Manifest Kapal Bill of Lading konosemen

Rangkaian kegiatan dari tahap pertama sampai ke tahap empat disebut dengan hook cycle siklus ganco, dimana waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan 1 satu siklus ganco disebut dengan hook cycle time.

C. Dokumen-Dokumen Dalam Pengangkutan Barang Melalui Laut Terkait Dengan Proses Bongkar Muat Barang

Dokumen angkutan laut merupakan surat-surat yang diperlakukan sebagai prasyarat untuk menjamin kelancaran dan keamanan pengangkutan barang dan atau penumpang dilaut 32 . Dokumen-dokumen tersebut sangat penting dan tidak lepas dari pengangkutan barang melalui laut, yakni antara lain 33 :

1. Manifest Kapal

Manifest adalah suatu dokumen kapal yang menerangkan seluruh jumlah dan jenis barang-barang yang diangkut dalam kapal tersebut. Demikian pula dengan kapal pengangkut penumpang, dokumen manifest memuat daftar nama- nama dan jenis kelamin dari seluruh penumpang yang diangkut dalam kapal tersebut. Dokumen manifest kapal sangat penting karena dengan tercantumnya barang-barang yang diangkut dalam manifest, berarti barang tersebut telah dimuat secara sah ke dalam kapal. Demikian pula dengan manifest kapal pada kapal 32 Hasim Purba, Modul Kuliah Hukum Pengangkutan Di Laut, Fakultas Hukum USU, Medan, 2011, hal 67 33 Ibid., hal 145 Universitas Sumatera Utara pengangkut penumpang, maka seluruh penumpang yang terdaftar dalam manifest kapal tersebut dianggap sebagai penumpang yang sah dan telah memenuhi kewajibannya sebagai penumpang. Manifest merupakan suatu dokumen utama yang sangat penting dalam pengangkutan barang maupun pengangkutan penumpang dengan kapal laut. Sebelum kapal berangkat berlayar dari pelabuhan asal, manifest harus sudah selesai dan telah memuat data-data yang sebenarnya tentang jumlah dan jenis barang maupun jumlah dan jenis kelamin penumpang.

2. Bill of Lading konosemen

Konosemen mempunyai arti penting dalam dunia perusahaan pengangkutan perairan khususnya pengangkutan laut. Dalam Pasal 506 KUHD, dokumen muatan disebut konosemen, sedangkan dalam bahasa inggris disebut bill of lading. Konosemen adalah surat bertanggal dimana pengangkut menerangkan bahwa dia telah menerima barang tertentu untuk diangkut ke suatu tempat tujuan yang ditunjuk dan disana menyerahkannya kepada orang yang ditunjuk penerima disertai dengan janji-janji apa penyerahan akan terjadi. Dalam ketentuan Pasal 506 KUHD ini, maka fungsi konosemen adalah : 1. Dokumen angkutan 2. Dokumen penerimaan barang oleh pengangkut 3. Dokumen hak pemilikan atas barang dan yang dapat dipindahtangankan dokumen of title Universitas Sumatera Utara Pengertian dari Bill of Lading BL atau disebut juga dengan Konosemen adalah dokumen pengangkutan barang yang didalamnya memuat informasi lengkap mengenai nama pengirim, nama kapal, data muatan, pelabuhan muat dan pelabuhan bongkar, rincian freight, dan cara pembayarannya, nama consignee penerima atau pemesan, jumlah BL yang harus ditandatangani, dan tanggal penandatanganan. 34 Bill of lading adalah tanda terima barang yang telah dimuat di dalam kapal laut, yang juga merupakan documents of title yang berarti sebagai bukti atas pemilikan barang, dan disamping itu merupakan bukti dari adanya perjanjian pengangkutan barang-barang melaui laut. 35 Sedangkan menurut Abdulkadir Muhammad, fungsi konosemen adalah : 1. Pelindung barang yang diangkut dengan kapal 2. Surat bukti penerimaan barang di atas kapal 3. Tanda bukti milik atas barang 4. Kuitansi pembayaran biaya pengangkutan 5. Kontrak atau persyaratan pengangkutan. 36 Di dalam konvensi-konvensi internasional pengangkutan di laut seperti The Hague Rules 1924 maupun dalam The Hamburg Rules 1978, mengenai konosemen bill of lading juga ada diatur. 34 Capt.R.P.Suyono, Shipping Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut, Jakarta, PPM, 2003, hal 309 35 Amir, M.S. Seluk Beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri, Jakarta: 2000 36 Abdulkadir Muhammad, op.cit, hal 139 Universitas Sumatera Utara Dalam The Hague Rules 1924, Bill of Lading konosemen merupakan bukti yang kuat bahwa pengangkut telah menerima barang sesuai dengan merek, jumlah dan keadaan barang tersebut. Disamping itu pengirim juga dianggap telah memberi jaminan kepada pengangkut tentang keseksamaan mengenai merek, jumlah, dan beratnya barang pada saat pengapalan, sebagaimana yang telah diberitahukan olehnya. Sedangkan dalam The Hamburg Rules 1978, Bill of Lading konosemen adalah dokumen yang membuktikan adanya kontrak pengangkutan laut dan pengambilalihan atau pemuatan barang-barang oleh pengangkut, dengan mana pengangkut melakukan penyerahan barang-barang atas dasar penyerahan dokumen. Sebagaimana dirumuskan pada Pasal 506 KUHD maupun konvensi-konvensi internasional, konosemen sebagai perjanjian pengangkutan condition of carriage menyangkut tiga pihak, yaitu : 1. Pengangkut carrier 2. Pengirim shipper 3. Penerima consignee Bill of Lading atau konosemen, biasanya dikeluarkan dalam set lengkap yang lazimnya terdiri dari rangkap tiga full set BL yang penggunaannya adalah: 1. Satu lembar untuk shipperpengirim 2. Dua lembar untuk consigneepenerima barang. 37 37 Hasim Purba, Op.cit, hal 149 Universitas Sumatera Utara Pada orisinil bill of lading berlaku hukum “one for all and all for one” yang berarti bila salah satu dari lemabr-lembar orisinal itu telah ditukarkan dengan delivery order D.O maka lembar-lembar yang lain dengan sendirinya menjadi batal. 38 Pemilikan atas suatu bill of lading ditentukan oleh kepada siapa bill of lading itu dikeluarkan. Dalam hal ini ada tiga macam bill of lading yang membedakan pemilikan serta hak dan cara pemindahan hak atas bill of lading tersebut. Pada umumnya, bill of lading dikeluarkan : a. Kepada pembawapenumpang to bearerholder Jika bill of lading dikeluarkan kepada pembawapemegang saja, pembawa pemegang dianggap sebagai pemilik bill of lading. Pemindahan haknya dilakukan dengan cara penyerahan bill of lading dari tangan ke tangan. b. Atas nama atau kepada pengganti order Jika bill of lading dikeluarkan atas nama atau kepada pengganti order, pemilik bill of lading adalah orang atau badan usaha yang tertulis dalam bill of lading, yang berhak pula memindahkan haknya dengan cara yang berlaku bagi surat atas nama atau kepada pengganti order, yaitu dengan cara endosemen. c. Atas nama on name Jika bill of lading dikeluarkan atas nama, pemilik bill of lading adalah hanya orang atau badan usaha yang tertulis dalam bill of lading itu, 38 Ibid, hal 149 Universitas Sumatera Utara sedangkan pengoperan hak atas bill of lading tidak dapat dilakukan dengan cara penyerahan suratnya, tetapi dengan cara endosemen. 39 Dilihat dari segi dapat atau tidak diperalihkannya konosemen dengan cara endosemen, maka konosemen bill of lading dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : 1. Konosemen atas nama op naam atau recta bill of lading. Pada konosemen ini, nama penerima barang harus dicantumkan secara jelas didalam konosemen dalam bagian kolom yang disediakan untuk itu. Ini berarti bahwa barang yang disebut dalam konosemen tersebut hanya boleh diterima oleh mereka yang namanya disebutkan dalam konosemen. Sebagai penerima bisa orang perseorangan naturlijk persoon atau suatu badan hukum recht persoon ataupun bisa juga orang lain yang bertindak atas nama penerima barang yang dikuasakan untuk menerima barang dan telah membubuhkan tanda tangannya pada halaman depan konosemen sebagai tanda penerimaan barang. 2. Konosemen order Pada konosemen dengan kalusula order dikenal beberapa bentuk, antara lain : a. Penempatan klausula order saja b. Order of shipper c. Order of bank Dalam praktek pelayaran niaga dikenal dua macam Bill of Lading, yaitu : 39 Amir, M.S, op.cit, hal 57 Universitas Sumatera Utara a. Received for shipment bill of lading Konosemen ini dilakukan untuk barang yang akan dimuat ke atas kapal atau disebut juga dengan konosemen to be shipped. Dalam hal ini, barang- barang dari pengirim belum dimuat diatas kapal. Jenis konosemen ini, pengangkut telah menerima barang-barang dari pengirim untuk diangkut dengan kapal tertentu dan waktu tertentu, namun belum terjadi pengapalan barang-barang. b. Shipped on board bill of lading Konosemen ini disebut juga dengan konosemen to shipped. Konosemen ini dikeluarkan apabila barang-barang telah dimuat dikapal tertentu. Bill of Lading juga dapat dibedakan berdasarkan keadaan barang yang akan dimuat, antara lain sebagai berikut : 1. Clean Bill of Lading Pengangkut menganggap keadaan barang yang dimuat cukup baik in apparent good order and conditions dan bersih dari catatan-catatan. 2. Unclean Bill of Lading Pengangkut menganggap keadaan barang yang diterima untuk diangkut tidak memuaskan, misalnya pengepakannya tidak sempurna, pada bill of lading dicantumkan catatan-catatan, seperti old case peti tua atau bad package pengepakan tidak sempurna.

3. Certificate of Insurance

Dokumen yang terkait

Peranan Container Dalam Perjanjian Kerja Pada Pengangkutan Barang Melalui Angkutan Laut (Studi Pada PT. Samudera Indonesia Cabang Belawan)

5 80 89

Kajian Aspek Hukum Perjanjian Pengangkutan Barang Melalui Angkutan Laut (Studi Pt. Samudera Indonesia Cab. Belawan)

1 61 93

Peranan Container Dalam Perjanjian Kerja Pada Pengangkutan Barang Melalui Angkutan Laut (Studi Pada PT. Samudera Indonesia Cabang Belawan)

0 27 89

TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT PADA PENGANGKUTAN BARANG MELALUI LAUT (Studi Pada PT. samudera Indonesia Tbk cabang padang).

1 2 6

Peranan Container Dalam Perjanjian Kerja Pada Pengangkutan Barang Melalui Angkutan Laut (Studi Pada PT. Samudera Indonesia Cabang Belawan)

0 0 7

Kajian Aspek Hukum Perjanjian Pengangkutan Barang Melalui Angkutan Laut (Studi Pt. Samudera Indonesia Cab. Belawan)

0 0 2

BAB II - Kajian Aspek Hukum Perjanjian Pengangkutan Barang Melalui Angkutan Laut (Studi Pt. Samudera Indonesia Cab. Belawan)

1 2 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kajian Aspek Hukum Perjanjian Pengangkutan Barang Melalui Angkutan Laut (Studi Pt. Samudera Indonesia Cab. Belawan)

0 2 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Tanggung Jawab Perusahaan PT. Samudera Indonesia Dalam Pelaksanaan Bongkar Muat Barang Melalui Angkutan Laut (Studi Pada PT. Samudera Indonesia Cab. Belawan Medan)

0 0 14

Tinjauan Yuridis Terhadap Tanggung Jawab Perusahaan PT. Samudera Indonesia Dalam Pelaksanaan Bongkar Muat Barang Melalui Angkutan Laut (Studi Pada PT. Samudera Indonesia Cab. Belawan Medan)

0 1 8