PEMODELAN PSTS-2003
preferensi dan citarasa masyarakat yang selalu mengingin-kan air bersih, kebersihan alamiah, perlindungan marga-satwa, dan lainnya. Namun demikian
alternatif ini mencegah pendayagunaan sungai untuk maksud lainnya seperti tempat buangan limbah industri.
Kedua macam eksremitas alternatif tersebut di atas dapat diako- modasikan melalui analisis manfaatbiaya. Pendekatan ini berdasarkan pada
konsep bahwa sungai merupakan sumberdaya yang dapat dimanfaatkan melalui tatacara yang menguntungkan. Hal ini membutuhkan penelitian tentang
konsekwensi moneter dari pembuangan limbah pada kedua belah pihak pengguna sungai. Oleh karena masing-masing pengguna mempunyai tatacara
yang spesifik dalam perhitungan manfaatbiaya, maka diperlukan suatu ukuran , yaitu Indeks Mutu Lingkungan, environmental quality index. Indeks ini
merupakan pembakuan dari peraturan tentang baku mutu lingkungan minimum yang diperbolehkan dalam bentuk parameter yang terukur dari sumberdaya alam
dan lingkungan. Indeks ini juga dapat merupakan mekanisme untuk menangani preferensi sosial untuk distribusi manfaat dan biaya. Misalnya, kalau pemerintah
menganggap bahwa usaha perikanan harus berjalan maka diperlukan baku mutu air minimum agar ikan tidak mati. Setelah baku mutu ditetapkan maka alternatif
solusi yang terbaik baru dapat diselesaikan secara sistematis.
4.3. Teladan Model Pengelolaan
Dalam setiap konteks perencanaan lingkungan maka pe-ngaruhnya terhadap sistem lingkungan, sumberdaya alam, dan juga manusia sebagai
penghuninya harus dapat diperkirakan. Analisis pendugaan dan evaluasi pengaruh yang mungkin terjadi dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu
model-model yang sederhana atau model yang sangat kompleks. Pada umumnya, berbagai faktor lingkungan akan menentukan ruang lingkup dan tipe
analisis yang digunakan. Oleh karena itu penentuan analisis terhadap sistem lingkungan dan sumberdaya alam membutuhkan pertim bangan yang
menyangkut proses analisis dan perencanaan ling-kungan, termasuk analisis aktivitas.
Dengan mengasumsikan bahwa analisis awal dari perihal yang dipertimbangkan tersebut di atas sudah dilakukan, maka langkah berikutnya
adalah menentukan secara terinci tingkat kompleksitas yang dibutuhkan untuk membangkitkan informasi yang diperlukan mengenai setiap elemen sistem
lingkungan yang diana lisis, termasuk komponen sumberdaya alamnya seperti lahan, air, udara, dan vegetasi. Tingkat kompleksitas tersebut didefinsiikan pada
selang waktu analisis dan ruang lingkup sistem. Langkah berikutnya adalah menentukan apakah analisis pada tingkat kom-pleksitas tertentu layak
dilakukan berdasarkan pertimbangan : i ketersediaan data, ii ketersediaan
17
PEMODELAN PSTS-2003
personil, iii ketersediaan waktu dan dana, iv ketersediaan fasilitas komputer, dan v ketersediaan perangkat lunak.
Beberapa teladan model pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Model Indeks Mutu Lingkungan IML Model ini dirancang dengan harapan dapat dijadikan sebagai early
warning system dan alternatif penanganan dengan biaya yang optimal oleh para pengambil keputusan Eriyatno dan Maarif, 1989. Sebagai suatu indeks, model
ini harus memberikan indikator yang dapat menyatakan mutu dan kualitas dari suatu sumberdaya alam danatau lingkungan. Oleh karena itu dalam model ini
indeks tersebut dapat dinyatakan dengan kisaran nilai 0 hingga 100, dimana pada nilai indeks 100 menunjukkan mutu dan kualitas sumberdaya alam danatau
kondisi lingkungan yang diharapkan.
Penetapan model ini ditentukan oleh maksud dan kegunaan dari pemakaian indeks itu sendiri. Indeks pada dasarnya adalah ukuran kuantitatif
untuk pembandingan menurut skala. Mengingat indeks mutu lingkungan merupakan bagian dari sistem pemantauan dan evaluasi lingkungan, maka model
IML ini dapat dibedakan menurut fungsinya sbb:
2. Model Ukuran Keragaan Appearance Index Model ukuran ini dapat dirancang untuk tujuan analisis lingkungan dan
sumberdaya alam yang dikaitkan dengan karakteristik dan kualitas sumberdaya alam dan mutu lingkungan.
UK = A. å Wj. å Zi. IijB C dimana:
Zi : Pembobot obyektifempiris bagi parameter I yang ke-i dalam kelompok indikator lingkungan yang ke-j
Wj : Pembobot subyektiflogik untuk kelompok indikator lingkungan yang ke-j, dimana Wj = 0
Dalam perhitungan pembobotan disarankan untuk Zi meng gunakan konversi secara fisik atau moneter, Wj menggunakan metode Delphi atau Bayes
dengan hitungan peluang, sedangkan A,B, dan C adalah koefisien penormalan matematis untuk kesesuaian indeks, misalnya bilangan integer non-negatif.
3. Indeks Pengendalian