Kesimpulan Infeksi Nosokomial .1 Pengertian Infeksi Nosokomial

50

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, penulis menarik kesimpulan hasil penelitian mengenai tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial pada pemasangan kateter urin di rumah sakit marta friska pulo brayan Medan, sudah melakukan tindakan baik dalam pencegahan infeksi nososkomial pada pemasangan kateter urin sesuai Standart Operasional Prosedur SOP sebanyak 77,1 ..

6.2 Saran

1. Bagi Rumah Sakit Marta Friska Pulo Brayan Medan. Upaya agar lebih meningkatkan tindakan pencegahan infeksi nosokomial dikalangan tenaga kesehatan, perlu diadakan pelatihan secara berkala dari pihak rumah sakit tentang tindakan pencegahan infeksi nosokomial dan memberi peringatan kepada atasankepala ruang bila ada petugas yang tidak patuh dalam melaksanakan tindakan yang tidak sesuai dengan Standard Operational Prosedure SOP yang telah ditetapkan. 2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian inisekiranya dapat dijadikan bahan bacaan atau referensi diperpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang relevan pada masa yang akan datang yang ingin mengembangkan hasil penelitian mengenai Tindakan Dalam Pencegaha Infeksi Nosokomial. Universitas Sumatera Utara 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infeksi Nosokomial 2.1.1 Pengertian Infeksi Nosokomial Nosokomial berasal dari bahasa Yunani, dari kata nosos yang artinya penyakit, dan komeo yang artinya merawat. Nosokomion berarti tempat untuk merawatRumah Sakit. Jadi infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh atau terjadi di Rumah Sakit Darmadi, 2008. Infeksi nosokomial dapat terjadi pada penderita, tenaga kesehatan, dan juga setiap orang yang datang ke Rumah Sakit. Infeksi yang ada di pusat pelayanan kesehatan ini dapat ditularkan atau diperoleh melalui petugas kesehatan, orang sakit, pengunjung yang berstatus karier atau karena kondisi Rumah Sakit Betty, 2012. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan, dan kematian di dunia. Salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh dunia Betty, 2012.

2.1.2 Macam-macam Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial dibagi 3, yaitu infeksi silang cross infection infeksi yang disebabkan kuman didapat dari orang atau pasien lain secara langsung atau tidak langsung. Infeksi lingkungan environtmental infection, infeksi yang disebabkan kuman yang diadapat dari benda atau bahan tak bernyawa di Universitas Sumatera Utara lingkungan rumah sakit. Infeksi sendiri yaitu infeksi yang disebabkan kuman yang didapat dari pasien sendiri, karena perpindahan kuman dari jaringan lain ke jaringan lainnya Jhonkarto, 2009.

2.1.3 Dampak infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial menambahkan ketidakberdayaan fungsional, tekanan emosional, dan kadang-kadang pada beberapa kasus akan menyebabkan kondisi kecacatan shingga menurunkan kualitas hidup. Sebagai tambahan, infeksi nosokomial sekarang juga merupakan salah satu penyebab kematian Ponce-de- Leon 1991. Dampak infeksi nosokomial lebih jelas di Negara miskin, terutama yang dilanda HIVAIDS, karena temuan terakhir membuktikan bahwa pelayanan medis yang tidak aman merupakan faktor penting dalam transmisi HIV Gisselquist dkk 2002. Menurut Betty 2012, infeksi nosokomial dapat memberikan dampak sebagai berikut : 1. Menyebabkan cacat fungsional, serta stress emosional, dan dapat menyebabkan cacat yang permanen serta kematian. 2. Dampak tertinggi pada Negara berkembang dengan prevalensi HIVAIDS yang tinggi. Universitas Sumatera Utara 3. Meningkatkan biaya kesehatan di berbagai Negara yang tidak mampu, dengan mengingkatkan lama perawatan di Rumah Sakit, pengobatan dengan obat-obat mahal, dan penggunaan pelayanan lainnya. 4. Morbiditas, dan mortalitas semakin tinggi. 5. Adanya tuntutan secara hukum. 6. Penurunan citra Rumah Sakit.

2.1.4 Penyebab Infeksi Nosokomial

1. Agen infeksi Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama dirawat di rumah sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur, dan parasit dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain cross infection atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri endogenous infection. Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada orang normal Ducel, 2001. Universitas Sumatera Utara 2. Bakteri Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang sehat. Keberadaan bakteri sangat penting dalam melindungi tubuh dari datangnya bakteri pathogen. Tetapi dalam beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang rendah terhadap mikroorganisme. 3. Virus Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari transfuse, dialysis, suntikan dan endoskopi. Virus lain yang sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola, influenza virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan Wenzel, 2002. 4. Parasit dan Jamur Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan mudah ke orang dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan obat immunosupresan. 5. Faktor alat Dari suatu penelitian klinis, infeksi nosokomial terutama disebabkan infeksi dari kateter urin, infeksi jarum infus, infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan septicemia. Pemakaian infus dan kateter urin yang tidak terganti-ganti.di ruang penyakit dalam, diperkirakan 20-25 Universitas Sumatera Utara pasien memerlukan terapi infuse. Komplikasi kanulasi intravena ini dapat berupa gangguan mekanis, fisis dan kimiawi.

2.1.5 Batasan Infeksi Nosokomial

Batasan infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat oleh penderita, ketika penderita dalam proses asuhan keperawatan di rumah sakit. Siregar 2004 mengatakan bahwa, suatu infeksi pada penderita baru bisa dinyatakan sebagai infeksi nosokomial apabila memenuhi beberapa kriteriabatasan tentu diantaranya: 1. Pada waktu penderita mulai dirawat di Rumah Sakit tidak didapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut. 2. Pada waktu penderita mulai dirawat di Rumah Sakit, tidak sedang dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut. 3. Tanda tanda klinik infeksi tersebut timbul sekurang-kurangnya setelah 3x24 jam sejak mulai perawatan. 4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya. 5. Bila saat mulai dirawat di Rumah Sakit sudah ada tanda-tanda infeksi, dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di Rumah Sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial. Universitas Sumatera Utara

2.1.6 Cara Penularan Infeksi Nosokomial

Betty 2012 mengatakan bahwa, cara penularan infeksi nosokomial yaitu : 1. Penularan secara kontak Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung, dan droplet. Kontak langsung terjadi apabila sumber berhubungan langsung dengan penjamu. Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek perantara biasanya benda mati. Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah terkontaminasi oleh infeksi, misalnya kontaminasi peralatan medis oleh mikroorganime. 2. Penularan melalui common vehicle Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman, dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari suatu penjamu. Adapun jenis-jenis common vehicle adalah darahproduk darah, cairan intravena, obat- obatan, dan sebagainya. 3. Penularan melalui udara, dan inhalasi Penularan ini terjadi apabila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh, dan melalui saluran pernafasan. Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas staphylococcus, dan tuberculosis. 4. Penularan dengan cara perantara vector Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan secara eksternal apabila hanya terjadi pemindahan secara mekanis Universitas Sumatera Utara dari mikroorganisme yang menempel pada tubuh vector, misalnya shigella, dan salmonella oleh lalat. Penularan secara internal apabila mikroorganisme masuk kedalam tubuh vector, dan dapat terjadi perubahan secara biologis, misalnya parasit malaria dalam nyamuk atau tidak mengalami perubahan biologis.

2.1.7 Pengelolaan Infeksi Nosokomial

Betty 2012 mengatakan bahwa, terjadinya infeksi nosokomial dipengaruhi oleh : 1. Banyaknya pasien yang dirawat dapat menjadi sumber infeksi bagi lingkungan, dan pasien lainnya. 2. Kontak langsung antara pasin yang menjadi sumber infeksi dengan pasien lainnya. 3. Kontak langsung antara petugas Rumah sakit yanmg tercemar kuman dengan pasien. 4. Penggunaan alatperalatan medis yang tercemar oleh kuman. 5. Kondisi pasien yang lemah akibat penyakit yang dideritanya Seperti yang diketahui, klien yang terindikasi harus menjalani proses asuhan keperawatan, yaitu klien harus menjalani observasi, tindakan medis akut, atau pengobatan yang berkesinambungan. Daya tahan tubuh yang lemah sangat rentan terhadap penyakit infeksi. Masuknya mikroba atau transmisi mikroba ke klien tentunya berasal dari sekitar klien, dimana klien menjalani proses asuhan Universitas Sumatera Utara keperawatan. Untuk dapat mengendalikannya diperlukan adanya mekanisme kerja atau system yang bersifat lintas sektoralbagian, dan diperlukan adanya sebuah wadahorganisasi di luar struktur organisasi rumah sakit yang telah ada. Dengan demikian diharapkan adanya kemudahan berkomunikasi, dan berkonsultasi langsung dengan petugas pelaksana disetiap bagianruangbangsal yang terindikasi adanya infeksi nosokomial. Wadah atau organisasi ini adalah panitia medic pengendali infeksi Betty, 2012.

2.1.8 Pengendalian, dan Pencegahan Infeksi Nosokomial

Betty 2012 mengatakan bahwa, dalam mengendalikan infeksi nosokomial di rumah sakit, ada tiga hal yang perlu ada dalam program pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit, diantaranya : 1. Adanya sistem surveilan yang mantap Surveilan suatu penyakit adalah tindakan pengamatan yang sitemik, dan dilakukan terus menerus terhadap penyakit tersebut yang terjadi pada suatu populasi tertentu dengan tujuan untuk dapat melakukan pencegahan, dan pengendalian. Jadi tujuan dari surveilain adalah untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi nosokomial. Peralatan ditegaskan disini bahwa keberhasilan pengendalian infeksi nosokomial bukanlah ditentukan oleh canggihnya peralatan yang ada, tetapi ditentukan oleh kesempurnaan perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan penderita secara benar. Dalam pelaksanaan surveilan ini perawat sebagai petugas lapangan di garis paling depan mempunyai peran yang sangat menentukan. Universitas Sumatera Utara 2. Adanya peraturan yang jelas, dan tegas serta dapat dilaksanakan dengan tujuan untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi. Adanya peraturan yang jelas, dan tegas serta dapat dilaksanakan merupakan hal yang sangat penting. Peraturan-peraturan ini merupakan standar yang harus dijalankan setelah dimengerti semua petugas. Standar ini meliputi standar diagnosis ataupun standar pelaksanaan tugas. Dalam pelaksanaan dan pengawasan pelaksanaan peraturan ini, peran perawat sangat besar sekali. 3. Adanya program pendidikan yang terus menerus bagi semua petugas rumah sakit dengan tujuan mengembalikan sikap mental yang benar dalam merawat penderita. Keberhasilan program ini ditentukan oleh perilaku petugas dalam melaksanakan perawatan yang sempurna kepada penderita. Perubahan perilaku inilah yang memerlukan proses belajar, dan mengajar yang terus menerus. Program pendidikan hendaknya tidak hanya ditekankan pada aspek perawatan yang baik saja, tetapi kiranya juga aspek epidemiologi dari infeksi nosokomial. Betty 2012 mengatakan bahwa, pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang terintegrasi, monitoring, dan program. Program yang termasuk diantaranya : 1. Membatasi transmisi organism dari atau antar pasien dengan cara mencuci tangan, dan penggunaan sarung tangan, tindakan dan aseptic, sterilisasi dan disinfeksi. 2. Mengontrol resiko penularan dari lingkungan. Universitas Sumatera Utara 3. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang cukup, dan vaksinasi. 4. Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasif. 5. Pengawasan infeksi, identifikasi, dan mengontrol penyebarannya. 6. Mencegah penularan dari lingkungan rumah sakit. 7. Mengecek dengan menginspeksi bahwa prosedur pengendalian infeksi, dan aseptic telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan rumah sakit. 8. Menghubungkan antara laboratorium dan staf ruang dengan member informasi pada kepala bagian dan memberikan nasihat tentang masalah pengendalian infeksi. 9. Melakukan kerjasama dengan staf kesehatan okupasi occupational health staf dalam pemeliharaan rekaman infeksi staf medis, perawat, catering, domestic, dan berbagai golongan staf lainnya yang terinfeksi. 10. Melakukan kerjasama dengan, dan member petunjuk kepeda perawat komunitas tentang berbagai masalah infeksi. 11. Member informasi segera melelui telepon tentang penyakit yang harus diberitahukan kepada petugas kesehatan masyarakat. 12. Memberitahu berbagai rumah sakit lain dan praktisi lain yang berkepentingan ketika pasien yang terinfeksi dibebaskan dari rumah sakit atau di pindahkan ke tempat lain. 13. Melakukan partisipasi dalam edukasi dan demonstrasi praktik tentang teknik pengendalian infeksi kepada staf medis, perawat domestic, catering, pembantu, dan staf lainnya. Universitas Sumatera Utara 14. Memberitahu perawat tentang masalah dan kesulitan praktis dalam melaksanakanprosedur rutin yang berkaitan dengan aspek perawatan pengendalian infeksi. 15. Menghadiri berbagai komite relavan yang biasanya mengendalikan infeksi dari berbagai komite prosedur perawatan. 16. Melakukan perundingan dengan pimpinan pelayanan steril tentang infeksi tertentu dalam rumah sakit. 2.2 Pemasangan Kateter Urin 2.2.1 Defenisi