Bahan Tambahan Pangan Hubungan Struktur dan Rasa Manis

2.4 Bahan Tambahan Pangan

Pengertian bahan tambahan pangan secara umum adalah bahan yang tidak digunakan sebagai zat makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan dan penyimpanan Cahyadi, 2006. Beberapa bahan tambahan yang diizinkan digunakan dalam makanan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722MenkesPerIX1988 diantaranya sebagai berikut: 1. Antioksidan Antioxidant 2. Antikempal Anticaking Agent 3. Pengatur keasaman Acidity Regulator 4. Pemanis buatan Artificial Sweeterner 5. Pemutih dan pematang telur Flour Treatment Agent 6. Pengemulsi, pemantap, dan pengental Emulsifier, Stabilizer, Thickener 7. Pengawet Preservative 8. Pengeras Firming Agent 9. Pewarna Colour 10. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa Flavour, Flavour Enhancer 11. Sekuestran Sequestrant Beberapa bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722MenkesPerIX1988 diantaranya sebagai berikut: 1. Natrium tetraborat Boraks Universitas Sumatera Utara 2. Formalin Formaldehyd 3. Minyak nabati yang dibrominasi Brominated Vegetable Oils 4. Kloramfenikol Chlorampenicol 5. Kalium klorat Pottasium Chlorate 6. Dietilpirokarbonat Diethylpyrocarbonate Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722MenkesPerIX1988, selain bahan tambahan diatas masih ada bahan tambahan kimia yang dilarang seperti rhodamin B pewarna merah, methanyl yellow pewarna kuning, dulsin pemanis sintesis, dan kalsium bromat pengeras.

2.5 Zat Pemanis

Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman dan makanan kesehatan. Berfungsi sebagai pengawet, meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik dan kimia sekaligus merupakan sumber kalori bagi tubuh, mengontrol program pemeliharaan, penurunan berat badan, mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama Cahyadi, 2006.

2.5.1 Jenis pemanis

Dilihat dari sumbernya, pemanis dapat dikelompokkan menjadi pemanis alami dan pemanis buatan sintetis. Pemanis alami Pemanis alami biasanya berasal dari tanaman sebagai penghasil pemanis utama adalah tebu Saccharum officanarum L dan bit Beta vulgaris L. Bahan Universitas Sumatera Utara pemanis yang dihasilkan dari kedua tanaman tersebut dikenal sebagai gula alam atau sukrosa. Beberapa bahan pemanis alam yang sering digunakan adalah sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, d-glukosa, d-fruktosa, sorbitol, manitol, gliserol, gliserina. Pemanis sintetis Pemanis sintetis adalah bahan tambahan yang dapat menyebabkan rasa manis pada pangan, tetapi tidak memiliki gizi. Beberapa pemanis sintetis yang telah dikenal dan banyak digunakan adalah sakarin, siklamat, aspartam, dulsin, nitro-propoksi-anilin. Di antara berbagai jenis pemanis buatan atau sintetis, hanya beberapa saja yang diizinkan penggunaannya dalam makanan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 208MenkesPerIV1985, di antaranya sakarin, siklamat dan aspartam dalam jumlah yang dibatasi atau dengan dosis tertentu Yuliarti, 2007. Pemanis buatan dan juga bahan kimia yang lain sesuai peraturan penggunannya harus dibatasi. Alasannya, meskipun aman dikonsumsi dalam kadar kecil, tetap saja dalam batas-batas tertentu pemanis buatan akan menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia maupun hewan yang mengkonsumsinya. Pembatasan tersebut dikenal sebagai ADI acceptable daily intake atau asupan harian yang dapat diterima. ADI merupakan jumlah maksimal pemanis buatan dalam gkg berat badan yang dapat dikonsumsi tiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek yang merugikan kesehatan Yuliarti, 2007. Universitas Sumatera Utara Banyak aspek yang dijadikan pertimbangan dalam menentukan jenis pemanis buatan yang diizinkan untuk digunakan dalam produk makanan, antara lain nilai kalori, tingkat kemanisan, sifat toksik, pengaruhnya terhadap metabolisme, gula darah, dan organ tubuh manusia Ambarsari, 2008. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa bila dikonsumsi berlebihan atau secara berkelanjutan beberapa jenis pemanis membawa efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Oleh sebab itu, selain ketentuan mengenai penggunaan pemanis buatan juga harus disertai dengan batasan jumlah maksimum penggunannya Cahyadi, 2006.

2.6 Hubungan Struktur dan Rasa Manis

Menurut Cahyadi 2006, faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mengetahui hubungan struktur kimia bahan pemanis dengan rasa manis adalah: 1. Mutu rasa manis, 2. Intensitas rasa manis, dan 3. Kenikmatan rasa manis.

1. Mutu rasa manis

Faktor ini sangat bergantung dari sifat kimia bahan pemanis dan kemurniannya. Uji sensoris menunjukkan mutu rasa manis yang berbeda antara bahan pemanis satu dengan yang lainnya. Bahan alami yang dapat mendekati rasa manis adalah gula. Salah satu pemanis buatan seperti aspartam memiliki rasa manis dengan mutu serupa dengan kelompok gula dan tidak memiliki rasa pahit. Universitas Sumatera Utara Campuran sakarin dan siklamat akan menimbulkan rasa ikutan pahit yang semakin terasa.

2. Intensitas rasa manis

Intensitas rasa manis menunjukkan kekuatan atau tingkat kadar kemanisan suatu bahan pemanis. Hal ini berkaitan dengan nilai relatif rasa manis yang sama maupun berbeda antara masing-masing bahan pemanis. Masing-masing pemanis berbeda kemampuannya untuk merangsang indra perasa. Kekuatan rasa manis yang ditimbulkan dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah suhu dan sifat mediumnya cair atau padat.

3. Kenikmatan rasa manis

Bahan pemanis ditambahkan dengan tujuan untuk memperbaiki rasa dan bau bahan pangan sehingga rasa manis yang timbul dapat meningkatkan kelezatan. Berbagai pemanis dapat menimbulkan rasa nikmat yang dikehendaki, pada pemanis sintetis seperti sakarin tidak menimbulkan rasa nikmat bahkan memberikan rasa yang tidak menyenangkan, tetapi penggunaan campuran sakarin dan siklamat pada bahan pangan dapat menimbulkan rasa manis dan tanpa menimbulkan rasa pahit. Rasa manis yang tepat sangat disukai, tetapi pemanis yang berlebihan akan terasa tidak enak. Universitas Sumatera Utara

2.7 Tujuan dan Dampak Penggunaan Pemanis Sintetis Tujuan penggunaan pemanis