Renstra DLH Kab. Bojonegoro 2013-2018
52
a. pengembangan lahan pertanian dan sistem agropolitan yang produktif dan ramah lingkungan;
b. pengembangan dan peningkatan potensi pariwisata yang ramah lingkungan serta berbasis masyarakat;
c. pengembangan dan peningkatan kawasan industri berbasis agro, yang ramah lingkungan serta bernilai ekonomis;
d. pemerataan pembangunan sektor ekonomi dan infrastruktur wilayah; e. pengendalian secara ketat pada kawasan hutan dan;
f. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
Kelestarian lingkungan saat ini juga telah menjadi Isu Strategis Nasional bahkan Internasional. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 67 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis, dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana
Pembangunan Daerah disebutkan bahwa perlunya kepastian prinsip- prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi
dalam penyusunan RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD serta peningkatan RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD sebagai upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
3.1 Penentuan Isu-isu Strategis
Isu-isu strategis memberikan gambaran tentang hal-hal yang menjadi fokus dan prioritas penanganan karena pengaruhnya yang besar,
luas, dan signifikan terhadap perbaikan kondisi masyarakat pada 5 lima tahun mendatang. Isu-isu strategis adalah isu
–isu yang jika diprioritaskan penanganannya maka peluang tercapainya tujuan dan sasaran
pembangunan 5 lima tahun mendatang akan lebih besar dan lebih pasti. Jika isu strategis ini tidak ditangani maka tujuan dan sasaran menjadi sulit
tercapai.
Renstra DLH Kab. Bojonegoro 2013-2018
53
Berdasarkan telaahan di atas dapat dirumuskan isu-isu strategis lingkungan hidup yang ada di Kabupaten Bojonegoro sebagai berikut :
1 Bencana Alam Banjir, Longsor dan Kekeringan
Kondisi geomorfologi, struktur geologi di wilayah Kabupaten Bojonegoro berupa hutan negara, pegunungan Kapur Selatan dan
Utara serta Bojonegoro bagian tengah yang merupakan daerah aliran sungai bengawan Solo menjadikan Kabupaten Bojonegoro mempunyai
beberapa kawasan yaitu kawasan rawan bencana banjir, rawan bencana kekeringan rawan bencana tanah longsor dan rawan bencana
angin putting beliung.
a Banjir
Semakin sempitnya catchment area akibat dari cepatnya pertumbuhan kawasan terbangun di kawasan perkotaan serta
penurunan kualitas daya serap tanah terhadap air hujan di kawasan
hutan menyebabkan bencana banjir di musim penghujan.
Selain itu wilayah Kabupaten Bojonegoro yang dilalui Aliran Sungai Bengawan Solo menyebabkan daerah sekitar aliran menjadi daerah
yang rawan banjir. Daerah rawan banjir di Kabupaten Bojonegoro meliputi 14 Kecamatan yaitu Margomulyo, Ngraho, Padangan,
Kasiman, Malo, Purwosari, Kalitidu, Dander, Bojonegoro, Kapas,
Balen, Kanor, Sumberrejo dan Baureno. b Longsor
Kondisi topografi Kabupaten Bojonegoro yang relatif datar pada bagian utara serta dataran tinggi pada bagian selatan
memungkinkan aliran hujan akan menambah beban genangan sehingga pada musim hujan tanah akan mengalami kembang
swilling dan akan mengakibatkan resiko longsor akibat rendahnya kekuatan geser tanah.
Renstra DLH Kab. Bojonegoro 2013-2018
54
Daerah rawan bencana tanah longsor meliputi Kecamatan Margomulyo, Tambakrejo, Ngambon, Sekar, Gondang, Malo, dan
Kedewan. Daerah -daerah tersebut merupakan daerah pegunungan Kapur Selatan dan Pengunungan Kapur Utara, yang merupakan
perbukitan kapur yang ada di Kabupaten Bojonegoro.
c Kekeringan
Kawasan Rawan Bencana kekeringan di Kabupaten Bojonegoro tersebar di Daerah Selatan Kabupaten Bojonegoro yaitu Kecamatan
Sekar, Bubulan dan Gondang. Namun apabila terjadi kemarau yang cukup panjang kekeringan bisa melanda 49 desa yang ada di 17
Kecamatan. Guna penanggulangan sementara adalah dengan mengirimkan air bersih untuk keperluan hidup sehari-hari kepada
masyarakat desa yang mengalami kekeringan. Untuk penanggulangan jangka panjang Pemerintah Kabupaten
melalui beberapa SKPD telah memprogramkan pemanfaatan air hujan dengan membuat embung, geomembran, sumur resapan,
lubang resapan biopori, serta penanaman pohon pada daerah tangkapan air Cathment Area sumber mata air, sehingga
diharapkan dalam jangka panjang dapat melestarikan sumber- sumber mata air yang ada.
2 Kerusakan Lingkungan
Selama ini aktifitas pembangunan yang hanya terfokus pada pertumbuhan
ekonomi, mengakibatkan
dampak negatif
dan menyebabkan penurunan kondisi ekologis dan degradasi sumber daya
alam, diantaranya :
a Penambangan Galian C
Adanya kegiatan eksplorasi dan eksploitasi tambang minyak dan gas bumi, juga aktivitas penambangan sumur minyak tua di
Kecamatan Kedewan dan Malo, berpotensi mencemari dan
Renstra DLH Kab. Bojonegoro 2013-2018
55
menimbulkan kerusakan lingkungan sekitarnya. Selain itu adanya kegiatan penambangan tanah urug dan penambangan pasir illegal,
juga ikut menyumbang kerusakan lingkungan di daerah DAS Bengawan Solo;
b Pencemaran Air, Tanah dan Udara
Seiring bertumbuh kembangnya berbagai usahakegiatan dan industri di Kabupaten Bojonegoro, khususnya industri minyak dan
gas bumi berpotensi menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan. Pembuangan limbah cair dan limbah padat dari
kegiatan Industri, Rumah Sakit, Rumah Makan dan Hotel yang tidak dikelola dengan baik dan benar akan menimbulkan dampak yang
serius bagi lingkungan hidup.
c Pembalakan liar Illegal Logging
Daerah Bojonegoro merupakan wilayah yang memiliki hutan jati terluas di Jawa Timur. Akan tetapi saat ini kondisi hutan di
Bojonegoro sangat memprihatinkan. Kasus illegal logging atau pembalakan liar menyebabkan kawasan hutan di Bojonegoro
berubah menjadi kawasan gersang dengan udara yang panas. Banyaknya warga di sekitar lokasi hutan yang menjarah kayu jati
mengakibatkan rusaknya hutan di wilayah Bojonegoro. Pembalakan liar
mengakibatkan berkurangnya
lahan hutan
sehingga menyebabkan semakin bertambahnya lahan kritis. Selain itu
dampak illegal logging juga dapat menyebabkan berbagai macam bencana alam, di antaranya angin puyuhputing beliung, tanah
longsor, dan banjir bandang. Kefahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan harus ditanamkan dalam benak
setiap individu sehingga timbul kesadaran untuk ikut menjaga dan melestarikannya.
Renstra DLH Kab. Bojonegoro 2013-2018
56 3 Ijin Lingkungan
Setiap UsahaKegiatan dan atau Industri wajib memiliki Ijin Usaha. Untuk dapat memperoleh ijin usaha salah satu persyaratnya adalah
harus mendapat ijin lingkungan. Untuk bisa mendapatkan ijin lingkungan, setiap jenis usaha danatau kegiatan wajib memiliki
dokumen lingkungan AMDAL, UKL-UPL, atau SPPL. Suatu usaha danatau kegiatan boleh dilaksanakan kalau sudah
memiliki ijin usaha, namun kenyataannya masih banyak para pengusaha melakukan kegiatan dulu baru mengurus ijin usaha.
Sebelumnya ada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2010 yang mengatur tentang kegiatan usaha yang sudah beroperasi
tapi belum memiliki dokumen lingkungan diperbolehkan membuat dokumen lingkungan DELH untuk AMDAL dan DPLH untuk UKL-UPL.
Namun peraturan tersebut sudah tidak berlaku lagi sejak tanggal 3 Oktober 2011.
Saat ini masih menjadi dilema bagi Dinas Lingkungan Hidup untuk memberikan rekomendasi kepada pengusaha yang belum memiliki
dokumen lingkungan tapi sudah beroperasi, di sisi lain DLH tidak ingin melanggar peraturan dan di sisi lain DLH tidak ingin menghambat
investor yang masuk ke Kabupaten Bojonegoro. Isu
– isu lingkungan tersebut perlu diterjemahkan dalam program dan kegiatan yang mendukung berbagai upaya perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka menjaga agar pembangunan tetap berkelanjutan.
Renstra DLH Kab. Bojonegoro 2013-2018
57 BAB IV
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
4.1 VISI DAN MISI V I S I