BAB IV TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN
PT. SAMUDERA INDONESIA DALAM PELAKSANAAN BONGKAR MUAT BARANG MELALUI ANGKUTAN LAUT
A. Pelaksanaan Perjanjian Bongkar Muat Barang Melalui Angkutan Laut oleh PT. Samudera Indonesia Cabang Belawan.
Terjadinya suatu perjanjian itu diawali adanya kesepakatan oleh kedua belah pihak. Pihak pengangkut pelayaran carrier menawarkan jasanya untuk
mengangkut barang dari pengirim shipper sampai kepada tujuan pengiriman sesuai dengan tujuan yang dikehendaki oleh pengirim shipper, dan pihak
pengirim shipper setuju akan jasa yang ditawarkan tersebut dan menyetujui
sejumlah uang tambang yang telah disepakati.
Pengirim shipper bertanggung jawab memberikan data yang selengkap lengkapnya dan sebenar-benarnya mengenai barang yang akan dimuat tersebut
disamping bertanggung jawab untuk membayar biaya pengangkutan tersebut. Terjadinya suatu perjanjian itu diawali adanya kesepakatan oleh kedua belah
pihak. Pihak pengangkut pelayaran carrier menawarkan jasanya untuk mengangkut barang dari pengirim shipper sampai kepada tujuan pengiriman
sesuai dengan tujuan yang dikehendaki oleh pengirim shipper, dan pihak pengirim shipper setuju akan service yang ditawarkan tersebut dan menyetujui
sejumlah uang tambang yang telah di sepakati. Atas kesepakatan tersebut pihak
Universitas Sumatera Utara
PT. Samudera Indonesia akan mengirimkan surat penawaran yang berisikan servis yang ditawarkan berikut dengan harga uang tambangnya ocean freight rate
dilampiri dengan jadwal estimasi keberangkatan kapal, nama kapal dan estimasi kedatangan kapal ditempat tujuan. Sebagai tanda persetujuanya kemudian
pengirim shipper akan mengirimkan Shipping Instruction yaitu perintah pengapalannya.
51
Setelah menerima Shipping Instruction SI, PT. Samudera Indonesia akan menerbitkan Delivery Order DO ekspor yang berisikan Nama pengirim barang,
Nama perusahaan EMKL yang mengurus keperluan dokumen, Jadwal estimasi keberangkatan kapal, nama kapal yang akan digunakan, nomor container, ukuran
container, nama barang, tanggal closing document, tanggal closing container masuk kepelabuhan. DO ekspor diterbitkan dalam rangkap 3. Rangkap pertama
untuk kepentingan dokumen pengirim, Rangkap ke dua untuk perusahaan depot kontainer dan rangkap terakhir untuk dokumen pengangkut. Bagi perusahaan
depot kontainer DO ekspor mengandung maksud perintah pengeluaran kontainer sesuai dengan ukuran, jenis, dan nomor yang tercantum di dalam DO ekspor
tersebut.
52
Setelah mendapatkan kontainer pengirim akan melakukan stuffing dan mengirim barang ke pelabuhan untuk diserahkan kepada PT. Samudera Indonesia Cabang
Medan Belawan. Sebagai tanda bahwa Samudera Indonesia telah menerima barang tersebut dan telah dikapalkan maka Samudera Indonesia Cabang Medan
51
Hasil wawancara dengan Aswan, selaku Koordinator HC PT. Samudera Indonesia, Tbk Cabang Medan-Belawan-Kuala Tanjung, tanggal 24 Juni 2014
52
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Belawan akan menerbitkan Bill of Lading atau Konosemen berdasarkan data di Shipping Istruction. Selama penerbitan Bill of Lading, antara bagian dokumen dari
Cabang Medan Belawan dengan pengirim shipper akan melakukan komunikasi penyamaan penyesuaian pencocokan data dengan sarana telephone, fax,
maupun email. Jika data yang tertulis di draf Bill of Lading tidak sesuai maka pengirim shipper wajib mengoreksi, hingga data tersebut benar benar sesuai dan
benar adanya.
Pada akhirnya pengirim barang akan menyatakan persetujuanya atas draf Bill of Lading tersebut dan berarti pengirim menyetujui isi dari BL itu dan selanjutnya
setuju untuk di cetak. Bill of Lading dicetak setelah kapal dinyatakan berangkat. Tanggal dan hari keberangkatan kapal harus dicantumkan di BL sebagai hari dan
tanggal terbitnya BL issuing date dan setelah dicetak Bill of Lading tersebut
dapat diserahkan kepada pengirim barang sebagai dokumennya. Akan tetapi ada
kalanya karena permintaan dari shipper dengan alasan seperti permintaan LC Letter of Credit atau untuk menyesuaikan LC dan pihak pelayaran pun karena
pertimbangan service dan comersial kadang dilakukan praktik yang menyimpang
dari peraturanya dalam memanipulasi data-data seperti:
1. Memanipulasi tanggal terbitnya Bill of Lading. Memanipulasi tanggal terbitnya BL biasanya dilakukan atas permintaan
shipper dengan alasan Letter of Credit LC sudah jatuh tempo sehingga shipper minta untuk memajukan tanggal terbitnya BL back date, atau sebaliknya karena
gudang pengirim penuh, sedangkan pengirim butuh tempat untuk menimbun
Universitas Sumatera Utara
barang karena tidak bisa menyetop produksi sehingga pengapalan dilakukan sebelum waktunya sebagaimna di minta oleh LC. Jika terjadi semacam ini maka
biasanya shipper menghendaki agar tanggal terbitnya Bill of Lading dimundurkan post date.
2. Memanipulasi jumlah barang Memanipulasi jumlah barang juga kadang dilakukan atas permintaan dari
shipper dengan alasan untuk menyamakan data dengan LC. Manipulasi data ini digunakan untuk keperluan negosiasi dengan bank untuk pencairan LC,
kemudian untuk kepentingan pengeluaran barang di pelabuhan tujuan akan dilakukan pembenaran data reviseredress agar terjadi penyesuaian kembali.
Dua hal tersebut diatas ini dimaksudkan supaya pengirim tidak terkena denda perbedaan LC LC discrepancy charges atau biaya pembaharuan LC LC
amendmen charges terhadap permintaan manipulasi data tersebut di atas, PT. Barwil Unitor Ships Service bisa memberikan sepanjang :
1. Shipper bersedia menerbitkan Letter of Indemnity dengan dibubuhkan
materai dan tandatangan dari pemilik perusahaan atau yang berwenang, yang isinya bahwa manipulasi data tersebut adalah benar permintaan dari
shipper dengan disertai alasan-alasanya. Di dalam Letter of Indemnity itu juga harus dicantumkan adanya jaminan dan kesediaan menanggung
segala akibatnya jika dikemudian hari terjadi suatu masalah dari akibat manipulasi data tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2. Manipulasi data yang berkaitan dengan back date maupun post date itu
tidak lewat dari 3 hari dari keberangkatan kapal yang sebenarnya. PT. Samudera Indonesia Cabang Belawan Medan menyadari bahwa praktek di
atas adalah salah dan menyalahi peraturan akan tetapi karena alasan servis, hubungan baik dengan customer, kelangsungan bisnis kedepan dengan
customers tersebut, maintain customer dan alasan komersial lainya kadang dilakukan juga. Akan tertapi PT. Samudera Indonesia Cabang Belawan
Medan sangat selektif artinya hanya kepada customers tertentu saja yang loyal, besar dan sudah reguler saja pihaknya mau membantu. Sedangkan
terhadap customer baru pihak PT. Samudera Indonesia Cabang Belawan Medan
Pada pelaksanaan bongkar muat barang di pelabuhan ternyata tidak diperlukan perjanjian secara khusus, tetapi hanya terjadi antara PT. Pelindo
dengan pihak ketiga. sebagaimna perjanjian pada umumnya, perjanjian bongkar muat barang juga mempunyai sifat konsensual artinya perjanjian pelaksanaan
bongkar muat terbentuk apabila ada kata sepakat dari para pihak. Kesepakatan para pihak tersebut dapat disimpulkan dari perbuatan para pihak, yaitu dengan
penyerahan barang yang akan dimuat kepada pihak perusahaan bongkar muat di gudang yang telah ditentukan.
Bentuk perjanjian bongkar muat barang di pelabuhan Belawan pada umumnya dibuat secara tertulis dalam bentuk perjanjian standar yang berupa
perjanjian sewa menyewa gudang untuk penyimpanan barang. Apabila dalam pelaksanaan bongkar muat barang terjadinya kerusakan dan atau kehilangan
Universitas Sumatera Utara
barang, maka perusahaan bongkar muat membayar ganti kerugian sebesar klaim yang diajukan oleh pemilik barang, sepanjang pelaksanaan bongkar muat barang
dari dan ke kapal baik melalui gudang rnaupun langsung ke alat angkutan diluar batas maksirnal yang telah ditetapkan atas kelalaian dari Perusahaan Bongkar
Muat.
53
B. Tanggung Jawab dan Hambatan dalam Bongkar Muat Barang terhadap Perusahaan PT. Samudera Indonesia Melalui Angkutan Laut.
Kegiatan bongkar muat yang dilakukan oleh PT. Samudera Indonesia Cabang Medan mulai dari In-Gate sampai pemuatan ke atas kapal begitupun sebaliknya
pada dasarnya selalu mengandung suatu risiko. Risiko merupakan suatu keadaan yang tak terduga sebelumnya dan dapat menimbulkan kerugian bagi seseorang,
apalagi dalam usaha bisnis pelayanan jasa bongkar muat yang dilakukan oleh PT. Samudera Indonesia Cabang Medan, risiko tersebut bisa terjadi seperti timbulnya
kerusakan, kekurangan, dan kehilangan atas barang yang berada dalam petikemas.
54
53
Ibid
Adanya risiko dalam usaha bisnis pelayanan jasa bongkar muat petikemas dapat menimbulkan kerugian bagi pengguna jasa pemilikpengirim
ataupun bagi PT. Samudera Indonesia Cabang Medan yang harus memberikan ganti kerugian atas klaim yang diajukan PT. Samudera Indonesia Cabang Medan
harus bertanggung jawab atas kerugian yang timbul akibat kerusakan, kekurangan, dan kehilangan petikemas serta barang muatan yang ada di dalamnya pada saat
pelaksanaan bongkar muat dari dan ke kapal yakni mulai dari kegiatan
54
Ibid
Universitas Sumatera Utara
penerimaan, pemuatan, pembongkaran dan pengeluaran yang disebabkan oleh kesalahankelalaian dari pihak perusahaan.
Pasal 91 KUHD
“Pengangkut dan nahkoda harus menanggung semua kerusakan yang terjadi atau benda-benda perniagaan atau benda-benda yang diangkut, kecuali kerusakan yang
disebabkan karena cacat pada benda sendiri, atau karena kesalahankelalaian si pengirimekspeditur, karena keadaan memaksa, atau karena kesalahan atau
kealpaan si pengirim atau ekspeditur”.
Pasal 468 KUHD
1 “Persetujuan pengangkutan mewajibkan si pengangkut untuk menjaga akan keselamatan barang yang harus diangkutnya, mulai saat
diterimanya hingga saat diserahkannya barang tersebut”. 2 “Si pengangkut diwajibkan mengganti segala kerugian, yang
disebabkan karena barang tersebut seluruhnya atau sebagian tidak dapat diserahkannya, atau karena terjadi kerusakan pada barang itu,
kecuali apabila dibuktikannya bahwa tidak diserahkannya barang atau kerusakan tadi, disebabkan oleh suatu malapetaka yang selayaknya
tidak dapat dicegah maupun dihindarkannya, atau cacad daripada barang tersebut, atau oleh kesalahan dari si yang mengirimkannya”.
3 “Ia bertanggung jawab untuk perbuatan dari segala mereka,yang dipekerjakannya, dan untuk segala benda yang dipakainya dalam
menyelenggarakan pengangkutan tersebut”.
Pasal 477 KUHD
“Pengangkut bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena terlambat diserahkannya barang yang diangkut kecuali apabila dibuktikan
keterlambatan itu disebabkan karena suatu malapetaka yang tidak dapat dicegah atau dihindarinya”.
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan Undang-Undang Pelayaran Nomor 17 Tahun 2008 Paragraf 7 mengenai Tanggung Jawab dan Ganti Kerugian yang dijelaskan dalam Pasal-Pasal
sebagai berikut :
Pasal 100
1 “Orang perseorangan warga negara Indonesia danatau badan usaha yang melaksanakan kegiatan di pelabuhan bertanggung jawab untuk
mengganti kerugian atas setiap kerusakan pada bangunan danatau fasilitas pelabuhan yang diakibatkan oleh kegiatannya”.
2 “Pemilik danatau operator kapal bertanggung jawab untuk mengganti kerugian atas setiap kerusakan pada bangunan danatau fasilitas
pelabuhan yang diakibatkan oleh kapal”. 3 “Untuk menjamin pelaksanaan tanggung jawab atas ganti kerugian
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pemilik danatau operator kapal yang melaksanakan kegiatan di pelabuhan wajib memberikan
jaminan. Mengenai batas tanggung jawab pengangkut, diatur dalam Pasal 470 KUHD.
Isi Pasal 470 KUHD tersebut adalah : a. Pasal 470 ayat 1 KUHD
Pengangkut hanya bertanggung jawab sampai suatu batas harga tertentu atas kerugian yang disebabkan karena :
1. Kurang diusahakannya pemeliharaan, perlengkapan dan peranakbuahan
terhadap kapal. 2.
Kurang diusahakannya kemampuan kapal untuk menyelenggarakan pengangkutan sesuai dengan perjanjian.
3. Salah memperlakukan dan menjaga barang yang diangkut.
Universitas Sumatera Utara
4. Kalau ada janji-janji yang bermaksud demikian adalah batal.
b. Pasal 470 ayat 2 KUHD Pengangkut tidak bertanggung jawab lebih dari suatu jumlah tertentu untuk
sepotong barang yang diangkut, kecuali telah diberitahukan sifat dan harga barang tersebut, sebelum atau pada saat barang itu diterima. KUHD ini tidak berlaku bagi
muatan curah, misalnya minyak bumi, terigu, semen dan lain-lainnya.
c. Pasal 470 ayat 3 KUHD Pengangkut tidak akan memberikan ganti rugi, apabila sifat dan harga barang
dengan sengaja diberitahukan secara keliru.” Dari apa yang tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pengangkut tidak bertanggung jawab terhadap : Menurut arti
kata, angkut berarti mengangkat dan membawa, memuat atau mengirimkan. Pengangkutan artinya usaha membawa, mengantar atau memindahkan orang atau
barang dari suatu tempat ke tempat yang lain.
55
1. Cacat tersembunyi pada badan atau mesin kapal, asal terbukti pemeliharaan
dan perawatannya baik. 2.
Kesalahan navigasi yang dilakukan oleh nahkoda atau awak kapal. 3.
Kesalahan pengurusan dan perlakuan terhadap kapal. Selain itu dalam The Hague Rules 1924 juga menentukan bahwa pengangkut tidak
bertanggung jawab atas kerugian atau kerusakan yang sebabkan:
55
H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 10, Djambatan, 2005, hal 196
Universitas Sumatera Utara
1. Kebakaran, kecuali kebakaran ini karena kesalahan pengangkut atau
pengangkut merahasiakan atas terjadinya kebakaran yang diketahuinya. 2.
Bahaya atau bencana dan malapetaka laut atau perairan pelayaran lainnya. 3.
Kejadian lain yang berada diluar kekuasaan manusia untuk mengatasinya. 4.
Tindakan peperangan. 5.
Tindakan permusuhan dari rakyat setempat. 6.
Penahan oleh raja, pemerintah atau orang-orang atau penyitaan karena tuntutan hukum.
7. Pembatasan karantina.
8. Tindakan atau kealpaan pengirim atau pemilik barang, agen atau wakilnya.
9. Pemogokan atau tindakan-tindakan lain yang menyerupai pemogokan, baik
sebagaian atau secara lengkap. 10.
Kerusuhan atau pemberontakan. 11.
Kerugian karena susut isi atau susut barang, atau kerugian lainnya, kerusakan akibat dari cacat, menurunnya kualitas atau kerusakan sifat dari barang itu
sendiri. 12.
Pembungkusan yang tidak mencukupi atau tidak memenuhi syarat sebagai seaworthy package.
13. Merek yang tidak jelas atau tidak ada catnya yang dipergunakan untuk
membuat merek peti, sehingga tidak dapat dibaca. 14.
Cacat yang tersembunyi, yang tidak dapat diketahui dengan pengamatan yang sewajarnya.
Universitas Sumatera Utara
15. Setiap sebab yang lain yang terjadi diluar kesalahan atau pengetahuan
pengangkut, kecuali dapat membuktikan bahwa kesahalan pengangkut adalah ikut membantu mengakibatkan kerugian atau kerusakan itu.
Pemberian ganti kerugian dan tanggung jawab atas klaim yang diajukan tidak semata-mata harus diganti secara keseluruhan oleh PT. Samudera Indonesia
Cabang Medan. Terdapat pembatasan atas pemberian tanggung jawab yang dilakukan oleh PT. Samudera Indonesia Cabang Medan terkait dengan ganti
kerugian dalam proses bongkar muat, bahwa pada pokoknya pelaksanaan tanggung jawab PT. Samudera Indonesia Cabang Medan sebagai perusahaan
pelayanan jasa bongkar muat petikemas dimulai sejak dari proses penerimaan dimana petugas Tally Lapangan memerintahkan Operator RTG untuk mengangkat
dari chassis Head Truck ke Lapangan Penumpukan dan sampai proses pemuatan petikemas saat Wharf Supervisor Supervisor Dermaga memerintahkan Operator
CC Container Crane lewat petugas Tally Dermaga untuk memuat petikemas dari chassis Head Truck ke atas kapal.
56
Pelaksanaan perjanjian bongkar muat pihak pencarter kadang terlambat dalam membayar biaya angkutan barang yang telah disepakati oleh kedua pihak, dengan
kata lain bahwa pembayaran tidak sesuai jadwal yang telah disepakati secara bersama, terjadinya pembatalan pemberangkatan kapal yang dilakukan oleh pihak
Apabila terjadi kerusakan pada saat proses di atas yang disebabkan oleh karyawan PT. Samudera Indonesia Cabang
Medan dan masih berada dalam kawasan yang telah menjadi tanggung jawab perusahaan, maka segala kerugian yang timbul akan diberikan ganti kerugian
56
Ibid
Universitas Sumatera Utara
tercarter yang merupakan pembatalan mendadak, banyaknya Perusahaan Bongkar Muat PBM di Pelabuhan Tanjung Emas, sedangkan volume pekerjaan tetap dan
kadang-kadang PBM lain tidak menggunakan acuan tarif APBMI Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia, masih adanya birokrasi, yang menimbulkan
ketidak tepatan waktu sehingga ketika akan mengikat perjanjian pihak pemakai jasa sudah pindah ke PBM lain, tidak adanya kesesuaian yang jelas antara
kegiatan kerja dan sistem, yang ada pada perjanjian lebih bersifat fleksibel dan bisa berubah karana adanya hubungan yang baik antara pihak yang
berkepentingan Tanggung jawab PT. Samudera Indonesia terhadap kerugian yang timbul atas
barang dalam proses bongkar muat sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 468 ayat 2 KUHD, yakni perusahaan hanya bertanggung jawab terhadap
kerugian yang timbul pada saat proses bongkar muat dan tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang timbul diluar proses bongkar muat. Apabila perusahaan
dapat membuktikan tidak bersalah, maka dibebaskan dari tanggung jawab mengganti kerugian.
57
Hambatan yang dihadapi di dalam melaksanakan proses bongkar muat dapat berupa hambatan dari faktor alam, Sumber Daya Manusia SDM, angkutan,
kondisi barang dan keamanan di pelabuhan, dan untuk mengatasi hambatan tersebut maka PT. Samudera Indonesia harus memiliki tenaga kerja yang terampil
dan menyediakan peralatan yang memadai sehingga dapat memperlancar kegiatan bongkar muat. Bahwa PT. Samudera Indonesia dalam melaksanakan bongkar
57
Ibid
Universitas Sumatera Utara
muat barang di pelabuhan Belawan adalah selaku pihak yang melakukan kegiatan pemindahan barang angkutan dari dan ke kapal pengangkut, tanggung jawab
terhadap barang angkutan dalam bongkar muat barang pada dasarnya meliputi perlindungan yang bersifat administratif dan perlindungan yang sifatnya fisik.
58
Hambatan yang ditemui dalam urusan bongkar muat barang pada PT. Samudera Indonesia antara lain adalah kelengkapan dokumen barang yang dibongkar atau
dimuat, jam kerja dari gudang pemilik barang yang tidak disesuaikan dengan pelaksanaan bongkar muat barang, fasilitas bongkar muat yang belum memadai,
adanya persaingan antara perusahaan bongkar muat barang, kurangnya keterampilan dari pekerja pelaksana bongkar muat.
59
Pelaksanaan perjanjian bongkar muat pihak pencarter kadang terlambat dalam membayar biaya angkutan barang yang telah disepakati oleh kedua pihak, dengan
kata lain bahwa pembayaran tidak sesuai jadwal yang telah disepakati secara bersama, terjadinya pembatalan pemberangkatan kapal yang dilakukan oleh pihak
tercarter yang merupakan pembatalan mendadak, banyaknya Perusahaan Bongkar Muat PBM di Pelabuhan Belawan, sedangkan volume pekerjaan tetap dan
kadang-kadang PBM lain tidak menggunakan acuan tarif APBMI Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia, masih adanya birokrasi, yang menimbulkan
ketidak tepatan waktu sehingga ketika akan mengikat perjanjian pihak pemakai jasa sudah pindah ke PBM lain, tidak adanya kesesuaian yang jelas antara
kegiatan kerja dan sistem, yang ada pada perjanjian lebih bersifat fleksibel dan
58
Ibid
59
Hasil wawancara dengan Aswan, selaku Koordinator HC PT. Samudera Indonesia, Tbk Cabang Medan-Belawan-Kuala Tanjung, tanggal 24 Juni 2014
Universitas Sumatera Utara
bisa berubah karana adanya hubungan yang baik antara pihak yang berkepentingan.
Mengenai pembebesan tanggungjawab pengangkut juga ditegaskan dalam Pasal 470 KHUD yang menggariskan bahwa pengangkut berwenang untuk
mensyaratkan bahwa ia tidak akan bertanggungjawab dari suatu jumlah tertentu atas tiap barang yang diangkut, kecuali bila kepadanya diberitahukan tentang sifat
dan nilai barangnya sebelum atau waktu penerimaan.
C. Tanggung Jawab PT. Samudera Indonesia dalam Pelaksanaan Bongkar Muat Barang Melalui Angkutan Laut.
Risiko merupakan suatu keadaan yang tak terduga sebelumnya dan dapat menimbulkan kerugian bagi seseorang, apalagi dalam usaha bisnis pelayanan jasa
bongkar muat yang dilakukan oleh PT. Samudera Indonesia, risiko tersebut bisa terjadi seperti timbulnya kerusakan, kekurangan, dan kehilangan atas barang.
Dengan adanya risiko dalam usaha bisnis pelayanan jasa bongkar muat dapat menimbulkan kerugian bagi pengguna jasa pemilikpengirim ataupun bagi PT.
Samudera Indonesia yang harus memberikan ganti kerugian atas klaim yang diajukan.
60
PT. Samudera Indonesia yang merupakan perusahaan bongkar muat barang di pelabuhan harus bertanggung jawab atas kerugian yang timbul akibat kerusakan,
kekurangan, dan kehilangan barang muatan yang ada di dalamnya pada saat pelaksanaan bongkar muat barang dari dan ke kapal yakni mulai dari kegiatan
60
Ibid
Universitas Sumatera Utara
penerimaan barang, pemuatan barang, pembongkaran barang dan pengeluaran barang yang disebabkan oleh kesalahankelalaian dari pihak perusahaan.
Sebagaimana ketentuan Pasal 91 KUHD bahwa Pengangkut dan nahkoda harus menanggung semua kerusakan yang terjadi atau benda-benda perniagaan atau
benda-benda yang diangkut, kecuali kerusakan yang disebabkan karena cacat pada benda sendiri, atau karena kesalahankelalaian si pengirimekspeditur, karena
keadaan memaksa, atau karena kesalahan atau kealpaan si pengirim atau ekspeditur.
Tanggung jawab dalam pelaksanaan perjajian pengangkutan laut meliputi tanggung jawab dari pengangkut itu sendiri dan tanggung jawab dari pengirim
barang, dimana keduanya mempunyai tanggung jawab yang berbeda.
61
61
Hasil wawancara dengan Aswan, selaku Koordinator HC PT. Samudera Indonesia, Tbk Cabang Medan-Belawan-Kuala Tanjung, tanggal 24 Juni 2014
Tanggung Jawab PT. Samudera Indonesia sebagai Pengangkut Barang bahwa pada
pokoknya tanggung jawab PT. Samudera Indonesia sebagai pengangkut dimulai sejak dari barang diserahkanya dalam penguasaan pengangkut di pelabuhan.
Dengan adanya perjanjian pengangkutan maka akan timbul hak dan kewajiban bagi pengangkut maupun pihak pengirim barang. Sesuai dengan hukum perikatan
maka masing-masing pihak yaitu pengangkut dan pengguna jasa angkutan mempunya kewajiban untuk melakukan prestasi dan para pihak mempunyai hak
untuk saling melakukan penuntutan. Apabila salah satu pihak tidak melakukan prestasi sesuai dengan apa yang menjadi isi perjanjian, maka perjanjian itu dapat
diancam dengan kebatalan.
Universitas Sumatera Utara
Tanggung jawab pada hakikatnya terdiri dari dua aspek yaitu tanggung jawab yang bersifat kewajiban yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya dan tanggung
jawab ganti rugi liability, yaitu kewajiban untuk member ganti rugi kepada pihak yang dirugikan.
62
Ketentuan Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang tanggung jawab pengangkut diatur dalam Pasal 40 sampai Pasal 43. Pada Pasal 40 ayat 1
dinyatakan bahwa perusahaan angkutan di perairan bertanggung jawab terhadap keselamatan dan keamanan penumpang danatau barang yang diangkutnya.
Sedangkan pada Pasal 40 ayat 2 dinyatakan bahwa perusahaan angkutan di perairan bertanggung jawab terhadap muatan kapal sesuai dengan jenis dan
jumlah yang dinyatakan dalam dokumen muatan danatau perjanjian atau kontrak pengangkutan yang telah disepakati.
Setelah memuat bongkar muat ke gudang pelabuhan, maka lepas sudah tanggung jawab PT. Sumadera Indoensia, apabila terjadi kerusakan atas peralatan bongkar
muat dan bangunan kapal yang disebabkan kelalaian pihak pekerja, maka klaim yang dilengkapi berita acara kerusakan diajukan pihak kapal kepada TKBM
melaluai PT. Samudera Indonesia yang melakukan bongkar muat. Pekerjaan memuat dan membongkar barang kedari kapal di pelabuhan merupakan kegiatan
yang dilakukan di terminal, dimana barang tersedia untuk dimuat dan atau dibongkar. Dalam praktek pengangkutan laut pengangkut yaitu perusahaan
pelayaran menerima barang untuk diangkut dikapalkan sejak didarat di dermaga
62
M. Hussein Umur. Aspek Hukum Tanggung jawab dalam Pengangkutan Laut, http:www.id.com diakses tanggal 1 September 2014
Universitas Sumatera Utara
atau digudang laut di pelabuhan tujuan. Dengan kata lain kegiatan penyelenggaraan angkutan melalui laut pada hakekatnya dapat meliputi kegiatan
penerimaan, penyimpanan, digudang, atau ditempat penumpukan, pemuatan, pelaksanaan pengangkutan, pembongkaran, penyimpanan sebelum barang
diserahkan kepada penerima. Dalam kegiatan berbagai mata rantai kegiatan didarat tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan independen, seperti perusahaan
ekspedisi, perusahaan bongkar muat. Namun bagi pemilik pengirim barang penyelenggaraan pengangkutan pada
hakekatnya dilihat sebagai suatu paket kegiatan. Oleh karena itu ada kecenderungan bahwa pemilikpengirim barang menyerahkan pengiriman yaitu
pengnakutan barangya, dengan menggunakan jasa perusahaan ekspedisi freight forwarder. Tuntutan klaim atas kehilangan atau kerusakan barang biasanya
berkisar sekitar masalah apakah terjadinya peristiwa kehilangan atau kerusakan tersebut ketika barang berada di atas kapal atau di terminal, yaitu sebelum barang
di muat atau setelah barang di bongkar. Walaupun pengangkut bertanggung jawab berdasarkan ketentuan dalam
konosemen, namun apabila secara rieel pengangkut melakukan kegiatan bongkar muat atau penyimpanan, ia tidak dapat lepas dari tanggung jawab perdata yang
diatur dalam KUHPerdata. PP No. 5 tahun 1964 dan peraturan yang menggantikanya PP No. 2 tahun 1969 menganggap kegiatan usaha pelayaran
mencangkup kegiatan bongkar muat dengan alasan perlunya kebulatan tanggung jawab pengangkut. Sedangkan PP No. 17 tahun 1988 mengatur bahwa usaha
bongkar-muat dilakukan oleh perusahaan yang berdiri sendiri. PP No 17 tahun
Universitas Sumatera Utara
1988 menetapkan bahwa kegiatan bongkar muat dapat dilakukan baik oleh perusahaan pelayaran maupun oleh perusahaan bongkar muat kapal.
Kecuali diatur secara khusus dalam suatu perjanjian antara pihak-pihak terkait. PT. Samudera Indonesia bertanggung jawab terhadap :
1. Fasilitas pelabuhan yang digunakan
2. Bagian dari kapal dan peralatan bongkar muat kapal yang digunakan
dalam kegiatan operasional bongkar muat. PT. Samudera Indonesia bongkar muat juga bertanggung jawab terhadap kerugian
jiwa atau cedera dan kerugian dari akibat hilang atau kerusakan harta, benda milik pihak ketiga, karena kesalahan dan atau kelalaian dalam melaksanakan
kegiatannya.
63
Selanjutnya Pasal 468 ayat 3 KUHD menyatakan bahwa pengangkut bertanggung jawab untuk permbuatan dari segala mereka yang dipekerjakannya
dan untuk segala benda yang dipakainya dalam penyelenggaraan pengangkut tersebut. Dalam hal menjalankan kewajibannya pengangkut bertanggung jawab
atas sesuatu hal yang menimpa barang muatan, apakah barang yang diangkut diperhitungkan menurut berat, volume maupun nilai.
Apabila terjadi kerusakan pada saat proses di atas yang disebabkan oleh karyawan PT. Samudera Indonesia dan masih berada dalam kawasan yang telah menjadi
tanggung jawab perusahaan, maka segala kerugian yang timbul akan diberikan ganti kerugian. Melihat adanya tanggung jawab dari PT. Samudera Indonesia
63
Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2002 tentang penyelenggaraan dan pengusahaan bongkar muat barang dari dan Kapal.
Universitas Sumatera Utara
untuk memberikan ganti kerugian diberikan suatu pembatasan oleh Undang- Undang Pengangkutan. Undang-Undang menentukan bahwa pengangkut
dibebaskan untuk mengganti kerugian yang timbul akibat keadaan memaksa force majeur, cacat pada barang itu sendiri, dan kesalahankelalaian dari
pengirim. Seperti dalam ketentuan pasal 468 ayat 2 KUHD yaitu perusahaan hanya bertanggung jawab pada saat proses.
64
Mengenai mengajukan Klaim kepada PT. Samudera Indonesia, Cabang Belawan Medan, atas kerusakan, kekurangan, dan kehilangan yang disebabkan karena
adanya kecelakaan kerja pada saat proses penerimaan, pemuatan, pembongkaran, serta pengeluaran petikemas sebaiknya dilakukan di tempat kejadian. Adapun
prosedur untuk proses pengajuan klaim adalah sebagai berikut:
65
1. Setiap klaim atas tuntutan terhadap kerusakan diajukan ke PT. Samudera
Indonesia. 2.
Direksi PT. Samudera Indonesia memerintahkan kepada Finance Senior Manager untuk melakukan pengecekan di lapangan, yang dilakukan oleh
Surveyor PT.Terminal Petikemas Medan 3.
Proses pengecekan kerusakan dilakukan oleh Surveyor bersama pemilik petikemas, maka Surveyor akan memberikan perkiraan rincian ganti
kerugian yang akan dibayar oleh PT. TPM. 4.
Pihak PT. TPM selanjutnya akan membuat laporan kejadian sebagai bukti bahwa benar-benar telah terjadi yang kerusakan.
64
Ibid.
65
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
5. Sebelum dilakukan pembayaran klaim, diperiksa terlebih dahulu data-data
pendukung dokumen-dokumen yang dipakai untuk mengajukan klaim kepada perusahaan.
6. Selanjutnya kedua belah pihak antara PT. TPM dengan pemilik petikemas
melakukan negoisasi terkait dengan ganti kerugian harga yang akan disetujui dan dibayar.
7. Setelah tercapainya kesepakatan akhir untuk pembayaran ganti kerugian,
pihak pemilik petikemas harus membuat Settlement of Claim yang merupakan pernyataan dari pihak pemilik barang bahwa tuntutan ganti
kerugiannya telah dibayar
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN