Peran Keluarga Dalam Perawatan Lansia Dan Kepuasan Lansia Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat

(1)

PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN LANSIA

DAN KEPUASAN LANSIA PADA KELUARGA

DI KELURAHAN PADANG MATINGGI

RANTAUPRAPAT

SKRIPSI

Oleh

KHAIRANI RAMBE 111121070

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013


(2)

(3)

Judul : Peran Keluarga Dalam Perawatan Lansia Dan Kepuasan Lansia Pada

Keluarga Di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat Nama : Khairani Rambe

Nim : 111121070

Jurusan : Sarjana Keperawatan ( S.Kep ) Tahun : 2013

ABSTRAK

Lansia membutuhkan perhatian dan dukungan keluarga untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemunduran yang terjadi akibat proses penuaan yang dialaminya karena keluarga merupakan support system utama bagi lansia.lansia akan merasa puas dalam hidupnya apabila ia dapat menerima diri dan lingkungannya secara positif. Keluarga perlu meningkatkan kepeduliannya dan perannya dalam melakukan perawatan pada lansia yang meliputi perawatan fisik, psikologis, sosial dan spiritual sehingga lansia dapat merasa puas, nyaman dan bahagia dalam menjalani hidupnya serta dapat meningkatkan kualitas hidup lansia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia dan kepuasan lansia pada keluarga di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan tehnik random sampling yaitu terhadap keluarga dan lansia, dengan jumlah 74 responden. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Data yang telah terkumpul dianalisa dengan menggunakan statistik deskriptif, kemudian hasil analisa data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada peran keluarga yang buruk, sedangkan peran keluarga yang baik dalam jumlah terbesar yaitu 55 responden (74,3%), dan responden dengan perawatan cukup baik sebanyak 19 responden (25,7%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar lansia merasa puas pada keluarga yaitu 58 responden (78,4%), dan lansia yang merasa cukup puas sebanyak 16 responden (21,6%). Dengan penelitian ini diharapkan kepada semua pihak, khususnya keluarga agar dapat meningkatakan perannya dalam melakukan perawatan pada lansia sehingga lansia dapat merasa puas terhadap perawatan yang diberikan keluarga serta meningkatkan kualitas hidup lansia.


(4)

PRAKATA

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peran Keluarga Dalam Perawatan Lansia Dan Kepuasan Lansia Pada Keluarga Di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat”.

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda (Syaiful Alam) dan Ibunda (Anita Zulpiani) tercinta yang telah mendidik, membesarkan serta memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan semangat yang luar biasa, dan terima kasih juga kepada kakak (Khairina Rambe) dan adik (Mifta Hulhusna Rambe) tersayang yang telah memberikan dukungan dan semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Siti Zahara Nasution S.Kp, MNS. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu, masukan, arahan dan motivasi yang berharga bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku Dosen pembimbing akademik serta sebagai Penguji I dan Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen penguji II serta seluruh dosen beserta staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera utara. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Yani Nasution selaku Lurah dan beserta staf Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat yang telah banyak membantu dalam memperoleh


(5)

informasi yang dibutuhkan selama penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada sahabat-sahabatku (Maya,Tia, Tika, Nazly, Vera, Miskah, Imel, Widia, Endang dan Boreg) serta semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, sehingga skripsi ini menjadi lebih baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan Keperawatan. Akhirnya kepada Allah SWT penulis berserah diri semoga kita selalu dalam lindungan serta limpahan rahmat-Nya. Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat memberikan informasi demi kemajuan pengetahuan, khususnya dalam dunia Keperawatan.

Medan, Februari 2013


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul………. i

Halaman Pengesahan.………..….……….. ii

Abstrak……….... iii

Prakata…………..………... iv

Daftar isi……….. vi

Daftar tabel……….. viii

Daftar skema………... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang………...1

1.2Rumusan Masalah………..7

1.3Tujuan Penelitian………...7

1.4Manfaat Penelitian……….8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran………..9

2.1.1 Pengertian Peran……… 9

2.1.2 Peran Formal……….. 9

2.1.3 Peran Informal………... 10

2.2 Keluarga……….11

2.2.1 Pengertian Keluarga………..11

2.2.2 Ciri – ciri keluarga………...11

2.2.3 Fungsi keluarga……….12

2.2.4 Tugas perkembangan keluarga berkaitan lansia………15

2.3Lansia………..15

2.3.1 Pengertian Lansia………...15

2.3.2 Batasan Umur Lansia……….15

2.3.4 Tipe lansia………..17

2.3.5 Teori – teori penuaan……….18

2.3.6 Perubahan yang terjadi pada lansia………....23

2.3.7 Tugas perkembangan lansia………...28

2.4 Peran Keluarga dalam Merawat Lansia………..29

2.4.1 Perawatan Fisik………...29

2.4.2 Perawatan Psikologis………...29

2.4.3 Perawatan Sosial………30

2.4.4 Perawatan Spiritual………31

2.5 Kepuasan……….31

2.5.1 Pengertiaan kepuasan……….31


(7)

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka konseptual………...33

3.2 Defenisi konseptual……….34

3.3 Defenisi operasional………34

BAB 4 METODELOGI PENELITIAN 4.1 Desain penelitian……….37

4.2 Populasi, sampel dan sampling………...37

4.3 Tempat dan waktu penelitian………..38

4.4 Pertimbangan etik………39

4.5 Instrumen penelitian………...…40

4.6 Uji validitas dan reliabilitas………...41

4.7 Pengumpulan data………..42

4.8 Analisa data………...42

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Hasil penelitian………...44

5.2Pembahasan………48

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan………54

6.2 Rekomendasi………..54 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik

responden keluarga……….………... 45 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik

responden lansia………... 46 Tabel 5.3 Kategori peran keluarga dalam perawatan lansia ………... 47 Tabel 5.4 Kategori kepuasan lansia pada keluarga …….………... 47


(9)

DAFTAR SKEMA

Skema Halaman

1. Kerangka konsep peran keluarga dalam perawatan


(10)

Judul : Peran Keluarga Dalam Perawatan Lansia Dan Kepuasan Lansia Pada

Keluarga Di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat Nama : Khairani Rambe

Nim : 111121070

Jurusan : Sarjana Keperawatan ( S.Kep ) Tahun : 2013

ABSTRAK

Lansia membutuhkan perhatian dan dukungan keluarga untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemunduran yang terjadi akibat proses penuaan yang dialaminya karena keluarga merupakan support system utama bagi lansia.lansia akan merasa puas dalam hidupnya apabila ia dapat menerima diri dan lingkungannya secara positif. Keluarga perlu meningkatkan kepeduliannya dan perannya dalam melakukan perawatan pada lansia yang meliputi perawatan fisik, psikologis, sosial dan spiritual sehingga lansia dapat merasa puas, nyaman dan bahagia dalam menjalani hidupnya serta dapat meningkatkan kualitas hidup lansia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia dan kepuasan lansia pada keluarga di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan tehnik random sampling yaitu terhadap keluarga dan lansia, dengan jumlah 74 responden. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Data yang telah terkumpul dianalisa dengan menggunakan statistik deskriptif, kemudian hasil analisa data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada peran keluarga yang buruk, sedangkan peran keluarga yang baik dalam jumlah terbesar yaitu 55 responden (74,3%), dan responden dengan perawatan cukup baik sebanyak 19 responden (25,7%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar lansia merasa puas pada keluarga yaitu 58 responden (78,4%), dan lansia yang merasa cukup puas sebanyak 16 responden (21,6%). Dengan penelitian ini diharapkan kepada semua pihak, khususnya keluarga agar dapat meningkatakan perannya dalam melakukan perawatan pada lansia sehingga lansia dapat merasa puas terhadap perawatan yang diberikan keluarga serta meningkatkan kualitas hidup lansia.


(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran yang penting dalam keperawatan karena keluarga menyediakan sumber – sumber yang penting untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi dirinya dan orang lain dalam keluarga. Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cedera, perpisahan) akan mempengaruhi satu atau lebih anggota keluarga dalam hal tertentu (Ali, 2010).

World Health Organization (WHO) menetapkan 60 tahun keatas sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Proses menua merupakan proses yang terus – menerus secara alamiah dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain, hingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit (Nugroho, 2008). Jadi, proses menua adalah suatu keadaan yang normal terjadi pada setiap manusia.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH). Hal ini sejalan dengan keberadaan usia lanjut yang ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan


(12)

upaya serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif sesuai dengan pasal 19 UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Maryam dkk, 2008).

Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging stuctured population) karena mempunyai jumlah penduduk dengan usia 60 tahun keatas sekitar 7,18 %. Pulau yang mempunyai jumlah penduduk lansia terbanyak (7%) adalah pulau Jawa dan Bali. Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia ini antara lain disebabkan karena tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, kemajuan di bidang pelayanan kesehatan dan tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat (Effendi, 2009). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia Indonesia adalah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yaitu sebanyak 14,44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun. Dengan demikian, pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan berjumlah sekitar 34,22 juta jiwa (BPS, 2010).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, jumlah penduduk lanjut usia yakni yang berusia 60 tahun keatas pada tahun 2010 sebanyak 765.750 jiwa dan jumlah penduduk keseluruhan di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 12.982.204 jiwa. Di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat, kebanyakan lansia tinggal dengan keluarganya dan berdasarkan data dari Kelurahan Padang Matinggi Rantau Prapat, diperoleh jumlah lansia sebanyak 284 jiwa (Laporan Lurah Padang Matinggi, 2011) .


(13)

Masalah kesehatan lanjut usia tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses kemunduran yang panjang. Ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap dan pada waktu kompensasi terhadap penurunan ini dapat dilakukan, dikenal sebagai “senescence”, yaitu masa proses menjadi tua. Seseorang akan menjadi semakin tua pada awal atau akhir usia enam puluhan, tergantung pada laju kemunduran fisik dan mentalnya, dan juga tergantung pada masing-masing individu yang bersangkutan. Penyebab fisik dari kemunduran ini merupakan suatu perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus, tetapi karena proses menua. Akibatnya terjadi penurunan pada peranan-peranan sosial dan timbulnya gangguan dalam mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain. Kemunduran juga bisa terjadi oleh karena faktor psikologis. Sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan dan kehidupan pada umumnya dapat menuju ke keadaan seseorang yang menjadi eksentrik, kurang perhatian dan terasing secara sosial sehingga penyesuaian dirinya menjadi buruk, akibatnya orang menurun secara fisik dan mental sehingga mengalami penurunan dalam melakukan aktivitasnya. Seseorang yang mengalami ketegangan dan stres hidup akan mempengaruhi laju kemunduran tersebut. Demikian juga, bahwa motivasi memainkan peranan penting dalam kemunduran. Dengan adanya gangguan tersebut, menyebabkan lanjut usia menjadi tidak mandiri dan membutuhkan orang lain untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari (Hurlock, 2000).

Hal ini akan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungan. Kondisi ini dapat berdampak pada kebahagiaan seorang lansia. Setiap


(14)

manusia berharap dapat menjalani masa tuanya dengan bahagia namun kenyataannya masih ada sebagian lansia yang menjalani masa tuanya dengan rasa ketidakbahagiaan. Ketidakbahagiaan tersebut bisa disebabkan karena kondisi lingkungan, kurangnya perawatan, perhatian maupun kepedulian dari orang – orang di sekitar lansia, terutama keluarga. Padahal usia lanjut juga dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan perawatan agar ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia (Maryam dkk, 2008).

Kebahagiaan seorang lansia juga tergantung pada terpenuhinya “tiga A” yaitu acceptance (penerimaan), affection (pengasihan) dan achievement (pencapaian). Apabila seseorang tidak dapat memenuhi kriteria tersebut, maka lansia kemungkinan sulit untuk mendapat kebahagiaan (Hurlock,2000). Lanjut usia juga mengalami ketakutan, terutama pada ketergantungan fisik dan ekonomi, sakit yang kronis. Kesepian dan kebosanan yang disebabkan oleh asa tidak diperlukan (Nugroho, 2008).

Usia lanjut juga ditandai oleh adanya integritas ego atau kepuasan. Jika prestasi seseorang yang berusia lanjut telah ditetapkan sendiri sewaktu muda, sehingga jarak antara keadaan yang sebenarnya (real selves) dan keadaan pribadi yang ideal (ideal selves) kecil, maka mereka akan mengalami integritas ego dan kebahagiaan serta merasa puas terhadap diri sendiri (Hurlock, 2000). Oleh karena itu dalam mengahadapi semua perubahan dan kemunduran yang dialaminnya, lansia memerlukan bantuan untuk mencapai rasa tentram, nyaman dan perlakuan yang layak dari lingkungannya.


(15)

Adapun kewajiban keluarga pada lansia yakni memberikan perhatian pada lanjut usia dan mengupayakan lansia agar tidak terlalu tergantung pada orang lain dan mampu membantu diri sendiri. Hal ini sejalan dengan kedudukan dan peranan lansia dalam keluarga yang dianggap sebagai orang yang harus dihormati dan dihargai apalagi dianggap memiliki prestise yang tinggi dalam masyarakat. Perasaan diterima oleh orang lain terutama keluarga akan mempengaruhi tanggapan lansia dalam memasuki hari tua dan berpengaruh pula pada derajat kesehatan lansia. Budaya masyarakat Indonesia terkait lansia masih kental, yaitu penghargaan kepada orang tua dalam segala bentuknya merupakan nilai yang tinggi dan sebagai kewajiban kelompok generasi yang lebih muda sehingga sebagian masyarakat Indonesia memilih untuk merawat lansia di keluarga sendiri tanpa harus berada di lembaga panti. Keluarga berperan penting dalm kehidupan lansia, 80% keluarga akan mendukung lansia dan biasanya anak sudah dewasa yang menjadi sumber support lansia. Sebanyak 75% lansia diatas 65 tahun dirawat oleh anggota keluarganya sendiri, dimana seperempatnya adalah pasangan hidup dan lebih dari sepertiga dirawat pasangan dan anak dewasa (Fatimah, 2010).

Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain perawatn fisik, perawatan psikologis, perawatan sosial dan perawatan spiritual (Nugroho, 2008). Perawatan lanjut usia di rumah bertujuan memberikan perawatan sebaik mungkin tanpa mengganggu atau mengurangi kemandirian


(16)

lanjut usia. Kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari harus diupayakan, walaupun dalam beberapa aktivitas tentu perlu dibantu (Nugroho, 2008).

Perawatan yang dilakukan anak sendiri diduga memberikan rasa aman dan nyaman karena mereka lebih toleran terhadap lansia dibandingkan kerabat atau orang lain, sehingga kebutuhan fisik, psikis, sosial, ekonomi dan spiritual lansia bisa terpenuhi dengan baik. Pada saat merawat lansia, akan sering timbul konflik pada keluarga yang tinggal bersama atau dekat, sedangkan keluarga yang jauh dirindukan tetapi tidak bisa sering berkunjung (Fatimah, 2010). Menurut penelitian Efiani (2009) bahwa Perawatan Keluarga terhadap Lansia di Kelurahan Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat, perawatan keluarga terhadap lansia adalah suatu pelayanan yang berupa pelayanan fisik, psikis, sosial, ekonomi dan spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada lansia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perawatan keluarga yang buruk, sedangkan perawatan keluarga yang baik dalam jumlah terbesar yaitu 28 responden (66,0%), dan responden dengan perawatan sangat baik sebanyak 8 responden (18,7%).

Berdasarkan hasil survey di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat, didapatkan bahwa sebagian besar lansia tinggal dengan keluarganya namun ada juga yang tinggal sendiri di rumahnya. Masalah kesehatan yang dialami lansia pada umumnya adalah hipertensi dan rhematik. Kegiatan posyandu lansia pada saat ini juga tidak berjalan aktif. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu lansia di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat, lansia mengatakan ia merasa senang tinggal dengan keluarganya yakni anak dan cucunya karena menurutnya suasana rumah akan menjadi ramai sehingga lansia tidak merasa


(17)

kesepian. Lansia juga mengatakan ia sangat senang merawat cucunya dan ia juga terkadang membantu anaknya mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, membersihkan rumah dan sebagainya. Lansia juga mengatakan ia menderita penyakit rhematik dan ia mengatakan hanya beberapa kali saja mengikuti posyandu lansia, Lansia merasa bahagia karena keluarganya memperhatikannya dengan baik seperti memenuhi kebutuhannya, memberinya uang setiap bulannya dan merawatnya ketika ia sedang sakit.

Dari data yang diperoleh, tidak semua kemunduran yang dialami lansia sama, tetapi tergantung dari cara perawatan keluarga terhadap lansia itu sendiri. Seorang lansia membutuhkan perhatian dan dukungan keluarga untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan dan kemunduran yang terjadi akibat prosess penuaan. Uraian di atas yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia dan kepuasan lansia pada keluarga di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia dan kepuasan lansia pada keluarga di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat.

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia dan kepuasan lansia pada keluarganya di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat.


(18)

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Praktek Keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan perawat dalam praktik keperawatan yang berhubungan dengan keluarga dan lansia.

1.4.2 Bagi Penelitian Keperawatan

Sebagai informasi dan data tambahan bagi penelitian keperawatan selanjutnya yang ingin melakukan penelitian keperawatan yang terkait dengan peran keluarga dalam perawatan lansia dan kepuasan lansia pada keluarga.

1.4.3 Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan akan dapat menjadi informasi yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan terutama pada bagian keperawatan gerontik dan keperawatan keluarga yang berkaitan dengan peran keluarga dalam perawatan lansia dan kepuasan lansia pada keluarga.

1.4.4 Bagi keluarga

Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi kepada keluarga tentang gambaran kepuasan lansia pada peran keluarga dalam merawat lansia sehingga keluarga dapat memberikan pelayanan yang lebih berkualitas kepada lansia di rumah sehingga dapat meningkatkan kulaitas hidup lansia.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep peran

2.1.1 Pengertian Peran

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran merujuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat homogeny. Peran didasarkan pada preskripsi dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu – individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan mereka sendiri atau harapan orang lain Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial, baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Dengan demikian peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu (Mubarak dkk, 2009). Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi, peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu (Setiadi,2008).

Menurut Mubarak, dkk (2009) terdapat dua peran yang mempengaruhi keluarga yaitu peran formal dan peran informal.


(20)

Peran formal keluarga adalah peran-peran keluarga terkait sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi peran secara merata kepada para anggotanya seperti cara masyarakat membagi peran-perannya menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem. Peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu antara lain sebagai provider atau penyedia, pengatur rumah tangga perawat anak baik sehat maupun sakit, sosialisasi anak, rekreasi, memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal, peran terpeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan), dan peran sosial.

Menurut Setiadi (2008) setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing. Peran ayah yang sebagai pemimpin keluarga yang mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Peran ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Sedangkan peran anak sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.

2.1.2 Peran Informal keluarga

Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak, hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran adaptif antara lain pendorong memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan mendorong, memuji, dan


(21)

menerima kontribusi dari orang lain. Sehingga ia dapat merangkul orang lain dan membuat mereka merasa bahwa pemikiran mereka penting dan bernilai untuk di dengarkan, pengharmonisan yaitu berperan menengahi perbedaan yang terdapat diantara para anggota, penghibur, dan menyatukan kembali perbedaan pendapat, inisiator-kontributor yang mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok, pendamai berarti jika terjadi konflik dalam keluarga maka konflik dapat diselesaikan dengan jalan musyawarah atau damai, pencari nafkah yaitu peran yang dijalankan oleh orang tua dalam memenuhi kebutuhan, baik material maupun non material anggota keluarganya.

2.2Keluarga

2.2.1 Pengertian

Menurut Friedman (1998), keluarga merupakan kesatuan dari orang – orang yang terikat dalam perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah.

2.2.2 Ciri – Ciri keluarga

Ciri – ciri keluarga menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton yaitu Keluarga merupakan hubungan perkawinan yang berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara dan mempunyai suatu sistem tata nama (Nomen Clatur) termasuk perhitungan garis keturunan serta mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota – anggotanya dan berkaitan dengan


(22)

kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak, keluarga juga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.

Sedangakan ciri keluarga Indonesia menurut Setiadi (2008) yaitu, keluarga Indonesia mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong royong, dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran dan umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan secara musyawarah.

2.2.3 Fungsi Keluarga

Lima fungsi keluarga menurut Marilyn M. Friedman 1998 adalah :

1. Fungsi afektif (The Affective Function)

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososisal. Keberhasilan fungsi ini tampak melalui keluarga yang gembira dan bahagia. Komponen yang perlu dipenuhi keluarga untuk fungsi afektif antara lain:

a. Memelihara saling asuh (mutual nurturance)

Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima dan saling mendukung antar anggota keluarga


(23)

Adanya sikap saling menghargai dengan mempertahankan iklim yang positif dimana tiap anggota diakui serta dihargai keberadaan dan haknya sebagai orang tua maupun anak, sehingga fungsi afektif akan tercapai. Keseimbangan saling menghormati dapat dicapai apabila setiap anggota keluarga menghormati hak, kebutuhan, dan tanggung jawab anggota keluarga lain.

c. Pertalian dan identifikasi

Kekuatan yang besar dibalik persepsi dan kepuasan dari kebutuhan – kebutuhan individu dalam keluarga adalah pertalian (bonding) atau kasih sayang (attachment) digunakan secara bergantian. Proses identifikasi perlu diciptakan,dimana anak meniru perilaku orang tua melalui hubungan interaksi mereka.

d. Keterpisahan dan kepaduan

Anggota keluarga berpadu dan berpisah satu sama lain. Setiap keluarga menghadapi isu – isu keterpisahan dan keterpaduan dengan cara yang unik, beberapa keluarga lebih memberikan penekanan pada satu sisi daripada sisi lain. Hal ini dirasakan keluarga untuk memenuhi kebutuhan psikologis keluarga.

2. Fungsi Sosialisasi(The Socialization Function)

Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Pada setiap tahap perkembangan keluarga dan individu dicapai melalui


(24)

interaksi atau hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar tentang disiplin, norma – norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga, sehingga individu mampu berperan di masyarakat.

3. Fungsi reproduksi (The Reproductive Function)

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya progaram keluarga berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol. Disisi lain, banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan perkawinan sehingga lahirlah keluarga baru dengan satu orang tua.

4. Fungsi ekonomi (The Economic Function)

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan tempat mengembangkan kemampuan individu untuk meningkatkan penghasilan dan memenuhi kebutuhan keluarga seperti makan, pakaian, dan rumah. Fungsi ini sukar dipenuhi oleh keluarga dibawah garis kemiskinan.

5. Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan (The health care function)

Fungsi ini untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan mempengaruhi status kesehatan


(25)

keluarga. Untuk menempatkannya dalam perspektif, fungsi ini merupakan salah satu fungsi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan – kebutuhan fisik seperti makan, pakaian, tempat tinggal dan perawatan kesehatan.

2.2.4 Tugas perkembangan keluarga berkaitan dengan lansia

Adapun tugas perkembangan keluarga dengan lansia yaitu keluarga harus dapat mengenal masalah kesehatan lansia dan mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi kesehatan lansia. Selanjutnya keluarga juga harus merawat anggota keluarga lansia dan memodifikasi lingkungan fisik dan psikologis sehingga lansia dapat beradaptasi terhadap proses penuaan. Keluarga juga harus mampu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dan sosial dengan tepat sesuai dengan kebutuhan lansia (Mubarak dkk, 2009).

2.3 Lansia

2.3.1 Pengertian

Menurut Undang-Undang No. 13/ tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Sementara itu WHO menyatakan bahwa lanjut usia meliputi usia pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun. Menua (manjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan


(26)

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2008).

2.3.2 Batasan Umur Lanjut Usia

1. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada empat tahap :

a. Usia pertengahan (middle age) : 45 – 59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) : 60 – 74 tahun

c. Lanjut usia (tua (old) : 75 – 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun

2. Menurut Prof DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (Alm), Guru Besar Universitas Gajah Mada Fakultas kedokteran, periodesasi biologis perkembangan manusia dibagi sebagai berikut :

a. Usia 0 – 1 tahun (masa bayi)

b. Usia 1-6 tahun (masa prasekolah)

c. Usia 6 – 10 tahun (masa sekolah)

d. Usia 10 – 20 tahun (masa pubertas)

e. Usia 40 – 65 tahun (masa setengah umur, prasenium)


(27)

3. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (psikolog dari Universitas Indonesia), lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu :

a. Fase iuventus, antara usia 25 – 40 tahun

b. Fase verillitas, antara usia 40 – 50 tahun

c. Fase prasenium, antara usia 55 – 65 tahun

d. Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia

4. Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, SpKJ, lanjut usia dikelompokkan sebagai berikut :

a. Usia dewasa muda (elderly adulthood) : usia 18/20 – 25 tahun

b. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas : usia 25 – 60/65 tahun

c. Lanjut usia (geriatric age) : usia lebih dari 65/70 tahun. Terbagi menjadi :

- Usia 70 – 75 tahun (young old)

- Usia 75 – 80 tahun (old)

- Usia lebih dari 80 tahun (very old)


(28)

2.3.3 Tipe lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2008). Adapun tipe lansia yaitu :

1. Tipe arif bijaksana

Lansia yang kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri

Lansia mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas

Terjadi konflik lahir batin pada lansia yakni menentang proses penuaan sehingga lansia akan menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.

4. Tipe pasarah

Lansia akan menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja.


(29)

5. Tipe bingung

Lansia yang mudah kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan bersikap acuh tak acuh.

2.3.4 Teori – Teori Penuaan

Teori – teori yang mendukung terjadinya proses penuaan, antara lain:

1. Teori Biologis

a. Teori Genetik Lock

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul. Molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsi sel) (Maryam dkk, 2008).

b. Immunology Slow Theory

Menurut teori ini, sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh (Maryam dkk, 2008).

c. Teori Stress

Teori stress mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel – selnya yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat


(30)

mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stress yang menyebabkan sel – sel tubuh lelah terpakai (Maryam dkk, 2008).

d. Teori Radikal Bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel – sel tidak dapat melakukan regenerasi (Maryam dkk, 2008).

e. Teori Rantai Silang

Pada teori ini, diungkapkan bahwa reaksi kimia sel – sel yang tua atau usang menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan dan hilangnya fungsi sel (Maryam dkk, 2008).

2. Teori Psikologi

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan pertambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi. Semua


(31)

penurunan tersebut dikaitakn dengan penurunan fisiologis dan fungsional organ otak (Maryam dkk, 2008).

3. Teori Sosial

a. Teori Interaksi Sosial (Social Excahnge Theory)

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal – hal yang dihargai masyarakat. Pada lansia, kekuasaan dan prestisenya berkurang, sehingga menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah. Pokok – pokok teori interaksi sosial ini adalah masyarakat terdiri atas aktor – aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannnya masing – masing. Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu. Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor harus mengeluarkan biaya dan senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya kerugian. Hanya interaksi yang ekonomis saja ynag dipertahankan olehnya (Maryam dkk, 2008).

b. Teori Penarikan Diri

Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan mengalami proses penuaan yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi serta mempersiapkan diri dalam menghadapi kematiannya. Pada lansia


(32)

terjadi kehilangan ganda (triple loss) yaitu kehilangan peran (loss of roles), hambatan kontak sosial (restriction of contacts and relationship) dan berkurangnya komitmen (reduced commitment to social moralres and values).

c. Teori Aktivitas

Teori ini menyatakn bahwa penuaan yang sukses bergantung dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalm melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dari aktivitas yang dilakukan. Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha untuk mempertahankan perilaku mereka semasa mudanya. Pokok – pokok teori aktivitas ini adalah moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat serta kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia (Maryam dkk, 2008).

d. Teori Kesinambungan

Teori ini dianut oleh banyak pakar sosial. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan manusia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Kesulitan untuk


(33)

menerapkan teori ini adalah sulit untuk memperoleh gambaran umum tentang seseorang, karena kasus tiap orang berbeda – beda.

e. Teori Perkembangan

Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lansia pada saat muda hingga dewasa. Teori ini menjelaskan bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagimana jawaban lansia terhadap tantangan tersebut yang dapat bernilai positif dan negatif. Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa kehidupannya dan merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan sosial yang baru yaitu pensiun atau menjanda dan menduda. Lansia juga harus menyesuaikan diri sebagai akibat dari perannya yang berakhir dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya srta ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman – temannya.

f. Teori Stratifikasi Sosial

Dua elemen penring dari model stratifikasi usia tersebut adalah yang pertama struktur yang mencakup bagaimana penilaian strata, dan bagaimana terjadinya penyebaran peran dan kekuasaan yang tak merata pada masing – masing strata, yang didasarkan pada pengalaman dan kebijakan lansia. Kedua, proses yang mencakup bagaiman menyesuaikan kedudukan seseorang dengan peran yang


(34)

ada serta bagaimana cara mengatur transisi peran secara berurutan dan terus – menerus.

4. Teori Spiritual

Teori ini tentang hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan. Menurut Fowler, kepercayaan adalah suatu fenomena timbal balik, yaitu suatu hubungan aktif antara seseorang dengan orang lain dalam menanamkan suatu keyakinan, cinta kasih, dan harapan. Fowler juga meyakini bahwa perkembangan kepercayaan antara orang dan lingkungan terjadi karena adanya kombinasi antara nilai – nilai dan pengetahuan. Perkembangan spiritual pada lansia berada pada tahap penjelmaan dari prinsip cinta dan keadilan (Maryam dkk, 2008).

2.3.5 Perubahan – Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Nugroho (2008) menyatakan terdapat banyak perubahan yang terjadi pada lanjut usia mencakup perubahan-perubahan fisik, mental, psikososial, dan perkembangan spiritual.

1. Perubahan Fisik

a. Sel

Sel menjadi lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya, berkurangnya jumlah cairan cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah,


(35)

dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel, serta otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10% (Nugroho, 2008).

b. Sistem Persarafan

Terjadi penurunan berat otak sebesar 10-20%, cepatnya menurun hubungan persarafan, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya stress, mengecilnya saraf panca indra, serta kurang sensitif terhadap sentuhan. Pada sistem pendengaran terjadi presbiakusis (gangguan dalam pendengaran) hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, otosklerosis akibat atrofi membran timpani, dan terjadinya pengumpulan serumen yang dapat mengeras karena meningkatnya keratin, serta biasanya pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stress (Nugroho, 2008).

c. Sistem Penglihatan

Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapangan pandang,


(36)

serta menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau (Nugroho, 2008).

d. Sistem Kardiovaskuler

Terjadi penurunan elastisitas aorta, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun, kurangnya elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing mendadak, serta meningginya tekanan darah akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Nugroho, 2008).

e. Sistem Pengaturan

Temperatur tubuh terjadi hipotermia secara fisiologis akibat metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas akibatnya aktivitas otot menurun (Nugroho, 2008).

f.Sistem Respirasi

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun, ukuran alveoli melebar dari biasa


(37)

dan jumlahnya berkurang, kemampuan untuk batuk berkurang, serta kemampuan kekuatan otot pernafasan menurun (Nugroho, 2008).

g. Sistem Gastrointestinal

Terjadi kehilangan gigi akibat periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk, indra pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, atau pahit, esofagus melebar, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, serta melemahnya daya absorbsi (Nugroho, 2008).

h. Sistem Reproduksi

Terjadi penciutan ovari dan uterus, penurunan lendir vagina, serta atrofi payudara, sedangkan pada laki-laki, testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur, kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi kesehatan baik (Nugroho, 2008).

i.Sistem Perkemihan

Terjadi atrofi nefron dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria (Nugroho, 2008).


(38)

j.Sistem Endokrin

Terjadi penurunan semua produksi hormon, mencakup penurunan aktivitas tiroid, BMR, daya pertukaran zat, produksi aldosteron, progesterone, estrogen, dan testosteron (Nugroho, 2008).

k. Sistem Integumen

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis, rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya, serta kelenjar keringat yang berkurang jumlah dan fungsinya (Nugroho, 2008).

l.Sistem Muskuloskeletal

Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, kifosis, pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sclerosis, serta atrofi serabut otot (Nugroho, 2008).

2. Perubahan Mental

Perubahan dapat berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu. Pada


(39)

perubahan mental juga terjadi perubahan pada kenangan yang biasa dikenal dengan demensia dan perubahan pada IQ dapat terjadi pada daya membayangkan karena faktor waktu. Penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor juga akan berkurang (Nugroho, 2008).

3. Perubahan Psikososial

Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dan identitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Pada lansia yang mengalami masa pensiunan akan mengalami kehilangan finansial, status, teman atau relasi, dan kehilangan pekerjaan atau kegiatan (Nugroho, 2008).

4. Perkembangan Spiritual

Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun yaitu berfikir dan bertindak dengan cara memberi contoh cara mencintai dan keadilan. Lanjut usia semakin matur dalam kehidupan keagamaannya karena agama semakin terintegrasi dalam kehidupan(Nugroho, 2008).

2.3.6 Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Erikson dalam Maryam dkk (2008), kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia antara lain; lansia harus mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun dan masa pensiun. Lansia sebaikanya membentuk


(40)

hubungan baik dengan orang seusianya dan melakukan adaptasi terhadap kehidupan sosial / masyarakat secara santai. Selain itu lansia juga harus mempersiapkan kehidupan barunya sebagai lansia dan mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Maryam dkk, 2008).

2.4 Peran Keluarga Dalam Merawat Lansia

Dengan meningkatnya usia, terjadi pula penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari – hari. Pada umumnya usia lanjut memerlukan bantuan keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup dan menjalani hari tua yang menyenangkan (Nugroho, 2008).

2.4.1 Perawatan fisik

Menurut Nugroho (2008), perawatan dengan pendekatan fisik untuk lansia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan,cara memakan obat dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Adapun komponen perawatan dengan pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu para lansia untuk bernafasdengan lancar, makan (termasuk memilih dan menentukan makanan), minum, melakukan eleminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu tubuh dan melindungi kulit serta kecelakaan.


(41)

2.4.2 Perawatan psikologis

Pada dasarnya lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungannya. Untuk itu keluarga harus menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya. Keluarga harus dapat membangun semangat dan kreasi lansia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang di deritanya. Hal ini perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi bersama semakin lanjutnya usia. Perubahan – perubahan ini meliputi gejala – gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang dan pergeseran libido. Keluarga harus sabar mendengarkan cerita – cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan menertawakan atau memarahi lansia bila lupa atau melakukan kesalahan.

2.4.3 Perawatan sosial

Mengadakan diskusi, tukar fikiran dan bercerita merupakan salah satu upaya keluarga dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama lansia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Keluarga memberikan kesempatan yang seluas – luasnya kepada para lansia untuk mengadakan komunikasi dan melkukan rekreasi, misalnya jalan pagi, nonton televisi atu hiburan – hiburan lain. Para lansia perlu


(42)

dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton televisi, mendengarkan radio atau membaca surat kabar dan majalah.

2.4.4 Perawatan spiritual

Keluarga harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungan lansia dengantuhan atau agama yang dianutnya. Keluarga bisa memberikan kesempatan pada lansia untuk melaksanakan ibadahnya atu secara langsung memberikan bimbingan rohani dengan menganjurkan melaksanakan ibadahnya seperti membaca kitab atau membantu lansia dalam menunaikan kewajiban terhadap agama yang dianutnya.

2.5 Kepuasan

2.5.1 Pengertian

Menurut Nursalam (2011), kepuasan adalah perasaan senang seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesenangan terhadap aktivitas dan suatu produk dengan harapannya. Sedangkan menurut Kotler (2009) Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan terhadap hasil suatu produk dan harapan – harapannya. Kepuasan hidup merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman - pengalaman yang disertai dengan tingkat kegembiraan. Kepuasan hidup timbul dari pemenuhan kebutuhan atau harapan dan merupakan penyebab atau sarana untuk menikmati. Seorang individu yang dapat menerima diri dan lingkungan secara positif akan merasa


(43)

puas dengan hidupnya (Hurlock, 2000). Menurut Nursalam (2011) kepuasan seseorang berhubungan dengan mutu pelayanan yang diberikan.

2.5.2 Karakteristik kepuasan

Menurut Nursalam (2011) ada beberapa karakteristik yang penting dalam mengevaluasi kepuasan yaitu :

1. Kenyataan (Tangible)

Yaitu berupa penampilan fisik keluarga, fasilitas yang memadai yang diberikan keluarga serta keluarga memahami kebutuhan lansia.

2. Empati (Empathy)

Yaitu kesediaan keluarga untuk memberikan perhatian dan dukungan dalam setiap hal yang di hadapi lansia.

3. Cepat tanggap (Responsiveness)

Yaitu kemauan dari keluarga untuk membantu lansia dan memberikan jasa/bantuan dengan cepat serta mendengar dan mengatasi keluhan dari lansia.

4. Keandalan (Reliability)

Yaitu kemampuan untuk memberikan jasa/bantuan sesuai dengan yang dijanjikan, terpercaya, akurat dan konsisten.


(44)

5. Jaminan (Assurance)

Yaitu berupa kemampuan keluarga untuk menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada lansia dengan menunjukkan perilaku yang baik.


(45)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1Kerangka Konseptual

Kerangka konsep ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia dan kepuasan lansia pada keluarga yang tinggal di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat.

Skema 1.Kerangka konseptual penelitian Peran Keluarga dalam perawatan

lansia dan Kepuasan Lansia pada Keluarga

Keluarga dengan Lansia

Peran Keluarga dalam merawat Lansia

• Perawatan Fisik

• Perawatan Psikologis

• Perawatan Sosial

• Baik

• cukup

Kepuasan Lansia

• Kenyataan (tangible)

• Empati (empathy)

• Cepat tanggap (responsiveness)

• Keandalan (reliability)

• Puas


(46)

Keterangan:

: variabel yang diteliti

: berhubungan

3.2Defenisi Konseptual

Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. adapun peran keluarga dalam merawat lansia yaitu dalam perawatan fisik, perawatan psikologis, perawatan sosial dan perawatan spiritual.

Kepuasan lansia merupakan perasaan senang yang berasal dari perbandingan antara pelayanan atau dukungan yang diterima lansia dengan apa yang diharapkan. Karakteristik yang penting dalam mengevaluasi kepuasan yaitu Kenyataan (Tangible), Empati (Empathy), Cepat tanggap (Responsiveness), Keandalan (Reliability) dan Jaminan (Assurance).

3.3Defenisi Operasional

Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lanjut usia di rumah agar dapat meningkatkan kualitas hidup lanjut usia dan agar lanjut usia dapat menjalani hari tua yang menyenangkan. Adapun peran keluarga dalam perawatan lansia yaitu peran keluarga dalam perawatan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.

Peran keluarga dalam perawatan fisik yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik lanjut usia, seperti makan, minum, mandi, berjalan, eliminasi, duduk, pakaian, pengobatan, kebersihan mulut dan gigi, olahraga dan istirahat. Peran


(47)

keluarga dalam perawatan psikologis meliputi dalam hal pemenuhan kebutuhan psikis lanjut usia, seperti terhindar dari stres serta didengarkan nasehat dan keluhannya. Peran keluarga dalam perawatan sosial meliputi pemenuhan kebutuhan sosial lanjut usia, seperti berkelompok dengan teman sebaya, berkumpul dengan keluarga atau orang-orang yang ada di sekitarnya. Peran keluarga dalam perawatan spiritual yang meliputi kebutuhan spiritual lanjut usia, seperti kelengkapan fasilitas dan kenyamanan ibadah lanjut usia.

Kepuasan lansia tergantung dari pelayanan yang diterima lansia dari lingkungannya yaitu keluarga sebagai orang yang terdekat karena lansia juga ditandai oleh adanya integritas ego atau kepuasan. Kepuasan dapat dievaluasi melalui karakteristik kepuasan yaitu Kenyataan (Tangible), Empati (Empathy), Cepat tanggap (Responsiveness), Keandalan (Reliability) dan Jaminan (Assurance)

Kenyataan (Tangible) yaitu berupa penampilan fisik keluarga, fasilitas yang memadai yang diberikan keluarga serta keluarga memahami kebutuhan lansia. Empati (Empathy) yaitu kesediaan keluarga untuk memberikan perhatian dan dukungan dalam setiap hal yang di hadapi lansia. Cepat tanggap (Responsiveness) yaitu kemauan dari keluarga untuk membantu lansia dan memberikan jasa/bantuan dengan cepat serta mendengar dan mengatasi keluhan dari lansia. Keandalan (Reliability) yaitu kemampuan untuk memberikan jasa/bantuan sesuai dengan yang dijanjikan, terpercaya, akurat dan konsisten. Jaminan (Assurance) yaitu berupa kemampuan keluarga untuk menimbulkan keyakinan dan


(48)

kepercayaan terhadap janji yang telah dikemukakan kepada lansia dengan menunjukkan perilaku yang baik.


(49)

BAB 4

METODELOGI PENELITIAN

4.1Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan merupakan penelitian Deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama mengetahui gambaran tentang suatu keadaan secara objektif, dalam hal ini adalah untuk mengetahui gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia dan kepuasan lansia pada keluarga di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat.

4.2 Populasi, Sampel, dan Sampling

4.2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah para lansia dan keluarganya yang tinggal di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat. Populasi lansia sebanyak 284 jiwa.

4.2.2 Sampel

Menurut Setiadi (2007), sampel adalah elemen – elemen populasi yang dipilih berdasarkan kemampuan mewakilinya.

n =

=

=

Keterangan : N = Besar Populasi n = Besar sampel

d = Tingkat Kepercayaan yang diinginkan 90 %


(50)

=

= 73,95 = 74

Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini adalah sebanyak 74 orang lansia dan keluarganya. Adapun kriteria inklusi pada sampel dalam penelitian ini yaitu bersedia menjadi responden, keluarga yang merawat lansia dan usia lansia 60 tahun keatas, lansia tidak mengalami gangguan kognitif, seperti pikun serta lansia juga dapat mendengar dengan baik.

4.2.3 Tehnik Pengambilan Sampel

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2010). Pada penelitian ini tehnik sampling yang digunakan adalah Simple random sampling yaitu dengan melakukan proses pengundian dan data responden yang telah diundi kemudian menjadi responden penelitian.

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi ini karena Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat merupakan Kelurahan yang jarang dilakukan penelitian ilmiah terutama terkait dengan lansia dan keluarganya. Di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat sebagian besar lansia tinggal dengan keluarganya sehingga memudahkan dalam mendapatkann sampel yang memadai dan sesuai dengan


(51)

kriteria sampel penelitian. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus- Oktober 2012.

4.4 Pertimbangan Etik

Sebelum mengambil data, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta mempertimbangkan etik dalam penelitian dengan menjamin hak – hak responden. Adapun etika dalam penelitian ini meliputi :

Inform Consent

Inform consent merupakan persetujuan antara peneliti dengan calon responden yang dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden. Jika calon responden bersedia menjadi calon responden maka responden dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan, tetapi bila calon responden tidak bersedia maka tidak ada paksaan untuk menjadi responden. Dalam penelitian ini, persetujuan dilakukan antara peneliti dengan calon responden.

Anonimity

Anonimity merupakan etika penelitian dimana peneliti tidak mecantumkan nama responden pada lembar alat ukur, tetapi hanya menuliskan kode nomor responden pada lembar pengumpulan data. Kode yang digunakan berupa nomor responden berupa angka (misal : 1,2,3 dan seterusnya


(52)

Confidentiality

Saat pelaksanaan di lapangan peneliti tidak hanya terlibat dalam proses pengambilan data penelitian tetapi kadang responden berbagi cerita sekitar kehidupan pribadinya sehingga peneliti harus menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun masalah lain yang menyangkut privasi responden dan hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner dengan berpedoman kepada tinjauan pustaka dan kerangka konsep. Instrumen penelitian terdiri dari empat kuesioner. Kuesioner pertama berisi data demografi keluarga yang meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, penghasilan perbulan, pendidikan dan hubungan keluarga dengan lansia.

Kuesioner kedua berisi peran keluarga dalam perawatan lansia yang menggunakan skala likert terdiri dari 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban : Tidak pernah (TP) bernilai 1, Kadang-kadang (KD) bernilai 2, sering (SR) bernilai 3 dan selalu (SL) bernilai 4. Peran keluarga dikatakan baik apabila responden keluarga memiliki skor 61-80, dikatakan cukup apabila memiliki skor 41-60 dan dikatakan kurang baik apabila memiliki skor 20-40.

Kuesioner ketiga berisi tentang data demografi lansia yang meliputi ; usia, jenis kelamin, agama, suku, dan pendidikan terakhir. Kuesioner keempat berisi pertanyaan tentang kepuasan lansia yang menggunakan skala likert terdiri dari 10


(53)

pertanyaan dengan pilihan jawaban : Tidak pernah (TP) bernilai 1, Kadang-kadang (KD) bernilai 2, sering (SR) bernilai 3 dan selalu (SL) bernilai 4. Lansia dikatakan puas apabila responden memiliki skor 31-40, dikatakan cukup puas apabila memiliki skor 21-30 dan dikatakan kurang puas apabila memiliki skor 10-20.

Semakin tinggi jumlah skor yang didapat, maka menunjukkan semakin baik perawatan keluarga terhadap lansia. Perawatan keluarga terhadap lansia dibagi dalam empat kategori, yaitu perawatan yang sangat baik, baik, sedang dan buruk.

Rentang Berdasarkan rumus statistik P =

Banyak kelas

4.6 Uji Validitasdan Reabilitas

Validitas adalah suatu pengukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2010). Uji validitas instrumen dilakukan oleh dosen ahli Keperawatan Keluarga Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Reabilitas adalah adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang berbeda ataupun waktu yang berbeda. Uji reliabilitas dilakukan kepada 10 subjek yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan (Nursalam, 2010). Menurut Polit & Hungler (1997) suatu instrument dikatakan reliabel jika nilai reliabilitasnya sama dengan 0,70 atau lebih. Uji reliabilitas untuk kuesioner peran keluarga dalam perawatan lansia dan kepuasan lansia pada keluarga menggunakan formula Cronbach Alpha yang telah diuji reliabilitasnya terhadap 10 responden keluarga dengan lansia yang sesuai


(54)

dengan kriteria sampel penelitian di Kelurahan Pulo Padang Rantauprapat dan diperolah hasil r = 0,801 untuk peran keluarga serta r = 0,797 untuk kepuasan lansia, dengan demikian kuesioner ini dianggap reliabel.

4.7 Pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menyebarkan kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Kepala Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat. Peneliti langsung mendatangi Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat dan menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat, prosedur penelitian, dan cara pengisian kuisioner penelitian. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian. Bagi calon responden yang bersedia menjadi responden diminta untuk menandatangani informed consent dan dipersilahkan mengisi kuesioner yang dibagikan peneliti. Responden diminta menjawab pertanyaan dengan mengisi kuesioner yang diberikan dan pengumpulan data dimulai. Peneliti melakukan wawancara dengan responden lansia yaitu dengan membacakan pertanyaan yang ada di kuesioner kemudian mendampingi lansia dalam mengisi jawaban dan selanjutnya data yang terkumpul dianalisa.

4.8 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap yakni editing dengan mengecek nama, kelengkapan identitas dan data


(55)

responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, koding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa. Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan statistik deskriptif dengan program komputer, selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.


(56)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diperoleh melalui pengumpulan data terhadap 74 responden yaitu keluarga dengan lansia di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat dari tanggal 15 Agustus sampai dengan 26 oktober 2012. Penyajian data meliputi karakteristik responden dan kuesioner peran keluarga dalam perawatan lansia serta kuesioner kepuasan lansia di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat.

Karakteristik Responden

Hasil penelitian tentang karekteristik responden keluarga diperoleh sebagian besar berusia 31-40 tahun yaitu sebanyak 28 orang (37,8%), sedangkan jenis kelamin keluarga sebagian besar adalah wanita yaitu 60 orang (81,1%), sebagian besar keluarga beragama Islam yaitu 55 orang (74,3%), dan sebagian besar keluarga juga bersuku Batak yaitu 36 orang (48,7%). Pendidikan keluarga sebagian besar adalah Perguruan tinggi yaitu 30 orang (40,5%). Pekerjaan keluarga sebagian besar adalah sebagai wiraswasta/karyawan swasta yaitu dengan jumlah 30 orang (40,5%), dan sebagian besar penghasilan keluarga berkisar diatas Rp 1.000.000 yaitu sebanyak 43 orang (58,1%). Hubungan keluarga dengan lansia sebagian besar adalah sebagai anak yaitu sebanyak 39 orang (52,7%). Hasil ini dapat dilihat pada table 5.1.


(57)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden keluarga (n=74)

No. Karakteristik Responden (n) (%)

1. Usia 20-30 31-40 41-50 >50 19 28 17 10 25,7 37,8 23,0 13,5 2. Jenis kelamin

Pria Wanita 14 60 18,9 81,1 3. Agama Islam Protestan Katolik 55 11 8 74,3 14,9 10,8 4. Suku Minang Jawa Batak Melayu 8 22 36 8 10,8 29,7 48,7 10,8 5. Pendidikan SD SMP SMU Perguruan Tinggi 8 11 25 30 10,8 14,9 33,8 40,5 6. Pekerjaan PNS Pensiunan Buruh/tani Wiraswasta Tidak bekerja 26 1 11 30 6 35,1 1,4 14,9 40,5 8,1 7. Penghasilan

< Rp 500.000

Rp 500.000-Rp 1.000.000 >Rp 1.000.000 9 22 43 12,2 29,7 58,1 8. Hubungan Anak Cucu Menantu Lain-lain 39 14 13 8 52,7 18,9 17,6 10,8


(58)

Pada karakteristik responden lansia diperoleh hasil sebagai berikut sebagian besar lansia berusia 60-70 tahun yaitu sebanyak 30 orang (40,5%), sedangkan sebagian besar jenis kelamin lansia adalah wanita yaitu 49 orang (66,2%), kemudian sebagian besar lansia beragama Islam yaitu 55 orang (74,3%), dan sebagian besar lansia juga bersuku Batak yaitu 35 orang (47,3%) dan pendidikan lansia sebagian besar adalah tidak sekolah yaitu 22 orang (29,7%). Hal ini dapat dilihat pada table 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden lansia (n=74)

No. Karakteristik Responden (n) (%)

1. Usia 60-70 71-80 >81 30 25 19 40,5 33,8 25,7 2. Jenis kelamin

Pria Wanita 25 49 33,8 66,2 3. Suku Minang Jawa Batak Melayu 7 19 35 13 9,5 25,7 47,3 17,5 4. Agama Islam Protestan Katolik 55 11 8 74,3 14,9 10,8 5. Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMU Perguruan Tinggi 22 19 16 11 6 29,7 25,7 21,6 14,9 8,1


(59)

Hasil penelitian tentang peran keluarga dalam perawatan lansia yang diperoleh dari 74 responden yaitu sebagian besar masuk ke dalam kategori peran keluarga baik dalam perawatan lansia yaitu sebanyak 55 keluarga (74,3%), dan dalam kategori peran keluarga cukup baik dalam perawatan lansia sebanyak 19 keluarga (25,7%). Hal ini dapat dilihat pada table 5.3.

Tabel 5.3 Kategori peran keluarga dalam perawatan lansia

No. Kategori (n) (%)

1. Baik 55 74,3

2. Cukup baik 19 25,7

3. Kurang baik 0 0

Hasil penelitian tentang kepuasan lansia pada keluarga dari 74 responden diperoleh bahwa sebagian besar lansia termasuk ke dalam kategori puas pada keluarga sebanyak 58 lansia (78,4%), dan dalam kategori lansia cukup puas pada keluarga sebanyak 16 keluarga (21,6%). Hal ini sesuai dengan table 5.4.

Tabel 5.4 Kategori kepuasan lansia pada keluarga

No. Kategori (n) (%)

1. Puas 58 78,4

2. Cukup puas 16 21,6


(60)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Peran Keluarga Dalam Perawatan Lansia

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peran keluarga dalam perawatan lansia sebagian besar termasuk ke dalam kategori baik yaitu sebanyak 55 keluarga (74,3%) dan kepuasan lansia pada keluarga sebagian besar termasuk ke dalam kategori puas yaitu sebanyak 58 lansia (78,4%). Hal ini menunjukkan bahwa peran keluarga dalam perawatan lansia di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat sudah baik dan lansia juga sudah merasa puas pada keluarganya. Peneliti berasumsi bahwa peran keluarga dalam perawatan lansia baik dapat dipengaruhi oleh hubungan responden keluarga dengan lansia dan jenis kelamin keluarga yang merawat lansia, karena dari data yang diperoleh sebagian besar keluarga berjenis kelamin wanita yaitu sebanyak 60 orang (81,1%), dan sebagian besar keluarga yang mempunyai hubungan dengan lansia adalah sebagai anak yaitu sebanyak 39 orang (52,7%). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Efiani (2010) tentang perawatan keluarga terhadap lansia di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat yang menyatakan bahwa perawatan keluarga dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin dan hubungan responden dengan lansia (lansia tinggal bersama anak perempuannya). Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Fatimah (2010), yang mengemukakan bahwa keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya, 80% keluarga akan mendukung lansia dan biasanya anak sudah dewasa yang menjadi sumber support lansia. Dan hal ini juga sesuai dengan


(61)

ungkapan Darmojo (2008), yaitu bahwa umumnya keluarga yang merawat lansia di rumah, terutama dilakukan oleh anak perempuan.

Keluarga berperan penting memberikan perawatan terhadap lansia meliputi perawatan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran keluarga dalam perawatan fisik pada lansia yaitu sebagian besar keluarga menyatakan selalu menyiapkan makanan yang bergizi untuk lansia, yakni sebesar (66,2%). Peneiliti berasumsi hal ini dapat dipengaruhi oleh tingkat penghasilan dan tingkat pendidikan keluarga, dalam hal ini mayoritas keluarga berpendidikan perguruan tinggi dan sebagian besar keluarga memiliki penghasilan >Rp 1.000.000. Sebagian besar (56,8%) keluarga juga selalu membersihkan lantai kamar mandi agar lansia tidak terjatuh dan sebagian besar (36,5%) keluarga juga sering mengingatkan lansia untuk tidur serta sebagian besar keluarga (64,9%) juga selalu mencuci pakaian lansia. Hasil penelitian terkait dengan peran keluarga dalam perawatan fisik pada lansia ini sesuai dengan teori fungsi keluarga terkait dengan fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan yang dikemukakan oleh Friedman (1998) dalam hal pemenuhan kebutuhan-kebutuhan fisik seperti makan, pakaian, kebersihan tempat tinggal serta perawatan kesehatan.

Hasil penelitian peran keluarga dalam perawatan psikologis pada lansia menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga (62,2%) sering menemani lansia untuk mengobrol. Sebagian besar keluarga (52,7%) juga selalu mendengarkan keluhan dan memberikan respon terhadap keluhannya tersebut. Dan sebagian besar (73,0%) keluarga juga selalu menjaga perasaan lansia,


(62)

baik dalam berbicara atau bertingkah laku terhadap lansia, sebagian besar (77,0%) keluarga juga selalu mendengar nasehat lansia. dan sebagian besar (55,4%) keluarga juga sering melibatkan lansia dalam musyawarah keluarga. Hal ini sesuai dengan teori fungsi keluarga terkait fungsi afektif keluarga yang dikemukakan oleh Friedman (1998) yang menyatakan keluarga harus saling mengasihi, saling menerima dan saling mendukung dan menjaga kehangatan antar anggota keluarga serta saling menghargai dan menghormati hak, kebutuhan dan tanggung jawab anggota keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.

Hasil penelitian peran keluarga dalam perawatan sosial pada lansia menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga (48,6%) memberikan kesempatan lansia melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya. Sebagian besar keluarga (54,1%) juga sering memfasilitasi lansia untuk mengikuti kegiatan kelompoknya seperti yasinan, arisan dan lain-lain. Dan sebagian besar (44,6%) keluarga juga sering memfasilitasi lansia berkumpul dengan teman sebayanya untuk mengobrol. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Setiti (2007), yang menyebutkan bahwa keluarga berusaha memberikan kabar orang di lingkungannya dan berita secara umum. Pada sisi lain, lanjut usia diantar cucu atau anggota keluarga lain untuk bertemu dengan teman sebaya, juga dengan teman sekelompok. Lanjut usia juga diberikan kegiatan bersama kelompoknya yaitu kelompok keagamaan, olahraga, pengajian, yasinan, arisan, kelompok silaturahmi, kelompok adat dan lain-lain. sedangkan sebagian besar (47,3%) keluarga kadang-kadang mengantar lansia


(63)

berkunjung kerumah kerabat yang lain. Peneliti berasumsi hal ini dikarenakan kesibukan keluarga dengan pekerjaan mereka di luar rumah. Sebagian keluarga (52,7%) juga sering memfasilitasi lansia untuk berekreasi (misal jalan-jalan, nonton televisi, mendengarkan radio atau hiburan-hiburan yang lain). Dan hal ini sesuai dengan pendapat Nugroho (2008), yang menyebutkan bahwa keluarga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lansia untuk melakukan rekreasi, misal; jalan-jalan pagi, menonton film, atau hiburan-hiburan lain. Hasil penelitian tentang peran keluarga dalam perawatan sosial terhadap lansia juga sejalan dengan pendapat Fitriani (2009), yang menyatakan bahwa lansia sangat dianjurkan melakukan integrasi sosial ke lingkungan sekitarnya karena dari jenis dukungan sosial ini lansia akan memperoleh perasaan memiliki suatu kelompok yang memungkinkannya untuk membagi minat, perhatian serta melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama, adanya kepedulian dari lingkungan/ masyarakat akan memberikan kenyamanan lansia dalam melakukan kegiatan bersama tanpa pamrih, merasa bahagia mendengarkan ceramah ringan yang tentunya sesuai dengan kebutuhan lansia.

Hasil penelitian peran keluarga dalam perawatan spiritual terhadap lansia menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga (56,7%) sering mengingatkan lansia untuk beribadah, dan 50,0% keluarga juga sering memfasilitasi lansia dalam beribadah. Sebagian besar (56,7%) keluarga juga selalu membersihkan perlengkapan ibadah lansia. Sebagian besar keluarga (74,3%) selalu menjaga lingkungan saat lansia mengerjakan ibadah. Hal ini


(64)

sejalan dengan pendapat Nugroho (2008) yang menyebutkan bahwa keluarga harus dapat memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya. Jika dilihat dari kondisi di Kelurahan tersebut, karena sebagian besar lansia sudah rutin mengerjakan ibadah sehingga keluarga harus selalu membersihkan perlengkapan ibadah lansia jika sudah terlihat kotor atau bau. Namun sebagian besar juga (47,3%) keluarga kadang-kadang menemani lansia pada saat mengerjakan ibadah. Peneliti berasumsi bahwa dalam mengerjakan ibadah sebagian besar lansia hanya kadang-kadang ditemani oleh keluarga karena keluarga sendiri sering sibuk dengan urusannya masing-masing dan sebagian besar memang tidak ada kebiasaan mengerjakan ibadah bersama-sama.

5.2.2 Kepuasan Lansia Pada Keluarga

Kepuasan lansia merupakan perasaan senang yang berasal dari perbandingan antara pelayanan atau dukungan yang diterima lansia dengan apa yang ia harapkan. Hasil penelitian menunjukkan lansia termasuk dalam kategori puas yaitu dengan jumlah 58 lansia (78,4%). Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Hurlock (2000) yaitu seorang individu yang dapat menerima diri dan lingkungannya secara positif akan merasa puas dalm hidupnya. Peneliti juga berasumsi bahwa kepuasan lansia termasuk dalam kategori puas dapat dipengaruhi karena keluarga telah melakukan perannya dengan baik dalam perawatan terhadap lansia serta lansia juga sudah menerima pelayanan yang optimal dari keluarganya. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan lansia yang menyatakan keluarga selalu segera


(65)

membawanya berobat bila sedang sakit yaitu sebanyak 79,7% lansia dan sebagaian besar lansia (70,3%) menyatakan keluarga selalu bersikap sopan dan menghormatinya. Sebagian besar lansia (62,2%) juga mengatakan keluarga selalu mendengarkan nasehat dan keluhan yang ia berikan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mubarak (2009) bahawa tugas perkembangan keluarga berkaitan dengan lansia yaitu keluarga harus dapat mengenal masalah kesehatan lansia dan mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi kesehatan lansia. Selanjutnya keluarga juga harus merawat anggota keluarga lansia dan memodifikasi lingkungan fisik dan psikologis sehingga lansia dapat beradaptasi terhadap proses penuaan. Keluarga juga harus mampu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dan sosial dengan tepat sesuai dengan kebutuhan lansia. Hal ini juga sejalan dengan hal yang dinyatakan oleh Depkes (2005), bahwa upaya yang harus dilakukan keluarga antara lain; mengingatkan lansia untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan fisiknya, menyediakan waktu untuk berbincang dengan lansia, memberikan kesempatan pada lansia untuk mengekspresikan perasaannya serta menghargai pendapat yang diberikan lansia. untuk menjaga kesehatan fisik maupun kejiwaan lansia diharapkan tetap melakukan aktivitas yang dapat mengembangkan bakat atau hobi.


(66)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian tentang Peran Keluarga Dalam Perawatan Lansia Dan Kepuasan Lansia Pada Keluarga di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut;

6.1Kesimpulan

Dari hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa peran keluarga dalam perawatan lansia baik sebanyak 55 keluarga (74,3%), dan dalam kategori cukup baik sebanyak 19 keluarga (25,7%) dan kepuasan lansia pada keluarga juga dapat disimpulkan dalam kategori puas dengan jumlah lansia sebanyak 58 orang (78,4%) serta dalam kategori cukup puas sebanyak 16 orang lansia (21,6%). Peran keluarga dalam perawatan lansia sudah baik hal ini karena sebagaian besar lansia dirawat oleh anaknya dan jenis kelamin keluarga yang merawat lansia adalah wanita. Lansia juga sudah merasa puas pada keluarganya hal ini karena keluarganya telah melakukan perannya dengan baik dalam perawatan lansia.

6.2Rekomendasi

Rekomendasi penelitian ini ditujukan pada Praktek Keperawatan, Pendidikan Keperawatan, Penelitian Keperawatan serta kelurga lansia.


(67)

6.2.2 Rekomendasi untuk Praktek Keperawatan

Dari hasil penelitian, walaupun peran keluarga dalam perawatan lansia secara keseluruhan sudah termasuk ke dalam kategori baik, tetapi jika dilihat dari setiap aspeknya masih ada yang kurang memuaskan. Oleh karena itu dalam pengembangan profesionalisme keperawatan di berbagai tatanan pelayanan kesehatan, khususnya keperawatan komunitas, keluarga dan gerontik untuk dapat menginformasikan atau menjelaskan tentang perawatan terhadap lansia yang baik. Diharapkan terhadap pelayanan kesehatan di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat untuk meningkatkan kegiatan posyandu lansia yang pada saat ini tidak berjalan dengan baik.

6.2.3 Rekomendasi untuk Pendidikan Keperawatan

Bagi Pendidikan Keperawatan peneliti menyarankan agar materi perkuliahan tentang peran keluarga dalam perawatan lansia diperdalam lagi sehingga dapat dikembangkan dalam praktek belajar lapangan, sehingga peran keluarga dalam perawatan lansia bisa lebih sangat baik lagi.

6.2.4 Rekomendasi untuk Penelitian Keperawatan

Peneliti menyarankan sebaiknya penelitian selanjutnya meneliti tentang peran keluarga dalam perawatan lansia dengan melihat lebih spesifik lagi dari aspek perawatan fisik, psikologis, sosial dan spiritual serta kepuasan lansia terhadap peran keluarga.


(68)

6.2.5 Rekomendasi untuk Keluarga Lansia.

Disarankan kepada keluarga lansia untuk meningkatkan perannya dalam perawatan fisik, psikologis, sosial dan spiritual terhadap lansia sesuai dengan informasi yang telah diterima agar dapat meningkatkan kualitas hidup lansia. Keluarga juga harus memotivasi dan memfasilitasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia.


(69)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga, Jakarta : EGC

Badan Pusat Statistik. 2012. Jumlah Penduduk Sumatera Utara. Diambil tanggal 10 Mei 2012 dari

Badan Pusat Statistik 2012. Jumlah Penduduk Indonesia. Diambil tanggal 10 Mei 2012 dari

Darmojo, R. & Martono, H. 2008. Buku Ajar Geriatrik (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : FK UI.

Departemen kesehatan RI. 2005. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta

Efiani, Eni. Skripsi, 2010. Perawatan Keluarga Terhadap Lansia Di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat. F.Kep USU.

Effendi, F & Makhfudli. 2009. Keperawatan Komunitas Teori & Praktek dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Fatimah. 2010. Merawat Manusia lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses Keperawatan Gerontik. Jakarta : Trans Info Media.

Fitriani,E. 2009. Lansia Dalam Keluarga Dan Masyarakat.Diambil pada 5 januari 2013 dari

Friedman, M.M. 1998. Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktek, Edisi ke-3. Jakarta : EGC.

Hurlock, E.B. 2000. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang kehidupan, Edisi ke-5. Jakarta : Erlangga.

Kotler & Keller. 2009. Manajemen Pemasaran Edisi 13 Jilid 1. Jakarta : Erlangga Maryam, R S et al. 2008. Mengenal Usia Lanjut & Perawatannya. Jakarta :

Salemba medika

Mubarak, W I et al. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep & Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.

Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Edisi 3. Jakarta : EGC Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan

Profesional. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

Nursalam. 2010. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika


(70)

Polit & Hungler. 1997. Nursing Research Principles and Methods (6 th ed). Philadelphia: Lippicott

Setiawati, S dan Agus Citra Dermawan. 2008. Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans Info Media.

Setiadi. 2007. Konsep& Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Setiadi. 2008. Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu Setiti, S. G. 2007. Pelayanan Lanjut Usia Berbasis Kekerabatan (Studi Kasus

Lima Wilayah Di Indonesia). Diambil tanggal 5 januari 2013 dari


(71)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Peran Keluarga Dalam Perawatan Lansia dan kepuasan Lansia Pada

Keluarga di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat

Oleh Khairani Rambe

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia dan kepuasan lansia pada keluarga.

Untuk keperluan tersebut saya mengharap Kesediaan Bapak/ Ibu menjadi responden dalam penelitian ini. Informasi yang saya dapatkan ini hanya akan digunakan untuk pengembangan Ilmu Keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud- maksud lain.

Partisipasi Bapak/ Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Bapak / Ibu bebas untuk menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika Bapak/ Ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, silahkan Bapak/ Ibu menandatangani formulir persetujuan ini. Terima kasih atas partisipasi Bapak / Ibu dalam penelitian ini.

Medan, September 2012

Peneliti Responden


(72)

Lampiran 2

INSTRUMEN PENELITIAN

(Keluarga)

1.Data Demografi

Petunjuk pengisian : Saudara/i diharapkan akan menjawab setiap pertanyaan dengan memberikan tanda checklist (√) pada tempat yang tersedia. Tiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban dan bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

1. Usia

20-30 tahun 41-50 tahun 31-40 tahun > 51 tahun 2. Jenis kelamin :

Wanita Pria

3. Agama :

Islam Katolik

Protestan

4. Suku :

Minang Batak

Jawa Melayu

5. Pendidikan terakhir

SD SMU


(73)

5. Pekerjaan :

PNS /TNI /POLRI Buruh/ Petani Tidak bekerja

Pensiunan PNS/ TNI/ Polri Pegawai Swasta/ Wiraswasta

6. Penghasilan perbulan : < Rp 500.000

Rp 500.000 – Rp 1.000.000 > Rp 1.000 000

8. Hubungan responden dengan lansia:

Anak menantu


(74)

2. Peran keluarga dalam merawat Lansia

Petunjuk pengisian : Berikan tanda checklist (√) pada setiap kolom jawaban yang tersedia di bawah ini sesuai dengan perawatan yang Saudara/i berikan kapada lanjut usia. Dimana SL : selalu, SR : sering, KD : kadang-kadang dan TP : Tidak pernah.

No Pernyataan SL

4 SR 3 KD 2 TP 1

A. PERAWATAN FISIK

1. Menyajikan makanan yang bergizi untuk lansia

2. Mengingatkan lansia untuk mandi

3. Membersihkan lantai kamar mandi agar lansia tidak jatuh

4. Mengingatkan lansia untuk istirahat/ tidur 5. Mencuci pakaian lansia

B. PERAWATAN PSIKOLOGIS

6. Menemani lansia untuk mengobrol.

7. Mendengarkan keluhan lansia dan memberikan respon terhadap keluhannya tersebut

8. Menjaga perasaan lansia, baik dalam berbicara atau bertingkah laku terhadap lansia.

9. Mendengarkan nasehat lansia.

10 Melibatkan lansia dalam musyawarah keluarga

C. PERAWATAN SOSIAL

11 Memberikan kesempatan lansia melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Lampiran JADWAL TENTATIF PENELITIAN

No. Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Mengajukan judul

2 Menetapkan judul penelitian

3 Menyusun Bab 1

4 Menyusun Bab 2

5 Menyusun Bab 3

6 Menyusun Bab 4

7 Menyerahkan proposal penelitian

8 Mengajukan sidang proposal

9 Sidang proposal

10 Revisi proposal

penelitian

11 Mengajukan izin

penelitian

12 Pengumpulan data

13 Analisa data

14 Penyusunan laporan/skripsi

15 Pengajuan sidang

skripsi

16 Ujian sidang

17 Revisi

18 Mengumpulkan skripsi


(6)