Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data

Prosiding Hasil Penelitian PPM 2015 209

C. Data dan Sumber Data

Data yang digali lewat penelitian ini, sebagaimana disebutkan di atas adalah tentang bagaimana metode atau cara-cara sosialisasi kepada masyarakat desa yang digunakan oleh para tokoh masyarakat atau opinion leader tentang Jaminan Kesehatan Nasional. Oleh karena itu sumber data primer akan digali melalui para tokoh masyarakat di desa Nglumpang Mlarak dan data pendukung dari masyarakat dan dari Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan di Ponorogo.

D. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah beberapa tokoh masyarakat yang terlibat dalam sosialisasi JKN biasanya melalui pengajian yasinan rutin baik yang diadakan oleh kelompok ibu-ibu maupun kelompok bapak-bapak. Beberapa ibu anggota yasinan juga beberapa bapak sebagai anggota kelompok tersebut. Penentuan informan tersebut akan dilakukan melalui teknik snowball bola salju, dimana penggalian data akan dilakukan kepada para tokoh masyarakat tanpa menentukan jumlahnya, tetapi mencukupkan diri dengan kualitas informasi yang diberikan, artinya jika informasi dirasa sudah jenuh tidak ada informasi baru lagi dari informan yang diinterview, maka penggalian data akan dihentikan. Sementara itu, jika informasi yang digali dari para tokoh masyarakat atau pemimpin informal tersebut masih terus berkembang dan memenuhi kebaruan sesuai dengan fokus penelitian, maka penggalian data akan terus bergulir dan terus mencari informan baru sesuai dengan petunjuk yang diberikan informan lain yang telah diwawancarai. Demikian juga dengan informan pendukung yaitu anggota kelompok yasinan atau kelompok tani dan masyarakat.

E. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Observasi digunakan untuk menggali data tentang berbagai metode sosialisai oleh para opinion leader kepada masyarakat desa tentang Jaminan Kesehatan Nasional. Wawancara mendalam digunakan untuk menggali data tentang berbagai pandangan dan pendapat tentang cara atau metode sosialisasi opinion leader kepada masyarakat tentang JKN di desa Nglumpang, yang melatari pandangan dari berbagai aspek, sesuai dengan ruang dan waktu subyek. Sedangkan dokumentasi digunakan untuk pendokumenan baik berupa catatan kecil,buku, arsip tentang penelitian tersebut.

F. Metode Analisis Data

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, mengacu pada pemikiran Max Weber yang mengatakan bahwa, pokok penelitian bukanlah kepada gejala-gejala sosial, tetapi lebih menekankan kepada memahami makna- makna yang terkandung dibalik tindakan individu yang mendorong terwujudnya gejala- gejala sosial tersebut.Istbsyaroh,2004:14. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskripstif kualitatif melalui proses induksi-interpretasi-konseptualisasi. Proses analisis dalam penelitian ini telah dimulai Prosiding Hasil Penelitian PPM 2015 210 sejak peneliti menetapkan fokus permasalahan, dan likoasi penelitian, kemudian menjadi intensif ketika turun ke lapangan. Data dalam catatan lapangan akan dianalisis dengan cara melakukan penghalusan bahan empirik yang masih kasar ke dalam laporan penelitian. Selanjutnya peneliti akan melakukanpenyederhanaan data menjadi beberapa unit informasi yang rinci tetapi sudah terfokus dalam ungkapan asli informan sebagai penampakan perpektif emiknya. Dengan demikian, laporan lapangan yang detail induksi menjadi data yang mudah dipahami, dicarikan makna, sehingga ditemukan pikiran apa yang tersembunyi dibalik cerita informan interpretasi dan akhirnya dapat diciptakan suatu konsep konseptualisasi. Proses analisis akan berjalan melalui kategorisasi atau konseptualisasi data yang terus digali, sambil membandingkan dan mencari hubungan antar konsep sampai melahirkan hipotesis- hipotesis. Proses ini akan bergerak tidak secara linear lagi, tetapi berputar secara interaktif antara satu konsep dengan konsep yang lain, atau antara kategori satu dengan yang lain. Proses ini juga akan bergerak sejak awal pengumpulan data, bekerja secara simultan, semakin kompleks atau rumit, tetapi sekaligus semakin mengarah pada proses munculnya hipotesis dan sampai titik tidak terdapat lagi informasi baru.Hamidi,2004:80- 81. Penyusunan metode sosialisasi opinion leader kepada masyarakat tentang Jaminan Kesehatan Nasional dirumuskan dari berbagai informasi dan data yang diperoleh, menjadi sebuah pedoman metode sosialisasi agar JKN berjalan dengan baik. HASIL DAN PEMBAHASAN Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebagaimana telah dijelaskan dalam metode penelitian yaitu dengan cara wawancara mendalam, observasi .Informan dalam penelitian ini adalah beberapa tokoh masyarakat yang terlibat dalam sosialisasi JKN biasanya melalui pengajian yasinan rutin baik yang diadakan oleh kelompok ibu-ibu maupun kelompok bapak-bapak.Beberapa ibu anggota yasinan juga beberapa bapak sebagai anggota kelompok tersebut. Penentuan informan tersebut akan dilakukan melalui teknik snowball bola salju, dimana penggalian data akan dilakukan kepada para tokoh masyarakat tanpa menentukan jumlahnya, tetapi mencukupkan diri dengan kualitas informasi yang diberikan, artinya jika informasi dirasa sudah jenuh tidak ada informasi baru lagi dari informan yang diinterview, maka penggalian data akan dihentikan. Sementara itu, jika informasi yang digali dari para tokoh masyarakat atau pemimpin informal tersebut masih terus berkembang dan memenuhi kebaruan sesuai dengan fokus penelitian, maka penggalian data akan terus bergulir dan terus mencari informan baru sesuai dengan petunjuk yang diberikan informan lain yang telah diwawancarai. Demikian juga dengan informan pendukung yaitu anggota kelompok yasinan atau kelompok tani dan beberapa masyarakat. Informan pertama yang penulis temui adalah Bapak Sulis sebagai perangkat desa Kepala Urusan Pemerintahan menceritakan bahwa beliau sudah tahu tentang Jaminan Kesehatan Nasional JKN yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS tetapi urusan tentang Prosiding Hasil Penelitian PPM 2015 211 BPJS kata beliau di Desa Nglumpang diserahkan kepada Bapak Sukadi. Peneliti langsung menemui Bapak Sukadi beliau adalah seorang tokoh masyarakat yang sangat aktif mengisi pengajian baik pada kelompok yasinan ibu-ibu maupun kelompok yasinan bapak-bapak bahkan juga kelompok tani. Selain sebagai perangkat desa Modin Bapak Sukadi lebih dikenal sebagai tokoh yang sangat dekat dengan masyarakat karena acara-acara di desa seperti mantenan, tingkeban, sepasaran bayi, dan lain-lain selalu dipercayakan kepada beliau untuk mengisi pengajian dan doa. Bapak Sukadi adalah seorang tokoh desa yang sangat mumpuni dan layak disebut sebagai seorangOpinion Leader atau pemimpin opini.Beliau lebih dikenal sebagai Kiai di desa.Sebagaiman dinyatakan M.Munandar Sulaiman dalam Ardial 2008:203 mengemukakan bahwa Kiai bisa dinyatakan debagai pemimpin opini yang punya kekuatan setidak-tidaknya bisa dilihat dari dua hal yaitu mempunyai kemampuan perasaan kemasyarakatan yang dalam dan tinggi hightydeveloped social sence dan selalu melandaskan sesuatu pada kesepakatan general consensus. Bapak Sukadi punya kekuatan yang tinggi di dalam mempengaruhi masyarakat karena bisa memahami apa yang dibutuhkan dan diinginkan masyarakatnya. Beliau sanggup menjawab berbagai macam persoalan yang ingin diketahui masyarakat.Beliau juga mampu mengasuh masyarakat dengan menunjukkan mana yang benar dan mana yang salah”.Beliau setiap malam Jum’at mengisi pengajian kelompok Yasinan Ibu-ibu di Dusun III Desa Nglumpang dan ibu-ibu tidak bosan mendengar pengajian beliau setiap malam jum’at tersebut. Termasuk dalam melakukan sosialisasi tentang Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan BPJS, beliau mengatakan bahwa sosialisasi yang langsung ke desa dari BPJS tidak pernah ada, yang ada sosialisasi di tingkat kecamatan yang dihadiri oleh wakil dari desa dan bapak Sukadi yang mendapatkan tugas dari desa. Setelah mendapatkan sosialisasi dari kecamatan Bapak Sukadi melalui kelompok. Yasinan ibu-ibu dan kelompok yasinan Bapak- bapak baik di dusun Nglumpang I, II, III dan IV beliau memberikan sosialisasi kepada masyarakat desa karena hampir semua penduduk Kepala Keluarga menjadi anggota kelompok Yasinan. Beliau mengatakan selain tahu JKN dari kecamatan yang diisi dari BPJS Kabupaten Ponorogo dan Bappeda, beliau juga tahu dari Media Televisi dan radio, bahkan beliau sering mengajak pegawai Puskesmas di Kecamatan Mlarak untuk menjelaskan tentang pentingnya menjaga kesehatan secara preventif dan sosialisasi tentang pentingnya JKN. Menurut Bapak Sukadi apakah masyarakat desa sudah paham tentang JKN beliau menunjuk seorang ibu bernama Welas Asih dan ibu Misratin. Ibu tersebut ternyata memang sudah mendaftar sebagai anggota JKN pada bulan Juni dan Juli 2014 karena ibu tersebut sakit dan opname di Rumah Sakit dan langsung mendaftar agar gratis pengobatannya. Ibu Welas Asih mengatakan bahwa dirinya didaftarkan oleh adiknya yang mempunyai penghasilan lebih tinggi bahkan suaminya juga difaftarkan pada kelas III dengan biaya berdua Rp. 50.000,- setiap bulan. Ibu Misratin mengatakan bahwa untuk membayar biaya opname sangat tinggi sekitar Rp. 6.000.000,- lebih baik jadi anggota Prosiding Hasil Penelitian PPM 2015 212 BPJSJKN yang dianggap lebih ringan bisa ngangsur Rp. 25.000,- setiap bulan. Hal di atas senada dengan apa yang disampaikan oleh Ibu Ninik dari Pengurus BPJS Kabupaten Ponorogo bahwa masyarakat Ponorogo yang mendaftar di BPJS adalah pasien, yaitu orang yang sakit dan dirawat di rumah sakit yang mendaftar secara mandiri bukan Penerima Bantuan Iuran masih minim yaitu 100 orang yang lain adalah Peserta Jaminan Kesehatan Nasional dari Penerima Bantuan Iuran atau dikenal dengan Jamkesmas jaminan kesehatan masyarakat miskin. Data peserta JKN di desa hanya peserta Penerima Bantuan Iuran PBI atau Jamkesmas terdiri dari orang yang fakir miskin dan orang tidak mampu dan jumlah peserta yang bukan Penerima Bantuan Iuran terdiri dari Pekerja Penerima Upah, Pekerja Bukan Penerima Upah dan bukan Pekerja tidak ada. Berdasarkan data di desa Nglumpang peserta Jamkesmas berjumlah 648 orang dan sudah diverifikasi Bapeda dengan setor KTP dan KK dan otomatis peserta Jamkesmas tersebut menjadi peserta JKN sehingga pengobatannya bias gratis karena dibantu oleh Pemerintah Daerah Rp. 19.000,- per orang berarti dari Pemerintah Pusat Rp.6.000,- per orang karena kelas III iuran per bula Rp. 25.000,-padahal masih banyak penduduk desa Nglumpang yang masih perlu dibantu dengan Jamkesmas tersebut sekitar 600 orang kata Bapak Sukadi karena dari jumlah penduduk 1.740 orang yang termasuk miskin 1.250 orang. Menurut Bapak Sukadi sebagaimana diungkapkan oleh pegawai Puskesmas bahwa manfaat Jaminan Kesehatan adalah bersifat pelayanan kesehatan perorangan, menyangkut pelayanan promotif, preventif, kuratif, pelayanan obat bahan medis habis pakai sesuai dengan indikasi medis yang diperlukan. Manfaat Medis yang tidak terikat dengan besaran iuran yang dibayarkan.Manfaat non medis yang ditentukan berdasrkan skala besaran iuaran yang dibayarkan, termasuk di dalamnya manfaat akomodasi.Ambulans diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Dari ungkapam-ungkapan Bapak Sukadi tersebut di atas menunjukkan bahwa sosialisasi dilaksanakan dengan ceramah-ceramah agama dengan pendekatan langsung pada masyarakat tetapi beliau belum pernah dapat brosur atau pamflet dari BPJS untuk sosialisasi beliau tahu dari media TV dan Radio. Selain Bapak Sukadi Tokoh lain yang juga sangat dipercaya masyarakat adalah Bapak Haji Abdul Syukur AzisS.Pd.I beliau adalah seorang guru agama yang aktif juga sebagai kiai di Desa Nglumpang. Beliau juga sering sosialisasi tentang JKNBPJS, kata Sunarmi hasil wawancara, tanggal 20 Agusts 2015 sebagai aktivis pengikut pengajian mengatakan bahwa Bapak Haji Syukur pada saat pengajian sering menyampaikan tentang JKN. Lanjut Sunarmi dalam pengajian ibu-ibu sering mendapatkan berita-berita baru dari Bapak Syukur dan Bapak Sukadi karena ibu- ibu gak pernah baca berita kalau nonton TV ya sinetron malam hari karena siang kerja gak sempat nonton TV tapi apabila ada gambar atau film ibu-ibu pasti sangat senang dan lebih paham . Hal senada juga disampaikan oleh ibu Suminten dan Ibu Jumiati bahwa kalau bapak Sukadi atau Bapak Syukur yang menyampaikan dengan film atau gambar ibu- ibu pasti akan lebih mudah mengerti Prosiding Hasil Penelitian PPM 2015 213 meskipun kami belum daftar karena harus bayar tiap bulan kami masih berat. hasil wawancara, 20 Agustus 2015 pada saat pengajian kelompok Yasinan Ibu-ibu. Bapak Sukadi sebagai pemimpin pendapat menyatakan belum daftar sebagai peserta JKN dan perangkat desa juga belum tapi masyarakat sebenarnya paham tentang pentingnya Jaminan Kesehatan Nasional tetapi kalau disuruh membayar iuran masih banyak masyarakat yang keberatan karena kondisi ekonomi mereka. Hasil wawancara dan obsevasi di atas menunjukkan bahwa Teori Komunikasi dari Lazarsfeld tentang Two Step Flow” yang mempunyai asumsi dasar bahwa efek media massa terhadap masyarakat tidak secara langsung melainkan melalui perantara yaitu opinion leader pemimpin pendapat. Teori ini menyatakan informasi itu datang dari media pindah kedua langkah yang berbeda. Pertama individu pemimpin pendapat, pemimpin pendapat menyampaikan penafsirannnya disamping isi media massa. Komunikasi antar personal adalah kunci untuk mengacu pada proses campur tangan antara pesan langsung media dan reaksi akhir pendengar untuk pesan tersebut. Pemimpin pendapat sangat berpengaruh dalam mengusahakan orang untuk merubah perilaku dan sikap mereka. Pemimpin Opini opinion leader di desa Nglumpang menggunakan Teori Komunikasi dari Lazarsfeld tentang Two Step Flow” sebagaimana dijelaskan di atas bahwa teori tersebut mempunyai asumsi dasar bahwa efek media massa terhadap masyarakat tidak secara langsung melainkan melalui perantara yaitu opinion leader pemimpin pendapat. Teori ini menyatakan informasi itu datang dari media pindah kedua langkah yang berbeda. Pertama individu pemimpin pendapat, pemimpin pendapat menyampaikan penafsirannnya disamping isi media massa mampu melakukan komunikasi antar personal sehingga pesan yang disampaikan bisa diterima oleh masyarakat. Masyarakat memahami tentang Jaminan Kesehatan Nasional tidak langsung dari media atau dari BPJS sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial tetapi melalui pemimpin pendapat opinion Leader. Masyarakat memahami tentang Jaminan Kesehatan Nasional melalui Opnion Leader, bagi masyarakat penerima jamkesmas terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran PBI tetapi masih banyak dari masyarakat yang belum mendaftarkan sebagai peserta Bukan Penerima Bantuan Iuran bukan PBI dikarenakan faktor ekonomi yang hampir sama dengan penerima jamkesmas. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian sebagaimana dipaparkan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : a. Ceramah-ceramah agama dan informasi- informasi baru dari lingkungan maupun pemerintah dilakukan oleh Opinion Leader pada kegiatan kelompok-kelompok yang ada pada masyarakat. b. Informasi dan ssosialisasi tentang Jaminan Kesehatan Nasional juga dilakukan oleh Opinion Leader pada kegiatan kelompok- kelompok yang ada pada masyarakat. Prosiding Hasil Penelitian PPM 2015 214 c. Masyarakat mengetahui dan memahami serta meanfaatkan Jaminan Kesehatan Nasional dari Opinion Leader. Saran 1. Untuk melakukan sosialisai selain ceramah perlu komunikasi verbal melalui gambar atau film agar sosialisasi lebih efektif 2. Pemerintah diharapkan melakukan verikikasi ulang bahwa masih banyak masyarakat yang berhak mendapatkan jamkesmas atau menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran PBI pada Jaminan Kesehatan Nasional yang dikelola oleh BPJS. DAFTAR PUSTAKA Ardial, Komunikasi Politik, PT. Indeks, Jakarta, 2010. Deddy Mulyana, Komunikasi Massa, Kontroversi, Teori dan Aplikasi, Widya Padjadjaran, Jakarta 2008 Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, edisi II, Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, 2004 Jusuf Harsono dan Rony handayanto, Penyusunan Pedoman Pembuatan Perangkat Kesenian Reyg Ponorogo Sebagai Upaya Mempertahankan dan Melestarikan Budaya Adiluhung, Laporan Penelitian Hibang Bersaing 2009. Nurudin, dkk.Agama Tradisional, Potret Kearifan Hidup Masyarakat Samin dan Tengger, Malang, LKIS dan FISIP UMM, 2003 Rahardjo Hadisasmita, Membangun Desa Partisipatif, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006 Redi Panuju,M.Si., Komunikasi Organisasi, dari Konseptual-Teoritas ke Empirik, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 2001. Totok Mardikanto, Komunikasi Pembangunan, Acuan bagi Akademisi, Praktisi dan Peminat Komunikasi Pembangunan, UNS Press, Solo, 2010 www. BPJS.com htpJaminan Kesehatan Nasional.com Prosiding Hasil Penelitian PPM 2015 215 PEMETAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH MENUJU TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN Oleh: MUHAIMIN ABSTRACT This SPIP mapping aims to present a picture of SPIP the implementation at Pemerintah Daerah Kabupaten Pekalongan and to provide improving advice on the weaknesses that found during the SPIP mapping process. The Samples in this SPIP mapping five SKPD which are: DPPKD, Dindikbud, DPU, BAPPEDA, and BPMPPT, also Inspektorat as key respondent. The data are analyzed with Microsoft Excel. The result of this mapping SPIP shows that SPIP ’s elements which are control environment and information communication in Pemerintah Daerah Kabupaten Pekalongan is adequate. In the other side SPIP ’s elements which are risk assessment, control activities and monitoring of internal controls are not adequate. Key word: SPIP Mapping, SKPD, SPIP elements PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi di bidang keuangan negara Republik Indonesia telah dimulai dengan ditetapkannya tiga paket perundang- undangan di bidang keuangan negara, yaitu Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Negara. Selain itu juga Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang direvisi menjadi Undang-undang No. 32 Tahun 2004 dan Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah yang direvisi menjadi Undang-undang No. 33 Tahun 2004. Hal tersebut menuntut dilakukannya perubahan- perubahan di berbagai bidang untuk mendukung agar reformasi di bidang keuangan negara dapat berjalan dengan baik. Salah satu perubahan yang signifikan adalah perubahan di bidang akuntansi pemerintahan. Perubahan di bidang akuntansi pemerintahan ini sangat penting karena melalui proses akuntansi dihasilkan informasi keuangan yang tersedia bagi berbagai pihak untuk digunakan sesuai dengan tujuan masing-masing. Untuk mewujudkan good governance dalam bidang pengelolaan keuangan negara, diperlukan perubahan dalam sistem pengendalian intern yang harus diimplementasikan di sektor publik atau instansi pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sampai saat ini masih dijumpai keterbatasan dan hambatan dalam pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern. Keterbatasan dan hambatan pelaksanaan sistem pengendalian intern tersebut terutama disebabkan oleh: Warta Pengawasan BPKP, 2013 1. Pimpinan Instansi Pemerintah masih mengabaikan pentingnya sistem pengendalian intern. 2. Perspektif pimpinan Instansi Pemerintah dan APIP Aparat Pengawas Internal Pemerintah terhadap pelaksanaan sistem pengendalian intern belum mendukung Prosiding Hasil Penelitian PPM 2015 216 terciptanya lingkungan pengendalian yang memadai. 3. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dilakukan oleh personil baik secara sengaja maupun tidak disengaja. 4. Masih dijumpai adanya praktek-paktek kolusi sehingga sistem pengawasan tidak berjalan secara efektif. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Instansi Pemerintah telah sampai pada suatu tahapan penting dalam membangun organisasi pemerintahan. SPIP yang menekankan pada pentingnya soft control melalui pembangunan lingkungan pengendalian dan juga penilaian risiko dapat menjadi bagian dari pelaksanaan tugas kita sehari-hari. Efektivitas penerapan sistem pengendalian intern sangat dipengaruhi oleh orang sebagai pelaksananya yaitu jajaran pimpinan dan staf di unit organisasi tersebut. Komitmen pimpinan menjadi kunci utama keberhasilan penerapan SPIP. Efektivitas peran dari tiap-tiap pegawai juga menjadi penting dalam menerapkan sistem pengendalian intern untuk bertanggungjawab sesuai dengan tingkatan tanggungjawabnya. Tujuan Pemetaan SPIP 1. Menyajikan hasil pemetaan berupa gambaran kondisi penerapan SPIP di Pemerintah Kabupaten Pekalongan, bukan untuk memperoleh gambaran keintegrasian antar unsur SPIP 2. Memberikan saran perbaikan atas kelemahan yang ditemukan selama pemetaan pada Pemerintah Kabupaten Pekalongan. METODE PEMETAAN SPIP A. Ruang Lingkup Pemetaan SPIP Pemetaan SPIP pada tahap awal dilakukan pada tingkat entitas pemerintah daerah Kabupaten Pekalongan, sehingga gambaran kondisi awal SPIP yang diperoleh adalah suatu kondisi keseluruhan instansi pemerintah. B. Instrumen Pemetaan Instrumen dalam kuesioner pemetaan sebanyak 87 pertanyaan dan 158 indikator yang mewakili 5 unsur SPIP dan 26 sub unsur SPIP. C. Tahapan Pemetaan Pelaksanaan pemetaan dilakukan dengan tahapan persiapan, pelaksanaan dan pelaporan.

D. Metode Pelaksanaan Pemetaan 1. Pemahaman