Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pelaksanaan Bongkar Muat Barang

Untuk muatan industri dan proyek, PT. Samudera Indonesia juga menyediakan transportasi muatan berat, pengangkutan muatan industri dan barang-barang seperti mesin-mesin pabrik. Bisnis di bidang ini dikhususkan pada proyek berskala besar seperti pabrik, pembangkit listrik. PT. Samudera Indonesia memiliki dan mengoperasikan hampir semua jenis peralatan yang digunakan untuk pekerja berat untuk memastikan pelanggan mendapatkan pelayanan yang terbaik. 3. Agen dan terminal Agen pelayanan mewakili beberapa perusahaan pengiriman dunia seperti Hapag-Lloyd AG, Rickmers Line, perusahaan pengiriman Uni Emirat Arab, NYK-Hinode dan perusahaanTransportasi Laut Korea. Untuk memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen. PT. Samudera Indonesia memberikan pelayanan yang menyeluruh, termasuk penjualan dan jasa layanan, pengelolaan transportasi, pengurusan muatan, dan operasi kargo. Dalam area pelayanan terminal, PT. Samudera Indonesia berperan sebagai operator terminal domestik di pelabuhan Belawan dan menyediakan pengelolaan terminal seperti: bongkar muat barang, penerimaan dan pengiriman kargo yang bermuatan maupun yang tidak.

B. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Pelaksanaan Bongkar Muat Barang

Universitas Sumatera Utara Menurut Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2002 menyatakan bahwa Perusahaan Bongkar Muat PBM adalah Badan Hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk menyelenggarakan dan mengusahakan kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal. 40 Adapun Tenaga Kerja Bongkar Muat TKBM adalah semua tenaga kerja yang terdaftar pada pelabuhan setempat yang melakukan kegiatan bongkar muat stevedoring, cargodoring, dan receiving delivery dengan menggunakan Tenaga Kerja Bongkar Muat TKBM dan peralatan bongkar muat. Usaha Bongkar Muat Barang adalah kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang bongkar muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan yang meliputi kegiatan, yaitu : 1. Stevedoring Pekerjaan membongkar barang dari kapal ke dermaga tongkang truk atau memuat barang dari dermaga tongkang truk ke dalam kapal sampai dengan tersusun dalam palka kapal dengan menggunakan derek kapal atau derek darat. 41 2. Cargodoring Pekerjaan melepaskan barang dari tali jala-jala ex-tackle di dermaga dan mengangkut dari dermaga ke gudang lapangan penumpukan barang atau sebaliknya. 42 40 Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2002, op.cit, Pasal 1 angka 14. 41 Ibid, Pasal 1 angka 5. 42 Ibid, Pasal 1 angka 6. Universitas Sumatera Utara 3. Receiving Delivery Pekerjaan memindahkan barang dari timbunan tempat penumpukan di gudang lapangan penumpukan dan menyerahkan sampai tersusun di atas kendaraan di pintu gudang lapangan penumpukan atau sebaliknya. 43 Dalam melaksanakan kegiatan bongkar muat diwajibkan kepada perusahaan bongkar muat untuk menyediakan tenaga supervise dan peralatan bongkar muat sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang berlaku. Dalam usaha bongkar muat barang dari dan ke kapal diperlukan adanya izin usaha. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan pada Pasal 111 huruf a dikatakan bahwa izin usaha jasa terkait dengan angkutan di perairan terdiri atas izin usaha bongkar muat barang. Dan izin usaha tersebut diberikan setelah memenuhi persyaratan yaitu : 44 a. Administrasi, meliputi : 45 1. Memiliki akte pendirian perusahaan; 2. Memiliki nomor pokok wajib pajak perusahaan; 3. Memiliki modal usaha; 4. Memiliki penanggung jawab; 5. Menempati tempat usaha, baik berupa milik sendiri maupun sewa, berdasarkan surat keterangan domisili perusahaan dari instansi yang berwenang; 43 Ibid, Pasal 1 angka 7. 44 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 2010, Pasal 112 angka 2. 45 Ibid, Pasal 112 angka 3. Universitas Sumatera Utara 6. Memiliki tenaga ahli dengan kualifikasi ahli nautika atau ahli ketatalaksanaan pelayaran niaga; dan 7. Memiliki surat rekomendasi pendapat tertulis dari Otoritas Pelabuhan atau Unit Penyelenggara Pelabuhan setempat terhadap keseimbangan penyediaan dan permintaan kegiatan usaha bongkar muat. b. Teknis, paling sedikit memiliki peraturan bongkar muat berupa : 46 1. Forklift; 2. Pallet; 3. Ship side-net; 4. Rope sling; 5. Rope net; dan 6. Wire net. Persyaratan memiliki peralatan bongkar muat ditetapkan dengan klasifikasi sebagai berikut : 47 1. Pelabuhan Utama a. 4 empat unit forklift, terdiri dari 1 unit berkapasitas 2,5 ton dan 2 unit berkapasitas 5 ton dan 1 unit berkapasitas 10 ton b. 75 buah pallet c. Peralatan non mekanik seperti ship side-net, rope sling, rope net, wire net, dan d. Peralatan lainnya yang diperlukan 2. Pelabuhan Regional 46 Ibid, Pasal 112 angka 4 47 Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2002, op.cit, Pasal 6 ayat 4 Universitas Sumatera Utara a. 2 unit forklift, terdiri dari 1 unit berkapasitas 2,5 ton dan 1 unit berkapasitas 5 ton b. 50 buah pallet c. Peralatan non mekanik seperti ship side-net, rope sling, rope net, wire net, dan d. Peralatan lainnya yang diperlukan 3. Pelabuhan lokal, peralatan bongkar muat yang harus dipenuhi disesuaikan dengan kondisi pelabuhan setempat yang ditetapkan oleh Gubernur Provinsi setempat atas saran dan pertimbangan Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat dan Administrator Kepala Kantor Pelabuhan setempat. Persyaratan memiliki modal usaha ditetapkan dengan klasifikasi sebagai berikut : 1. Bagi perusahaan bongkar muat yang melakukan kegiatan di Pelabuhan Utama, wajib memiliki modal dasar sekurang-kurangnya Rp. 1.000.000.000,- dan modal disetor sekurang-kurangnya Rp. 250.000.000,-. 2. Bagi perusahaan bongkar muat yang melakukan kegiatan di Pelabuhan Regional, wajib memiliki modal dasar sekurang-kurangnya Rp. 500.000.000,- dan modal disetor sekurang-kurangnya Rp. 125.000.000,-. 3. Bagi perusahaan bongkar muat yang melakukan kegiatan di Pelabuhan Lokal, penetapan modal dasar dan modal disetor yang harus dipenuhi Universitas Sumatera Utara disesuaikan dengan kondisi pelabuhan setempat yang ditetapkan oleh Gubernur Provinsi setempat atas saran dan pertimbangan Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat dan Administrator Kepala Kantor Pelabuhan setempat. 48 Persyaratan memiliki tenaga ahli ditetapkan dengan klasifikasi sebagai berikut : 1. Bagi perusahaan bongkar muat yang melakukan kegiatan di Pelabuhan Utama, wajib memiliki tenaga ahli sekurang-kurangnya 1 satu orang dengan kualifikasi Ahli Nautika Tk. II atau Ahli Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga berijazah D. III atau yang sederajat dengan pengalaman kerja sekurang-kurangnya 3 tiga tahun. 2. Bagi perusahaan bongkar muat yang melakukan kegiatan di Pelabuhan Regional, wajib memiliki tenaga ahli sekurang-kurangnya 1 satu orang dengan kualifikasi Ahli Nautika Tk. III atau Ahli Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga berijazah D.III atau yang sederajat dengan pengalaman kerja sekurang-kurangnya 1 satu tahun. 3. Bagi perusahaan bongkar muat yang melakukan kegiatan di Pelabuhan Lokal, penetapan tenaga ahli yang harus dipenuhi disesuaikan dengan kondisi pelabuhan setempat yang ditetapkan oleh Gubernur Provinsi setempat atas saran dan pertimbangan Asosiasi Bongkar Muat dan Administrator Pelabuhan Kepala Kantor Pelabuhan setempat. 48 Ibid, Pasal 6 ayat 3. Universitas Sumatera Utara Perusahaan bongkar muat barang dari dan ke kapal yang telah memiliki izin usaha, harus memenuhi kewajiban antar lain : 1. Memenuhi semua kewajiban yang telah ditetapkan dalam izin usaha. 2. Melakukan kegiatan usahanya selambat-lambatnya 6 enam bulan setelah izin usaha diterbitkan. 3. Menyampaikan laporan rencana kegiatan bongkar muat kepada Adpel Kakanpel setempat selambat-lambatnya 1 satu hari sebelum kegiatan bongkar muat dilaksanakan. 4. Menyampaikan laporan bulanan kegiatan operasional perusahaan kepada pejabat pemberi izin dan dengan tembusan kepada Adpel Kakanpel setempat. 5. Menyampaikan laporan tahunan kegiatan operasional perusahaan kepada pejabat pemberi izin dengan tembusan kepada Adpel Kakanpel setempat. 6. Melaporkan kepada pejabat pemberi izin, setiap kali terjadi perubahan anggaran dasar perusahaan, nama dan alamat Direktur Utama penanggung jawab perusahaan dan status kepemilikan peralatan kerja, selambat-lambatnya 14 empat belas hari setelah perubahan tersebut. 7. Ikut menciptakan hubungan kerjasama operasional dengan pihak maupun yang berkaitan dengan kegiatan pelabuhan. 8. Mematuhi dan melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja dilingkungan kegiatan perusahaannya dan terhadap semua tenaga kerja yang dipekerjakan. Universitas Sumatera Utara 9. Mendidik dan melatih keterampilan pegawai agar tercapai efektivitas dan efisiensi kerja. 10. Ikut menciptakan citra dan meningkatkan performansi pelabuhan. 11. Melaporkan kegiatan operasional sesuai materi yang diminta oleh dan kepada instansi yang berwenang untuk kepentingan pengumpulan data dan statistik. 49 Dan yang menjadi hak dari perusahaan bongkar muat yaitu antara lain : 1. Mempekerjakan Tenaga Kerja Bongkar Muat TKBM sesuai dengan Surat Permintaan TKBM dan jumlah nama harus sesuai Surat Perintah Kerja SPK dari koperasi TKBM dan TKBM harus mematuhi segala tugas yang diberikan perusahaan bongkar muat melalui supervise perusahaan bongkar muat. 2. Mengembalikan Kepala Regu Kerja KRK TKBM kepada koperasi TKBM apabila pengerahan TKBM tersebut tidak sesuai dengan keterampilan dan tidak dapat melakukan secara benar pekerjaan sesuai jenis dan kondisi barang. 3. Mengembalikan KRK TKBM kepada koperasi TKBM apabila KRK TKBM tidak memenuhi jam kerja dimaksud tidak berada dilokasi kerja dan tidak dapat memenuhi jam kerja. 4. Menerima pengganti TKBM yang dikembalikan selambat-lambatnya 1 satu jam sejak TKBM dikembalikan. 49 Ibid, Pasal 12 Universitas Sumatera Utara 5. Mengembalikan TKBM yang tidak memakai tanda pengenal, seragam kerja serta tidak menggunakan alat keselamatan dan keamanan kerja K3. 6. Menerima ganti rugi klaim apabila terjadi kerusakan kehilangan barang, kerusakan pada kapal serta peralatan kerja yang disebabkan kelalaian TKBM. 7. Menahan memotong WHIK Upah, Kesejahteraan, Asuransi, Administrasi Koperasi sebesar nilai klaim yang disepakati, apabila nilai klaim lebih besar daripada WHIK maka kekurangannya dibebankan pada koperasi TKBM. 8. Menahan memotong upah W sebesar dengan jumlah TKBM yang bekerja apabila TKBM yang bekerja tersebut tidak sesuai dengan jumlah yang ditentukan dalam kesepakatan. 9. Menunjuk KRK TKBM untuk pekerjaan-pekerjaan seperti open sea, ship to ship, RIG. 50

C. Pelaksanaan dan Ketentuan-Ketentuan Bongkar Muat Barang Oleh PT. Samudera Indonesia.

Dokumen yang terkait

Peranan Container Dalam Perjanjian Kerja Pada Pengangkutan Barang Melalui Angkutan Laut (Studi Pada PT. Samudera Indonesia Cabang Belawan)

5 80 89

Kajian Aspek Hukum Perjanjian Pengangkutan Barang Melalui Angkutan Laut (Studi Pt. Samudera Indonesia Cab. Belawan)

1 61 93

Peranan Container Dalam Perjanjian Kerja Pada Pengangkutan Barang Melalui Angkutan Laut (Studi Pada PT. Samudera Indonesia Cabang Belawan)

0 27 89

TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT PADA PENGANGKUTAN BARANG MELALUI LAUT (Studi Pada PT. samudera Indonesia Tbk cabang padang).

1 2 6

Peranan Container Dalam Perjanjian Kerja Pada Pengangkutan Barang Melalui Angkutan Laut (Studi Pada PT. Samudera Indonesia Cabang Belawan)

0 0 7

Kajian Aspek Hukum Perjanjian Pengangkutan Barang Melalui Angkutan Laut (Studi Pt. Samudera Indonesia Cab. Belawan)

0 0 2

BAB II - Kajian Aspek Hukum Perjanjian Pengangkutan Barang Melalui Angkutan Laut (Studi Pt. Samudera Indonesia Cab. Belawan)

1 2 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kajian Aspek Hukum Perjanjian Pengangkutan Barang Melalui Angkutan Laut (Studi Pt. Samudera Indonesia Cab. Belawan)

0 2 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tinjauan Yuridis Terhadap Tanggung Jawab Perusahaan PT. Samudera Indonesia Dalam Pelaksanaan Bongkar Muat Barang Melalui Angkutan Laut (Studi Pada PT. Samudera Indonesia Cab. Belawan Medan)

0 0 14

Tinjauan Yuridis Terhadap Tanggung Jawab Perusahaan PT. Samudera Indonesia Dalam Pelaksanaan Bongkar Muat Barang Melalui Angkutan Laut (Studi Pada PT. Samudera Indonesia Cab. Belawan Medan)

0 1 8