, keluarga biasanya lebih senang mendengarkan orang tuanya menceritakan kehidupan masa lalu atau bernostalgia dan lebih menghargai kekuatan serta kemampuan lansia. 3. Perawatan Sosial dan Ekonomi Lansia Hasil penelitian peran keluarga dalam perawatan sosial dan ekonomi lansia menunjukkan bahwa sebanyak 14 orang 45,2 berbudaya melayu dan 13 orang 41,9 berbudaya mandailing, mengatakan jarang dan ada juga sebagian kecil sering memfasilitasi lansia berkumpul dengan teman sebayanya untuk mengobrol. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga masih kurang berperan dalam perawatan sosial lansia, jika dilihat dari kondisi desa tersebut bahwa keluarga masih merasa lansia dapat melakukan hal tersebut sendiri, karena sebagian besar rumah-rumah yang ditempati oleh lansia berdekatan dengan tetangga dan kerabat lain, sehingga lansia masih bisa berjalan sendiri mendatangi teman-teman sebayanya untuk berkumpul dan mengobrol bersama. Sedangkan sebanyak 15 orang 48,4 berbudaya melayu dan 17 orang 54,8 berbudaya mandailing mengatakan sering memfasilitasi lansia untuk mengikuti kegiatan kelompoknya seperti yasinan, arisan, dll, serta sebanyak 13 orang 41,9 berbudaya melayu dan 15 orang 48,4 berbudaya mandailing mengatakan jarang dan sering membantu semua keperluan lansia sehari-hari seperti cek kesehatan, memberi Universitas Sumatera Utara 61 uang saku, membelikan baju dll. Serta mayoritas 22 orang 41,9 berbudaya melayu dan 21 orang 45,2 berbudaya mandailing, mengatakan jarang memfasilitasi lansia untuk berekreasi misal jalan-jalan, menonton televisimendengarkan radio, atau hiburan-hiburan lain. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Setiti 2007, bahwa keluarga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lansia untuk melakukan rekreasi misal jalan-jalan pagi, menonton film, atau hiburan-hiburan lain. Para lansia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar seperti menonton televisi, dan membaca surat kabar atau majalah. Dilihat bahwa di desa tersebut jarang ada kegiatan khusus untuk lansia, jika dilihat dari sistem keluarga bahwa sebagian besar lansia jarang berkumpul dan berekreasi bersama lansia, dikarenakan juga faktor kesibukan bekerja dan lansia juga terlihat lebih suka melakukan kegiatan yang lain seperti membersihkan rumah, memasak, menyapu halaman, membaca ayat-ayat al- qur’an dan sebagainya. Serta sebanyak 13 orang 41,9 berbudaya melayu dan 14 orang 45,2 berbudaya mandailing, mengatakan jarang dan ada juga yang sering membelikan lansia alat bantu kesehatan untuk kebutuhan fisiknya seperti tongkat, kursi roda, kaca mata, alat pendengaran, dll, dilihat bahwa sebagian keluarga ada yang mampu membelikan alat bantu untuk kesehatan lansia, dan sebagian ada juga yang tidak mampu membelikan alat bantu untuk kesehatan lansia, jika dilihat dari kondisi keluarga di desa tersebut penyebabnya ialah faktor ekonomi yang tidak mencukupi, karena rata-rata pekerjaan responden adalah sebagai buruhpetani, yang pada umumnya penghasilan yang didapat pas-pasan. Universitas Sumatera Utara 62 4. Perawatan Spritual Hasil penelitian peran keluarga dalam perawatan spritual lansia menunjukkan bahwa sebanyak 21 orang 67,7 berbudaya melayu, dan 15 orang 48,4 berbudaya mandailing, mengatakan jarang menemani lansia pergi ke tempat ibadah, serta sebanyak 15 48,4 berbudaya melayu dan 16 orang 51,6 berbudaya mandailing, mengatakan jarang menyiapkan perlengkapan ibadah lansia. Sebanyak 15 orang 48,4 berbudaya melayu dan 14 orang 45,2 berbudaya mandailing mengatakan sering memfasilitasi lansia dalam beribadah seperti pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin. Serta 14 orang 45,2 berbudaya melayu dan 17 orang 54,8 berbudaya mandailing mengatakan selalu dan sering menjaga ketenangan lingkungan saat lansia mengerjakan ibadah, sedangkan 15 orang 48,4 berbudaya melayu dan 17 orang 54,8 berbudaya mandailing mengatakan sering mengingatkan lansia untuk beribadah setiap hari. Jika dilihat dari kondisi desa tersebut, sebagian besar lansia sudah rutin mengerjakan ibadah yang dilakukan di rumah masing-masing, dan keluarga sendiri sering sibuk dengan urusannya masing-masing serta tidak ada kebiasaan mengerjakan ibadah bersama-bersama, sehingga lansia jarang ditemani keluarga untuk pergi ke tempat ibadah. Dan umumnya perlengkapan ibadah sudah di letakkan di tempat yang nyaman dan terjangkau bagi lansia untuk beribadah, jadi dengan sendirinya jika lansia ingin beribadah, lansia tersebut akan mengambil dan memakainya sendiri tanpa dibantu keluarga. Hanya saja keluarga akan membersihan perlengkapan ibadah lansia jika sudah kelihatan kotor atau bau. Universitas Sumatera Utara 63 Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahyono 2012 menyatakan bahwa spiritual seseorang yang berada pada rentan usia lansia mengalami spiritual yang semakin mendalam atau dapat dikatakan seorang lansia umumnya memiliki spiritualitas yang tinggi, karena apabila seseorang telah memasuki usia yang lanjut, ia cenderung lebih ingin mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa dan juga bisa mulai menerima adanya perubahan dalam kehidupan dan aktivitas sehari-hari serta adanya takdir berupa kematian yang melanda diri sendiri, saudara atau sahabat dari lansia. Dan dilihat dari data demografi menunjukkan bahwa semua responden beragama islam 100. 5. Memberikan Motivasi pada Lansia Hasil penelitian peran keluarga dalam memberikan motivasi pada lansia menunjukkan sebanyak 17 orang 54,8 berbudaya melayu dan 15 orang 48,4 berbudaya mandailing mengatakan jarang mendukung lansia melakukan aktivitas fisik yang disukai dalam batas kemampuannya. Sebanyak 15 orang 48,4 berbudaya melayu dan 19 orang 61,3 berbudaya mandailing mengatakan jarang mendukung dan memberikan lansia kegiatan yang mengisi hari-harinya seperti berkebun, beternak, dll, dan 17 orang 54,8 berbudaya melayu dan 14 orang 45,2 berbudaya mandailing mengatakan jarang dan sering memberikan kepercayaan terhadap lansia dalam melakukan suatu kegiatan seperti gotong royong, musyawarah,dll, serta 22 orang 71,0 berbudaya melayu dan 21 orang 67,7 berbudaya mandailing mengatakan jarang mendukung lansia untuk memiliki pasangan kembali, sedangkan mayoritas 26 orang 83,9 Universitas Sumatera Utara 64 berbudaya melayu dan 23 orang 74,2 berbudaya mandailing mengatakan sering dan selalu membantu lansia menyelesaikan masalahnya. Jika dilihat dari kondisi desa tersebut sebagian besar keluarga tidak sempat untuk mengajarkan kepada lansia hal-hal yang bisa dilakukan sesuai kemampuannya, karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Berkaitan dalam hal keluarga jarang mendukung lansia untuk memiliki pasangan kembali, yaitu menurut alasan yang dikemukakan oleh beberapa keluarga tersebut bahwa mereka masih merasa tabu atau malu bila ingin mempertahankan kehidupan seksualnya kembali, dan sikap keluarga yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya yang ada, juga sebagian besar lansia ditemukan memang terbiasa hidup sendiri tanpa pasangan, terutama lansia wanita. Lansia menganggap bahwa mengalami penurunan baik dari fisik, kesehatan dan daya ingat, dianggap kejadian yang wajar ketika seseorang sudah tualanjut usia. Penyesuaian diri terhadap berbagai perubahan aspek kehidupan ini menyebabkan lansia mampu menerima keadaannya. Penerimaan tersebut akan memberikan pengaruh positif pada dirinya. Universitas Sumatera Utara 65

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan terhadap 62 orang responden keluarga, 31 orang berbudaya melayu dan 31 orang berbudaya mandailing di Kelurahan Labuhanbilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015. Hasil penelitian ini menggambarkan peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu dan mandailing di Kelurahan Labuhanbilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhanbatu. Peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu yaitu baik sebanyak 30 responden 96,8, selebihnya peran keluarga cukup sebanyak 1 responden 3,2. Sedangkan peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya mandailing yaitu baik sebanyak 23 responden 74,2. selebihnya peran keluarga cukup sebanyak 4 responden 12,9, dan sangat baik 4 responden 12,9.

6.2 Rekomendasi

1. Pendidikan Keperawatan Bagi pendidikan keperawatan diharapkan untuk menggali lebih dalam lagi pengetahuan tentang keperawatan komunitas mengenai peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya yang ada, karena aspek penting dalam perawatan lansia sangat dipengaruhi oleh keluarga sendiri dan terkait tentang budaya yang ada didalam keluarga tersebut. Peneliti juga menyarankan agar materi perkuliahan tentang keperawatan keluarga terhadap lansia lebih diperdalam Universitas Sumatera Utara 66 lagi sehingga dapat dikembangkan dalam praktek belajar lapangan sehingga perawatan keluarga terhadap lansia bisa lebih sangat baik lagi. 2. Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini sebaiknya digunakan sebagai acuan bagi perawat komunitas dalam memberikan pendidikan kesehatan mengenai peran keluarga dalam merawat lansia yang baik. Sehingga dapat meningkatkan kwalitas hidup lansia. 3. Penelitian Keperawatan Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai evidence base bagi penelitian selanjutnya terkait dengan peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu dan mandailing. Penelitian lanjutan terkait dengan peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu dan mandailing sebaiknya dilakukan dengan menggunakan lansia sebagai responden agar hasil peran keluarga lebih benar tanpa ada yang di rekayasa dan jumlah sampel yang lebih representatif dan lokasi penelitian yang berbeda. Universitas Sumatera Utara 67

2.1 Peran keluarga dalam Perawatan Lansia Menurut Budaya Melayu dan Mandailing

Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia No. Responden : .......................

1. Kuesioner Data Demografi

Petunjuk pengisian : Saudarai diharapkan akan menjawab setiap pernyataan dengan memberikan tanda checklist √ pada tempat yang tersedia. Tiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban dan bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti. 1. Nama inisial : 2. Usia : 17-25 tahun 36-45 tahun 26-35 tahun 46-55 tahun 3. Jenis kelamin : Wanita Pria 4. Agama : Islam Kristen 5. Suku : Mandailing Melayu 6. Pekerjaan Responden : PNS TNI POLRI Buruh petani Pensiunan PNS TNI Polri Tidak bekerja Pegawai swasta Wiraswasta 7. Jumlah Anggota Keluarga : 2 orang 5 orang Universitas Sumatera Utara 68 3 orang 5 orang 4 orang 8. Hubungan responden dengan lansia: Anak Adik Menantu Cucu Lain-lain 9. Riwayat Penyakit lansia: Hipertensi Jantung Koroner Remathoid Artritis Diabetes Mellitus Lain-lain :.............. 10. Lama Penyakit Universitas Sumatera Utara 69 Kuesioner Perawatan lansia oleh keluarga Petunjuk pengisian : Berikan tanda checklist √ pada setiap kolom jawaban yang tersedia di bawah ini sesuai dengan perawatan yang Saudarai berikan kapada lanjut usia. Dimana, TP : tidak pernah, JR : jarang, SL : selalu, SR : sering Berikut ini adalah perawatan keluarga yang saya berikan kepada lansia: Pernyataan TP JR SR SL 1. 2. Perawatan Fisik Lansia - Menyiapkan makanan yang bernutrisi untuk lansia - Mengingatkan lansia untuk istirahat tidur. - Membantu dan mengingatkan lansia untuk membersihkan diri mandi - Mempertahankan kekuatan fisik lansia dengan cara melakukan latihan fisik seperti berolah raga - Memeriksakan kesehatan lansia secara teratur Mempertahankan Status Mental Lansia - Memberikan kesempatan dan waktu untuk mendengarkan setiap keluhan lansia - Keluarga selalu memperhatikan keadaan lansia seperti sakit, sedih, dll - Menjaga perasaan lansia baik dalam berbicara maupun tingkah laku. - Melibatkan lansia dalam acara-acara yang ada dikeluarga Universitas Sumatera Utara 70 3. 4. - Mendengarkan nasehat lansia. Perawatan Sosial dan Ekonomi - Memfasilitasi lansia berkumpul dengan teman sebayanya untuk mengobrol. - Memfasilitasi lansia untuk mengikuti kegiatan kelompoknya seperti yasinan, arisan, dll. - Membantu semua keperluan lansia sehari-hari seperti cek kesehatan, memberi uang saku, membelikan baju dll - Memfasilitasi lansia untuk berekreasi misal jalan-jalan, menonton televisi mendengarkan radio, atau hiburan- hiburan lain. - Membelikan lansia alat bantu kesehatan untuk kebutuhan fisiknya seperti tongkat, kursi roda, kaca mata, alat pendengaran, dll Perawatan Spiritual - Menemani lansia pergi ke tempat ibadah. - Menyiapkan perlengkapan ibadah Universitas Sumatera Utara 71 5. lansia. - Memfasilitasi lansia dalam beribadah seperti pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin. - Menjaga ketenangan lingkungan saat lansia mengerjakan ibadah. - Mengingatkan lansia untuk beribadah setiap hari Memberikan Motivasi pada Lansia - Mendukung lansia melakukan aktivitas fisik yang disukai dalam batas kemampuannya - Mendukung dan memberikan lansia kegiatan yang mengisi hari-harinya, seperti berkebun, beternak, dll - Memberikan kepercayaan terhadap lansia dalam melakukan suatu kegiatan seperti gotong royong, musyawarah, dll - Mendukung lansia untuk memiliki pasangan kembali - Membantu lansia menyelesaikan masalahnya Universitas Sumatera Utara 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian keluarga Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu-individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga Friedman, 1998. Menurut Setyowati, dkk 2008 yang dikutip dari Duval dan Logan. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari setiap anggota keluarga.

2.1.2 Tipe Keluarga

Berbagai bentuk dan tipe keluarga, berdasarkan berbagai sumber, dibedakan berdasarkan keluarga tradisional dan non tradisional, yaitu : Menurut Komang ayu 2010 dikutip dari allender dan spradley membagi tipe keluarga berdasarkan : a. Keluarga tradisional 1. Keluarga inti nuclear family, yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak kandung atau anak angkat. 2. Keluarga besar extended family, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman dan bibi. Universitas Sumatera Utara 9 3. Keluarga Dyad, yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak. 4. Single parent, yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian 5. Single adult, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa saja 6. Keluarga usia lanjut, yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut b. Keluarga Non Tradisional 1. Comuni family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah. 2. Orang tua ayah atau ibu yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga. 3. Homoseksual, yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu rumah tangga.

2.1.3 Peranan Keluarga

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system Kozier, B 1995. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat hubungan interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam situasi dan kondisi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Universitas Sumatera Utara 10 Peran keluarga terhadap lansia antara lain: 1. Menjaga dan merawat kondisi fisik anggota keluarga yang lanjut usia, tetap dalam keadaan optimal atau produktif 2. Mempertahankan dan meningkatkan status mental pada lansia 3. Mengantisipasi adanya perubahan sosial dan ekonomi pada lansia 4. Memotivasi dan memfasilitasikan lansia untuk memenuhi kebutuhan spiritual, dengan demikian dapat meningkatkan ketakwaan lansia kepada Tuhan YME. Mubarak, dkk 2006.

2.1.4 Fungsi keluarga

Merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatau tentang apa yang dilakukan oleh keluarga. Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman 1998 adalah sebagai berikut :

1. Fungsi afektif

Merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan kepribadian dari keluarga terhadap situasi dan kondisi yang dialami tiap anggota keluarga baik senang maupun sedih dengan melihat bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih sayang.

2. Fungsi sosialisasi

Proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu menghasilkan interaksi sosial, dan individu tersebut melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi dengan anggota keluarga dan belajar disiplin, norma Universitas Sumatera Utara 11 budaya, dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga, sehingga individu mampu berperan didalam masyarakat.

3. Fungsi reproduksi

Dokumen yang terkait

Peran Keluarga Dalam Perawatan Lansia Dan Kepuasan Lansia Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat

38 307 101

Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia di Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun

9 146 90

GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT LANSIA DENGAN KETERGANTUNGAN Gambaran Peran Keluarga Dalam Merawat Lansia Dengan Ketergantungan Di Desa Pabelan.

2 5 17

Gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu dan mandailing dikelurahan Labuhanbilik kecamatan panai tengah kabupaten Labuhanbatu

0 0 10

Gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu dan mandailing dikelurahan Labuhanbilik kecamatan panai tengah kabupaten Labuhanbatu

0 0 1

Gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu dan mandailing dikelurahan Labuhanbilik kecamatan panai tengah kabupaten Labuhanbatu

0 0 7

Gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu dan mandailing dikelurahan Labuhanbilik kecamatan panai tengah kabupaten Labuhanbatu

1 10 22

Gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu dan mandailing dikelurahan Labuhanbilik kecamatan panai tengah kabupaten Labuhanbatu Chapter III VI

0 0 42

Gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu dan mandailing dikelurahan Labuhanbilik kecamatan panai tengah kabupaten Labuhanbatu

0 0 3

Gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu dan mandailing dikelurahan Labuhanbilik kecamatan panai tengah kabupaten Labuhanbatu

0 0 23