Prosiding Hasil Penelitian PPM 2015
209
C. Data dan Sumber Data
Data yang digali lewat penelitian ini, sebagaimana disebutkan di atas adalah
tentang bagaimana metode atau cara-cara sosialisasi kepada masyarakat desa yang
digunakan oleh para tokoh masyarakat atau opinion leader tentang Jaminan Kesehatan
Nasional. Oleh karena itu sumber data primer akan digali melalui para tokoh masyarakat di
desa Nglumpang Mlarak dan data pendukung dari
masyarakat dan
dari Badan
Penyelenggara Jaminan
Kesehatan di
Ponorogo.
D. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini adalah beberapa tokoh masyarakat yang terlibat
dalam sosialisasi JKN biasanya melalui pengajian yasinan rutin baik yang diadakan
oleh kelompok ibu-ibu maupun kelompok bapak-bapak. Beberapa ibu anggota yasinan
juga beberapa
bapak sebagai
anggota kelompok tersebut. Penentuan informan
tersebut akan dilakukan melalui teknik snowball bola salju, dimana penggalian data
akan dilakukan
kepada para
tokoh masyarakat tanpa menentukan jumlahnya,
tetapi mencukupkan diri dengan kualitas informasi yang diberikan, artinya
jika informasi dirasa sudah jenuh tidak ada
informasi baru lagi dari informan yang diinterview, maka penggalian data akan
dihentikan. Sementara itu, jika informasi yang digali dari para tokoh masyarakat atau
pemimpin informal tersebut masih terus berkembang dan memenuhi kebaruan sesuai
dengan fokus penelitian, maka penggalian data akan terus bergulir dan terus mencari
informan baru sesuai dengan petunjuk yang diberikan
informan lain
yang telah
diwawancarai. Demikian
juga dengan
informan pendukung yaitu anggota kelompok yasinan atau kelompok tani dan masyarakat.
E. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi,
wawancara mendalam dan dokumentasi. Observasi digunakan untuk menggali data
tentang berbagai metode sosialisai oleh para opinion leader kepada masyarakat desa
tentang Jaminan
Kesehatan Nasional.
Wawancara mendalam digunakan untuk menggali data tentang berbagai pandangan
dan pendapat tentang cara atau metode sosialisasi opinion leader kepada masyarakat
tentang JKN di desa Nglumpang, yang melatari pandangan dari berbagai aspek, sesuai dengan
ruang dan
waktu subyek.
Sedangkan dokumentasi
digunakan untuk
pendokumenan baik
berupa catatan
kecil,buku, arsip tentang penelitian tersebut.
F. Metode Analisis Data
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif,
mengacu pada pemikiran Max Weber yang mengatakan
bahwa, pokok
penelitian bukanlah kepada gejala-gejala sosial, tetapi
lebih menekankan kepada memahami makna- makna yang terkandung dibalik tindakan
individu yang mendorong terwujudnya gejala- gejala sosial tersebut.Istbsyaroh,2004:14.
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskripstif kualitatif melalui proses
induksi-interpretasi-konseptualisasi. Proses
analisis dalam penelitian ini telah dimulai
Prosiding Hasil Penelitian PPM 2015
210 sejak
peneliti menetapkan
fokus permasalahan,
dan likoasi
penelitian, kemudian menjadi intensif ketika turun ke
lapangan. Data dalam catatan lapangan akan dianalisis
dengan cara
melakukan penghalusan bahan empirik yang masih kasar
ke dalam laporan penelitian. Selanjutnya peneliti akan melakukanpenyederhanaan data
menjadi beberapa unit informasi yang rinci tetapi sudah terfokus dalam ungkapan asli
informan sebagai penampakan perpektif emiknya. Dengan demikian, laporan lapangan
yang detail induksi menjadi data yang mudah dipahami, dicarikan makna, sehingga
ditemukan pikiran apa yang tersembunyi dibalik cerita informan interpretasi dan
akhirnya dapat diciptakan suatu konsep konseptualisasi.
Proses analisis
akan berjalan
melalui kategorisasi
atau konseptualisasi data yang terus digali, sambil
membandingkan dan mencari hubungan antar konsep
sampai melahirkan
hipotesis- hipotesis. Proses ini akan bergerak tidak
secara linear lagi, tetapi berputar secara interaktif antara satu konsep dengan konsep
yang lain, atau antara kategori satu dengan yang lain. Proses ini juga akan bergerak sejak
awal pengumpulan data, bekerja secara simultan, semakin kompleks atau rumit, tetapi
sekaligus semakin mengarah pada proses munculnya hipotesis dan sampai titik tidak
terdapat lagi informasi baru.Hamidi,2004:80- 81. Penyusunan metode sosialisasi opinion
leader kepada masyarakat tentang Jaminan Kesehatan Nasional dirumuskan dari berbagai
informasi dan data yang diperoleh, menjadi sebuah pedoman metode sosialisasi agar JKN
berjalan dengan baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebagaimana telah dijelaskan
dalam metode penelitian yaitu dengan cara wawancara mendalam, observasi .Informan
dalam penelitian ini adalah beberapa tokoh masyarakat yang terlibat dalam sosialisasi
JKN biasanya melalui pengajian yasinan rutin baik yang diadakan oleh kelompok ibu-ibu
maupun kelompok bapak-bapak.Beberapa ibu anggota yasinan juga beberapa bapak sebagai
anggota kelompok
tersebut. Penentuan
informan tersebut akan dilakukan melalui teknik
snowball bola
salju, dimana
penggalian data akan dilakukan kepada para tokoh
masyarakat tanpa
menentukan jumlahnya, tetapi mencukupkan diri dengan
kualitas informasi yang diberikan, artinya jika informasi dirasa sudah jenuh tidak ada
informasi baru lagi dari informan yang diinterview, maka penggalian data akan
dihentikan. Sementara itu, jika informasi yang digali dari para tokoh masyarakat atau
pemimpin informal tersebut masih terus berkembang dan memenuhi kebaruan sesuai
dengan fokus penelitian, maka penggalian data akan terus bergulir dan terus mencari
informan baru sesuai dengan petunjuk yang diberikan
informan lain
yang telah
diwawancarai. Demikian
juga dengan
informan pendukung yaitu anggota kelompok yasinan atau kelompok tani dan beberapa
masyarakat. Informan pertama yang penulis temui adalah Bapak Sulis sebagai perangkat
desa Kepala
Urusan Pemerintahan
menceritakan bahwa beliau sudah tahu tentang Jaminan Kesehatan Nasional JKN
yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS tetapi urusan tentang
Prosiding Hasil Penelitian PPM 2015
211 BPJS kata beliau di Desa Nglumpang
diserahkan kepada Bapak Sukadi. Peneliti langsung menemui Bapak Sukadi beliau
adalah seorang tokoh masyarakat yang sangat aktif mengisi pengajian baik pada kelompok
yasinan ibu-ibu maupun kelompok yasinan bapak-bapak bahkan juga kelompok tani.
Selain sebagai perangkat desa Modin Bapak Sukadi lebih dikenal sebagai tokoh yang
sangat dekat dengan masyarakat karena acara-acara di desa seperti mantenan,
tingkeban, sepasaran bayi, dan lain-lain selalu dipercayakan kepada beliau untuk mengisi
pengajian dan doa. Bapak Sukadi adalah seorang tokoh desa yang sangat mumpuni dan
layak disebut sebagai seorangOpinion Leader atau pemimpin opini.Beliau lebih dikenal
sebagai Kiai di desa.Sebagaiman dinyatakan M.Munandar
Sulaiman dalam
Ardial 2008:203 mengemukakan bahwa Kiai bisa
dinyatakan debagai pemimpin opini yang punya
kekuatan setidak-tidaknya
bisa dilihat dari dua hal yaitu mempunyai
kemampuan perasaan kemasyarakatan yang dalam dan tinggi hightydeveloped social
sence dan selalu melandaskan sesuatu pada kesepakatan
general consensus.
Bapak Sukadi punya kekuatan yang tinggi di dalam
mempengaruhi masyarakat karena
bisa memahami
apa yang
dibutuhkan dan
diinginkan masyarakatnya. Beliau sanggup menjawab berbagai macam persoalan yang
ingin diketahui
masyarakat.Beliau juga
mampu mengasuh masyarakat dengan
menunjukkan mana yang benar dan mana yang salah”.Beliau setiap malam Jum’at
mengisi pengajian kelompok Yasinan Ibu-ibu di Dusun III Desa Nglumpang dan ibu-ibu
tidak bosan mendengar pengajian beliau setiap malam jum’at tersebut. Termasuk
dalam melakukan sosialisasi tentang Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan
BPJS, beliau mengatakan bahwa sosialisasi yang langsung ke desa dari BPJS tidak pernah
ada, yang ada sosialisasi di tingkat kecamatan yang dihadiri oleh wakil dari desa dan bapak
Sukadi yang mendapatkan tugas dari desa. Setelah
mendapatkan sosialisasi
dari kecamatan Bapak Sukadi melalui kelompok.
Yasinan ibu-ibu dan kelompok yasinan Bapak- bapak baik di dusun Nglumpang I, II, III dan IV
beliau memberikan sosialisasi kepada masyarakat desa karena hampir semua
penduduk Kepala Keluarga menjadi anggota kelompok Yasinan. Beliau mengatakan selain
tahu JKN dari kecamatan yang diisi dari BPJS Kabupaten Ponorogo dan Bappeda, beliau
juga tahu dari Media Televisi dan radio, bahkan beliau sering mengajak pegawai
Puskesmas di Kecamatan Mlarak untuk menjelaskan tentang pentingnya menjaga
kesehatan secara preventif dan sosialisasi tentang pentingnya JKN. Menurut Bapak
Sukadi apakah masyarakat desa sudah paham tentang JKN beliau menunjuk seorang ibu
bernama Welas Asih dan ibu Misratin. Ibu tersebut ternyata memang sudah mendaftar
sebagai anggota JKN pada bulan Juni dan Juli 2014 karena ibu tersebut sakit dan opname di
Rumah Sakit dan langsung mendaftar agar gratis pengobatannya. Ibu Welas Asih
mengatakan bahwa dirinya didaftarkan oleh adiknya yang mempunyai penghasilan lebih
tinggi bahkan suaminya juga difaftarkan pada kelas III dengan biaya berdua Rp. 50.000,-
setiap bulan. Ibu Misratin mengatakan bahwa untuk membayar biaya opname sangat tinggi
sekitar Rp. 6.000.000,- lebih baik jadi anggota
Prosiding Hasil Penelitian PPM 2015
212 BPJSJKN yang dianggap lebih ringan bisa
ngangsur Rp. 25.000,- setiap bulan. Hal di atas senada dengan apa yang disampaikan oleh Ibu
Ninik dari
Pengurus BPJS
Kabupaten Ponorogo bahwa masyarakat Ponorogo yang
mendaftar di BPJS adalah pasien, yaitu orang yang sakit dan dirawat di rumah sakit yang
mendaftar secara mandiri bukan Penerima Bantuan Iuran masih minim yaitu 100 orang
yang lain adalah Peserta Jaminan Kesehatan Nasional dari Penerima Bantuan Iuran atau
dikenal dengan
Jamkesmas jaminan
kesehatan masyarakat miskin. Data peserta JKN di desa hanya peserta Penerima Bantuan
Iuran PBI atau Jamkesmas terdiri dari orang yang fakir miskin dan orang tidak mampu dan
jumlah peserta yang bukan Penerima Bantuan Iuran terdiri dari Pekerja Penerima Upah,
Pekerja Bukan Penerima Upah dan bukan Pekerja tidak ada. Berdasarkan data di desa
Nglumpang peserta Jamkesmas berjumlah 648 orang dan sudah diverifikasi Bapeda
dengan setor KTP dan KK dan otomatis peserta Jamkesmas tersebut menjadi peserta
JKN sehingga pengobatannya bias gratis karena dibantu oleh Pemerintah Daerah Rp.
19.000,- per orang berarti dari Pemerintah Pusat Rp.6.000,- per orang karena kelas III
iuran per bula Rp. 25.000,-padahal masih banyak penduduk desa Nglumpang yang
masih perlu dibantu dengan Jamkesmas tersebut sekitar 600 orang kata Bapak Sukadi
karena dari jumlah penduduk 1.740 orang yang termasuk miskin 1.250 orang. Menurut
Bapak Sukadi sebagaimana diungkapkan oleh pegawai Puskesmas bahwa manfaat Jaminan
Kesehatan adalah
bersifat pelayanan
kesehatan perorangan,
menyangkut pelayanan
promotif, preventif,
kuratif, pelayanan obat bahan medis habis pakai
sesuai dengan indikasi medis yang diperlukan. Manfaat Medis yang tidak terikat dengan
besaran iuran yang dibayarkan.Manfaat non medis yang ditentukan berdasrkan skala
besaran iuaran yang dibayarkan, termasuk di dalamnya
manfaat akomodasi.Ambulans
diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang
ditetapkan oleh
BPJS Kesehatan.
Dari ungkapam-ungkapan Bapak Sukadi tersebut
di atas menunjukkan bahwa sosialisasi dilaksanakan
dengan ceramah-ceramah
agama dengan pendekatan langsung pada masyarakat tetapi beliau belum pernah dapat
brosur atau pamflet dari BPJS untuk sosialisasi beliau tahu dari media TV dan
Radio. Selain Bapak Sukadi Tokoh lain yang juga sangat dipercaya masyarakat adalah
Bapak Haji Abdul Syukur AzisS.Pd.I beliau adalah seorang guru agama yang aktif juga
sebagai kiai di Desa Nglumpang. Beliau juga sering sosialisasi tentang JKNBPJS, kata
Sunarmi hasil wawancara, tanggal 20 Agusts 2015 sebagai aktivis pengikut pengajian
mengatakan bahwa Bapak Haji Syukur pada saat pengajian sering menyampaikan tentang
JKN. Lanjut Sunarmi dalam pengajian ibu-ibu sering mendapatkan berita-berita baru dari
Bapak Syukur dan Bapak Sukadi karena ibu- ibu gak pernah baca berita kalau nonton TV ya
sinetron malam hari karena siang kerja gak sempat nonton TV tapi apabila ada gambar
atau film ibu-ibu pasti sangat senang dan lebih paham . Hal senada juga disampaikan oleh ibu
Suminten dan Ibu Jumiati bahwa kalau bapak Sukadi
atau Bapak
Syukur yang
menyampaikan dengan film atau gambar ibu- ibu pasti akan lebih mudah mengerti
Prosiding Hasil Penelitian PPM 2015
213 meskipun kami belum daftar karena harus
bayar tiap bulan kami masih berat. hasil wawancara, 20 Agustus 2015 pada saat
pengajian kelompok Yasinan Ibu-ibu. Bapak Sukadi
sebagai pemimpin
pendapat menyatakan belum daftar sebagai peserta
JKN dan perangkat desa juga belum tapi masyarakat
sebenarnya paham
tentang pentingnya Jaminan Kesehatan Nasional
tetapi kalau disuruh membayar iuran masih banyak masyarakat yang keberatan karena
kondisi ekonomi mereka. Hasil wawancara dan obsevasi di atas menunjukkan bahwa
Teori Komunikasi dari Lazarsfeld tentang Two Step Flow” yang mempunyai asumsi
dasar bahwa efek media massa terhadap masyarakat tidak secara langsung melainkan
melalui perantara yaitu opinion leader pemimpin pendapat. Teori ini menyatakan
informasi itu datang dari media pindah kedua langkah yang berbeda. Pertama individu
pemimpin pendapat, pemimpin pendapat menyampaikan penafsirannnya disamping isi
media massa. Komunikasi antar personal adalah kunci untuk mengacu pada proses
campur tangan antara pesan langsung media dan reaksi akhir pendengar untuk pesan
tersebut. Pemimpin
pendapat sangat
berpengaruh dalam mengusahakan orang untuk merubah perilaku dan sikap mereka.
Pemimpin Opini opinion leader di desa Nglumpang menggunakan Teori Komunikasi
dari Lazarsfeld tentang Two Step Flow” sebagaimana dijelaskan di atas bahwa teori
tersebut mempunyai asumsi dasar bahwa efek media massa terhadap masyarakat tidak
secara langsung melainkan melalui perantara yaitu opinion leader pemimpin pendapat.
Teori ini menyatakan informasi itu datang dari media pindah kedua langkah yang
berbeda. Pertama
individu pemimpin
pendapat, pemimpin
pendapat menyampaikan penafsirannnya disamping isi
media massa mampu melakukan komunikasi antar
personal sehingga
pesan yang
disampaikan bisa diterima oleh masyarakat. Masyarakat memahami tentang Jaminan
Kesehatan Nasional tidak langsung dari media atau dari BPJS sebagai Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial tetapi melalui pemimpin pendapat
opinion Leader.
Masyarakat memahami
tentang Jaminan
Kesehatan Nasional
melalui Opnion
Leader, bagi
masyarakat penerima jamkesmas terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan sebagai
peserta Penerima Bantuan Iuran PBI tetapi masih banyak dari masyarakat yang belum
mendaftarkan sebagai
peserta Bukan
Penerima Bantuan
Iuran bukan
PBI dikarenakan faktor ekonomi yang hampir
sama dengan penerima jamkesmas.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian sebagaimana dipaparkan pada bab
sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
a. Ceramah-ceramah agama dan informasi-
informasi baru dari lingkungan maupun pemerintah dilakukan oleh Opinion Leader
pada kegiatan kelompok-kelompok yang ada pada masyarakat.
b. Informasi dan ssosialisasi tentang Jaminan
Kesehatan Nasional juga dilakukan oleh Opinion Leader pada kegiatan kelompok-
kelompok yang ada pada masyarakat.
Prosiding Hasil Penelitian PPM 2015
214 c.
Masyarakat mengetahui dan memahami serta meanfaatkan Jaminan Kesehatan
Nasional dari Opinion Leader.
Saran
1. Untuk melakukan sosialisai selain ceramah perlu komunikasi verbal melalui gambar
atau film agar sosialisasi lebih efektif 2. Pemerintah
diharapkan melakukan
verikikasi ulang bahwa masih banyak masyarakat yang berhak mendapatkan
jamkesmas atau menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran PBI pada Jaminan
Kesehatan Nasional yang dikelola oleh BPJS.
DAFTAR PUSTAKA
Ardial, Komunikasi Politik, PT. Indeks, Jakarta, 2010.
Deddy Mulyana,
Komunikasi Massa,
Kontroversi, Teori dan Aplikasi, Widya Padjadjaran, Jakarta 2008
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, edisi II, Malang, Universitas Muhammadiyah
Malang, 2004 Jusuf
Harsono dan
Rony handayanto,
Penyusunan Pedoman
Pembuatan Perangkat Kesenian Reyg Ponorogo
Sebagai Upaya Mempertahankan dan Melestarikan
Budaya Adiluhung,
Laporan Penelitian Hibang Bersaing 2009.
Nurudin, dkk.Agama
Tradisional, Potret
Kearifan Hidup Masyarakat Samin dan Tengger, Malang, LKIS dan FISIP UMM,
2003 Rahardjo Hadisasmita, Membangun Desa
Partisipatif, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006
Redi Panuju,M.Si., Komunikasi Organisasi, dari Konseptual-Teoritas
ke Empirik,
Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 2001.
Totok Mardikanto, Komunikasi Pembangunan, Acuan bagi Akademisi, Praktisi dan
Peminat Komunikasi
Pembangunan, UNS Press, Solo, 2010
www. BPJS.com htpJaminan Kesehatan Nasional.com
Prosiding Hasil Penelitian PPM 2015
215
PEMETAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH MENUJU TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN
Oleh:
MUHAIMIN
ABSTRACT
This SPIP mapping aims to present a picture of SPIP the implementation at Pemerintah Daerah Kabupaten Pekalongan and to provide improving advice on the weaknesses that found
during the SPIP mapping process. The Samples in this SPIP mapping five SKPD which are: DPPKD, Dindikbud, DPU, BAPPEDA, and BPMPPT, also Inspektorat as key respondent. The data are
analyzed with Microsoft Excel. The result of this mapping SPIP shows that SPIP ’s elements which
are control environment and information communication in Pemerintah Daerah Kabupaten Pekalongan is adequate. In the other side SPIP
’s elements which are risk assessment, control activities and monitoring of internal controls are not adequate.
Key word: SPIP Mapping, SKPD, SPIP elements
PENDAHULUAN Latar Belakang
Reformasi di bidang keuangan negara Republik Indonesia telah dimulai dengan
ditetapkannya tiga
paket perundang-
undangan di bidang keuangan negara, yaitu Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, dan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab
dan Pengelolaan Keuangan Negara. Selain itu juga Undang-undang No. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah yang direvisi menjadi Undang-undang No. 32 Tahun 2004
dan Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah
Pusat dan Daerah yang direvisi menjadi Undang-undang No. 33 Tahun 2004. Hal
tersebut menuntut dilakukannya perubahan- perubahan
di berbagai
bidang untuk
mendukung agar
reformasi di
bidang keuangan negara dapat berjalan dengan baik.
Salah satu perubahan yang signifikan adalah perubahan di bidang akuntansi pemerintahan.
Perubahan di bidang akuntansi pemerintahan ini sangat penting karena melalui proses
akuntansi dihasilkan informasi keuangan yang tersedia bagi berbagai pihak untuk digunakan
sesuai dengan tujuan masing-masing. Untuk mewujudkan good governance dalam bidang
pengelolaan keuangan negara, diperlukan perubahan dalam sistem pengendalian intern
yang harus diimplementasikan di sektor publik
atau instansi
pemerintah, baik
pemerintah pusat
maupun pemerintah
daerah. Sampai saat ini masih dijumpai keterbatasan
dan hambatan
dalam pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern.
Keterbatasan dan hambatan pelaksanaan sistem pengendalian intern tersebut terutama
disebabkan oleh: Warta Pengawasan BPKP, 2013
1. Pimpinan Instansi Pemerintah masih mengabaikan
pentingnya sistem
pengendalian intern. 2. Perspektif pimpinan Instansi Pemerintah
dan APIP Aparat Pengawas Internal Pemerintah terhadap pelaksanaan sistem
pengendalian intern belum mendukung
Prosiding Hasil Penelitian PPM 2015
216 terciptanya lingkungan pengendalian yang
memadai. 3. Kesalahan-kesalahan
yang terjadi
dilakukan oleh personil baik secara sengaja maupun tidak disengaja.
4. Masih dijumpai adanya praktek-paktek kolusi sehingga sistem pengawasan tidak
berjalan secara efektif. Dengan
terbitnya Peraturan
Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah,
Instansi Pemerintah telah sampai pada suatu tahapan
penting dalam
membangun organisasi
pemerintahan. SPIP
yang menekankan pada pentingnya soft control
melalui pembangunan
lingkungan pengendalian dan juga penilaian risiko dapat
menjadi bagian dari pelaksanaan tugas kita sehari-hari. Efektivitas penerapan sistem
pengendalian intern sangat dipengaruhi oleh orang sebagai pelaksananya yaitu jajaran
pimpinan dan staf di unit organisasi tersebut. Komitmen pimpinan menjadi kunci utama
keberhasilan penerapan SPIP. Efektivitas peran dari tiap-tiap pegawai juga menjadi
penting dalam
menerapkan sistem
pengendalian intern untuk bertanggungjawab sesuai dengan tingkatan tanggungjawabnya.
Tujuan Pemetaan SPIP
1. Menyajikan hasil
pemetaan berupa
gambaran kondisi penerapan SPIP di Pemerintah Kabupaten Pekalongan, bukan
untuk memperoleh
gambaran keintegrasian antar unsur SPIP
2. Memberikan saran
perbaikan atas
kelemahan yang
ditemukan selama
pemetaan pada Pemerintah Kabupaten Pekalongan.
METODE PEMETAAN SPIP A. Ruang Lingkup Pemetaan SPIP
Pemetaan SPIP pada tahap awal dilakukan pada tingkat entitas pemerintah daerah
Kabupaten Pekalongan,
sehingga gambaran
kondisi awal
SPIP yang
diperoleh adalah
suatu kondisi
keseluruhan instansi pemerintah. B. Instrumen Pemetaan
Instrumen dalam kuesioner pemetaan sebanyak 87 pertanyaan dan 158 indikator
yang mewakili 5 unsur SPIP dan 26 sub
unsur SPIP. C. Tahapan Pemetaan
Pelaksanaan pemetaan dilakukan dengan tahapan
persiapan, pelaksanaan dan pelaporan.
D. Metode Pelaksanaan Pemetaan 1. Pemahaman