SUKU LAUT Peran Dari Persepsi Ancaman Terhadap Perilaku Menghindari Suku Laut Oleh Suku Melayu Di Kepulauan Riau

D. SUKU LAUT

Suku Laut atau sering juga disebut Orang Laut adalah suku bangsa yang menghuni Kepulauan Riau, Indonesia. Orang Suku Laut merupakan kelompok etnik berkarakter pengembara yang hidup dan menetap di perairan di beberapa pulau dalam wilayah Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Suku bangsa ini merupakan satu varian dari berbagai macam kelompok suku Laut yang bermukim di Asia Tenggara. Keberadaan mereka di Provinsi Riau menurut Chou 2003 tersebar di Pulau Bertam, Pulau Galang, Pulau Mapor, Pulau Mantang, Pulau Barok, dan beberapa pulau lain. Orang Suku Laut memiliki bermacam penamaan. Penamaan ini muncul dari para peneliti ilmu sosial, masyarakat setempat orang Melayu, maupun dari diri mereka sendiri. Di Indonesia, suku bangsa ini biasa dikenal sebagai ‘Orang Laut’ sea people atau ‘Suku Sampan’ boat tribesampan tribe. Sedangkan dalam berbagai literatur berbahasa Inggris —biasanya dalam karya etnografi maupun ilmu sosial lain yang menaruh perhatian terhadap masyarakat kesukuan yang berdomisili di pesisir maupun kepulauan di kawasan Asia Tenggara, kita dapat temukan beberapa macam sebutan untuk suku bangsa ini, seperti ‘sea nomads’, ‘sea folk’, ‘sea hunters and gatherers’, ‘sea forager’, ‘sea gypsies’, dan ada yang menyebutnya sebagai ‘masyarakat laut’ people of the sea Chou, 2003. Meskipun terdapat beragam sebutan, oleh sebagian besar orang Melayu Riau daratan dan kepulauan, mereka dikenal dalam percakapan sehari-hari sebagai Orang Laut’ Chou, 2003. Istilah Orang Laut yang disepakati Orang Universitas Sumatera Utara Melayu ini bukan hanya berlaku bagi Orang Suku Laut sebagai masyarakat ‘pengembara’ lautan sea nomads, melainkan juga diberikan kepada masyarakat yang tinggal di sepanjang garis atau pesisir pantai yang ada di Kepulauan Riau yang mana mereka ini memang awalnya merupakan bagian dari Suku Laut. Lenhart mencatat bahwa penamaan terhadap mereka ini juga didasari atas lokasi di mana kelompok kerabat klan Orang Laut berdomisili, seperti misalnya Orang Laut yang tinggal di Pulau Bertam lantas bernama Suku Bertam. Begitu juga dengan Orang Laut yang menetap di Pulau Galang, Pulau Mapor, Pulau Mantang disebut Orang Galang, Orang Mapor, Orang Mantang, dan seterusnya Lenhart, 1997. Asal-usul kedatangan Orang Suku Laut di Kepulauan Riau diperkirakan sekitar tahun 2500 —1500 SM sebagai bangsa proto Melayu Melayu tua dan kemudian menyebar ke Sumatra melalui Semenanjung Malaka. Pasca-1500 SM terjadi arus besar migrasi bangsa deutro Melayu yang mengakibatkan terdesaknya bangsa proto Melayu ke wilayah pantai daratan pesisir. Kelompok yang terdesak inilah yang kini dikenal sebagai Orang Suku Laut Lenhart, 1997. Ketika tanah Melayu diperintah oleh Kesultanan Riau-Lingga sekitar abad ke-18, Orang Suku Laut dilukiskan sebagai sekumpulan kelompok sukubangsa atau klan yang dibedakan berdasarkan teritori domisili mereka. Masing-masing klan ini terdiri dari berbagai nama, seperti Suku Tambus, Suku Galang, Suku Mantang, Suku Barok, dan Suku Mapor Lenhart, 1997; Chou, 2003. Universitas Sumatera Utara Ketika para klan itu bersatu, mereka disebut sebagai “orang kerahan” yang mengabdi kepada sultan untuk menjaga wilayah perairan kesultanan, berperang, serta menyediakan kebutuhan-kebutuhan laut bagi kesultanan. Selain suplai kebutuhan kerabat sultan, komoditas laut ini juga merupakan produk ekspor utama, terutama negeri Cina sebagai importir utamanya Chou, 2003. Dari hubungan historis yang demikian, Orang Suku Laut saat ini memandang orang Melayu adalah kaum aristokrat dan pedagang. sejarah Orang Suku Laut di kawasan Kepulauan Riau ini terbagi ke dalam lima periode kekuasaan, yakni masa Batin kepala klan, Kesultanan Melaka- Johor dan Riau-Lingga, Belanda 1911-1942, Jepang 1942-1945, dan Republik Indonesia 1949 sampai sekarang Chou, 2003.

E. PERAN