keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan,
muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4
– 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup
dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka Tylor, 1997.
2. Luka pada Sectio Caesarea SC
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram Sarwono, 1991. Sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada
dinding abdomen dan uterus William Oxorn, 2010. Jadi operasi seksio sesaria sectio caesarea adalah suatu pembedahan
guna melahirkan janin persalinan buatan, melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus bagian depan sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut
dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat.
a. Indikasi dan Kontraindikasi Sectio Caesarea SC
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal
Universitas Sumatera Utara
yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lamakegagalan proses persalinan normal dystasia.
Indikasi sectio caesaria pada ibu seperti disproporsi cevalo-pelvik ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul, disfungsi uterus, distosia
jaringan lunak, plasenta previa, his lemahmelemah, ruptur uteri, primi muda atau tua, partus dengan komplikasi dan masalah plasenta. Sedangkan indikasi sectio
caesaria pada anak antara lain janin besar, gawat janin, janin dalam posisi sungsang atau melintang, fetal distress, dan hydrocephalus Manuaba, 2006.
Selain itu, terdapat kontra indikasi untuk dilakukannya sectio saesaria, yaitu sectio caesarian tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemi berat sebelum
diatasi, dan kelainan kongenital berat Sarwono, 1991.
b. Jenis – Jenis Operasi Sectio Caesarea
Terdapat beberapa jenis dan lokasi tempat dilakukannya sectio caesarea. Pada abdomen sectio caesarea abdominalis terdapat sectio caesarea
transperitonealis. Jenis ini merupakan SC klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada corpus uteri. Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang
pada korpus uteri kira-kira 10 cm. Kelebihannya adalah dapat mengeluarkan janin dengan cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, sayatan
bisa diperpanjang proksimal atau distal. Namun tindakan ini juga memiliki kekurangan yaitu infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak
ada reperitonealis yang baik, untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan Manuaba, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Jenis SC berikutnya yang dilakukan di abdomen adalah sc ektra peritonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak
membuka cavum abdominal. Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim low servical transversal kira-kira 10 cm.
Kelebihannya adalah penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik, tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk
menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum, perdarahan tidak begitu banyak, dan kemungkinan ruptur uteri spontan berkurang atau lebih kecil.
Sedangkan kekurangannya adalah luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri pecah sehingga mengakibatkan perdarahan
banyak, keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi Manuaba, 2001. Menurut sayatan pada rahim Muchtar, 1998 , sectio caesarea dapat
dilakukan dengan sayatan memanjang longitudinal, sayatan melintang transversal, dan sayatan huruf T T insicion
c. Komplikasi Operasi Sectio Caesarea SC