KEMATIAN PADA PPOK EKSASERBASI AKUT

Indikasi perawatan ICU Indications for ICU Admission • Severe dyspnea that responds inadequately to intial emergency therapy • Changes in mental status confusion, lethargy, coma • Persistent or worsening hypoxemia PaO2 , 5,3 kPa, 40 mmHg andor worsening respiratory acidosis pH 7,25 despite supplemental oxygen and noninvasive ventilation • Nedd for invasive mechanical ventilation • Hemodynamic instability-need for vasopressors Dikutip dari: Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease 1

2.2. KEMATIAN PADA PPOK EKSASERBASI AKUT

Kematian pada PPOK dapat dipengaruhi oleh berbagai kondisi komorbid kronik lain seperti penyakit kardiovaskular, gangguan muskuloskletal, diabetes mellitus yang berhubungan dengan PPOK dan memberikan pengaruh pada status kesehatan pasien, yang akan mengganggu penatalaksanaan PPOK. Kematian pasien rawat inap pada pasien yang datang ke rumah sakit karena hiperkapnia dengan asidosis berkisar 10. Pada pasien yang membutuhkan bantuan nafas mekanik selama dirawat di rumah sakit, kematian meningkat 40 satu tahun setelah pasien dipulangkan untuk berobat jalan. Dan keseluruhan kematian 3 tahun setelah dirawat di rumah sakit meningkat menjadi 49. 1 Beberapa studi melaporkan tingkat kematian pada rawat inap 11-24 dan 22-35,6 setelah 1 dan 2 tahun. Soler-Cataluna melaporkan bahwa PPOK eksaserbasi akut mempunyai pengaruh independen prognostik negatif, dimana kematian meningkat dengan semakin seringnya terjadi eksaserbasi akut dan membutuhkan perawatan rumah sakit. The Study to Understand Prognosis and Preferences for Outcomes and rates of Treatment SUPPORT, melaporkan tingkat kematian rawat inap dijumpai pada 11 pasien dengan gagal nafas akut hiperkapnia. Tingkat kematian 180 hari adalah 33 dan tingat kematian 2 tahun adalah 49. 1 Beberapa studi telah menunjukkan faktor yang secara langsung berhubungan dengan kematian rawat inap rumah sakit yang terjadi pada PPOK 10,11,12 Universitas Sumatera Utara eksaserbasi, yaitu disfungsi sistem organ non-respiratori terutama jantung, lamanya rawat inap di rumah sakit, usia yang lebih tua, kondisi komorbid dan status nutrisi, oksigen arteri PaO2 dan tekanan karbondioksida pada saat masuk, dan membutuhkan perawatan ICU. Studi prospektif multisenter oleh Roche dkk di Perancis 2008, menilai hal hal yang menentukan hasil akhir perawatan rumah sakit pada pasien pada pasien yang datang ke instalasi gawat darurat IGD oleh karena PPOK eksaserbasi akut, hasil akhir adalah kematian pada rawat inap dan dibutuhkannya post-hospital support. Penelitian ini mendapatkan hasil tingkat kematian rawat inap RS adalah 7,4. Faktor prognostik independen adalah umur ≥ 70 tahun; jumlah dari keparahan tanda klinis sianosis, gangguan neurologis, edema tungkai bawah, asterexis, penggunaan otot aksesori pada saat inpirasi dan ekspirasi; dan baseline dyspnoe grade 0-1, 2-3, 4-5 pada keadaan stabil. Hasil dari studi ini menunjukkan faktor prognostik sederhana yang dapat digunakan pada pasien PPOK eksaserbasi akut yang datang ke IGD. 6 Penelitian oleh Gudmundsson dkk di Swedia 2006 bertujuan menganalisa mortalitas dan faktor risiko yang berhubungan, yang lebih ditujukan pada status kesehatan, pengobatan dan komorbiditas, pada pasien PPOK eksaserbasi akut yang memerlukan perawatan rumah sakit. Hasil penelitian ini menunjukkan kematian yang tinggi pada PPOK setelah perawatan rumah sakit, dengan usia yang lebih tua, berkurangnya fungsi paru, status kesehatan yang menurun dan diabetes sebagai faktor risiko yang paling penting. 6 Soler-Cataluna dkk di Spanyol 2005 meneliti apakah PPOK eksaserbasi akut yang berat menunjukkan efek langsung terhadap kematian. Faktor prognostik yang berpengaruh pada PPOK eksaserbasi akut yang mendapatkan perawatan di rumah sakit dikelompokkan atas umur pasien, merokok, indeks massa tubuh, komorbiditas, terapi oksigen jangka panjang, parameter kekuatan spirometri, tekanan arteri gas darah. Hanya usia yang lebih tua, tekanan karbondioksida arteri yang ditemukan sebagai indikator prognostik buruk pada pasien PPOK eksaserbasi akut. Kematian meningkat dengan seringnya terjadi eksaserbasi berat, terutama pada pasien yang membutuhkan perawatan rumah sakit. 17 18 Universitas Sumatera Utara Studi prospektif oleh Groenewegen dkk 2003 meneliti hasil akhir dari pasien PPOK eksaserbasi akut yang datang ke rumah sakit selama dirawat di rumah sakit dan setelah follow up 1 tahun. Hasil studi ini menunjukkan tingginya tingkat kematian setelah eksaserbasi akut, terutama pada pasien yang lebih tua dengan gagal nafas kronik. Hal ini penting diketahui untuk memindahkan pasien ke perawatan suportif yang lebih baik apabila diperlukan. Penelitan ini menyimpulakan bahwa prognosis pasien yang datang ke rumah sakit dan memerlukan perawatan rumah sakit adalah jelek. Penggunaan kortikosteroid oral jangka panjang, PaCO2 yang tinggi, dan usia lebih tua dianggap sebagai faktor risiko yang berhubungan dengan tingginya kematian pada PPOK eksaserbasi akut. Penelitian oleh Archibald dkk 2012, mencoba menentukan prediktor kematian rawat inap pada pasien dengan dengan PPOK eksaserbasi akut, dan menghasilkan sistem skor prediksi untuk mengidentifikasi pasien dengan risiko tinggi kematian rawat inap RS. CAUDA 70 dapat digunakan untuk memprediksi kematian rawat inap RS pada pasien PPOK eksaserbasi akut. Skor ini menggabungkan 6 variabel klinis: asidosis, albumin, ureum, perubahan status mental confusion, skor MRCD dan umur. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa CAUDA 70 akurat dalam memprediksi kematian rawat inap pada PPOK eksaserbasi akut . 19

2.3. SKOR CAUDA 70