3. Efektifitas inhibitor ekstrak metanol daun kopi terhadap laju korosi baja SS
316 berdasarkan efisiensi inhibitor yang dihasilkan sangat berpengaruh dengan baik untuk menurunkan laju korosi pada baja dengan efisiensi
maksimum pada perendaman selama 30 hari pada logam Fe dengan efisiensi inhibitor 95,5 sedangkan efisiensi maksimum pada perendaman selama
10 hari pada logam Cr dengan efisiensi inhibitor 90,62 saat digunakan sebagai inhibitor pada perendaman Baja SS 316 dalam media HCl 3M
sebagai lapisan pelindung sebelum perendaman dengan media korosi, maka lapisan pelindung itu akan melindungi seluruh permukaan logam, bukan
hanya berekasi dengan Fe
2+
melainkan menutupi seluruh permukaan logam dengan cara adsorpsi pada permukaan logam sehingga memperlambat laju
korosi pada sampel baja.
5.2. Saran
Disarankan untuk peneliti selanjutnya untuk dapat membandingkan penggunaan
inhibitor organik dan anorganik dalam menghambat laju korosi
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Korosi
2.1.1. Energi Dan Hukum yang Mendasarinya
Korosi adalah gejala yang timbul secara alami: pengaruhnya dialami oleh hampir semua zat dan diatur oleh perubahan-perubahan energi. Pengkajian tentang
perubahan energi disebut termodinamika, suatu bidang yang kaya sekali dengan definisi, besaran-besaran variabel juga disebut parameter dan persamaan-
persamaan. Sistem didefinisikan sebagai suatu massa tertentu zat yang kita minati. Di sekeliling sistem itu kita membayangkan suatu dinding pembatas khayal yang
memisahkannya dari lingkungan sekitar.
Hukum
: Energi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan.
Kaidah : Semua perubahan spontan terjadi disertai pelepasan energi bebas dari
sistem ke lingkungan sekitar pada temperatur dan tekanan spontan. Pernyataan pertama adalah Hukum Pertama Termodinamika yang penting
sekali dalam pengkajian perubahan-perubahan yang terjadi ketika logam mengalami korosi. Pernyataan kedua adalah salah satu bentuk Hukum Kedua
Termodinamika. Ketika korosi berlangsung secara alami proses yang terjadi bersifat spontan sehingga karena itu disertai pelepasan energi bebas. Hukum
termodinamika mengungkapkan kepada kita tentang kuatnya kecenderungan keadaan energi tinggi untuk berubah ke keadaan energi rendah. Kecenderungan
inilah yang membuat logam-logam bergabung kembali dengan unsur-unsur yang ada di lingkungan, yang akhirnya membentuk gejala yang disebut korosi. Karena
itu definisi yang baik untuk korosi. Korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya.
Universitas Sumatera Utara
Sebuah konsep penting yang membantu menjelaskan laju reaksi korosi adalah Teori Keadaan Peralihan Transition State Theory. Perhatikan persamaan
berikut: A + B
C + D 2.1
Dimana dua zat A dan B, yang dikenal sebagai reaktan, saling berinteraksi sedemikian rupa untuk membentuk dua zat baru, C dan D, yang disebut hasil reaksi.
Agar dapat menghasilkan zat – zat baru, A dan B bukan hanya harus saling sentuh melainkan juga harus berpadu secara fisik guna membentuk suatu zat antara AB.
AB disebut keadaan peralihan, dan reorganisasi keadaan peralihan inilah yang kemudian langsung menghasilkan C + D.
Dalam bentuk paling sederhana, laju reaksi korosi dapat diekspresikan demikian:
Laju = tetapan laju x[reaktan – reaktan] 2.2
Besaran dalam kurung persegi menunjukkan ukuran banyaknya zat. Tetapan laju dapat dinyatakan dalam hubungan dengan ukuran penghalang energi bebas�+:
Tetapan laju = C eksp - ΔG+RT
2.3 Dengan C dan R adalah tetapan-tetapan, dan T adalah temperatur mutlak.
Persamaan tersebut merupakan bentuk modifikasi dari sebuah persamaan penting yang disebut Persamaan Arhenius Trethewey, 1991.
2.1.2. Pengertian Korosi
Korosi adalah penurunan mutu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya. Penurunan mutu logam tidak hanya melibatkan reaksi kimia namun
juga reaksi elektrokimia, yaitu antara bahan-bahan bersangkutan terjadi perpindahan elektron. Karena elektron adalah sesuatu yang bermuatan negatif,
maka pengangkutannya menimbulkan arus listrik. Dalam banyak hal korosi menyebabkan penurunan daya guna suatu komponen atau peralatan yang dibuat
dari logam seperti peralatan pabrik, peralatan kimia, pembuatan jembatan dan sebagainya. Peristiwa korosi tidak akan terjadi dengan sendirinya melainkan ada
factor-faktor tertentu yang menyebabkan timbulnya peristiwa korosi. Faktor tersebut dapat menimbulkan terjadinya peristiwa korosi apabila komponen-
komponen tersebut terjadi hubungan satu sama lain yang menimbulkan terjadinya
Universitas Sumatera Utara
aliran elektron. Korosi juga dapat mengakibatkan suatu material mengalami suatu reaksi oksidasi yang jika dibiarkan terus menerus akan menyebabkan material
terdegradasi. Degradasi tersebut menyebabkan logam menipis, berlubang, terjadi perambatan reaktan, sifat mekanik berubah sehingga terjadi kegagalan tiba – tiba
pada struktur, sifat fisik dan penampilan logam berubah Fachri, 2011.
Kinetika korosi dapat memprediksi bagaimana suatu korosi berjalan dalam waktu dan jarak. Berbeda dari termodinamika, kinetika korosi digunakan untuk
mengetahui laju atau kecepatan korosi itu terjadi. Laju korosi ditentukan dengan menggunakan arus untuk menghasilkan suatu kurva polarisasi tingkat perubahan
potensial sebagai fungsi dari besarnya arus yang digunakan untuk permukaanyang laju korosinya sedang ditentukan. Ketika potensial pada permukaan logam
terpolarisasi menggunakan arus pada arah positif, bisa dikatakan sebagai terpolarisasi secara anodik. Bila menggunakan arus pada arah negatif disebut
terpolarisasi secara katodik. Tingkat polarisasi adalah ukuran bagaimana laju dari reaksi pada anoda dan katoda dihambat oleh bermacam lingkungan konsentrasi
dari ion logam, oksigen terlarut danatau faktor proses permukaan adsorbsi, pembentukan lapisan, kemudahan dalam melepaskan elektron. Variasi dari
potensial sebagai fungsi dari arus kurva polarisasi memungkinkan untuk mengetahui pengaruh dari proses konsentrasi dan aktivasi pada tingkat dimana
reaksi anoda maupun katoda dapat memberi ataupun menerima elektron. Karenanya, pengukuran polarisasi dapat menentukan laju reaksi yang terlibat dalam
proses korosi Trethewey, 1991.
Proses korosi berkembang dengan cepat setelah mengalami gangguan dari luar dan bersamaan dengan beberapa reaksi yang merubah komposisi dan sifat dari
permukaan logam dan lingkungan sekitarnya, contohnya pembentukan oksida logam, difusi dari kation logam terhadap matriks, berubahnya pH, dan berubahnya
potensial elektrokimia Rani, et al, 2012.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Jenis Korosi
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai korosi, dibawah ini dijelaskan mengenai beberapa jenis korosi, yaitu:
1. Korosi Merata uniform corrosion, yaitu korosi yang terjadi pada seluruh permukaan logam atau paduan yang bersentuhan elektrolit pada intensitas sama.
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1 Korosi Merata Wisdatika, 2009
2. Korosi Galvanik galvanic corrosion, yaitu korosi terjadi bila dua logam yang berbeda berada dalam satu elektrolit, dalam keadaan ini logam yang kurang mulia
anodic akan terkorosi, bahkan lebih hebat bila paduan tersebut tidak bersenyawa dengan logam lain.
3. Korosi Celah crevice corrosion, yaitu korosi lokal yang biasanya terjadi pada sela – sela sambungan logam yang sejenis atau pada retakan di permukaan logam.
Hal ini disebabkan perbedaan konsentrasi ion logam atau konsentrasi oksigen antara celah dan lingkungannya dapat ditunjukkan pada Gambar 2.2 seperti berikut
Gambar 2.2 Korosi Celah Kopeliovich, 2012
Universitas Sumatera Utara
4. Korosi Sumuran pitting corrosion. Korosi ini terjadi akibat adanya sistem anoda pada logam, dimana daerah tersebut terdapat konsentrasi ion Cl. Korosi jenis
ini sangat berbahaya karena pada bagian permukaan hanya lubang kecil, sedangkan pada bagian dalamnya terjadi proses korosi membentuk “sumur” yang tidak
tampak. 5. Korosi batas butir intergranular corrosion, yaitu korosi yang terjadi pada batas
butir, dimana batas butir sering kali merupakan tempat mengumpulnya impurity atau suatu presipitat dan lebih tegang. Jika suatu logam terkorosi secara merata
akan terlihat jelas lebih reaktif dibandingkan pada butir material tersebut. Pada beberapa kondisi, pertemuan butir sangat reaktif dan menyababkan terjadinya
korosi pada butir lebih cepat dibandingkan dengan korosi pada butir. Intergranular corrosion akan mengurangi atau menghilangkan kekuatan dari material dapat
dilihat pada Gambar 2.3 seperti berikut :
Gambar 2.3 Korosi Batas Butir Green, 1997
6. Selective leaching corrosion yaitu larutnya salah satu komponen dari suatu paduan, dan ini mengakibatkan paduan yang tersisa akan menjadi berpori sehingga
ketahanan korosinya akan berkurang, seperti di ilustrasikan pada Gambar 2.4 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 Selective Leaching Corrosion Green, 1997
7. Korosi Erosi, yaitu korosi yang terjadi akibat pergerakan relatif antara fluida korosif dengan permuakaan logam. Pada umumnya, pergerakan yang terjadi cukup
cepat, sehingga terjadi efek keausan mekanis atau abrasi. Pergerakan yang cepat dari fluida korosif mengkorosi secara fisik dan menghilangkan lapisan pasif. Pasir
dan padatan lumpur mempercepat korosi erosi.
8. Korosi Tegangan stress corrosion, yaitu korosi yang terjadi sebagai akibat bekerjanya tegangan pada suatu benda yang berada pada media korosif
Fachri,2011. Korosi tegangan dapat di lihat pada Gambar 2.5 berikut:
Gambar 2.5 Korosi Tegangan Kopeliovich, 2012
Universitas Sumatera Utara
2.3. Prinsip Dasar Pengendalian Korosi